Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Elon Musk Mundur, Badai PHK Makin Menggila

    Elon Musk Mundur, Badai PHK Makin Menggila

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk resmi mundur dari perannya sebagai tulang punggung di Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) sejak awal Mei 2025. Musk akan lebih fokus mengurus perusahaannya, Tesla, yang hancur lebur digerus persaingan dan aksi boikot.

    Ke depan, Musk hanya akan memberi masukan di DOGE dan porsi waktunya di lembaga bentukan Presiden Donald Trump itu dikurangi secara signifikan.

    Kendati demikian, aksi pemangkasan karyawan atau PHK di lembaga pemerintah ternyata tetap berlanjut meski peran Musk sudah berkurang di DOGE.

    Lembaga Sumber Daya Masyarakat Federal melanjutkan gerakan Musk untuk melakukan PHK besar-besaran. Mereka bersiap meluncurkan software baru yang dinilai akan mempercepat PHK di kalangan pegawai pemerintah, menurut sumber dalam Reuters.

    Sejauh ini, sejak Musk memimpin DOGE, sebanyak 260.000 pegawai pemerintah sudah kehilangan pekerjaan mereka, baik melalui skema pensiun dini maupun PHK.

    Prosesnya juga banyak mengalami masalah. Banyak pegawai yang sudah dipecat akhirnya harus direkrut kembali karena PHK dilakukan secara sembrono.

    Terkait software canggih untuk mempercepat PHK, pengembangannya dilakukan oleh tim developer di Kantor Manajemen Personil AS (OPM), di bawah perintah langsung dari Musk ketika masih aktif di DOGE, dikutip dari Reuters, Jumat (9/5/2025).

    Software tersebut merupakan versi berbasis web yang lebih user-friendly untuk menargetkan pegawai kena PHK dengan lebih cepat. Prosesnya lebih efisien ketimbang menggunakan tenaga manusia secara manual untuk melakukan penargetan, menurut 4 sumber Reuters.

    Proses pengembangan software tersebut dilakukan selama beberapa bulan terakhir. Program software ini akan diluncurkan ke berbagai lembaga pemerintah oleh OPM, hanya beberapa saat setelah Musk menyatakan mundur dari DOGE.

    Sebelumnya, software yang digunakan untuk penargetakn PHK dinamai ‘AutoRIF’ yang merupakan singkatan dari ‘Auto Reduction in Force’ (Pengurangan Tenaga Kerja Otomatis). Versi terbarunya yang lebih canggih dinamai ‘Workforce Reshaping Tool’ (Alat Pembentukan Kembali Tenaga Kerja).

    Dengan rampungnya tool versi baru tersebut, OPM akan memimpin demonstrasi, pengujian, dan menambahkan pengguna baru dalam beberapa pekan ke depan, menurut keterangan sumber dalam.

    DOGE, OPM, Gedung Putih, Pentagon, dan Musk tidak langsung merespons permintaan komentar lebih lanjut. Majalah Wired adalah media pertama yang melaporkan terkait upaya yang diperbarui ini.

    Reuters kemudian memberitakan penyelesaian upaya pembaruan, kapabilitas program baru, dan rencana peluncuran software untuk PHK massal di lingkungan pemerintah AS.

    (fab/fab)

  • Paus Leo XIV Duduk di Takhta Suci, Israel PDKT Halus, tapi Kebijakan Trump Kena Semprot – Halaman all

    Paus Leo XIV Duduk di Takhta Suci, Israel PDKT Halus, tapi Kebijakan Trump Kena Semprot – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gereja Katolik baru saja mengumumkan Paus baru, Paus Leo XIV, yang aslinya bernama Robert Prevost.

    Sontak hal ini menyita perhatian Israel untuk melakukan pendekatan.

    Pasalnya, hubungan antara Israel dan Vatikan memburuk dalam beberapa tahun terakhir setelah insiden pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan dan perang penghancuran di Gaza.

    Seiring dengan hal itu, pendahulu Paus Leo, yakni Paus Fransiskus, menjadi semakin kritis terhadap perilaku Israel.

    Presiden Isaac Herzog mengucapkan selamat kepada Paus baru, dengan mengirimkan “ucapan selamat terhangat dari Kota Suci Yerusalem,” dikutip dari TimeofIsrael. 

    “Kami berharap dapat meningkatkan hubungan antara Israel dan Takhta Suci, dan memperkuat persahabatan antara orang Yahudi dan Kristen di Tanah Suci dan di seluruh dunia,” kata presiden, sambil mengungkapkan harapan, kepausannya akan “menjadi salah satu upaya membangun jembatan dan pemahaman antara semua agama dan masyarakat.”

    “Semoga kita dapat melihat kembalinya para sandera yang masih ditawan di Gaza dengan segera dan aman, serta era perdamaian baru di kawasan kita dan di seluruh dunia,” imbuh Herzog, dalam pernyataan yang diterbitkan dalam bahasa Ibrani, Inggris, dan Arab.

    Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu, bergabung dengan Herzog memberi ucapan selamat kepada Paus baru, dalam pernyataan singkat yang diterbitkan oleh kantornya.

    NETANYAHU – Foto ini diambil dari Instagram Netanyahu pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam unggahan Instagram-nya pada 10 Desember 2024 yang menuliskan terima kasih kepada pendukung Israel. Pada Kamis (20/2/2025), Netanyahu dikabarkan batal menghadiri upacara penerimaan 4 jenazah sandera hari ini karena diprotes warganya. (Instagram @b.netanyahu)

    “Saya mendoakan Paus pertama dari Amerika Serikat agar berhasil menumbuhkan harapan dan rekonsiliasi di antara semua agama,” kata Netanyahu dalam pernyataan berbahasa Inggris.

    Dalam beberapa bulan menjelang kematiannya, Fransiskus dua kali mengecam “kekejaman” Israel di Gaza, dan mengecam “kesombongan penjajah” di “Ukraina” dan “Palestina,” yang melanggar tradisi netralitas Takhta Suci saat ini.

    Kematiannya semakin menyoroti memburuknya hubungan, karena Israel menolak mengirimkan kepala negara atau perwakilan pemerintah ke pemakamannya, dan memilih hanya diwakili oleh duta besarnya di Vatikan.

    Sebaliknya, ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal saat masih menjabat pada tahun 2005, Israel mengutus presiden saat itu Moshe Katsav dan menteri luar negeri saat itu Silvan Shalom ke pemakamannya.

    Kementerian Luar Negeri juga mengisyaratkan keterbukaan untuk memperbaiki hubungan dengan Vatikan — yang baru-baru ini memburuk setelah menghapus unggahan media sosial yang menyampaikan belasungkawa atas kematian Fransiskus — dan menyampaikan ucapan selamat kepada pemimpin barunya pada hari Kamis.

    “Kami berharap dapat bekerja sama untuk lebih memperkuat hubungan antara negara Yahudi dan Takhta Suci,” demikian bunyi pernyataan tersebut, yang mengucapkan selamat kepada Paus Leo XIV dan “umat Katolik di seluruh dunia.”

    “Kami berharap dapat segera menyambut Anda di Tanah Suci,” tambahnya.

    Bergabung dengan para pemimpin Israel dalam memberi ucapan selamat kepada Paus baru, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik menyampaikan harapan, ia akan berkontribusi dalam memperkuat “warisan kerja sama antara Gereja Katolik dan orang-orang Yahudi.”

    “Selama beberapa dekade, hubungan antara Gereja Katolik dan komunitas Yahudi global terus menguat,” kata CEO ADL Jonathan Greenblatt.

    “Kami berharap Paus Leo XIV akan melanjutkan lintasan bersejarah ini – menolak antisemitisme dalam segala bentuknya, mempromosikan saling pengertian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai bersama berupa perdamaian, kasih sayang, dan martabat manusia.”

    Paus Leo Kritik Trump?

    Paus Leo XIV diduga pernah memposting ulang unggahan media sosial yang mengkritik Wakil Presiden JD Vance dan kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.

    Pandangan ini yang sejalan dengan pendahulunya, Paus Fransiskus dan dapat menyebabkan ketegangan dengan Gedung Putih.

    Akun X yang tercantum atas nama Prevost tampaknya tidak secara pribadi menulis posting kritis tersebut, tetapi memposting ulang artikel dan tajuk berita dari orang lain.

    CNN Internasional telah menghubungi Vatikan, X, dan rekan Prevost, tetapi belum dapat mengonfirmasi secara independen, akun X tersebut terkait dengan Paus Leo XIV yang baru terpilih berasal dari Amerika.

    Trump mengatakan pada hari Kamis, ia “sangat gembira” mendengar berita tentang paus Amerika pertama.

    Tidak jelas apakah ia telah diberi tahu tentang unggahan media sosial yang tampaknya kritis itu, dan Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar tentang unggahan itu.

    Kantor Vance merujuk pada pernyataan yang dibuat wakil presiden sebelumnya, ketika ia mengunggah ucapan selamatnya pada X.

    Jejak Digital

    Adapun sebuah tulisan menyasar komentar masa lalu Vance yang menuduh kaum kiri jauh lebih peduli pada migran daripada warga negara Amerika, serta deportasi yang salah oleh pemerintahan Trump terhadap Kilmar Abrego Garcia, seorang imigran gelap yang tinggal di Maryland sebelum ia dikirim ke penjara Salvador.

    Pada tanggal 14 April, akun Prevost memposting ulang sebuah artikel mengenai Abrego Garcia dan sebuah tulisan yang ditulis oleh Uskup Pembantu Evelio Menjivar dari Washington, DC. 

    Uskup tersebut berpendapat: “Pemerintah federal telah melakukan kampanye ‘kejutan dan ketakutan’ berupa ancaman agresif dan operasi yang sangat kentara dengan legalitas yang dipertanyakan yang jauh melampaui sekadar ‘penegakan hukum’ imigrasi.”

    Seorang hakim telah memerintahkan pemerintahan Trump untuk memfasilitasi kepulangan Abrego Garcia ke AS

    Sebelumnya, pada 13 Februari, akun tersebut membagikan surat dari mantan Paus Fransiskus yang mengecam deportasi massal yang dilakukan pemerintahan Trump .

    Fransiskus secara khusus mengkritik deportasi terhadap mereka yang telah meninggalkan tanah air mereka karena kemiskinan, eksploitasi, dan penganiayaan, karena dianggap merusak martabat pria dan wanita.

    “Aturan hukum yang autentik diverifikasi justru dalam perlakuan bermartabat yang layak diterima semua orang, terutama yang termiskin dan paling terpinggirkan. Kebaikan umum yang sejati dipromosikan ketika masyarakat dan pemerintah, dengan kreativitas dan rasa hormat yang ketat terhadap hak-hak semua orang — seperti yang telah saya tegaskan pada banyak kesempatan — menyambut, melindungi, mempromosikan, dan mengintegrasikan yang paling rapuh, tidak terlindungi, dan rentan. Ini tidak menghalangi pengembangan kebijakan yang mengatur migrasi yang tertib dan legal,” tulis Fransiskus.

    Dalam unggahan media sosial lainnya pada tanggal 3 Februari, akun tersebut mengunggah ulang artikel lain yang terkait dengan pernyataan Vance dalam wawancara Fox News bulan Januari lalu, kaum ekstrem kiri tampaknya “membenci” warga negara Amerika dan mengutamakan kasih sayang dan perhatian kepada para migran di atas keluarga atau tetangga mereka sendiri .

    “Ada sebuah konsep lama – dan menurut saya konsep ini sangat Kristen – bahwa Anda mencintai keluarga Anda, lalu mencintai tetangga Anda, lalu mencintai komunitas Anda, lalu mencintai sesama warga negara di negara Anda sendiri, lalu setelah itu, Anda dapat fokus dan memprioritaskan seluruh dunia. Banyak kaum kiri ekstrem telah sepenuhnya membalikkan konsep itu,” kata Vance.

    “Mereka tampaknya membenci warga negara mereka sendiri dan lebih peduli dengan orang-orang di luar perbatasan mereka sendiri. Itu bukanlah cara yang tepat untuk menjalankan masyarakat,” lanjutnya.

    Artikel yang diunggah ulang oleh akun X, yang ditulis oleh Kat Armas untuk National Catholic Reporter, menyatakan pernyataan Vance “menggemakan konsep abad pertengahan yang dikenal sebagai ordo amoris — tata cara beramal” yang “memperkuat mitos bahwa beberapa orang lebih berhak mendapatkan perhatian kita daripada yang lain.”

    Judul beritanya berbunyi: “JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk menentukan peringkat kasih kita kepada orang lain.”

    Vance bertemu Paus Fransiskus di Italia beberapa jam sebelum kematiannya.

    Kritik tersebut juga meluas hingga kampanye presiden pertama Trump.

    Pada 2015, Prevost juga menerbitkan ulang opini yang ditulis oleh Kardinal Timothy Dolan yang berjudul: Mengapa retorika anti-imigran Donald Trump begitu bermasalah.

    Akun tersebut juga menyasar tokoh politik lainnya.

    Pada bulan November 2016, akun tersebut mengunggah ulang sebuah opini yang mengatakan mantan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton “menjauhkan” para pemilih, termasuk Demokrat, karena “posisi aborsi yang ekstrem” dari partai tersebut.

    Akun tersebut tampaknya dibuat pada 2011, saat X masih bernama Twitter.

    Sebagian besar kiriman merupakan kiriman ulang berbagai artikel, bukan teks atau konten yang dibuat sendiri.

    Pada Kamis (8/5/2025) siang, akun tersebut memiliki kurang dari 800 pengikut, tetapi hingga pukul 5 sore, jumlah pengikutnya telah bertambah menjadi lebih dari 232 ribu pengikut.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV di Medsos: Kritik Donald Trump dan JD Vance – Halaman all

    Rekam Jejak Digital Paus Leo XIV di Medsos: Kritik Donald Trump dan JD Vance – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, AS – Kardinal asal Amerika Serikat (AS), Robert Francis Prevost, resmi diumumkan sebagai paus baru pada Kamis (8/5/2025) dan memilih nama Leo XIV.

    Pemimpin 1,4 miliar umat Katolik ini berasal dari Chicago meski banyak menghabiskan waktunya di Peru.

    Reaksi Presiden AS Donald Trump

    “Saya melihat asapnya, tetapi saya belum melihat Paus,” kata Trump saat keluar dari sebuah acara di Gedung Putih AS sebelum Paus terpilih.

    Tak lama setelah pernyataan Trump, Kardinal Robert Prevost diumumkan sebagai pengganti Fransiskus.

    Trump bereaksi terhadap terpilihnya Leo dengan menulis di Truth Social: “Selamat kepada Kardinal Robert Francis Prevost, yang baru saja diangkat menjadi Paus. Merupakan suatu kehormatan untuk menyadari bahwa ia adalah Paus Amerika pertama. Sungguh menggembirakan, dan merupakan Kehormatan Besar bagi Negara kita. Saya berharap dapat bertemu dengan Paus Leo XIV. Ini akan menjadi momen yang sangat berarti!”

    Pernah Kritik Donald Trump dan Wakilnya

    Sebelum diangkat jadi Paus, Robert Francis Prevost kerap mengkritik secara positif Donald Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance.

    JD Vance, seorang penganut Katolik, adalah penganut Katolik paling terkemuka dalam politik Amerika  menurut Newsweek.

    Pada awal Februari, Robert Prevost membagikan sebuah artikel dari sebuah publikasi Katolik dengan judul, “JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk menentukan peringkat kasih kita kepada orang lain.”

    Hal itu terjadi beberapa hari setelah Vance membahas kritik terhadap kebijakan imigrasi pemerintahan Trump.

    Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, dia merujuk pada prinsip Kristen “bahwa Anda mencintai keluarga Anda dan kemudian mencintai tetangga Anda, dan kemudian mencintai komunitas Anda, dan kemudian mencintai sesama warga negara Anda, dan kemudian setelah itu, memprioritaskan seluruh dunia.”

    Menanggapi kritik daring atas posisinya, Vance menulis di X, “Cukup cari di Google ‘ordo amoris.’ Selain itu, gagasan bahwa tidak ada hierarki kewajiban melanggar akal sehat dasar.”

    “Ordo amoris,” sebuah ajaran Katolik yang bersejarah, diterjemahkan menjadi “tatanan cinta.”

    Sepuluh hari setelah unggahan pertamanya, Robert Prevost membagikan tulisan lain dari sebuah publikasi Jesuit, berjudul, “Surat Paus Fransiskus, ‘ordo amoris’ JD Vance, dan apa yang Injil minta dari kita semua tentang imigrasi.”

    Sebelum postingan pertamanya di bulan Februari,  Robert Prevost telah tidak aktif di X sejak Juli 2023.

    Ucapan Selamat

    Setelah terpilihnya Robert Prevost jadi paus baru, Vance mengunggah ucapan selamat atas terpilihnya X, seraya menambahkan, “Saya yakin jutaan umat Katolik Amerika dan umat Kristen lainnya akan berdoa untuk keberhasilannya dalam memimpin Gereja. Semoga Tuhan memberkatinya!”

    Kritik untuk Donald Trump

    Saat kampanye Trump pada Juli 2015, Leo memposting ke X (twitter) sebuah opini di Washington Post yang ditulis oleh Kardinal Timothy Dolan, Uskup Agung New York.

    Opini itu berjudul, “Mengapa retorika anti-imigran Donald Trump begitu bermasalah.”

    Setelah terpilihnya Trump jadi presiden untuk pertama kali pada tahun 2016, Leo mengunggah ulang khotbah yang disampaikan Uskup Agung Los Angeles José Gomez.

    Khotbah  yang menggambarkan ketakutan banyak orang, termasuk anak-anak sekolah yang “berpikir pemerintah akan datang dan mendeportasi orang tua mereka, kapan saja”

    Beberapa hari kemudian, Leo juga mengunggah sebuah artikel dari media Katolik yang mengutip pernyataan dari Demokrat bahwa, dalam kekalahannya, calon dari Demokrat Hillary Clinton “mengabaikan para pendukung pro-kehidupan dan hal ini akan membahayakan dirinya sendiri.”

    Pada bulan September 2017, beberapa bulan setelah Trump memulai masa jabatan pertama, Leo menyebarkan kembali sebuah postingan yang ditulis oleh penulis sekaligus aktivis Sister Helen Prejean yang mengatakan bahwa dia mendukung “para #Dreamers dan semua orang yang tengah berupaya mewujudkan sistem imigrasi yang adil, jujur, dan bermoral.”

    Dia juga mengunggah ulang tulisan penulis sejarah gereja Rocco Palmo dengan cuplikan, “Mengatakan bahwa kalimat ‘orang jahat’ Trump memicu ‘rasisme dan nativisme,’ para uskup Cali mengirimkan serangan pendahuluan terhadap pencabutan DACA.”

    Sumber: AP/Newsweek

     

  • Pakistan Puji Kehebatan Jet Tempur Buatan China Chengdu J-10C dalam Menjatuhkan 5 Jet Tempur India – Halaman all

    Pakistan Puji Kehebatan Jet Tempur Buatan China Chengdu J-10C dalam Menjatuhkan 5 Jet Tempur India – Halaman all

    Pakistan Puji Kehebatan Jet Tempur Buatan China J-10C dalam Menjatuhkan 5 Jet Tempur India

    TRIBUNNEWS.COM- Pakistan mengatakan pihaknya menggunakan jet tempur J-10C China untuk menjatuhkan lima pesawat tempur India di tengah meningkatnya ketegangan Kashmir, dan memperingatkan konflik yang lebih dalam setelah serangan India.

    untuk menembak jatuh lima pesawat India sebagai tanggapan atas serangan yang dilakukan oleh India di dekat Garis Kontrol, yang menandai peningkatan tajam dalam ketegangan atas wilayah Kashmir yang disengketakan, tulis Bloomberg pada hari Rabu. 

    Menteri Luar Negeri Ishaq Dar mengatakan kepada parlemen bahwa pesawat India tersebut termasuk jet Rafale buatan Prancis , menurut Associated Press Pakistan, meskipun India belum mengonfirmasi kerugian apa pun secara publik. 

    Dar menambahkan bahwa Pakistan terus memberi tahu Beijing tentang tindakannya, dengan Duta Besar China Jiang Zaidong mengunjungi Kantor Luar Negeri Islamabad pada pukul 4 pagi pada hari terjadinya serangan.

    Serangan udara itu terjadi setelah serangan mematikan di Pahalgam pada 22 April yang menewaskan 26 warga sipil di wilayah Kashmir yang dikuasai India. 

    India menyebut insiden itu sebagai tindakan terorisme dan menyalahkan Pakistan karena memfasilitasinya, klaim yang dibantah Islamabad.

    Sebagai tanggapan, India melancarkan serangan udara terkoordinasi pada Rabu pagi terhadap sembilan target di Pakistan, yang digambarkannya sebagai “tepat dan terkendali” dan “tidak bersifat eskalatif.” 

    Namun, militer Pakistan mengatakan bahwa serangan tersebut mengakibatkan kematian 31 warga sipil dan bersumpah akan memberikan tanggapan militer yang kuat. 

    Perdana Menteri Shehbaz Sharif juga mengisyaratkan niat untuk membalas , yang segera diikuti oleh laporan tentang jet tempur India yang ditembak jatuh.

    Militer Pakistan mengklaim telah menembak jatuh tiga Rafale, satu MiG-29, dan satu SU-30, meskipun belum memberikan bukti pendukung. 

    Menteri Luar Negeri India Vikram Misri membahas serangan April dan investigasi yang sedang berlangsung, tetapi tidak mengomentari dugaan penembakan jatuh jet-jet tempurnya.

    Para analis berpendapat bahwa kedua belah pihak mungkin mengelola narasi publik untuk mengendalikan laju eskalasi, dengan beberapa pihak, seperti Ankit Panda dari Carnegie Endowment, menyatakan bahwa paritas dalam tindakan pembalasan dapat mencegah salah satu pihak untuk maju lebih jauh.

    Tiongkok desak Pakistan untuk menahan diri sambil dukung militernya

    China menanggapi dengan menyebut serangan udara India “disesalkan” dan mendesak kedua belah pihak untuk menghindari tindakan lebih lanjut yang dapat memperburuk situasi.

    Beijing tetap menjadi pemasok senjata terbesar Pakistan, yang bertanggung jawab atas 82 persen impor senjatanya antara tahun 2019 dan 2023, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

    Penggunaan jet tempur J-10C China yang dilaporkan dalam pertempuran langsung dengan cepat menjadi topik hangat di Weibo China, dengan para pengguna memuji kinerja perangkat keras militer dalam negeri .

    Saham perusahaan pertahanan China melonjak karena berita tersebut, sementara Bloomberg Intelligence mencatat bahwa konflik tersebut dapat menjadi tempat uji coba bagi sistem persenjataan China yang relatif belum terbukti dalam pertempuran langsung.

    Hu Xijin, mantan editor Global Times , menulis bahwa jika laporan dari Pakistan akurat, hal itu menunjukkan bahwa manufaktur militer China sekarang melampaui Rusia dan Prancis, dan menyarankan bahwa hasil tersebut seharusnya membuat Taiwan khawatir.

    Taruhan ekonomi meningkat di tengah risiko konfrontasi yang berkepanjangan

    Meskipun kedua negara memiliki kemampuan militer yang tangguh, dinamika ekonominya jauh kurang seimbang.

    PDB India kini delapan kali lebih besar dari PDB Pakistan, menurut data Bank Dunia, kesenjangan yang telah melebar secara signifikan selama dua dekade terakhir. 

    Perekonomian India terus berkembang pesat, sedangkan Pakistan masih bergulat dengan dampak krisis keuangan yang mendalam dan saat ini bergantung pada program $7 miliar untuk Pakistan dari Dana Moneter Internasional .
    Terakhir kali kedua negara hampir berperang dalam skala penuh adalah pada tahun 2019, setelah bom bunuh diri yang menewaskan 40 tentara India. 

    India menanggapi dengan serangan udara pertamanya di wilayah Pakistan sejak 1971, yang mendorong Pakistan untuk menembak jatuh jet India dan menangkap pilotnya, yang kemudian dibebaskan sebagai isyarat yang ditujukan untuk meredakan ketegangan.

    Walaupun pola serupa mungkin muncul kali ini, pengerahan persenjataan canggih dan meningkatnya sentimen nasionalis dapat mempersulit penyelesaian yang cepat.

    Presiden AS Donald Trump, saat berpidato di sebuah acara di Gedung Putih, menggambarkan konflik India-Pakistan yang kembali terjadi sebagai “sangat mengerikan” dan menyampaikan harapan akan adanya de-eskalasi. 

    Ia menambahkan bahwa AS menjaga hubungan baik dengan kedua negara dan menawarkan diri untuk menjadi penengah jika diperlukan, dengan menyatakan, “Mereka saling membalas, jadi mudah-mudahan mereka bisa berhenti sekarang.”

     

    Saham Chengdu Produsen Jet J-10 & JF-17 Melonjak

    Harga saham produsen pembuat jet Cina CAC melonjak setelah laporan PAF menjatuhkan jet Rafale India, sebaliknya harga saham Dassault produsen Rafale jatuh.

    Harga saham Chengdu Aircraft Corporation (CAC) Tiongkok melonjak lebih dari 17 persen pada hari Rabu (7/5/2025) menyusul laporan bahwa Angkatan Udara Pakistan (PAF) telah menembak jatuh beberapa pesawat tempur India, termasuk jet Rafale buatan Prancis.

    CAC, yang memproduksi jet tempur J-10, J-20, dan JF-17 yang digunakan oleh PAF, melihat harga sahamnya di Bursa Efek Shenzhen naik menjadi CNY 71,08, naik 18?ri penutupan sebelumnya.

    Pada saat pelaporan, saham tetap hijau dan diperdagangkan pada CNY 68,88, peningkatan 16,29 persen.

    Menyusul konfirmasi Menteri Pertahanan Pakistan bahwa angkatan udara negara itu telah menembak jatuh lima jet tempur India semalam.

    Menurut pejabat senior pertahanan Pakistan, total enam pesawat India hancur — tiga jet Rafale, satu MiG-29, satu SU-30, dan satu pesawat pengintai Heron.

    Semua pesawat India dilaporkan berupaya menargetkan wilayah Pakistan dengan menggunakan amunisi jarak jauh.

    “Tidak ada pesawat PAF yang rusak. Semua unit kembali dengan selamat ke pangkalan,” kata juru bicara militer Pakistan.

    Saham Dassault Anjlok di Paris

    Sementara itu, saham Dassault Aviation Prancis — pembuat jet tempur Rafale — anjlok di Bursa Efek Paris.

    Saham perusahaan turun EUR 5,40, atau 1,64%, menjadi EUR 324.

    Secara keseluruhan, analis pertahanan mencatat saham Dassault bisa turun 5% lagi di tengah pengawasan atas kinerja Rafale di medan perang.

    Kontras tajam dalam sentimen investor dapat menjadi tanda kepercayaan pasar global terhadap kemampuan PAF dan kinerja jet JF-17 dan J-10C, yang dikembangkan bekerja sama dengan China.

    Perkembangan tersebut juga memicu kembali perdebatan tentang kesiapan tempur dan keandalan armada Rafale India.

    Saham Penerbangan: Dassault Aviation Turun, Chengdu Aircraft Corporation Melonjak Pasca Serangan Udara India-Pakistan

    Setelah insiden Pahalgam, ketegangan antara musuh bebuyutan India dan Pakistan meningkat, yang menyebabkan serangan udara lintas batas. 

    Selama konfrontasi ini, berita tentang tiga Rafale asal Prancis dalam inventaris India yang ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Pakistan (PAF) menyebabkan penurunan saham langsung Dassault Aviation, perusahaan pembuat jet tempur Rafale. 

    Sebaliknya, saham Chengdu Aircraft Corporation asal Tiongkok, produsen JF-17 dan J-10 dalam inventaris Pakistan, melonjak. 

    Fluktuasi saham ini menunjukkan bahwa kinerja pesawat ini dalam pertempuran aktif berdampak langsung pada sentimen investor. 

    Perkembangan ini juga membuat kesepakatan senilai $7,4 miliar antara India dan Dassault Aviation pada bulan April dipertanyakan. 

    Akankah Kesepakatan India dengan Dassault Aviation Dievaluasi Ulang?

    India saat ini memiliki 36 jet tempur Rafale, dan berdasarkan kesepakatan yang baru ditandatangani, India bermaksud membeli 26 jet tempur Rafale dari Dassault Aviation, yang akan dikirimkan pada tahun 2030. 

    Saat ini tiga jet tempur Rafale telah ditembak jatuh, potensi jet-jet ini dalam memperkuat kemampuan pertahanan India dan visinya untuk mendiversifikasi pengadaan pertahanannya dari pemasok konvensional, Rusia dan AS, ke negara-negara lain memerlukan evaluasi ulang. 

    Fluktuasi Saham Dassault Aviation 

    Pada tanggal 7 Mei, saham Dassault Aviation diperdagangkan pada  harga €320,20 . 

    Pasar dibuka pada harga €326,80, tetapi saham tersebut menunjukkan volatilitas sepanjang hari dengan penurunan sebesar €4,40 (−1,36%) dari penutupan sebelumnya sebesar €324,60. 

    Penurunan ini menunjukkan bahwa investor bereaksi negatif terhadap berita tentang tiga jet Rafale yang ditembak jatuh. 

    Namun, perusahaan tersebut masih memegang kapitalisasi pasar sebesar €24,98 miliar, yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempertahankan posisinya sebagai pemain utama dalam industri penerbangan. 
    Sementara itu, saham diperdagangkan pada harga €332,20, mendekati level tertingginya dalam 52 minggu, jauh di atas level terendah €160,90, yang menunjukkan bahwa kinerja jangka panjang perusahaan tersebut kuat meskipun terjadi penurunan baru-baru ini. 

     
    Saham Chengdu Aircraft Corporation Melonjak 

    Berbeda dengan perusahaan Penerbangan Prancis, Perusahaan Pesawat Chengdu China menunjukkan kenaikan saham sebesar 16 persen pada saham yang terdaftar di Shenzhen, setelah serangan udara India-Pakistan. 

    Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober lalu. Kenaikan saham ini dikaitkan dengan pesawat perusahaan yang digunakan oleh PAF. 

    Meskipun analis pertahanan skeptis tentang pesawat tertentu yang digunakan oleh PAF dalam serangan baru-baru ini, temuan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) menunjukkan bahwa lebih dari 60% ekspor senjata China dikirim ke Pakistan antara tahun 2020 hingga 2024.

    Oleh karena itu peluang PAF menggunakan pesawat asal China sangat tinggi yang mungkin telah mendatangkan kepercayaan investor pada produsen pertahanan China. Menurut Seth Jones, presiden departemen pertahanan dan keamanan di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS)

    Karena tidak ada konfirmasi dari kedua negara pesaing tentang jumlah dan pesawat yang ditembak jatuh, diharapkan fluktuasi saham bersifat sementara. 

    Dassault Aviation memiliki pangsa pasar yang kuat di industri penerbangan, perusahaan ini akan terus menunjukkan pertumbuhan jika berita tentang Rafale yang ditembak jatuh tidak terbukti. 

    Namun, jika ada konfirmasi dari IAF atau ketegangan antara kedua negara meningkat, yang mengarah pada lebih banyak penembakan jatuh Rafale, diperkirakan akan ada penurunan dalam Dassault Aviation. 

    Kinerja  Chengdu Aircraft Corporation juga diharapkan berbanding terbalik dengan Dassault Aviation jika berita tentang pesawat China yang digunakan oleh PAF semakin matang. 

     

     

    SUMBER: AL MAYADEEN, THE EXPRESS TRIBUNE, TECHI

     

  • Trump Segera Umumkan Kesepakatan Dagang dengan Inggris

    Trump Segera Umumkan Kesepakatan Dagang dengan Inggris

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan mengumumkan perjanjian perdagangan dengan Inggris dalam konferensi pers pada Kamis (8/5/2025) waktu setempat. 

    Trump membocorkan pengumuman itu di sebuah postingan media sosial pada Rabu (7/5/2025) malam, dengan mengatakan dia akan mengadakan konferensi pers Oval Office untuk membahas kesepakatan perdagangan besar dengan perwakilan negara besar dan sangat dihormati. 

    Rincian perjanjian tidak segera jelas. Orang-orang yang akrab dengan rencana menggambarkan mereka dengan syarat anonim.

    Trump menghadapi tekanan politik untuk mencari jalan keluar dari rencananya untuk menaikkan tarif AS ke level tertinggi dalam satu abad, karena jajak pendapat menunjukkan orang Amerika kecewa dengan pengelolaan ekonominya.

    Dia mengisyaratkan kesepakatan yang akan dibahasnya akan menjadi yang pertama dari banyak kesepakatan karena ia ingin menghapuskan hambatan ekspor AS dan menenangkan gejolak pasar yang didorong oleh cakupan tarifnya yang luas. 

    Namun, kesepakatan apa pun akan disertai dengan peringatan yang signifikan. Pakta perdagangan skala penuh biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dinegosiasikan, dan pembicaraan dengan beberapa negara berpusat pada kesepakatan garis atas tentang komitmen dan niat yang mungkin meninggalkan banyak detail yang secara tradisional termasuk dalam perjanjian perdagangan komprehensif untuk dinegosiasikan nanti.

    Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang negara yang terlibat atau cakupan kesepakatan potensial apa pun. Kedutaan Besar Inggris di Washington juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Jadwal publik Gedung Putih untuk hari Kamis, yang dirilis Rabu malam setelah unggahan Trump, hanya menjelaskan acara tersebut dengan mengatakan Presiden membuat Pengumuman Perdagangan. The New York Times pertama kali melaporkan bahwa pengumuman tersebut akan dilakukan dengan Inggris.

    Pejabat pemerintahan Trump tengah melakukan serangkaian negosiasi simultan dengan sejumlah negara, setelah presiden menghentikan tarif menyeluruh terhadap lebih dari 50 negara yang memiliki defisit perdagangan substansial dengan AS serta pungutan global sebesar 10% yang diterapkan pada hampir semua mitra dagang AS. 

    Gedung Putih juga telah mengeluarkan tarif sektoral termasuk pada baja dan mobil, dan mengancam lebih banyak lagi pada berbagai industri mulai dari farmasi hingga kayu hingga film buatan luar negeri.

    Kesepakatan Kerangka Kerja 

    Trump telah memberikan sedikit indikasi tentang garis besar kesepakatan perdagangan yang dapat diterima, meskipun para pembantunya telah mengindikasikan bahwa pengumuman awal kemungkinan akan berfungsi sebagai kerangka kerja untuk negosiasi tambahan di kemudian hari.

    Inggris dan AS telah melakukan diskusi intensif tentang perjanjian ekonomi yang akan mengurangi dampak beberapa tarif, dengan tim pejabat Inggris di Washington untuk merundingkan persyaratan minggu ini, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

    Departemen Bisnis dan Perdagangan Inggris mengatakan awal minggu ini bahwa pembicaraan masih berlangsung, tetapi mereka tidak akan memberikan komentar tentang rincian diskusi yang sedang berlangsung atau menetapkan jadwal apa pun.

    “Kami akan terus mengambil pendekatan yang tenang dan mantap terhadap pembicaraan dan bertujuan untuk menemukan resolusi guna membantu meredakan tekanan pada bisnis dan konsumen Inggris,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Inggris mengumumkan kesepakatan dagang baru dengan India pada Selasa lalu, yang merupakan kesepakatan dagang terbesar yang ditandatangani Inggris sejak meninggalkan Uni Eropa, karena negara itu berupaya memperdalam hubungan ekonomi dengan negara-negara lain di tengah dampak tarif Trump.

    Negara-negara lain yang melakukan pembicaraan di tingkat tinggi termasuk Jepang, India, dan Israel. Trump mengejutkan negosiator Jepang dengan secara pribadi bergabung dalam pembicaraan bulan lalu, sementara Wakil Presiden JD Vance melakukan perjalanan ke India untuk berdiskusi yang mencakup perdagangan. Presiden AS juga menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih untuk membicarakan masalah perdagangan.

  • Pemecatan Massal Ilmuwan Iklim AS Cemaskan Dunia

    Pemecatan Massal Ilmuwan Iklim AS Cemaskan Dunia

    Jakarta

    Rachel Cleetus tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya saat membuka email dari pemerintahan Donald Trump pekan lalu. Pesan elektronik itu memberitahukan bahwa dirinya, bersama hampir 400 ilmuwan dan pakar lainnya, resmi dikeluarkan dari proyek National Climate Assessment (NCA6), laporan utama empat tahunan yang menyoroti dampak perubahan iklim di Amerika Serikat.

    “Rasanya seperti menyaksikan laporan iklim paling komprehensif di negeri ini dihancurkan begitu saja,” kata Cleetus, Direktur Kebijakan Senior di Union of Concerned Scientists, organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat. Dia menyebut pemecatan ini sebagai keputusan sembrono terhadap proyek ilmiah vital yang menyokong pemahaman tentang dampak iklim terhadap ekonomi, infrastruktur, dan kehidupan masyarakat.

    Pemangkasan anggaran sains iklim

    Langkah mengejutkan ini, kata Cleetus, sebenarnya sudah tercium sejak jauh hari. Sebulan sebelumnya, Gedung Putih membekukan pendanaan dan memecat staf program riset iklim federal US Global Change Research Program (USGCRP), lembaga yang bertanggung jawab atas koordinasi penyusunan NCA6.

    Tanpa kejelasan nasib proyek dan dengan semua penulis diberhentikan, masa depan NCA6 yang sedianya terbit pada awal 2028 kini terancam. Cleetus memperingatkan bahwa ada risiko laporan itu akan diganti oleh “ilmu pengetahuan semu” versi pemerintahan Partai Republik yang konservatif dan pro energi fosil.

    Pemecatan ini hanyalah satu dari serangkaian langkah pemerintahan Trump yang menggerus institusi sains iklim AS. Pada Maret lalu, ratusan karyawan diberhentikan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Lembaga ini sejak lama sudah menjadi salah satu pusat riset cuaca dan iklim yang menjadi acuan di seluruh dunia.

    Sebagai respons, ribuan ilmuwan menandatangani surat terbuka ke Kongres, menyebut pembongkaran lembaga-lembaga tersebut sebagai “pengingkaran kepemimpinan global AS dalam sains iklim.”

    Pembersihan besar-besaran: dari NASA hingga EPA

    Pembersihan juga menyasar Dinas Perlindungan Lingkungan (EPA) dan Departemen Energi, dengan pemecatan massal dan pemotongan hibah riset. Istilah “perubahan iklim” bahkan dihapus dari sejumlah situs lembaga pemerintah. Bahkan, Kepala Ilmuwan NASA sempat dilarang menghadiri pertemuan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) di Cina, forum utama PBB tentang iklim yang menjadi rujukan kebijakan global.

    Dampak internasional tak terhindarkan

    Meski laporan NCA berfokus pada Amerika, Cleetus menegaskan bahwa temuan dan modelnya digunakan secara luas oleh negara lain. Misalnya, riset tentang kenaikan muka laut di Pantai Timur dan Teluk AS juga relevan bagi negara-negara kepulauan kecil dan wilayah pesisir seperti Bangladesh.

    Profesor Walter Robinson dari NC State University menyebut, karena luasnya cakupan geografis dan keragaman iklim AS, temuan NCA6 punya nilai global. Maka tak heran jika komunitas ilmiah internasional ikut bersuara.

    Dukungan dari komunitas ilmiah global

    Sebagai bentuk perlawanan, Serikat Geofisika Amerika dan Masyarakat Meteorologi Amerika menyatakan akan menerbitkan lebih dari 29 jurnal ilmiah terkait iklim untuk memastikan keberlanjutan sains iklim independen.

    Namun dampak negatifnya tak hanya terasa di AS. Menurut Paolo Artaxo, profesor fisika lingkungan dari Universitas São Paulo, Brasil, pemutusan kerja sama ini mengganggu kolaborasi ilmiah antara AS dan berbagai kawasan lain seperti Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Eropa.

    Chennupati Jagadish dari Akademi Sains Australia menyebut keputusan ini sebagai sinyal yang merusak kerja sama global. Dia mengaku banyak ilmuwan AS mulai melirik Australia sebagai tempat bernaung baru. Akademi di sana bahkan memiliki program untuk menyerap peneliti dan inovator yang meninggalkan AS.

    Presiden Trump juga mengusulkan pemangkasan besar dalam anggaran sains federal untuk 2026. Bila ini terjadi, menurut Robinson, pusat gravitasi sains iklim akan bergeser dari AS ke Uni Eropa, Cina, dan negara-negara OECD seperti Inggris, Jepang, Korea, dan Australia.

    Eropa bersiap isi kekosongan

    Pekan ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menggelar konferensi untuk merumuskan insentif keuangan bagi ilmuwan, termasuk yang bergerak di bidang iklim dan keanekaragaman hayati.

    Namun, Sissi Knispel de Acosta dari European Climate Research Alliance mengingatkan bahwa Eropa belum sepenuhnya siap mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS. “Anggaran riset iklim, baik di negara-negara selatan maupun di Eropa, masih terfragmentasi dan bergantung pada proyek jangka pendek,” katanya.

    Meski Cleetus tetap optimistis para ilmuwan akan terus berkarya, dia mengakui bahwa “tak ada cara untuk langsung menggantikan mesin inovasi ilmiah sekelas AS di tempat lain dalam semalam.”

    Artikel ini terbit pertama kali dalam Bahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Michelle Obama Blak-blakan soal Terapi dan Fase Baru dalam Hidupnya

    Michelle Obama Blak-blakan soal Terapi dan Fase Baru dalam Hidupnya

    JAKARTA – Michelle Obama mengungkap ia kembali menjalani terapi sebagai bagian dari proses transisi menuju fase baru dalam hidupnya.

    Dalam penampilannya di podcast On Purpose bersama Jay Shetty pada 28 April lalu, mantan Ibu Negara Amerika Serikat yang kini berusia 61 tahun ini membagikan bahwa ia tengah menjalani terapi untuk membantunya menavigasi kehidupan setelah masa publiknya di Gedung Putih bersama sang suami, Barack Obama.

    “Di fase hidup saya sekarang, saya sedang menjalani terapi karena saya sedang bertransisi, tahu kan?” ujar Michelle, dikutip dari laman People.

    “Saya sudah 60 tahun, saya telah menyelesaikan sesuatu yang sangat berat dalam hidup dan keluarga saya tetap utuh. Sekarang saya seorang ‘empty nester’. Anak-anak saya sudah mandiri, mereka sudah diluncurkan. Dan untuk pertama kalinya, setiap pilihan yang saya buat sepenuhnya adalah pilihan saya sendiri,” lanjutnya.

    Tanpa lagi alasan seperti ‘anak-anak butuh ini’ atau ‘negara butuh itu’, Michelle mengaku mulai bertanya pada dirinya sendiri soal arah hidup ke depan. Ia pun memilih menjalani terapi untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

    “Saya butuh bantuan untuk memikirkan fase berikutnya. Biar saya luruskan kebiasaan lama, urai perasaan bersalah yang saya bawa, dan renungkan bagaimana hubungan saya dengan ibu saya memengaruhi cara saya berpikir,” tuturnya.

    Michelle menggambarkan terapi sebagai bentuk ‘tune-up’, semacam servis rutin bagi dirinya dan percaya bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk itu. Ia merasa fase baru yang dijalaninya kini membutuhkan perspektif baru, bahkan dari orang yang tidak terlalu mengenalnya.

    “Saya punya seseorang baru yang sedang mengenal saya dari nol, melihat saya secara segar, dan mendengar semua emosi saya,” kata Michelle.

    Dalam kesempatan lain, Michelle juga sempat membicarakan kebebasan barunya di podcast Work in Progress milik Sophia Bush. Di sana ia mengaku bahwa kini dirinya bisa melakukan apa pun yang diinginkannya, sebuah hal  belum pernah dirasakan sebelumnya.

    “Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, semua pilihan saya adalah untuk diri saya sendiri,” ujarnya.

    Meski begitu, ia menyadari keputusan-keputusan pribadinya kerap disalahartikan publik, termasuk isu seputar pernikahannya dengan Barack Obama.

    “Banyak orang tak bisa menerima bahwa saya membuat pilihan untuk diri saya sendiri. Mereka langsung mengira saya dan suami saya akan bercerai. Tak mungkin ini hanya tentang seorang perempuan dewasa yang mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, kan?” ucap Michelle dengan menyoroti ekspektasi sosial yang kerap membebani perempuan.

    Dengan terbukanya Michelle Obama soal kesehatan mental dan pentingnya terapi, ia sekali lagi menunjukkan bahwa meski telah melewati panggung dunia. Michelle tetap terus belajar dan bertumbuh menjadi lebih baik lagi.

  • Hamas Bantah Klaim Donald Trump yang Menyebutkan Bahwa Mereka Menyita Bantuan Kemanusiaan di Gaza – Halaman all

    Hamas Bantah Klaim Donald Trump yang Menyebutkan Bahwa Mereka Menyita Bantuan Kemanusiaan di Gaza – Halaman all

    Hamas Bantah Klaim Donald Trump yang Menyebutkan Bahwa Mereka Menyita Bantuan Kemanusiaan di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM-  Hamas membantah tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa mereka menyita bantuan yang dikirim ke Jalur Gaza, dan menggambarkan pernyataan Trump sebagai “pengulangan aneh dari kebohongan” pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang berupaya membenarkan kejahatan membuat warga Palestina kelaparan.

    Gerakan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menuduh Hamas mengendalikan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza tidak lain hanyalah gema aneh dari kebohongan yang diucapkan oleh pemerintah teroris Netanyahu, yang berusaha membenarkan kelaparan sistematis yang dilakukannya terhadap warga sipil yang tidak bersalah.”

    “Tuduhan-tuduhan ini jelas bertentangan dengan laporan PBB, kesaksian organisasi-organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Jalur Gaza, dan semua bukti lapangan, tetapi konsisten dengan kebijakan pendudukan, yang menggunakan kelaparan sebagai senjata, yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan norma-norma kemanusiaan.”

    “Trump tidak cukup hanya meminta Netanyahu untuk mengirim makanan [ke Gaza]. Yang dibutuhkan adalah sikap bertanggung jawab yang menghormati hukum humaniter internasional, menuntut pembukaan segera penyeberangan, memastikan aliran bantuan dan pertolongan, dan menghentikan penggunaan makanan sebagai senjata pemerasan dan tekanan dalam pertempuran,” kata gerakan tersebut.

     

     

     

     

     

    Hamas mendesak “pemerintah AS untuk mengoreksi posisinya, berhenti memberikan perlindungan atas kejahatan genosida dan kebijakan kelaparan yang diadopsi oleh pendudukan di Jalur Gaza, dan menekan AS untuk mengakhiri agresi dan membuka penyeberangan, yang telah ditutup selama lebih dari dua bulan, untuk memungkinkan masuknya semua pasokan penting yang dapat menyelamatkan nyawa.”

    Pada hari Senin, dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump menuduh Hamas “menyita bantuan kemanusiaan yang tiba di Jalur Gaza,” dan menyatakan bahwa Hamas “menggunakan bantuan ini untuk mendanai kegiatan militernya,” menurut surat kabar Amerika Politico.

    “Jika Anda perhatikan, Hamas membuat hal itu mustahil. Mereka mengambil semua yang dibawa masuk,” katanya, “Namun kami akan membantu rakyat Gaza karena mereka diperlakukan sangat buruk oleh Hamas.”

    Trump, sekali lagi gagal meminta pertanggungjawaban Israel atas penutupan semua penyeberangan ke daerah kantong itu dan penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.

    Sejak 2 Maret, Israel telah menutup penuh jalur penyeberangan Gaza, melarang masuknya makanan, air, bantuan medis dan kemanusiaan, yang memperdalam krisis kemanusiaan di daerah kantong itu, menurut laporan pemerintah, hak asasi manusia dan internasional.

    2,3 juta warga Palestina di Gaza sepenuhnya bergantung pada bantuan setelah genosida Israel yang terus berlanjut membuat mereka miskin, menurut data Bank Dunia.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Video: Bill Gates Beri Dana Hibah Untuk RI – PM Kanada Tolak Tawaran A

    Video: Bill Gates Beri Dana Hibah Untuk RI – PM Kanada Tolak Tawaran A

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Gates Foundation Bill Gates di Istana Merdeka.

    Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Mark Carney dengan tegas menyampaikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa negaranya “Tidak Akan Pernah Dijual. Hal itu disampaikan Carney langsung dihadapan Trump saat berkunjung ke gedung putih.

    Selengkapnya saksikan di Program Evening Up CNBC Indonesia, Rabu (07/05/2025).

  • Shein dan Temu Terpukul! Ekspor E-commerce Tiongkok ke AS Ambruk 65% Gegara Tarif Trump

    Shein dan Temu Terpukul! Ekspor E-commerce Tiongkok ke AS Ambruk 65% Gegara Tarif Trump

    Jakarta: Gelombang baru perang dagang AS-Tiongkok kembali memanas. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, ekspor e-commerce Tiongkok ke Amerika Serikat tercatat anjlok hingga 65 persen secara volume. Penurunan tajam ini menghantam toko-toko online raksasa seperti Shein dan Temu, yang selama ini dikenal sebagai rajanya barang murah dari Tiongkok.
     
    Sementara itu, data menunjukkan pengiriman ke Uni Eropa justru naik 28 persen. Artinya, pelaku e-commerce Tiongkok mulai memindahkan fokus pemasaran dan pengiriman ke benua biru, guna menghindari jerat tarif tinggi dari Negeri Paman Sam.
    Tarif AS picu lonjakan harga, konsumen menjerit
    Melansir The Guardian, Rabu, 7 Mei 2025, mulai Mei 2025, pemerintah AS resmi menghapus pembebasan tarif untuk impor parsel senilai hingga USD800. Kebijakan ini berdampak besar bagi e-commerce yang bergantung pada sistem pengiriman langsung dari Tiongkok, seperti Temu dan Shein.
     
    Tak tanggung-tanggung, tarif baru mencapai 145 persen, membuat harga barang di Temu melonjak gila-gilaan. Analisis Bloomberg mencatat, dalam dua minggu terakhir saja, harga rata-rata produk di dua kategori populer yakni mainan dan kesehatan naik lebih dari 40 persen.

    Contohnya, gaun musim panas dari Temu naik dari USD18,47 menjadi USD44,68 setelah ditambahkan tarif impor USD26,21. Lalu, Baju renang anak-anak naik dari USD12,44 menjadi USD31,12. Kemudian, Penyedot debu genggam melonjak dari USD16,93 ke USD40,11 setelah kena tarif.
     
    Banyak konsumen mulai mengeluh, karena barang murah dari Tiongkok kini tak lagi semurah itu. Dan sebagian besar beban biaya ini langsung ditanggung oleh pembeli.
     

    Shein bersiasat, pertimbangkan pindah produksi
    Tak tinggal diam, Shein tengah mempertimbangkan restrukturisasi besar-besaran untuk menghindari tarif AS. Menurut laporan Financial Times, salah satu opsi yang digodok adalah memindahkan sebagian produksi ke negara non-Tiongkok agar tak terkena tarif.
     
    Namun, strategi ini bisa memicu efek domino, termasuk potensi penundaan rencana IPO Shein di Bursa Saham London.
    Tiongkok kirim peringatan ke Trump: Kami tak akan tunduk
    Di tengah ketegangan yang meningkat, Tiongkok melancarkan pernyataan keras. Dalam pesan video resmi, pemerintah Tiongkok memperingatkan bahwa mereka tidak akan menyerah pada tekanan tarif dari AS.
     
    “Tunduk pada penindas sama saja dengan meminum racun untuk menghilangkan rasa haus,” tegas pernyataan yang disampaikan dalam bahasa Inggris.
     
    Langkah tarif ini sejatinya dirancang untuk mendorong kebangkitan industri manufaktur AS. Namun, kenyataannya, bisnis ritel dan konsumenlah yang langsung menanggung dampaknya.
     

    Ritel AS kena getahnya, Walmart dan Amazon ketar-ketir
    Dampak tarif tinggi juga menggelisahkan pelaku bisnis AS. Laporan South China Morning Post menyebut, Walmart sampai menyarankan para pemasok Tiongkok untuk menanggung beban tarif demi menjaga harga jual tetap kompetitif.
     
    Sementara itu, raksasa e-commerce Amazon dikabarkan sempat mempertimbangkan langkah mencantumkan biaya tarif di setiap produk. Namun, rencana ini segera dimentahkan karena dikhawatirkan memperlihatkan secara gamblang dampak perang dagang kepada konsumen.
     
    Situasi makin memanas setelah juru bicara Gedung Putih menyebut rencana Amazon itu “bermusuhan dan politis”. Tak lama kemudian, Trump menelepon langsung CEO Amazon, Jeff Bezos, dan berkata:
     
    “Jeff Bezos sangat baik. Dia sangat hebat. Dia menyelesaikan masalah dengan sangat cepat. Orang yang baik.”
    Fokus beralih ke Eropa, pasar AS dianggap terlalu mahal
    Dengan kondisi tarif yang mencekik dan ongkos logistik yang melonjak, platform e-commerce Tiongkok kini makin gencar menggarap pasar Eropa. Strategi ini diyakini sebagai langkah bertahan hidup sekaligus ekspansi bisnis baru.
     
    Namun, bagi konsumen Amerika, situasi ini berarti satu hal yaitu barang murah dari Tiongkok tak lagi murah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)