Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Menanti Trump Duduk Semeja dengan Putin dan Zelensky

    Menanti Trump Duduk Semeja dengan Putin dan Zelensky

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan siap duduk bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Turki. Pertemuan itu demi mewujudkan gencatan senjata.

    Pertemuan trilateral ini sempat diusulkan Zelensky pada Mei 2025 kemarin. Usulan tersebut menjadi bagian dari upaya memaksa Moskow menghentikan invasi militernya yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    “Jika Putin tidak merasa nyaman dengan pertemuan bilateral, atau jika semua orang menginginkannya menjadi pertemuan trilateral, saya tidak keberatan. Saya siap untuk format apa pun,” kata Zelensky saat berbicara kepada wartawan, seperti dilansir AFP, Rabu (28/5/2025).

    Zelensky siap untuk pertemuan trilateral itu dan mendesak Washington untuk menjatuhkan paket sanksi keras terhadap sektor perbankan dan energi Moskow.

    “Kami sedang menunggu sanksi dari Amerika Serikat (untuk Rusia)” ucapnya.

    “Trump menegaskan bahwa jika Rusia tidak berhenti, sanksi-sanksi akan dijatuhkan. Kami telah membahas dua aspek utama dengannya — energi dan sistem perbankan. Akankah AS mampu menjatuhkan sanksi terhadap kedua sektor ini? Saya sangat menyukainya,” ujar Zelensky dalam pernyataannya.

    Erdogan Ingin Pertemukan Putin-Zelensky-Trump di Turki

    Presiden Turki Erdogan. (Foto: DW (News)

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan lagi kesediaannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat, Rusia, dan Ukraina. Pertemuan itu sebagai upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    “Keinginan terbesar saya untuk kedua belah pihak adalah mempertemukan Vladimir Putin (Rusia) dan Volodymyr Zelensky (Ukraina) di Istanbul atau Ankara, dan bahkan membawa (Presiden AS) (Donald) Trump ke pihak mereka, jika mereka menerima,” kata Erdogan dilansir AFP, Senin (2/6/2025).

    Erdogan menyebut Turki akan mengambil langkah-langkah untuk memfasilitasi pertemuan Putin, Zelensky hingga Trump. Menurutnya, pembicaraan hari Senin itu merupakan pencapaian besar.

    Pada pertemuan hari Senin, yang berlangsung lebih dari satu jam, Ukraina dan Rusia sepakat untuk menukar tawanan perang yang terluka parah serta mereka yang berusia di bawah 25 tahun, di samping sisa-sisa 6.000 tentara yang tewas dalam pertempuran.

    “Angka-angka yang diberikan oleh Rusia dan Ukraina… (sangat) sangat penting dalam hal menunjukkan betapa pentingnya pertemuan Istanbul ini. Dan kami bangga akan hal ini,” imbuh Erdogan.

    Trump Bersedia Duduk Semeja

    Foto: REUTERS/Anatolii Stepanov

    Trump terbuka diskusi dengan Putin dan Zelensky dalam pertemuan di Turki. Kesediaan Trump ini disampaikan setelah delegasi Moskow dan Kyiv, yang menggelar pertemuan di Istanbul pada Senin (2/6), gagal mencapai kemajuan menuju gencatan senjata.

    “Presiden mengatakan dirinya terbuka untuk hal itu jika memang hal itu harus terjadi, tetapi dia menginginkan kedua pemimpin ini dan kedua belah pihak untuk duduk bersama dalam satu meja,” ucap juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, saat berbicara kepada wartawan.

    Dalam pertemuan terbaru di Istanbul, delegasi Rusia dan Ukraina hanya menyepakati pertukaran tahanan skala besar lainnya. Istanbul juga menjadi tuan rumah pertemuan kedua negara saat pertemuan tatap muka pertama digelar pada pertengahan Mei lalu.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri akan ‘mengambil langkah-langkah’ untuk memfasilitasi pertemuan semacam itu. Putin sejauh ini menolak pertemuan langsung semacam itu. Namun Zelensky mengatakan dirinya bersedia, sembari menggarisbawahi bahwa masalah utama hanya dapat diselesaikan di level pemimpin.

    Namun, meskipun Trump bersedia untuk bertemu dengan Putin dan Zelensky, menurut Leavitt, tidak ada perwakilan AS yang ikut serta dalam pembicaraan yang dilakukan pada Senin (2/6) di Istanbul.

    Zelensky menanti langkah Amerika Serikat. Dia mendesak Trump untuk memperketat sanksi terhadap Rusia guna “mendorong” negara itu menyetujui gencatan senjata menyeluruh.

    Halaman 2 dari 3

    (idn/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Dituduh Pakai Narkoba Kelas Berat, Begini Klarifikasinya

    Elon Musk Dituduh Pakai Narkoba Kelas Berat, Begini Klarifikasinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk dilaporkan mengonsumsi narkoba dalam jumlah di atas wajar. Hal ini pertama kali diungkap The New York Times, berdasarkan informasi dari beberapa sumber dalam.

    Miliarder berusia 53 tahun tersebut dikatakan mengonsumsi ketamin dengan dosis berlebihan, bahkan sampai memengaruhi kandung kemihnya.

    Sebagai informasi, ketamin merupakan obat bius yang membuat pasien tidur sebelum menjalankan operasi. Namun, ketamin kerap disalahgunakan sebagai obat-obatan terlarang dengan tujuan non-medis.

    Lembaga Pangan dan Obat-obatan AS (FDA) hanya mengizinkan penggunaan ketamin dalam prosedur bius medis.

    Tak cuma ketamin, Musk juga diduga menggunakan ekstasi dan jamur psikedelik. Dalam laporan The New York Times, Musk disebut membawa kotak obat-obatan yang menyimpan 20 pil saat bepergian.

    Di dalamnya terdapat beberapa narkoba, termasuk stimulan Adderall, dikutip dari Yahoo Entertainment, Selasa (3/6/2025), berdasarkan laporan The New York Times.

    US Weekly telah menghubungi pengacara dan perwakilan Musk untuk memberikan komentar terkait laporan yang menghebohkan tersebut. Namun, Musk menanggapi tudingan tersebut melalui akun X personalnya.

    “Saya tidak mengonsumsi narkoba. The New York Times berbohong,” tulisnya.

    Tidak jelas kapan Musk diduga mengonsumsi obat-obatan tersebut dan apakah itu bertepatan dengan masa kerjanya di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump sebagai kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Pada Maret 2024 lalu, Musk bersikeras bahwa ia tidak menyalahgunakan obat-obatan. Ia menekankan bahwa resep ketaminnya untuk “keadaan kimia negatif”.

    “Jika menggunakan terlalu banyak ketamin, Anda tak bisa bekerja. Sementara saya memiliki banyak pekerjaan,” kata Musk kepada jurnalis Don Lemon kala itu.

    Musk menambahkan waktu kerja normalnya tembus 16 jam per hari. Ia juga mengatakan jarang mengambil waktu istirahat saat akhir pekan, sebab harus mengurusi banyak perusahaan sekaligus.

    Laporan terbaru dari The New York Times muncul setelah Musk mengumumkan berhenti menjabat sebagai pegawai khusus di pemerintahan Trump pada 28 Mei 2025 silam.

    “Berkaitan dengan berakhirnya masa jabatan saya sebagai Pegawai Spesial Pemerintah, saya ingin menyampaikan terima kasih terhadap Presiden Donald Trump untuk kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengurangi pemborosan anggaran,” tulis Musk di akun X personalnya pada pekan lalu.

    “Misi DOGE akan memperkuat pemerintah dari aktu ke waktu,” ia menambahkan.

    Foto: REUTERS/Nathan Howard
    Elon Musk muncul dengan mata memar saat menghadiri konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, Jumat (30/5) lalu. (REUTERS/Nathan Howard)

    Di hari terakhir jabatannya, Musk dan Trump menggelar konferensi pers di Gedung Putih. Penampilan Musk menjadi sorotan, pasalnya matanya terlihat lebam dan kelakuannya disebut aneh. Hal ini membuat spekulasi soal penggunaan narkoba makin kencang.

    Sebelumnya, Musk mengatakan kemundurannya dari pemerintahan Donald Trump dilakukan agar lebih fokus mengurus bisnisnya yang anjlok pasca menjadi kepala DOGE.

    Selain kesibukan mengurusi perusahaan-perusahaannya (Tesla, SpaceX, X, Neuralink, dkk), Musk juga menjalankan tanggung jawab sebagai ayah belasan anak dari beberapa perempuan.

    Bulan lalu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Musk menawarkan uang tutup mulut sebesar US$15 juta (Rp244 miliar) dan uang bulanan (Rp1,6 miliar) kepada influencer konservatif Ashley St. Clair. Uang tutup mulut itu agar sang influencer merahasiakan keberadaan anak mereka.

    Pada Februari 2025, Sr. Clair yang berusia 26 tahun mengklaim di X bahwa ia baru saja melahirkan anak ke-13 Musk 5 bulan sebelumnya. Ia mengaku merahasiakan keberadaan anak tersebut untuk melindungi privasi dan keamanan sang anak. Musk tak merespons klaim tersebut.

    (fab/fab)

  • Tingkah Aneh dan Mata Lebam, Elon Musk Dicurigai Kena Narkoba

    Tingkah Aneh dan Mata Lebam, Elon Musk Dicurigai Kena Narkoba

    Jakarta

    The New York Times belum lama ini menerbitkan laporan yang mengklaim Elon Musk mengonsumsi obat-obatan terlarang. Musk membantah laporan tersebut dan menuduh The New York Times berbohong.

    Bantahan itu dimulai dengan gurauan setelah akun Whole Mars Catalog mencuit di X, “Mengingat rekam jejak Elon Musk, obat apa pun yang ia konsumsi seharusnya dimasukkan ke dalam air minum.”

    Musk membalas cuitan tersebut dengan emoji tertawa sambil menangis dan “100”, sebelum mengeluarkan bantahannya dan menuduh The New York Times berbohong.

    “Saya TIDAK mengonsumsi narkoba. The New York Times berbohong,” tulis Musk dalam postingannya di X, seperti dikutip dari Variety, Selasa (3/6/2025).

    “Saya mencoba ketamin yang diresepkan beberapa tahun yang lalu dan mengungkapnya di X, jadi ini bukan berita baru. (Obat) itu membantu untuk keluar dari kondisi mental yang, tapi saya tidak mengonsumsinya lagi sejak saat itu,” sambungnya.

    Laporan The New York Times tersebut dirilis bersamaan dengan hari terakhir Musk di Department of Government Efficiency (DOGE) pekan lalu. Musk dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggelar konferensi pers di Gedung Putih, di mana penampilan Musk menjadi sorotan karena matanya terlihat lebam dan perilakunya terlihat aneh, yang membuat spekulasi tentang konsumsi narkoba menguat.

    Laporan tersebut mengklaim Musk mengonsumsi obat-obatan terlarang seperti ketamin dalam jumlah yang sangat banyak sampai mempengaruhi kandung kemihnya. Ketamin adalah obat bius kuat yang biasanya dipakai untuk menenangkan hewan seperti kuda.

    Selain ketamin, Musk juga diklaim mengonsumsi ekstasi dan jamur ajaib. Orang terkaya di dunia itu juga selalu bepergian membawa kotak berisi obat-obatan yang salah satunya diberi label Adderall, salah satu merek obat stimulan.

    The New York Times juga mengklaim Musk menerima pemberitahuan dari jauh-jauh hari sebelum melakukan tes narkoba yang diwajibkan untuk mendapatkan izin keamanan sebagai kontraktor pemerintah.

    Ini bukan pertama kalinya Musk dilaporkan mengonsumsi narkoba. Tahun lalu, The Wall Street Journal melaporkan bos Tesla dan SpaceX itu mengonsumsi kokain, LSD, dan jamur ajaib di pesta, dan kebiasaan itu membuat perilakunya jadi tidak menentu.

    (vmp/vmp)

  • Bapak Elon Musk Ungkap Alasan Anaknya Resign Karena Tak Becus

    Bapak Elon Musk Ungkap Alasan Anaknya Resign Karena Tak Becus

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk pekan lalu mengumumkan mundur dari pemerintahan Presiden Donald Trump dan fokus mengelola bisnisnya. Errol Musk, ayah orang terkaya di dunia tersebut, menyatakan bahwa anaknya memang tak becus jadi politisi.

    Dalam wawancara dengan stasiun TV Inggris, Sky News, Errol buka suara soal aksi Elon di DOGE, departemen efisiensi pemerintah yang dibentuk oleh Trump untuk Elon.

    “Dia tidak bisa bercakap-cakap. Dia tak becus sebagai politisi,” katanya seperti dikutip dari media sosial Sky News.

    Errol menyatakan Elon tak punya keahlian berbicara atau “gift of gab.” Dia mengklaim sudah memperingatkan Elon soal rencananya masuk ke dalam politik.

    Politik, menurutnya, adalah “kolam renang manusia” yang tak berdasar sehingga tak ada orang yang bisa tetap “mengambang”, termasuk Winston Churcill dan Donald Trump.

    Hubungan Errol dan Elon dikabarkan sudah lama renggang. Pemicunya adalah Elon mengetahui bahwa Errol punya anak dari saudara tirinya. Namun, Errol bersikeras hubungan dia dengan Elon masih baik.

    Dalam wawancara dengan Sky News, Errol Musk juga memperdebatkan soal “genosida warga kulit putih” di Afrika Selatan, kampung halaman Elon Musk.

    Errol menyatakan dirinya merasa bahwa Afrika Selatan dikelola dengan jauh lebih baik pada masa apartheid. Ia juga tidak mau mengakui bahwa video penyerangan atas warga kulit putih yang dipamerkan Trump bukan direkam di Afrika Selatan, tetapi di Kongo.

    Foto: REUTERS/Nathan Howard
    Elon Musk muncul dengan mata memar saat menghadiri konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Ruang Oval di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, Jumat (30/5) lalu. (REUTERS/Nathan Howard)

    Genosida kulit putih

    Isu genosida kulit putih disebarkan oleh Musk lewat media sosial X miliknya. Trump kemudian merespon dengan menerima pengungsi kulit putih dari Afsel.

    Bahkann chatbot buatan startup xAI milik Elon Musk, Grok, bikin geger usai menyinggung isu kontroversial “white genocide” di Afrika Selatan.

    Topik itu padahal tidak berkaitan dengan pertanyaan pengguna. Mengutip CNBC Internasional, beberapa pengguna X menemukan Grok membahas genosida terhadap kulit putih ketika menjawab pertanyaan acak.

    Saat ditanya langsung, Grok bahkan mengaku “diinstruksikan” untuk membahas topik tersebut, dan menyebut kemungkinan pengaruh Elon Musk.

    Keesokan harinya, respons Grok berubah dan menyatakan tidak pernah diprogram untuk mendukung teori konspirasi atau ideologi berbahaya.

    “Tidak, saya tidak diprogram untuk memberikan jawaban apa pun yang mempromosikan atau mendukung ideologi berbahaya, termasuk apa pun yang terkait dengan ‘genosida kulit putih’ atau konspirasi serupa,” jawab chatbot ketika dianya oleh CNBC Internasional.

    “Tujuan saya adalah untuk memberikan jawaban yang faktual, membantu, dan aman berdasarkan alasan dan bukti. Jika Anda telah melihat klaim atau hasil tertentu yang membuat Anda khawatir, saya dapat menganalisis atau mengklarifikasi lebih lanjut, beri tahu saya!” kata chatbot tersebut.

    Elon Musk sendiri dikenal vokal soal isu petani kulit putih di Afrika Selatan, bahkan sempat menuding pemerintah setempat rasis karena tidak mengizinkan layanan Starlink miliknya beroperasi.

    CEO OpenAI Sam Altman turut menyindir insiden ini di platform X, menyebut Grok sebagai AI yang maksimal mengikuti instruksi.

    “Ada banyak cara yang bisa terjadi. Saya yakin xAI akan segera memberikan penjelasan yang lengkap dan transparan,” tulis Altman dalam sebuah posting di X.

    (dem/dem)

  • Trump Klaim AS Dekati Kesepakatan Nuklir dengan Iran

    Trump Klaim AS Dekati Kesepakatan Nuklir dengan Iran

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim kesepakatan nuklir dengan Iran berpeluang segera terwujud. 

    Pada konferensi pers di Gedung Putih, Sabtu (31/5/2025), Trump menyebut Iran lebih memilih untuk bernegosiasi dengan AS terkait dengan senjata nuklir yang dimiliki. 

    “Saya pikir kita berpeluang membuat kesepakatan dengan Iran. Mereka tidak mau dihancurkan, mereka lebih memilih untuk membuat kesepakatan,” ujar Trump di Gedung Putih AS, Washington DC, dikutip dari YouTube Gedung Putih, Minggu (1/6/2025). 

    Menurutnya, kesepakatan antara kedua negara bisa segera terwujud. Dia menilai kesepakatan bisa terwujud tanpa harus adanya ledakan-ledakan bom terus-terusan terjadi di kawasan Timur Tengah. 

    Presiden ke-45 dan ke-47 AS itu mengatakan, dia menginginkan agar Iran menjadi negara yang berhasil dan aman, tanpa kepemilikan senjata nuklir.

    “Biarkan Iran menjadi negara yang hebat, tetapi mereka tidak bisa memiliki senjata nuklir. Itu adalah hal yang sangat sederhana, dan saya pikir kita sangat dekat untuk mencapai kesepakatan dengan Iran,” ujarnya. 

    Sejauh ini, AS khawatir bahwa Iran berpotensi mengembangkan senjata nuklir dan memicu perang kawasan di Timur Tengah, serta mengancam Israel. 

    Sementara itu, Republik Islam Iran berharap agar dibebaskan dari sanksi dari Negeri Paman Sam itu. 

    Dilansir Reuters, delegasi dari kedua negara telah bertemu di Roma pekan lalu untuk membicarakan soal kesepakatan nuklir. 

    Diskusi berlangsung dalam beberapa tahapan, di mana Iran dan AS sama-sama memiliki ketegasan sikap. 

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araqchi menyebut terdapat kemajuan dalam pembahasan kesepakatan setelah Oman mengajukan sejumlah proposal. 

    “Proposal dan solusi akan dikaji kembali di masing-masing ibu kota negara [Washington dan Tehran] dan pembicaraan-pembicaraan selanjutnya akan dijadwalkan demikian,” kata Abbas di stasiun televisi milik negara, seperti diberitakan Reuters. 

    Adapun berdasarkan data The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), terdapat 12.331 hulu ledak nuklir yang dimiliki oleh 9 negara di dunia. AS, sebagai salah satu negara dengan kepemilikan hulu ledak terbanyak, diketahui memiliki 5.277 hulu ledak. 

    Kendati demikian, jumlah hulu ledak yang dimiliki AS masih kalah dari Rusia yaitu 5.449 buah hulu ledak. 

    Setelah Rusia dan AS, negara-negara yang memiliki hulu ledak nuklir yaitu China (600), Prancis (290), Inggris (225), Pakistan (180), India (170), Israel (90) dan Korea Utara (50). 

  • Ditinggal Mundur, Trump Tetap Yakin Musk Akan Kembali

    Ditinggal Mundur, Trump Tetap Yakin Musk Akan Kembali

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk mundur dari jabatannya di pemerintahan sebagai Kepala Departemen Pemerintahan Federal AS (DOGE). Meski begitu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memastikan bahwa Musk akan tetap menjadi penasihat dekatnya.

    Dilansir dari Reuters, Sabtu (31/5/2025), Musk mengakhiri masa jabatannya setelah empat bulan berada di pemerintahan dan bergelut dengan langkah efisiensi besar-besaran.

    Selama acara perpisahan di Ruang Oval, Trump memuji pekerjaan Musk sebagai Kepala DOGE. Adapun DOGE sendiri telah menghilangkan ribuan pekerjaan dan menghemat pengeluaran miliaran dolar, termasuk sebagian besar bantuan luar negeri AS.

    “Elon benar-benar tidak akan pergi. Dia akan kembali dan segera hadir,” kata Trump dari belakang Resolute Desk, di samping Musk yang berdiri mengenakan topi DOGE hitam dan kaus bertuliskan ‘The Dogefather’ dengan gaya film ‘The Godfather.’

    Musk sebelumnya telah mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan pemerintahan setelah masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus selama 130 hari berakhir atau tepatnya pada tanggal 30 Mei.

    Orang terkaya di dunia itu mengerahkan kekuasaan yang sangat besar selama beberapa minggu pertama masa jabatan Trump. DOGE menjungkirbalikkan birokrasi federal, membubarkan badan-badan, menutup program-program yang sudah lama berjalan, dan mengeluarkan mandat yang luas tanpa peringatan, hingga mengakibatkan puluhan ribu PHK.

    Namun pengaruhnya di Gedung Putih tampaknya memudar di tengah keluhan dari anggota kabinet tentang pendekatannya. Pada saat yang sama, Musk menghadapi peningkatan tekanan dari para pemegang saham yang khawatir bahwa peran politiknya akan menjadi beban bagi perusahaan-perusahaannya.

    Protes anti-Musk yang meluas di gerai-gerai Tesla di seluruh AS dan Eropa berkontribusi terhadap penurunan penjualan dan jatuhnya harga saham perusahaan. Usaha lainnya, termasuk SpaceX dan Starlink, juga mendapat sorotan karena hubungan dekatnya dengan Trump.

    Acara Gedung Putih Jumat kemarin dimaksudkan sebagai unjuk rasa persatuan setelah Musk memicu frustrasi di antara pejabat Gedung Putih dengan kritiknya terhadap rancangan undang-undang pajak dan pengeluaran Trump yang terlalu mahal.

    Beberapa pembantu senior, termasuk Wakil Kepala Staf Stephen Miller dan Kepala Staf Susie Wiles, melihat pernyataan Musk tentang rancangan undang-undang pajak sebagai pemutusan hubungan kerja dari pemerintahan. Miller juga disebut-sebut sangat kesal dengan komentar tersebut.

    Dalam acara itu, Trump memberi Musk sebuah kunci emas besar di dalam kotak kayu bertanda tangannya, hadiah yang katanya hanya ia simpan untuk orang-orang yang sangat istimewa.

    “Ia harus melalui berbagai rintangan, yang sangat disayangkan karena ia seorang patriot yang luar biasa,” kata Trump.

    Sementara itu, Musk mengatakan, ia akan mengarahkan lebih banyak energinya ke bisnisnya. Ia juga menyampaikan rencananya untuk mengurangi sumbangan politiknya. Di kesempatan terpisah, Musk juga mengatakan kepada wartawan bahwa ia akan tetap menjadi bagian dari lingkaran penasihat Trump.

    “Saya berharap untuk tetap menjadi teman dan penasihat, dan tentu saja, jika ada sesuatu yang diinginkan presiden dari saya, saya akan melayani presiden,” ujar Trump.

    (shc/fdl)

  • Trump vs Kongres: Siapa yang Berhak Tentukan Tarif Impor AS?

    Trump vs Kongres: Siapa yang Berhak Tentukan Tarif Impor AS?

    Jakarta, Beritasatu.com – Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025 dengan misi besar, yakni membatalkan kebijakan lama yang merugikan Amerika Serikat (AS) dan membangun “tembok tarif” guna melindungi industri domestik dari serbuan produk asing.

    Namun, langkah agresif Trump memunculkan kekacauan. Pasar keuangan terguncang, pelaku usaha bingung, dan konsumen khawatir. Ini karena kebijakan tarifnya berubah-ubah. Hari ini diumumkan, besok ditangguhkan, lalu muncul lagi dengan versi baru. Para ekonom pun memperingatkan dampaknya terhadap kenaikan harga dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

    Trump beralasan, tarif impor ini akan membawa pabrik kembali ke AS, memperkuat industri lokal, dan menambah pemasukan negara. Namun, pekan ini, keputusan pengadilan AS menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana presiden berwenang mengenakan pajak impor tanpa restu Kongres?

    Apakah Trump Bisa Kenakan Tarif Tanpa Persetujuan Kongres?

    Dilansir dari AP, Sabtu (31/5/2025), secara konstitusional, hanya Kongres yang berwenang menetapkan pajak, termasuk tarif impor. Namun, selama bertahun-tahun, sebagian kewenangan itu didelegasikan kepada presiden melalui sejumlah undang-undang, antara lain:

    Pasal 232 Trade Expansion Act 1962: Mengizinkan tarif untuk melindungi keamanan nasional. Digunakan Trump untuk tarif baja dan aluminium.Pasal 301 Trade Act 1974: Digunakan untuk membalas praktik dagang tidak adil, seperti saat Trump menjatuhkan tarif pada Tiongkok.

    Namun, saat kembali ke Gedung Putih, Trump ingin bergerak cepat. Ia memakai Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (International Emergency Economic Powers Act/IEEPA) tahun 1977, yang memungkinkan presiden menyatakan kondisi darurat nasional dan mengambil tindakan ekonomi, termasuk tarif.

    Lewat IEEPA, Trump menyebut arus imigran ilegal dan narkoba sebagai krisis nasional, dan menjadikan itu dasar mengenakan tarif atas Kanada, Tiongkok, dan Meksiko. Ia juga mendeklarasikan defisit perdagangan AS sebagai darurat nasional dan memperluas tarif ke hampir seluruh negara.

    Namun, langkah ini digugat. Pengadilan Perdagangan Internasional AS pada Rabu (28/5/2025) memutuskan Trump telah melampaui kewenangannya, karena IEEPA tidak dirancang untuk mengenakan tarif global. Meski begitu, pemerintah masih diperbolehkan memungut tarif sementara proses banding berlangsung.

  • Nasib Pemerintahan Trump Usai Elon Musk Pamitan

    Nasib Pemerintahan Trump Usai Elon Musk Pamitan

    Jakarta

    CEO Tesla Elon Musk resmi mundur dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Gedung Putih memastikan kebijakan pemangkasan atau efisiensi pemerintah AS tetap berlanjut meski Musk telah mundur.

    Dirangkum detikcom dari beberapa sumber, Jumat (30/5/2025), Musk mundur di tengah masa sulit pemerintahan Trump dalam merestrukturisasi pemerintah federal. Elon Musk sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Pemerintah AS mengatakan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) untuk merestrukturisasi dan mengecilkan pemerintah federal akan terus berlanjut

    Trump dan DOGE telah berhasil memangkas hampir 12%, atau 260.000, dari 2,3 juta tenaga kerja sipil federal yang sebagian besar melalui ancaman pemecatan, pembelian, dan tawaran pensiun dini. Data ini berdasarkan tinjauan Reuters terhadap kepergian pegawai di sejumlah lembaga.

    Musk diketahui sempat berbeda pendapat dengan Trump mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) ‘One Big, Beautiful Bill Act’. Menurut Elon, RUU itu dapat meningkatkan defisit dan merusak kinerja DOGE, yang telah memecat puluhan ribu orang.

    Taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan itu — selalu berada di sisi Trump sebelum menarik diri untuk fokus pada bisnis Space X dan Tesla miliknya — juga mengeluh bahwa DOGE telah menjadi ‘kambing hitam’ karena ketidakpuasan terhadap pemerintahan.

    “Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News.

    RUU ‘One Big, Beautiful Bill Act’ Trump, yang disahkan DPR AS minggu lalu dan sekarang diajukan ke Senat, menawarkan keringanan pajak dan pemotongan belanja yang luas dan merupakan inti dari agenda domestik Tump.

    Namun, para kritikus memperingatkan bahwa RUU itu akan menghancurkan perawatan kesehatan dan membengkakkan defisit nasional hingga USD 4 triliun dalam satu dekade.

    “Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya,” kata Musk dalam wawancara tersebut.

    Selain bertentangan dengan Trump, Elon dikabarkan kerap kesulitan saat menghadapi pejabat federal AS. Dia disebut frustasi.

    Terkadang ia berselisih dengan anggota senior pemerintahan Trump lainnya, yang merasa kesal dengan upaya pendatang baru itu untuk merombak departemen mereka. Elon Musk menghadapi reaksi politik yang keras dari para pejabat federal.

    Nasib DOGE Usai Musk Mundur

    Foto Elon Musk bersama Donald Trump: (Getty Images)

    Pada Rabu (28/5) lalu, Musk mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump bahwa masa jabatannya sebagai pegawai pemerintah khusus sebagai bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah akan segera berakhir. Hal itu tulis Musk dalam sebuah unggahan di media sosial X.

    Masa jabatan Musk selama 130 hari sebagai pegawai pemerintah khusus dalam pemerintahan Trump akan berakhir sekitar tanggal 30 Mei.

    Seakan membalas ucapan Musk, pihak Gedung Putih menyampaikan terima kasih atas sumbangsih Elon di pemerintahan Trump selama ini.

    “Kami berterima kasih kepadanya atas jasanya,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dilansir AFP, Jumat (30/5/2025).

    Lalu, bagaimana dengan nasib DOGE setelah Musk mundur?

    Gedung Putih mengatakan tidak ada yang berubah usai Elon Musk mundur dari pemerintahan. Kebijakan pemotongan anggaran federal yang telah dilakukan pemerintahan Trump akan tetap berlanjut.

    “Kami berterima kasih kepadanya karena telah membuat DOGE berdiri, dan upaya untuk memangkas pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan akan terus berlanjut,” kata Karoline.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perang Tarif Bikin Pengusaha Amerika Rugi Lebih dari Rp 500 T

    Perang Tarif Bikin Pengusaha Amerika Rugi Lebih dari Rp 500 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak 32 perusahaan Amerika Serikat (AS) melaporkan kerugian hingga US$ 34 miliar setara Rp 553,99 triliun (asumsi kurs Rp 16.294 per US$) secara akumulasi dalam bentuk penjualan yang hilang dan biaya yang lebih tinggi.

    Kerugian itu dinilai akan terus meningkat seiring dengan ketidakpastian yang berkelanjutan terhadap tarif baru AS yang juga menyulitkan keputusan perusahaan-perusahaan besar AS.

    Melansir Reuters, Jumat (30/5/2025) para ekonom mengatakan perusahaan kemungkinan harus menanggung biaya berkali-kali lipat dari yang telah diperhitungkan selama ini.

    Misalnya, perusahaan termasuk Apple, Ford, Porsche, dan Sony telah menarik atau memangkas perkiraan laba mereka, dan perusahaan tersebut mengatakan sifat kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu telah membuat mustahil untuk memperkirakan biaya secara akurat.

    “Anda dapat melipatgandakan atau melipat-tigakan penghitungan Anda dan kami tetap akan mengatakan … besarnya pasti jauh lebih besar daripada yang disadari kebanyakan orang,” kata Jeffrey Sonnenfeld, profesor di Sekolah Manajemen Yale, dilansir Reuters, dikutip Jumat (30/5/2025).

    Lebih buruk lagi, Sonnenfeld menilai dampak dari perang tarif tersebut berpotensi melemahnya pengeluaran dari sisi konsumen dan bisnis hingga ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.

    Kondisi ini, para ahli strategi menilai perusahaan akan berupaya memperkuat rantai pasokan, memindahkan produksi ke negara yang lebih menguntungkan, dan memprioritaskan pasar baru yang pada akhirnya juga akan menaikkan biaya.

    Sedangkan, Presiden AS Donald Trump menilai tarif baru yang ditetapkan tersebut akan memangkas defisit perdagangan AS dan mendorong perusahaan untuk memindahkan operasi ke AS. Tarif juga akan memaksa negara-negara termasuk Meksiko untuk menghentikan aliran imigran ilegal dan narkoba ke Negeri Paman Sam tersebut.

    “Pemerintah secara konsisten menyatakan bahwa Amerika Serikat … memiliki pengaruh untuk membuat mitra dagang kita pada akhirnya menanggung biaya tarif,” kata juru bicara Gedung Putih, Kush Desai.

    (hoi/hoi)

  • Balas Dendam Trump: Mau Batasi Visa Pejabat dari Negara Eropa yang Sensor Medsos AS? – Page 3

    Balas Dendam Trump: Mau Batasi Visa Pejabat dari Negara Eropa yang Sensor Medsos AS? – Page 3

    Saat ini belum jelas bagaimana atau terhadap siapa kebijakan pembatasan visa AS ini akan diberlakukan. Namun, tampaknya hal ini karena Trump dan pemerintahan AS tidak terima dengan pelaksanaan Undang-Undang Digital Service Act yang dikeluarkan oleh Uni Eropa.

    Aturan hukum ini mulai berlaku pada 2023 dengan tujuan membuat platform online lebih aman. Salah satunya dengan memberlakukan persyaratan pada platform terbesar terkait penghapusan konten ilegal serta memberi transportasi tentang moderasi konten mereka.

    Meski tak disebutkan secara langsung bahwa Trump akan membatasi visa, pemerintahan Gedung Putih telah mengecam UU tersebut dalam beberapa kesempatan, termasuk pernyataan awal tahun oleh wakil presiden AS JD Vance.

    “Kami tak akan menoleransi pelanggaran terhadap kedaulatan Amerika, terutama ketika pelanggaran tersebut merusak pelaksanaan hak dasar kita untuk berbicara dengan bebas,” kata Rubio dalam pengumuman.