Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Tekanan Tak Henti Trump ke The Fed: Suku Bunga Harus Turun 1%, Ancam Ganti Powell

    Tekanan Tak Henti Trump ke The Fed: Suku Bunga Harus Turun 1%, Ancam Ganti Powell

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali meningkatkan tekanannya terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell agar memangkas suku bunga sebesar satu poin persentase penuh.

    Melansir Bloomberg, Sabtu (7/6/2025), lewat unggahan di media sosial, Trump mengkritik kebijakan suku bunga The Fed. Bahkan dirinya menyebut Powell dengan julukan sinis “Terlambat Bertindak.”

    “Terlambat di The Fed adalah bencana! Meski dia ada, negara kita tetap hebat. Pangkas satu poin penuh, berikan bahan bakar roket!” ungkap Trump di media sosial.

    Meski permintaan Trump terhadap pemangkasan suku bunga bukan hal baru, ukuran desakannya kali ini sangat ekstrem.

    Presiden yang menunjuk Powell pada 2017 itu berulang kali menilai sang ketua terlalu berhati-hati dalam menurunkan biaya pinjaman. Bulan lalu, Trump bahkan secara langsung menekan Powell dalam pertemuan di Gedung Putih.

    Berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengungkapkan tengah mempertimbangkan calon pengganti Powell, yang masa jabatannya berakhir Mei 2026.

    “Akan diumumkan segera,” katanya, tanpa menyebut nama. Saat ditanya soal Kevin Warsh, mantan gubernur The Fed, Trump menjawab, “Ia sangat dihormati.”

    The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan pada 17–18 Juni dan diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan. Para pejabat menyatakan ingin melihat dampak kebijakan ekonomi Trump—terutama soal tarif, pajak, dan imigrasi—sebelum mengubah arah kebijakan moneter.

    Pemangkasan suku bunga satu persen dalam satu pertemuan sangat jarang terjadi kecuali dalam situasi gawat. Kali terakhir langkah serupa diambil adalah Maret 2020, saat pandemi Covid-19 memicu resesi dalam dan lonjakan pengangguran.

    The Fed sendiri menargetkan inflasi 2% dan menyeimbangkan antara stabilitas harga dan lapangan kerja—dua mandat yang ditetapkan Kongres. Menurunkan suku bunga terlalu cepat berisiko memicu inflasi, sementara mempertahankannya terlalu tinggi bisa menahan pertumbuhan ekonomi.

    Trump menyampaikan desakan ini setelah data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat di bulan Mei namun tetap solid, dengan tingkat pengangguran bertahan di 4,2%. Gedung Putih menyebut ekonomi tengah “melonjak”, ditopang pertumbuhan gaji dan inflasi yang mulai terkendali.

    Namun pejabat The Fed menilai kondisi pasar kerja masih cukup kuat untuk mempertahankan suku bunga. Mereka khawatir pelonggaran dini justru memperburuk tekanan inflasi yang belum sepenuhnya mereda.

    Dalam unggahan berikutnya, Trump menuduh Powell membuat negara “merugi besar” karena mempertahankan suku bunga tinggi, yang berdampak pada biaya bunga utang pemerintah.

    “Jika dia memotong, kita bisa turunkan bunga utang jangka pendek dan panjang. Inflasi tak ada. Kalau nanti muncul lagi, naikkan suku bunga. Sangat sederhana!!!” tulisnya.

    Sejak The Fed menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi tinggi dalam beberapa tahun terakhir, biaya pinjaman AS melonjak. Rata-rata suku bunga obligasi pemerintah kini berada di kisaran 3,36%, jauh lebih tinggi dibanding era sebelum kenaikan suku bunga.

    Tahun fiskal lalu, pembayaran bunga utang setara 3,06% dari Produk Domestik Bruto (PDB) — tertinggi sejak 1996.

    Ironisnya, meski Trump dan Partai Republik berjanji menekan defisit, RUU pemotongan pajak yang tengah mereka dorong justru diperkirakan memperlebar defisit.

    Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan RUU itu akan menambah beban bunga sebesar US$551 miliar selama satu dekade. Proyeksi ini belum mencakup dampak lain seperti potensi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi.

    The Fed Makin Mantap Tahan Suku Bunga

    Di sisi lain, The Fed semakin mantap untuk mempertahankan suku bunga acuannya, setelah data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat di tengah ketidakpastian akibat perubahan besar dalam kebijakan perdagangan.

    Laporan bulanan Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Jumat (6/6) mencatat tingkat pengangguran tetap di 4,2% pada Mei. Meski penciptaan lapangan kerja tercatat sebanyak 139.000—lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun lalu—revisi ke bawah pada data sebelumnya tetap mengindikasikan pelemahan yang bertahap, bukan mendadak.

    Para pengambil kebijakan di The Fed tetap berhati-hati. Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyebut laporan ketenagakerjaan ini “solid” dan mengatakan saat ini adalah waktu untuk mempertahankan kebijakan.

    The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan pada 17–18 Juni, dan diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga. Pelaku pasar kini memprediksi pemangkasan pertama baru terjadi pada September, disusul satu kali lagi pada Desember.

    Setelah laporan ketenagakerjaan dirilis, ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan ketiga tahun ini mulai berkurang.

    “Data ketenagakerjaan yang kuat memperkuat argumen The Fed untuk bersabar,” kata Scott Helfstein, Kepala Strategi Investasi Global X.

    Namun demikian, sejumlah analis memperkirakan pasar tenaga kerja akan terus melemah dalam beberapa bulan ke depan akibat tekanan dari tarif impor dan ketidakpastian kebijakan pemerintah.

    Laporan terbaru menunjukkan bahwa penambahan lapangan kerja hanya terjadi di sektor-sektor terbatas seperti layanan kesehatan, sementara manufaktur mencatat penurunan terbesar sejak Januari.

  • Saham Tesla Ambles Sampai Rp2.400 Triliun di Tengah Perseteruan Elon Musk vs Trump

    Saham Tesla Ambles Sampai Rp2.400 Triliun di Tengah Perseteruan Elon Musk vs Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Kapitalisasi pasar produsen kendaraan listrik terbesar di AS, Tesla Inc. yang dimiliki Elon Musk langsung raib hingga US$150 miliar akibat kekhawatiran investor akan runtuhnya aliansi Musk dan Presiden AS Donald Trump.

    Saham Tesla anjlok 14% pada Kamis (5/6/2025), menjadikannya pekan terburuk selama setahun terakhir. Saham Tesla juga menjadi yang paling lambat di antara tujuh raksasa teknologi (magnificent seven).

    Hal ini juga berdampak pada saham Destiny Tech100 Inc., dana tertutup dengan saham besar di SpaceX, yang anjlok 13%.

    Melansir data Bloomberg Billionaires Index pada Jumat (6/6/2024), kekayaan bos Tesla dan SpaceX itu anjlok US$33,9 miliar dalam sehari sehingga membuat posisi kekayaannya menjadi US$335 miliar atau Rp5.446,44 triliun (kurs: Rp16.258,05 per dolar AS).

    “Ini adalah situasi Twilight Zone bagi semua investor, karena hal terakhir yang ingin dilihat investor adalah Trump berubah dari pendukung besar Musk dan Tesla menjadi musuh,” kata Dan Ives, seorang analis di Wedbush dan salah satu pendukung terbesar Tesla, dikutip Bloomberg..

    Perseteruan Musk-Trump bermula saat bos Tesla memilih mengundurkan diri dari pemerintahan Trump pada pekan lalu. Sejak keluar, Musk justru berbalik mengkritik Rancangan Undang-Undang (RUU) Pajak dan Kebijakan dalam Negeri AS.

    “RUU pengeluaran Kongres yang sangat besar, keterlaluan, dan penuh dengan tipu daya ini adalah kekejian yang menjijikkan. Memalukan bagi mereka yang memilihnya,” tulis Musk dalam sebuah posting media sosial.

    Namun, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menepis kritik tersebut. “Ini adalah RUU yang besar dan indah dan dia akan mematuhinya,” katanya kepada wartawan pada Selasa.

    Pasalnya, kebijakan pajak Trump dapat menghapus keringanan pajak senilai US$7.500 bagi konsumen sejumlah model keluaran Tesla dan lainnya pada akhir tahun ini, jauh lebih cepat 7 tahun dari rencana sebelumnya.

    JPMorgan & Chase Co. memperkirakan kebijakan itu berpotensi menciptakan kerugian hingga US$1,2 miliar bagi Tesla.

    Kepala investasi di Granite Bay Wealth Management Paul Stanley mengatakan kontroversi yang berkelanjutan dapat merusak kepercayaan investor dan menciptakan volatilitas tambahan.

    “Mengingat kewenangan yang melekat pada jabatan presiden, saya tidak melihat bagaimana ini bisa menjadi sesuatu yang tidak negatif bagi Tesla dan Musk,” katanya.

    Sementara itu, Donald Trump balik menyerang dari Ruang Oval, Gedung Putih. Bahkan, Trump mengancam akan mengakhiri kontrak yang dipegang pemerintah dengan perusahaan Elon Musk.

    “Elon ‘sudah kurus kering,’ saya memintanya untuk pergi, saya mencabut mandat EV-nya yang memaksa semua orang membeli mobil listrik yang tidak diinginkan orang lain [yang sudah dia tahu selama berbulan-bulan akan saya lakukan!), dan dia menjadi GILA!,” tulis Trump sebagai serangan balik kepada Musk.

  • Kinerja Saham Tesla Jadi yang Terburuk pada 2025

    Kinerja Saham Tesla Jadi yang Terburuk pada 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Tesla tercatat sebagai salah satu saham dengan kinerja terburuk pada 2025, meskipun termasuk dalam kategori saham dengan kapitalisasi pasar besar. Penurunan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk melemahnya permintaan kendaraan listrik, kontroversi politik yang melibatkan CEO Elon Musk, dan perseteruan terbuka dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Dilansir dari AP, Jumat (6/6/2025), sepanjang tahun ini, kapitalisasi pasar Tesla telah menyusut 29,3%, menjadi sekitar US$ 917 miliar. Penurunan ini menjadikan Tesla sebagai perusahaan dengan penurunan nilai pasar terbesar di antara perusahaan-perusahaan besar dunia.

    Pasa awal tahun, Tesla berada di peringkat kedelapan dalam daftar perusahaan global berdasarkan kapitalisasi pasar. Namun hingga 5 Juni 2025, posisinya turun ke peringkat kesepuluh.

    Meski demikian, saham Tesla sempat rebound pada awal perdagangan Jumat, setelah muncul kabar bahwa Gedung Putih berencana menghubungi Elon Musk untuk meredakan ketegangan dan menengahi konflik dengan Trump.

    Tak hanya Tesla, Apple juga mengalami nasib serupa. Perusahaan teknologi raksasa itu tergelincir dari posisi puncak sebagai perusahaan paling bernilai di dunia. Kapitalisasi pasar Apple turun lebih dari 20% sepanjang tahun ini, menjadi sekitar US$ 2,99 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan di pasar Tiongkok, kekhawatiran terhadap ancaman tarif dari Trump, dan perkembangan yang lambat dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).

    Sementara itu, Microsoft berhasil merebut posisi nomor satu dalam kapitalisasi pasar global, didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap layanan berbasis AI. Kesuksesan Microsoft didukung oleh kemitraannya dengan OpenAI serta integrasi teknologi AI seperti Microsoft 365 Copilot ke dalam produk-produknya.

  • Xi Jinping Akhirnya Terima Telepon Donald Trump, Obrolannya Diungkap

    Xi Jinping Akhirnya Terima Telepon Donald Trump, Obrolannya Diungkap

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping kembali menggelar percakapan langsung melalui sambungan telepon di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan, termasuk sengketa soal ekspor mineral langka.

    Dalam panggilan yang berlangsung lebih dari satu jam pada Kamis (5/6), Xi Jinping meminta Washington mencabut langkah-langkah perdagangan yang dinilai merusak ekonomi global. Serta mengingatkan agar AS tidak mengambil langkah provokatif dalam isu Taiwan.

    Meski demikian, Presiden Trump menyebut pembicaraan tersebut menghasilkan kesimpulan yang berjalan positif.

    Ia mengumumkan akan ada pembicaraan lanjutan antara delegasi perdagangan kedua negara dalam waktu dekat, sembari menekankan bahwa persoalan terkait produk mineral langka kini lebih dipahami oleh kedua pihak.

    “Kami dalam posisi yang sangat baik dengan China dan kesepakatan perdagangan,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Jumat (6/6/2025).

    Kedua pemimpin juga saling mengundang untuk mengunjungi negara masing-masing.

    Panggilan ini terjadi di tengah perselisihan mengenai mineral langka antara Washington dan Beijing, yang mengancam gencatan senjata sementara dalam perang dagang dua ekonomi terbesar dunia. Namun, pernyataan dari kedua negara tidak secara gamblang menunjukkan bahwa isu ini sudah tuntas.

    Delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer akan segera bertemu dengan mitra mereka dari China, menurut Trump.

    Kedua negara sebelumnya mencapai kesepakatan 90 hari pada 12 Mei untuk mencabut sebagian tarif saling balas yang diberlakukan sejak Trump kembali menjabat pada Januari.

    Meski pasar saham menguat, kesepakatan sementara itu belum menyentuh isu-isu lebih besar yang membebani hubungan bilateral, seperti perdagangan ilegal fentanyl, status Taiwan, dan keluhan AS terhadap model ekonomi China yang didominasi negara.

    Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump kerap mengancam mitra dagang dengan berbagai kebijakan hukuman, namun juga mencabutnya di menit-menit terakhir. Pendekatan ini membingungkan pemimpin dunia dan membuat pelaku bisnis gelisah.

    Keputusan China pada April untuk menangguhkan ekspor sejumlah mineral penting dan magnet telah mengganggu pasokan global yang dibutuhkan oleh industri otomotif, semikonduktor, dan pertahanan.

    Beijing memandang ekspor mineral ini sebagai alat tekanan, penghentian ekspor bisa menimbulkan tekanan politik domestik pada Trump jika pertumbuhan ekonomi menurun akibat terganggunya produksi.

    (dem/dem)

  • Elon Musk dan Donald Trump Ribut Bak Mantan Pacar, Dulu Semesra Ini

    Elon Musk dan Donald Trump Ribut Bak Mantan Pacar, Dulu Semesra Ini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan antara Donald Trump dan Elon Musk resmi retak. Setelah sempat jadi sekutu dekat, keduanya kini saling serang di media sosial, memicu kekhawatiran pasar dan memunculkan ketegangan baru antara dunia bisnis dan politik Amerika.

    Ketegangan memuncak pada Kamis, ketika Trump mengancam akan menghentikan semua kontrak pemerintah untuk perusahaan-perusahaan milik Elon Musk, termasuk SpaceX dan Tesla.

    “Cara termudah menghemat miliaran dolar adalah dengan memutus subsidi dan kontrak pemerintah Elon,” tulis Trump di platform Truth Social, dikutip dari Reuters, Jumat (6/6/2025).

    Sebagai respons, Musk membalas tajam di X (dulu Twitter), menyetujui unggahan yang menyarankan agar Trump dimakzulkan.

    Tak hanya itu, Musk bahkan menulis, “Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilu,” mengklaim bahwa ia menyumbang hampir US$300 juta untuk mendukung kampanye Trump dan Partai Republik.

    Permusuhan ini langsung berdampak ke pasar. Saham Tesla anjlok lebih dari 14% dalam satu hari, menghapus kapitalisasi pasar sekitar US$150 miliar. Angka ini merupakan penurunan harian terbesar dalam sejarah perusahaan.

    Retaknya Persahabatan: Isu Kontrak & NASA

    Menurut dua pejabat Gedung Putih yang dikutip Reuters, titik balik hubungan keduanya terjadi saat Trump membatalkan pencalonan Jared Isaacman, kandidat pilihan Musk, sebagai Administrator NASA.

    “Dia [Musk] sangat kecewa,” ujar salah satu pejabat. Isaacman dikenal sebagai sekutu dekat Musk dan sosok kunci dalam visi eksplorasi luar angkasa SpaceX.

    Sejak saat itu, pemerintahan Trump disebut mulai membatasi pengaruh Musk, termasuk mencabut kewenangan informalnya dalam pengambilan keputusan anggaran dan sumber daya manusia.

    Di sisi lain, Musk juga makin vokal menentang RUU belanja federal usulan Trump, yang ia sebut “kekejian menjijikkan” dan memperingatkan dapat mendorong AS ke jurang resesi.

    “Jika Trump terus memaksakan tarif tinggi dan pengeluaran masif, ekonomi akan tergelincir akhir tahun ini,” tulis Musk dalam salah satu unggahannya di X.

    Musk Ancam SpaceX, Serang Sekutu Trump

    Puncak kemarahan Musk juga terlihat saat ia mengancam akan menonaktifkan Dragon, wahana SpaceX yang digunakan NASA untuk misi luar angkasa. Namun, tak lama kemudian, ancaman itu ditarik setelah mendapat respons negatif dari publik.

    Melansir Forbes, Musk juga menuding keterlibatan Trump dalam “berkas Epstein” yang belum dirilis, serta mendukung cuitan pengguna media sosial yang menyerukan agar Trump dimakzulkan dan digantikan oleh Senator JD Vance. Tak ketinggalan, ia menyindir sekutu Trump seperti Steve Bannon.

    Dampak Politik dan Ekonomi

    Menurut seorang strategis Partai Republik yang enggan disebut namanya, perpecahan ini dapat berdampak luas.

    “Elon benar-benar bagian penting dalam kampanye tahun lalu. Kalau dia mundur dari medan politik, itu bisa mengganggu persiapan kami untuk pemilu sela,” katanya kepada Reuters.

    Tak hanya soal uang kampanye, Trump juga berisiko kehilangan pengaruh di kalangan pendukung muda, pemilih independen, dan komunitas teknologi, basis yang sebelumnya bisa dijangkau berkat kedekatan dengan Musk.

    Sementara bagi Musk, ancaman Trump bisa membuka jalan bagi penyelidikan baru terhadap bisnisnya dan potensi pemutusan kontrak besar, termasuk proyek strategis seperti peluncuran NASA dan infrastruktur komunikasi militer lewat Starlink.

    Masih Ada Ruang Damai?

    Meski hubungan memanas, ada sinyal pendinginan. Saat investor miliarder Bill Ackman menyerukan rekonsiliasi, Musk hanya membalas singkat: “Anda tidak salah.”

    Sumber Gedung Putih menyebut, percakapan telepon antara Trump dan Musk dijadwalkan pada Jumat. Namun, belum jelas apakah itu cukup untuk meredakan ketegangan yang sudah meluas ke ranah publik dan pasar.

    (dce)

  • Perang Melawan Trump, Kerajaan Bisnis Elon Musk Tumbang Seketika

    Perang Melawan Trump, Kerajaan Bisnis Elon Musk Tumbang Seketika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perseteruan antara pengusaha kondang Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membawa ancaman bagi kontrak luar angkasa SpaceX senilai US$ 22 miliar (Rp 357 triliun). Hal ini akan membawa guncangan bagi industri dirgantara luar angkasa Negeri Paman Sam.

    Mengutip Reuters, Kamis (5/6/2025), perselisihan tersebut, yang berakar dari kritik Musk terhadap undang-undang pemotongan pajak dan pengeluaran Trump yang dimulai minggu lalu, dengan cepat menjadi tidak terkendali. Trump menyerang Musk ketika presiden berbicara di Ruang Oval.

    Kemudian dalam serangkaian posting X, Musk melontarkan sindiran terhadap Trump, yang mengancam akan mengakhiri kontrak pemerintah dengan perusahaan-perusahaan Musk. Musk juga mengatakan bahwa ia akan mulai “menonaktifkan” wahana antariksa Dragon milik SpaceX yang digunakan oleh NASA.

    Ancaman Musk untuk tiba-tiba menghentikan layanan wahana antariksa Dragon menandai ledakan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari salah satu mitra komersial terkemuka NASA.

    Berdasarkan kontrak senilai sekitar US$ 5 miliar (Rp 81 triliun), kapsul Dragon telah menjadi satu-satunya wahana antariksa AS milik badan antariksa tersebut yang mampu membawa astronot ke dan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Hal ini menjadikan perusahaan Musk sebagai elemen penting dari program luar angkasa AS.

    Sekretaris pers NASA Bethany Stevens menolak berkomentar tentang SpaceX. Namun ia menegaskan akan terus mencoba memuaskan sejumlah pihak untuk kepentingan negara.

    “Kami akan terus bekerja dengan mitra industri kami untuk memastikan tujuan presiden di luar angkasa terpenuhi,” tuturnya.

    Trump dan Meroketnya SpaceX

    SpaceX meraih dominasi jauh sebelum Musk terjun ke politik Partai Republik tahun lalu. Analis menyebut bahwa membangun pangsa pasar yang tangguh dalam industri peluncuran roket dan komunikasi satelit yang dapat melindunginya dari perpecahan Musk dengan Trump.

    “Untungnya itu tidak akan menjadi bencana besar, karena SpaceX telah berkembang menjadi kekuatan global yang mendominasi sebagian besar industri luar angkasa, tetapi tidak diragukan lagi bahwa itu akan mengakibatkan hilangnya pendapatan yang signifikan dan hilangnya peluang kontrak,” kata Justus Parmar, CEO investor SpaceX, Fortuna Investments.

    Di bawah Trump dalam beberapa bulan terakhir, industri antariksa AS dan tenaga kerja NASA yang berjumlah 18.000 orang telah terombang-ambing oleh PHK yang mengancam. Pemotongan anggaran yang diusulkan Trump memberikan ancaman terhadap puluhan program sains.

    Calon Trump untuk administrator NASA, sekutu Musk dan astronot swasta miliarder Jared Isaacman, tampaknya menjadi korban awal keretakan Musk dengan presiden ketika Gedung Putih tiba-tiba mencoretnya dari posisi itu. Trump pada hari Kamis menjelaskan pemecatan Isaacman dengan mengatakan bahwa ia “sepenuhnya Demokrat”.

    Meski alasan pemecatan ini sangat politis, Wakil Administrator NASA Lori Garver mengatakan pembatalan kontrak SpaceX mungkin tidak sah. Tetapi, ia juga memberikan peringatan tegas kepada Musk

    “Seorang CEO nakal yang mengancam akan menonaktifkan wahana antariksa, yang membahayakan nyawa astronot, tidak dapat dipertahankan,” ujarnya.

    Bukan cuma SpaceX yang jadi korban, bisnis Musk lainnya juga hancur lebur karena perselisihan dengan Trump. Pada Kamis (5/6) waktu setempat, saham Tesla anjlok 14% dan menghapus nilai pasarnya sebesar US$150 miliar atau Rp2.438 triliun dalam sehari. 

    Investor dikatakan mengawasi dengan serius konflik Musk dan Trump. Kekhawatiran investor terbukti meruntuhkan kerajaan bisnis Musk seketika. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya!

    (tps/tps)

  • Warga dari 12 Negara Ini Dilarang Trump Masuk AS

    Warga dari 12 Negara Ini Dilarang Trump Masuk AS

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan peraturan baru dengan membuat larangan perjalanan ke AS. Pemerintahan Donald Trump itu mem-black list 12 negara, jadi warga negara yang masuk ke ‘daftar hitam’ itu tidak bisa masuk ke AS.

    Dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (5/6/2025), kebijakan ini dipicu oleh serangan bom api terhadap protes Yahudi di Boulder, Colorado, AS. Serangan itu terjadi belum lama ini.

    Adapun 12 warga negara yang dilarang masuk AS itu adalah:

    1. Afghanistan
    2. Myanmar
    3. Chad
    4. Republik Kongo
    5. Guinea Ekuatorial
    6. Eritrea

    7. Haiti
    8. Iran
    9. Libya
    10. Somalia
    11. Sudan
    12. Yaman

    Selain itu, Trump juga memberlakukan larangan sebagian bagi pelancong dari tujuh negara: Burundi, Kuba, Laos, Sierra Leone, Togo, Turkmenistan, dan Venezuela. Beberapa visa kerja sementara dari negara-negara ini akan diizinkan.

    Serangan teror baru-baru ini di Boulder, Colorado telah menggarisbawahi bahaya ekstrem yang ditimbulkan bagi negara kita oleh masuknya warga negara asing yang tidak diperiksa dengan benar,” kata Trump dalam pesan video dari Ruang Oval yang diunggah di media sosial X sebagaimana dilansir AFP.

    “Kita tidak menginginkan mereka,” ujar Trump.

    Meski begitu, larangan ini tidak akan berlaku bagi para atlet yang berkompetisi di Piala Dunia, yang akan diselenggarakan bersama oleh AS dengan Kanada dan Meksiko, serta Olimpiade Los Angeles 2008.

    Rencana Trump Batasi Negara Muslim

    Foto: AFP PHOTO/MARK RALSTON

    Sebelum larangan ini ditetapkan, Pada Meret lalu, pemerintahan Trump tengah menggodok larangan perjalanan dan pembatasan bagi warga dari beberapa negara. Salah satunya negara muslim atau mayoritas muslim untuk memasuki AS.

    “[Perintah eksekutif ini untuk melindungi warga AS dari] orang asing yang bermaksud melakukan serangan teroris, mengancam keamanan nasional, menganut ideologi kebencian, atau mengeksploitasi undang-undang imigrasi untuk tujuan jahat,” bunyi draf tersebut yang dilansir dari USA Today, Kamis (13/3).

    Perintah tersebut memberi batas waktu hingga 60 hari sejak dikeluarkan bagi Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Jaksa Agung Pam Bondi, Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard untuk mengidentifikasi negara-negara dan memberlakukan larangan tersebut.

    Larangan itu berada di bawah perintah eksekutif Trump dengan tajuk melindungi Amerika Serikat dari teroris asing dan lainnya. Sampai saat ini, pejabat Gedung Putih belum dapat mengonfirmasi warga dari negara mana saja yang akan dilarang masuk atau dibatasi.

    Menurut New York Times, pembatasan visa dilakukan menyusul perintah eksekutif Trump pada 20 Januari lalu yang mendesak perlindungan bagi AS dari teroris asing dan ancaman keamanan lainnya. Perintah tersebut menginstruksikan pihak berwenang AS meninjau individu yang memasuki AS dari negara-negara dalam daftar merah.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Xi Jinping Respons Seruan ‘Perang’ Terbaru Trump, Dunia Bisa Amburadul

    Xi Jinping Respons Seruan ‘Perang’ Terbaru Trump, Dunia Bisa Amburadul

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah China pimpinan Presiden Xi Jinping merespon langkah Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan tarif 50% atas baja buatan Negeri Tirai Bambu. Respons resmi ini disampaikan Juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yongqian dalam jumpa pers pada hari Kamis (5/6/2025).

    Dalam paparannya, He mengatakan bahwa China telah berulang kali menekankan bahwa tarif Pasal 232 yang ditekan Presiden AS Donald Trump adalah tindakan unilateralis dan proteksionis yang umum. Ia mengatakan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa tarif tersebut melanggar aturannya.

    “Kenaikan tarif terbaru AS terhadap baja, aluminium, dan turunannya tidak hanya merugikan pihak lain dan dirinya sendiri, gagal meningkatkan keamanan industri, tetapi juga sangat mengganggu stabilitas rantai pasokan dan industri global,” katanya dikutip Newsweek.

    “China mendesak AS untuk menghormati hukum ekonomi, meninggalkan pemikiran zero-sum, berhenti memaksakan dan menyalahgunakan konsep keamanan nasional, menegakkan sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, mengatasi masalah melalui dialog yang setara, dan bekerja sama untuk menjaga stabilitas rantai pasokan dan industri global.”

    Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa kenaikan tarif baja dan aluminium diperlukan untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik negara asing yang menjual baja murah ke AS dan merugikan perusahaan-perusahaan Amerika.

    “Mulai Rabu pukul 12:01 dini hari, tarif impor baja, aluminium, dan produk turunannya akan naik menjadi 50% dari sebelumnya 25%,” menurut pemberitahuan resmi Gedung Putih.

    Tarif ini diberlakukan berdasarkan Bagian 232 Undang-Undang Perluasan Perdagangan, dengan alasan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas produksi baja dan aluminium demi alasan ekonomi dan pertahanan.

    Namun, kalangan bisnis telah memperingatkan bahwa langkah ini dapat meningkatkan biaya bagi berbagai industri, termasuk konstruksi, otomotif, manufaktur, energi, dan produsen barang konsumen.

    “Dengan tarif 50% untuk baja, baja Amerika akan menjadi kurang kompetitif secara internasional dan membebani konsumen lebih banyak sambil menambah kantong para baron baja,” kata Peterson Institute, sebuah badan penelitian ekonomi non-partisan, mengutip salah satu peneliti mereka, Gary Clyde Hufbauer, di X.

    (tps)

  • Siapkah Kanselir Jerman Merz Hadapi Trump?

    Siapkah Kanselir Jerman Merz Hadapi Trump?

    Jakarta

    Keduanya sudah saling bertukar nomor ponsel, serta mulai menyapa satu sama lain dengan nama depan: Donald dan Friedrich. Kendati begitu, keduanya belum pernah bertatap muka langsung, kecuali sekilas lalu bertahun silam di New York. Kini, untuk pertama kalinya, Kanselir baru Jerman, Friedrich Merz dari partai konservatif CDU, melakukan kunjungan kenegaraan ke Washington untuk bertemu Amerika Serikat Presiden Donald Trump.

    Merz mendapat kehormatan khusus menginap di Blair House, bangunan resmi tamu negara yang berdampingan langsung dengan Gedung Putih. Di tempat inilah Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Presiden Prancis Charles de Gaulle pernah bermalam.

    Padahal, belum lama ini, Merz secara terbuka mengecam Trump karena, bersama Wakil Presiden JD Vance, sempat mempermalukan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di hadapan dunia. Dalam pertukaran bersejarah itu, Trump dan Vance menyiratkan bahwa Ukraina ikut bersalah atas invasi Rusia.

    Friedrich Merz juga tidak menutupi kejengkelannya saat sejumlah tokoh dekat Trump, termasuk Vance, menunjukkan simpati terhadap partai Alternatif für Deutschland (AfD), partai ekstrem kanan di Jerman.

    “Kita harus mau masuk ke dunianya”

    Dalam sebuah forum Eropa yang digelar oleh stasiun penyiaran Jerman WDR, Merz berbicara secara terbuka mengenai kesan awalnya terhadap Trump, termasuk saat mereka pertama kali berbicara lewat telepon. “Yang penting, jangan bicara terlalu panjang. Bicara singkat, dan biarkan dia bicara juga,” ujarnya. Dia mencatat bahwa hampir setiap dua-tiga kata yang keluar dari mulut Trump adalah kata “great”.

    “Kita harus bersedia menyesuaikan diri dengannya, masuk ke dunianya. Tapi di saat yang sama, jangan sampai kita merendahkan diri. Kita bukan pengemis,” tegasnya.

    Saran agar Merz tetap percaya diri juga datang dari Carlo Masala, profesor politik internasional di Universitas Bundeswehr di München. Dalam wawancara dengan stasiun televisi NDR Info, Masala mengatakan, “Merz harus tampil tegas, tapi tetap membuat Trump merasa bahwa dia seorang negarawan dengan visi besar. Merayu dengan penuh kepercayaan diri ala Eropa, itulah strategi yang tepat. Tapi tetap saja, bukan jaminan berhasil.”

    Tiga agenda besar di Washington

    Dalam isu pertahanan, Merz datang dengan argumen solid untuk menjawab kritik Trump soal rendahnya anggaran pertahanan di Eropa. Jerman merencanakan peningkatan belanja militer hingga lima persen, dengan alokasi sebesar 3,5% untuk angkatan bersenjata Bundeswehr, dan sisanya untuk infrastruktur penunjang.

    Merz juga ingin agar Jerman lebih sering mengambil inisiatif dalam isu pertahanan di Eropa. Contohnya adalah kunjungan bersama ke Kyiv yang diusulkannya bersama para pemimpin Jerman, Prancis, Inggris, dan Polandia. Langkah ini sejalan dengan keinginan Amerika agar Eropa lebih mandiri dalam mengurus keamanannya sendiri. Sebagai imbal balik, Merz dan para pemimpin Eropa lainnya berharap AS tetap berkomitmen untuk menekan Rusia dan mendukung Ukraina.

    Untuk isu lonjakan tarif impor, Merz hanya bisa menjalankan lobi karena kebijakan perdagangan adalah kewenangan Uni Eropa, bukan pemerintah nasional. Namun sebagai negara eksportir besar, Jerman sangat terdampak oleh kebijakan proteksionis di Washington. Tepat di hari keberangkatan Merz, tarif impor AS atas baja dan aluminium melonjak dua kali lipat menjadi 50 persen.

    Bisa dipastikan, Merz akan berupaya keras – baik di Washington maupun di Brussel – untuk mencegah konflik dagang yang berpotensi merugikan semua pihak.

    Akankah Amerika tinggalkan Eropa?

    Sebagai politisi konservatif yang lama dikenal sebagai loyalis Transatlantik sejati, Merz diperkirakan akan mencoba meyakinkan Donald Trump bahwa keterlibatan Amerika di Eropa tetap penting bagi kepentingan Washington sendiri. Tapi pandangan pakar militer Jerman Masala tidak berubah. “Saya kira, ke depan kita harus realistis. Amerika kemungkinan akan menarik diri dari peran sebagai kekuatan penyeimbang di Eropa. Mereka mungkin tak lagi melihat diri mereka sebagai kekuatan Eropa,” katanya.

    Oleh karena itu, Eropa harus menyiapkan diri menghadapi skenario di mana dukungan utama untuk Ukraina bisa menghilang. “Saatnya bergerak cepat untuk membangun kapasitas pertahanan dan kedaulatan Eropa. Itu strategi jangka panjang yang harus kita bangun.”

    Ketegangan dalam hubungan Jerman-AS bukan hal baru. Terlebih karakter Merz dan Trump berbeda jauh seperti siang dan malam. Tapi sang kanselir mengaku siap menghadapi Trump secara terbuka dan percaya diri. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Jerman ZDF, Merz berkata, “saya tidak perlu minum obat penenang hanya untuk bisa berbicara dengan presiden Amerika Serikat.”

    Meski begitu, beberapa topik sensitif kemungkinan sengaja akan dihindari, termasuk sikap pro-AfD dari orang-orang dekat Trump. Bahkan Menteri Luar Negeri Johann Wadephul memilih diam saat isu ini mencuat di Washington.

    Trump dan akarnya di Jerman

    Datangnya pemerintahan baru yang dibentuk oleh CDU/CSU dan SPD ikut mengubah arah kebijakan luar negeri Jerman. Gaya moralistik dan menggurui yang sering dikritik dari mantan Menlu Annalena Baerbock kini berganti dengan pendekatan pragmatis, menekankan kepentingan bersama dan kesediaan berkompromi, bahkan dengan mitra yang sulit seperti pemerintahan Trump.

    Namun, Carlo Masala mengingatkan betapa kejutan mungkin akan muncul dari Trump. “Seperti yang dikatakan Merz pada malam pemilu: Amerika Serikat bukan lagi negara yang bisa sepenuhnya diandalkan. Apa yang Trump katakan hari ini, bisa dengan mudah dibalik 180 derajat besok.”

    Satu hal menarik, sebelum keberangkatannya ke Washington, Merz sempat mengundang Trump untuk mengunjungi tanah kelahiran leluhurnya—Kallstadt, sebuah desa kecil penghasil anggur di wilayah Pfalz, tempat asal kakek Trump, Friedrich, sebelum hijrah ke Amerika. Hingga kini, belum ada kepastian apakah Trump akan datang. Mungkin Donald ingin menunggu bagaimana hasil obrolannya dengan Friedrich.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha

    Editor: Agus Setiawan

    Tonton juga ” Friedrich Merz Terpilih Jadi Kanselir Jerman” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Warga dari 12 Negara Ini Dilarang Trump Masuk ke AS

    Warga dari 12 Negara Ini Dilarang Trump Masuk ke AS

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani aturan yang melarang semua perjalanan dari negara-negara tertentu. ‘Proklamasi’ tersebut sepenuhnya membatasi masuknya warga dari 12 negara: Afganistan, Cad, Republik Kongo, Guinea Ekuatorial, Eritrea, Haiti, Iran, Libia, Myanmar, Somalia, Sudan, dan Yaman.

    Larangan ini akan berlaku pada Senin (09/06) mendatang, mulai pukul 00:01 dini hari waktu Washington (11:01 WIB). Pengunjung dari Burundi, Kuba, Laos, Sierra Leone, Togo, Turkmenistan, dan Venezuela juga akan menghadapi pembatasan yang lebih ketat.

    “Saya harus bertindak untuk melindungi keamanan nasional dan kepentingan nasional Amerika Serikat serta rakyatnya,” kata Trump dalam ‘proklamasi’ itu.

    “Beberapa negara yang disebutkan memiliki proses pemeriksaan dan penyaringan yang tidak memadai, sehingga menghambat kemampuan Amerika dalam mengidentifikasi potensi ancaman keamanan sebelum masuk,” menurut dokumen resmi yang diterbitkan Gedung Putih.

    Negara-negara lain “menunjukkan tingkat perpanjangan visa yang tinggi,” atau tidak bekerja sama dalam berbagi informasi identitas dan ancaman.

    Sebelumnya, Trump juga pernah memberlakukan beberapa larangan perjalanan selama masa jabatannya yang pertama sebagai presiden AS. Larangan pertamanya pada 2017 menargetkan tujuh negara mayoritas Muslim selama 90 hari.

    Larangan berikutnya termasuk Myanmar, Eritrea, Iran, Kirghizia, Libia, Nigeria, Korea Utara, Somalia, Sudan, Suriah, Tanzania, Venezuela, dan Yaman. Larangan ini dicabut oleh Presiden Joe Biden pada tahun 2021.

    Trump: Larangan perjalanan ini akibat serangan di Colorado

    “Serangan teror baru-baru ini di Boulder, Colorado menegaskan bahaya besar yang ditimbulkan oleh masuknya warga asing yang tidak diperiksa dengan baik,” kata Trump dalam sebuah pesan video.

    “Kami tidak menginginkan mereka,” tambahnya.

    Mesir tidak termasuk dalam daftar larangan perjalanan baru ini. Trump juga mengatakan daftar itu bisa diperluas jika muncul ancaman baru di dunia.

    Trump blokir mahasiswa internasional Harvard masuk ke AS

    Selain larangan perjalanan baru untuk 12 negara, Trump juga mengambil langkah untuk memblokir hampir semua mahasiswa internasional yang ingin belajar di Harvard agar tidak bisa masuk ke negara tersebut.

    Dalam sebuah perintah eksekutif yang ditandatangani Rabu (04/06), Trump menyatakan bahwa mengizinkan Harvard, salah satu universitas paling bergengsi di dunia, untuk terus menerima mahasiswa internasional akan membahayakan keamanan nasional.

    “Perilaku Harvard membuat universitas itu menjadi tujuan yang tidak layak bagi mahasiswa dan peneliti internasional,” tulis perintah eksekutif tersebut.

    Berlaku untuk semua mahasiswa yang berusaha masuk ke AS untuk belajar di Harvard setelah tanggal perintah itu dikeluarkan. Berlaku selama enam bulan dengan kemungkinan perpanjangan.

    Bagi mahasiswa asing yang merupakan sekitar seperempat dari total mahasiswa di Harvard, keputusan mengenai pencabutan visa mereka akan ditentukan oleh Menteri Luar Negeri, Marco Rubio. Ini merupakan eskalasi lebih lanjut dalam konflik antara Gedung Putih dan universitas tertua serta terkaya di Negeri Paman Sam itu.

    Pekan lalu, pengadilan federal di Boston sempat menghentikan Departemen Keamanan Dalam Negeri dalam menjalankan rencana penangguhan visa mahasiswa internasional yang mau ke Harvard.

    Perintah Trump memberikan wewenang hukum berbeda bagi pemerintahannya untuk melarang mahasiswa asing. Trump menuduh universitas-universitas top AS menjadi pusat gerakan anti-Amerika.

    Respons Harvard: Ini langkah pembalasan ilegal

    Universitas Harvard mengatakan bahwa perintah Trump yang melarang universitas tersebut menerima mahasiswa asing baru selama enam bulan adalah tindakan “balasan”.

    “Ini adalah langkah balasan ilegal lainnya yang diambil oleh pemerintahan yang melanggar hak Amandemen Pertama Harvard,” kata pejabat universitas dalam pernyataan yang dirilis Rabu (04/06) malam.

    “Harvard akan terus melindungi mahasiswa internasionalnya,” tambahnya.

    Trump mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perintah terbaru itu karena Harvard menolak “memberikan informasi yang cukup, saat diminta, tentang kasus-kasus pelanggaran dan kriminalitas yang diketahui dilakukan oleh mahasiswa asingnya.”

    Larangan perjalanan Trump izinkan pemain Piala Dunia masuk, bagaimana dengan suporter?

    Larangan perjalanan baru Trump memberikan beberapa pengecualian, menurut pejabat AS yang berbicara dengan CBS News. Di antara pengecualian itu, ‘proklamasi’ secara eksplisit menyebut atlet atau anggota tim olahraga, termasuk pelatih dan staf pendukung, serta atlet yang bepergian untuk Piala Dunia, Olimpiade, atau acara olahraga lainnya.

    AS bersama dengan Kanada dan Meksiko, akan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA pada 2026. Meskipun sebagian besar tim belum lolos, Iran — yang masuk dalam daftar larangan perjalanan, sudah memastikan tempat di turnamen 2026.

    Tim nasional sepak bola Sudan juga berada di puncak grup kualifikasinya, sehingga berpeluang ikut bermain di Piala Dunia.

    Namun, pembatasan penuh bagi warga Iran dan Sudan untuk masuk ke AS mungkin membuat para pendukung tidak bisa menyaksikan dan mendukung tim mereka jika dijadwalkan bertanding di AS.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Melisa Lolindu

    Editor: Prita Kusumaputri

    Tonton juga “Daftar Lengkap 12 Negara yang Warganya Dilarang Masuk AS Oleh Trump” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini