Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melarang 12 warga negara termasuk Iran masuk ke AS. Pemerintah Iran geram dan menyebut Trump memiliki mentalitas rasis.

    Dilansir AFP, Sabtu (7/6/2025), Trump pada hari Rabu lalu menandatangani perintah eksekutif untuk melarang warga dari 12 negara masuk ke AS. Selain Iran, larangan AS tersebut menargetkan warga negara Afghanistan, Myanmar, Chad, Kongo-Brazzaville, Guinea Ekuatorial, Eritrea, Haiti, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman.

    Perintah eksekutif Trump tersebut dikeluarkan beberapa hari setelah serangan hari Minggu lalu saat aksi demonstrasi di Colorado, di mana pihak berwenang mengatakan lebih dari selusin orang terluka. Tersangka adalah seorang pria Mesir yang telah melewati batas visa turis.

    Trump juga memberlakukan larangan sebagian bagi pelancong dari tujuh negara: Burundi, Kuba, Laos, Sierra Leone, Togo, Turkmenistan, dan Venezuela. Beberapa visa kerja sementara dari negara-negara ini akan diizinkan.

    Larangan tersebut akan mulai berlaku pada hari Senin (9/6) mendatang, kata Gedung Putih.

    “Serangan teror baru-baru ini di Boulder, Colorado telah menggarisbawahi bahaya ekstrem yang ditimbulkan bagi negara kita oleh masuknya warga negara asing yang tidak diperiksa dengan benar,” kata Trump dalam pesan video dari Ruang Oval yang diunggah di media sosial X.

    “Kita tidak menginginkan mereka,” ujar Trump.

    Namun, larangan Trump tersebut tidak akan berlaku bagi para atlet yang berkompetisi di Piala Dunia 2026, yang diselenggarakan bersama oleh Amerika Serikat dengan Kanada dan Meksiko, serta Olimpiade Los Angeles 2028.

    Iran Mengecam

    Bendera Iran dan AS (Foto: Reuters)

    Direktur jenderal kementerian luar negeri untuk urusan warga negara Iran di luar negeri, Alireza Hashemi-Raja, menyebut tindakan tersebut, sebagai “tanda yang jelas dari dominasi mentalitas supremasi dan rasis di antara para pembuat kebijakan Amerika”.

    Keputusan tersebut “menunjukkan permusuhan yang mendalam dari para pembuat keputusan Amerika terhadap orang-orang Iran dan Muslim”, tambahnya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kementerian, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (7/6).

    Hashemi-Raja mengatakan kebijakan tersebut “melanggar prinsip-prinsip dasar hukum internasional” dan merampas “hak ratusan juta orang untuk bepergian hanya berdasarkan kewarganegaraan atau agama mereka”.

    Pejabat kementerian luar negeri Iran tersebut mengatakan bahwa larangan tersebut diskriminatif dan akan “menimbulkan tanggung jawab internasional bagi pemerintah AS”, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Iran dan AS memutuskan hubungan diplomatik tak lama setelah Revolusi Islam 1979, dan hubungan tetap tegang sejak saat itu.

    Amerika Serikat adalah rumah bagi komunitas Iran terbesar di luar Iran. Menurut angka dari kementerian luar negeri Teheran, pada tahun 2020 ada sekitar 1,5 juta warga Iran di Amerika Serikat.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Genjot Industri Drone AS, Lawan Dominasi China

    Trump Genjot Industri Drone AS, Lawan Dominasi China

    JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif penting pada Jumat 6 Juni yang bertujuan mempercepat pertumbuhan industri drone dalam negeri sekaligus memperkuat posisi AS di pasar global yang kini didominasi China.

    Perintah tersebut menginstruksikan Badan Penerbangan Federal (FAA) untuk segera merumuskan aturan baru yang memungkinkan pengoperasian drone di luar garis pandang (beyond visual line of sight/BVLOS), baik untuk misi komersial maupun keselamatan publik. Ini merupakan terobosan besar dalam pengembangan teknologi pesawat tanpa awak (drone) di AS.

    “Langkah ini tidak hanya memperkuat industri drone dalam negeri, tetapi juga membuka jalan bagi ekspor yang lebih besar dan proteksi terhadap teknologi dari eksploitasi asing,” ujar Gedung Putih dalam pernyataannya.

    Trump juga memerintahkan FAA untuk mulai menerapkan kecerdasan buatan (AI) guna mempercepat proses persetujuan izin drone, yang selama ini dinilai lamban dan menghambat inovasi.

    Dalam pernyataan resminya, Gedung Putih menekankan bahwa keputusan ini diambil karena meningkatnya dominasi China dalam industri drone global. Negeri Tirai Bambu itu telah membangun jaringan produksi dan ekspor drone secara masif, sehingga menekan pangsa pasar produsen asal AS.

    Trump menyatakan bahwa AS tidak akan tinggal diam melihat industri strategis ini dikuasai oleh negara asing, terutama oleh musuh geopolitik utama seperti China.

    eVTOL dan Supersonik Juga Diatur

    Tak hanya soal drone, perintah eksekutif ini juga mencakup percepatan adopsi kendaraan terbang vertikal berbasis listrik atau electric Vertical Takeoff and Landing (eVTOL). FAA diminta untuk memilih sedikitnya lima proyek percontohan guna mengembangkan penggunaan eVTOL untuk logistik, layanan medis darurat, dan sektor lainnya.

    Selain itu, Trump mencabut larangan penerbangan supersonik di atas daratan yang telah berlaku selama beberapa dekade. Pejabat terkait kini diminta menetapkan standar kebisingan sementara, dengan harapan perusahaan-perusahaan AS kembali memimpin pengembangan pesawat supersonik.

    Gedung Putih menyebut pencabutan aturan lama ini sebagai “akhir dari regulasi yang mengekang selama puluhan tahun,” dan mengarahkan Dewan Sains dan Teknologi Nasional untuk memperkuat riset dan pengembangan di bidang ini.

    Dua perintah lainnya yang ditandatangani Trump secara tertutup berfokus pada penguatan keamanan siber nasional dan menjaga kedaulatan wilayah udara Amerika Serikat dari potensi ancaman, baik dari aktor negara maupun non-negara.

    Dengan keempat perintah tersebut, Trump mengirimkan sinyal kuat bahwa pemerintahannya akan mendorong inovasi teknologi tinggi, sekaligus memperkuat posisi Amerika Serikat dalam persaingan global, terutama menghadapi kebangkitan teknologi dari China.

  • Batas Penangguhan Tarif Dagang Segera Berakhir, Negosiasi Trump Masih Jalan di Tempat

    Batas Penangguhan Tarif Dagang Segera Berakhir, Negosiasi Trump Masih Jalan di Tempat

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump bisa kehabisan waktu untuk menyelesaikan negosiasi dagang dengan negara-negara seiring dengan sisa waktu sebulan sampai batas waktu penangguhan berakhir.

    Meski Gedung Putih mengatakan Presiden Trump tengah fokus pada agenda ekonominya, hanya ada sedikit tanda tentang kemajuan negosiasi dagang.

    Dikutip Bloomberg pada Sabtu (7/6/2025), beberapa negara bahkan sudah memantapkan untuk menentang kebijakan tarif. India, yang disebut pemerintahan Trump sebagai target awal kesepakatan, telah mengambil sikap lebih tegas dalam negosiasi dan menentang tarif otomotif Trump di Organisasi Perdagangan Dunia.

    Jepang mengadakan putaran pembicaraan lain dengan AS, sekaligus mengisyaratkan keinginannya untuk mendapatkan penangguhan bea masuk atas mobil dan truk ringan.

    Pada saat yang sama, pertikaian hukum yang sedang berlangsung dengan pengadilan yang ingin menggagalkan ketatapan Trump soal tarif juga menyita waktu Trump.

    Padahal, penangguhan kebijakan tarif selama 90 hari untuk Uni Eropa dan puluhan negara lainnya bakal berakhir 9 Juli. Sementara penangguhan hukuman bagi China diperpanjang hingga bulan Agustus.

    Presiden Trump sepakat dengan Presiden Xi Jinping untuk melanjutkan pembicaraan perdagangan. Trump juga mengatakan panggilan telepon dengan Xi telah menjadi tanda kemajuan pesat.

    Dia mengatakan Xi telah setuju untuk mempercepat pembukaan kembali ekspor mineral tanah jarang ke AS yang menjadi pusat ketegangan baru-baru ini. Hal itu akan menjadi berita baik bagi produsen mobil besar Amerika.

    Namun, para pengamat masih skeptis soal membaiknya hubungan AS dan China. “Xi tidak akan melepaskan tanah jarang. Dia punya pengaruh, dia menggunakannya. Saya pikir mereka benar-benar berbeda pendapat,” kata Douglas Holtz-Eakin, presiden American Action Forum, sebuah lembaga think tank konservatif.

    Adapun dengan negara lain seperti Jerman, Trump juga tidak memanfaatkan waktu untuk membicarakan soal tarif dalam kunjungan Kanselir Friedrich Merz ke Washington.

    Topik tersebut hampir tidak muncul selama sesi publik pertemuannya dengan Trump, yang menghabiskan banyak waktu untuk mengkritik Musk.

    “Kita berharap akan berakhir dengan kesepakatan perdagangan atau kita akan melakukan sesuatu — Anda tahu, kita akan menerapkan tarif,” kata Trump pada hari Kamis bersama Merz.

    Pertemuan G7 yang akan dilaksanakan pada 13-15 Juni mendatang seharusnya bisa menjadi kesempatan emas bagi Trump untuk melakukan kesepakatan secara tatap muka.

  • Donald Trump Belum Tertarik Hubungi Elon Musk untuk Berdamai – Page 3

    Donald Trump Belum Tertarik Hubungi Elon Musk untuk Berdamai – Page 3

    Sebelumnya, saham Tesla menjadi sorotan di tengah perseteruan antara Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

    Harga saham Tesla naik lebih dari 3% pada perdagangan Jumat, 6 Juni 2025. Kenaikan harga saham Tesla terjadi setelah ancaman  dan hinaan antara CEO Tesla Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal itu juga telah memicu penurunan kapitalisasi pasar Tesla USD 152 miliar pada perdagangan Kamis.

    Harga saham Tesla naik 3,67% ke posisi USD 295,14. Setelah perdagangan harga saham Tesla bertambah 0,86%. Kapitalisasi pasar saham Tesla menjadi USD 924,81 miliar.

    Selama sepekan, harga saham Tesla turun lebih dari 14% dan turun 27% sepanjang 2025. Demikian mengutip CNBC, Sabtu (7/6/2025).

    “Saya pikir cerita sebenarnya di sini adalah basis investor Tesla benar-benar tidak peduli tentang apapun,” ujar CEO Ritholtz Wealth Management Josh Brown.

    Analis mengutip laporan Politico, Donald Trump telah menjadwalkan panggilan telepon pada Jumat dengan Elon Musk. Namun, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News pada Jumat pekan ini kalau Trump “tidak tertarik” dalam panggilan dengan Elon Musk.

    “Elon Musk membutuhkan Trump dan Trump membutuhkan Elon Musk karena banyak alasan dan keduanya menjadi teman lagi akan menjadi kelegaan besar untuk saham Tesla,” tulis Analis Wedbush Securities Dan Ives dalam sebuah catatan pada Jumat pagi.

    “Kami akan memantau situasi dengan seksama hari ini, tetapi kami yakin Saham Tesla terlalu banyak dijual karena berita ini,” ia menambahkan.

  • Penggerebekan Besar-Besaran Imigran di AS, Bertopeng & Pakai Senjata!

    Penggerebekan Besar-Besaran Imigran di AS, Bertopeng & Pakai Senjata!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Agen federal bertopeng dan bersenjata melakukan penggerebekan imigrasi secara besar-besaran di Los Angeles, Jumat (6/6/2025) waktu setempat.

    Sementara itu, sejumlah agen lain menangkap para migran di gedung pengadilan New York, dalam unjuk kekuatan penegakan hukum terhadap imigran tanpa dokumen di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

    Mengutip AFP, Sabtu (7/6/2025), di beberapa lokasi mulai dari gedung pengadilan hingga tempat parkir toko bangunan di dua kota paling beragam di dunia, agen federal memborgol para migran dan membawa mereka ke kendaraan tanpa tanda pengenal.

    Para agen menggunakan taktik ekstrem, melakukan penggerebekan yang belum pernah terjadi sebelumnya di setidaknya tiga wilayah di Los Angeles untuk menahan puluhan orang.

    Dalam satu penyisiran kurang dari dua mil dari Balai Kota Los Angeles, agen melempar granat kejut (flash-bang) untuk membubarkan kerumunan warga yang marah yang mengikuti iring-iringan kendaraan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE), sementara para pengunjuk rasa melempari agen dengan telur dan kata-kata kasar, menurut laporan media setempat.

    Wali Kota Los Angeles Karen Bass mengungkapkan kemarahannya dan mengecam keras tindakan tersebut. “Sebagai Wali Kota dari kota yang bangga dengan para imigrannya, yang berkontribusi dalam banyak hal untuk kota kami, saya sangat marah atas apa yang telah terjadi,” kata Wali Kota LA Karen Bass dalam sebuah pernyataan.

    “Taktik-taktik ini menebar teror di komunitas kami dan mengganggu prinsip dasar keselamatan di kota ini,” tambahnya.

    Wakil Kepala Staf Gedung Putih Stephen Miller, yang tumbuh besar di Santa Monica, LA, menegaskan di platform media sosial X bahwa Bass tidak punya suara sama sekali dalam hal ini. “Hukum federal adalah hukum tertinggi dan akan ditegakkan,” katanya.

    Pimpinan Serikat Pekerja Internasional Layanan Publik (SEIU) David Huerta sempat ditahan saat mendokumentasikan salah satu penggerebekan di Los Angeles.

    “Orang-orang pekerja keras, anggota keluarga dan komunitas kami, diperlakukan seperti penjahat,” kata Huerta dalam pernyataan usai dibebaskan.

    Juru bicara Investigasi Keamanan Dalam Negeri Yasmeen Pitts O’Keefe mengatakan kepada Los Angeles Times bahwa agen federal sedang menjalankan surat perintah penggeledahan terkait dengan perlindungan terhadap orang yang berada secara ilegal di negara tersebut.

    Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Los Angeles pada Jumat sore untuk menuntut pembebasan para tahanan, menurut siaran ABC7.

    Aksi yang sebagian besar berlangsung damai tersebut kemudian dibubarkan oleh polisi, dengan beberapa bentrokan kekerasan antara pengunjuk rasa dan polisi anti huru hara dilaporkan terjadi.

    (pgr/pgr)

  • Perang Trump dan Elon Musk Bawa Petaka 2026, Republik Ketar-ketir

    Perang Trump dan Elon Musk Bawa Petaka 2026, Republik Ketar-ketir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Partai Republik Amerika Serikat (AS) mengaku khawatir dengan perkelahian terbaru antara Presiden Donald Trump dengan pengusaha kondang Elon Musk. Hal ini telah diutarakan oleh sejumlah politisi partai itu di Parlemen.

    Mengutip Reuters, Sabtu (7/6/2025), sejumlah politisi mengaku takut bahwa hal ini dapat melemahkan posisi Partai Republik dalam Pemilu Sela 2026 mendatang. Kekhawatiran muncul terutama di wilayah yang menjadi ladang pertempuran panas antara Republik dan rivalnya, Partai Demokrat.

    “Itu sama sekali tidak membantu. Ketika Anda memiliki perpecahan, tim yang terpecah tidak akan berkinerja baik,” kata anggota DPR AS asal Nebraska, Don Bacon.

    “Saya seorang militer. Saya pernah memimpin lima kali. Jika Anda memiliki perpecahan dalam tim, itu tidak baik.”

    Musk, orang terkaya di dunia sekaligus CEO Tesla, merupakan donatur terbesar dalam siklus pemilihan 2024 dan tokoh penting di Gedung Putih Trump saat ia menjalankan kampanye kontroversial untuk memangkas anggaran pemerintah federal sebelum mengundurkan diri minggu lalu.

    Dinamika film sahabat mereka menguap minggu ini saat Musk dan Trump secara terbuka berselisih mengenai pemotongan pajak dan RUU belanja yang dikecam Musk karena kemungkinan akan menambah utang pemerintah federal sebesar US$ 36,2 triliun (Rp 588 triliun). Ia menyerukan pemakzulan Trump dan merenungkan secara terbuka tentang pembentukan partai politik baru. 

    Sementara anggota parlemen Republik tidak menganggap hal itu sebagai prospek yang serius, mereka mengisyaratkan kekhawatiran tentang keretakan tersebut saat mereka berupaya mempertahankan mayoritas sempit di DPR dan Senat tahun depan.

    “Saya tidak berpikir menyerang di internet adalah cara untuk menangani segala jenis perselisihan, terutama saat Anda memiliki ponsel satu sama lain,” kata Anggota DPR dari Geoirgia, Marjorie Taylor Greene, yang menjalankan subkomite efisiensi pemerintah yang terinspirasi Musk.

    Greene mewakili distrik Republik yang solid, tetapi Partai Republik harus memutuskan hubungan dengan preseden historis pada tahun 2026 jika mereka ingin memenangkan sekitar tiga lusin kursi kompetitif yang menentukan mayoritas DPR. Jalan mereka lebih mudah di Senat, di mana Demokrat memiliki lebih sedikit peluang untuk memenangkan kursi, menurut analis nonpartisan.

    Implikasi Kampanye

    Elon Musk sendiri akhir-akhir ini benar-benar aktif terjun di politik. Selain membantu Trump, ia juga memberikan $10 juta kepada lembaga Super PAC yang mendukung kandidat Partai Republik untuk Senat AS.

    Namun Musk adalah tokoh yang memecah belah dan rekam jejaknya dalam pemilihan umum tidak sepenuhnya bersih. Awal tahun ini, Musk dan kelompok politik yang terkait dengannya menggelontorkan lebih dari $21 juta untuk pemilihan Mahkamah Agung Wisconsin. Partai Republik yang didukungnya kalah telak.

    “Elon Musk bebas membelanjakan uangnya sesuai keinginannya,” kata anggota DPR Republik asal Pennsylvania, Rob Bresnahan. “Jika Anda melakukan hal yang benar dan memperjuangkan distrik Anda, saya tidak terlalu khawatir.”

    Anggota parlemen mengisyaratkan sedikit kekhawatiran atas Musk yang secara terbuka mempermainkan gagasan partai politik ketiga. Mereka lebih khawatir tentang keberhasilan Musk dalam menggagalkan RUU pemotongan pajak.

    “Saya pikir dia akan merasa itu hal yang sangat sulit dilakukan, tetapi dia telah menghabiskan hidupnya melakukan hal-hal yang sangat sulit,” ujar anggota DPR Republik asal Oklahoma, Tom Cole.

     “Saya menyambut orang-orang seperti Elon Musk yang mencoba menekan kita. Saya akan mengambil perlindungan udara sebanyak mungkin yang saya bisa,” timpal anggota DPR Republik lainnya, Eric Burlison. “Kami sering mengecewakan para pemilih kami ketika kami tidak melakukan pemotongan yang kami kampanyekan, ketika kami tidak bertanggung jawab secara fiskal.”

    (tps/tps)

  • Kecaman ‘Rasis’ ke Trump karena Larang Warga 12 Negara Masuk AS

    Trump Teken Perintah Tingkatkan Pertahanan Drone-Pesawat Supersonik

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperkuat pertahanan AS terhadap ancaman drone dan untuk meningkatkan taksi udara listrik dan pesawat komersial supersonik.

    Hal tersebut disampaikan Gedung Putih pada Jumat (6/6) waktu setempat, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (7/6/2025).

    Dalam tiga perintah eksekutif tersebut, Trump berusaha untuk memungkinkan penggunaan drone atau pesawat nirawak secara rutin di luar jangkauan penglihatan operator – sebuah langkah kunci untuk memungkinkan pengiriman drone komersial – dan untuk mengambil langkah-langkah guna mengurangi ketergantungan AS pada perusahaan drone China.

    Trump kini membentuk satuan tugas federal untuk memastikan kendali AS atas langit Amerika, memperluas pembatasan atas situs-situs sensitif, memperluas penggunaan teknologi federal untuk mendeteksi pesawat nirawak, dan memberikan bantuan kepada penegak hukum negara bagian dan lokal.

    Trump juga bertujuan untuk mengatasi “ancaman teroris kriminal dan penyalahgunaan pesawat nirawak oleh pihak asing di wilayah udara AS,” kata Michael Kratsios, direktur Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih.

    “Kami mengamankan perbatasan kami dari ancaman keamanan nasional, termasuk di udara, dengan acara publik berskala besar seperti Olimpiade dan Piala Dunia yang sudah di depan mata,” imbuhnya.

    Sebastian Gorka, direktur senior kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional, menyinggung tentang penggunaan drone dalam perang Rusia di Ukraina dan ancaman terhadap acara olahraga besar AS.

    “Kami akan meningkatkan kemampuan dan kapasitas antidrone,” kata Gorka. “Kami akan meningkatkan penegakan hukum saat ini untuk mencegah dua jenis individu: pelaku kejahatan dan orang bodoh,” imbuhnya.

    Masalah drone yang mencurigakan juga mendapat perhatian signifikan tahun lalu, setelah serangkaian penampakan drone di New Jersey, AS. Badan Penerbangan Federal AS, FAA menerima lebih dari 100 laporan penampakan drone di dekat bandara-bandara setiap bulan.

    Trump juga memerintahkan FAA untuk mencabut larangan yang diberlakukan pada tahun 1973 terhadap transportasi udara supersonik.

    “Realitanya adalah bahwa warga Amerika seharusnya dapat terbang dari New York ke L.A. dalam waktu kurang dari empat jam,” kata Kratsios. “Kemajuan dalam rekayasa kedirgantaraan, ilmu material, dan pengurangan kebisingan kini membuat penerbangan supersonik di darat tidak hanya memungkinkan, tetapi juga aman, berkelanjutan, dan layak secara komersial,” imbuhnya.

    Perintah Trump ini tidak melarang perusahaan drone China mana pun, kata para pejabat. Tahun lalu, mantan Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang dapat melarang DJI dan Autel Robotics yang berbasis di China untuk menjual model drone baru di AS.

    DJI, produsen drone terbesar di dunia, menjual lebih dari separuh dari semua drone komersial AS.

    Lihat juga Video ‘Trump: Elon Musk Kesal Karena Insentif Pajak Kendaraan Listrik Dihapus’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perang Dagang Melunak, AS-China Duduk Bareng di London Minggu Depan

    Perang Dagang Melunak, AS-China Duduk Bareng di London Minggu Depan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai melunak. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Xi Jinping telah ‘konsolidasi’ via telepon.

    Selanjutnya, tiga staf utama Trump akan bertemu langsung dengan rekan-rekan mereka dari China di London, Inggris pada Senin (9/6) mendatang untuk melakukan pembicaraan guna menyelesaikan sengketa perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia yang telah membuat pasar global gelisah.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer akan mewakili Washington dalam pembicaraan tersebut, kata Trump.

    Tidak jelas siapa yang akan mewakili China. Kedutaan Besar China di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar. Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan untuk keterangan lebih perinci.

    “Pertemuan itu akan berjalan dengan sangat baik,” tulis Trump di media sosial personalnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (7/6/2025).

    Penjadwalan pertemuan itu dilakukan sehari setelah Trump berbicara dengan Xi Jinping dalam panggilan telepon antarpemimpin yang jarang terjadi di tengah ketegangan perdagangan yang meningkat selama berminggu-minggu dan pertikaian atas mineral-mineral penting.

    Trump dan Xi Jinping sepakat untuk saling mengunjungi dan meminta staf mereka untuk mengadakan pembicaraan sementara itu.

    Kedua negara berada di bawah tekanan untuk meredakan ketegangan. Ekonomi global di bawah tekanan atas kendali China terhadap ekspor mineral tanah jarang.

    Investor secara umum cemas tentang upaya Trump yang lebih luas untuk mengenakan tarif pada barang-barang dari sebagian besar mitra dagang AS. Sementara itu, China telah melihat pasokan impor utamanya dari AS seperti software desain chip dan suku cadang pembangkit nuklir dibatasi.

    Sebelumnya, AS dan China telah mencapai kesepakatan 90 hari pada 12 Mei 2025 di Jenewa, Swiss, untuk mencabut sebagian tarif tinggi dari masing-masing negara.

    Kesepakatan awal itu memicu reli pemulihan global di pasar saham, dan indeks AS yang sebelumnya berada di level lesu telah menutup sebagian besar kerugian mereka.

    Indeks saham S&P 500 yang pada titik terendahnya di awal April dengan penurunan hampir 18%, lantas mulai menanjak dan berada di level minus 2% sejak level tertinggi di Februari 2025, setelah Trump mengumumkan penundaan tarif tinggi.

    Namun, kesepakatan sementara itu tidak mengatasi kekhawatiran yang lebih luas yang membebani hubungan bilateral, mulai dari perdagangan fentanil ilegal hingga status Taiwan yang diperintah secara demokratis. Keluhan AS tentang model ekonomi China yang didominasi negara dan didorong oleh ekspor juga menjadi bahan pertikaian.

    Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump telah berulang kali mengancam serangkaian tindakan hukuman terhadap mitra dagang, hanya untuk mencabut beberapa di antaranya pada menit terakhir.

    Pendekatan yang kadang-kadang dilakukannya telah membingungkan para pemimpin dunia dan membuat takut para eksekutif bisnis. Beijing melihat ekspor mineral sebagai sumber daya ungkit.

    Menghentikan ekspor tersebut dapat memberikan tekanan politik domestik pada presiden AS dari Partai Republik tersebut jika pertumbuhan ekonomi merosot karena perusahaan tidak dapat membuat produk bertenaga mineral.

    Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah mengidentifikasi China sebagai saingan geopolitik utamanya dan satu-satunya negara di dunia yang mampu menantang AS secara ekonomi dan militer.

    (fab/fab)

  • Bubarnya Aliansi Elon Musk dan Donald Trump

    Bubarnya Aliansi Elon Musk dan Donald Trump

    Jakarta

    Hingga Jumat lalu, Presiden Donald Trump masih melontarkan pujian setinggi langit kepada Elon Musk, miliarder pemilik Tesla dan X. Namun tak sampai seminggu berselang, aliansi politik antara kedua tokoh sayap kanan itu resmi ambruk pada Kamis (5/6) dalam sebuah “perceraian publik” yang sengit dan penuh amarah.

    Dalam siaran langsung dari Oval Office, Trump mengungkapkan kekecewaannya setelah mantan penasihat dan donor utamanya itu mengkritik rancangan belanja usulannya yang sedang dibahas di Kongres.

    Pertikaian keduanya kemudian berlanjut ke media sosial, dengan saling lempar hinaan. Musk menuding, tanpa disertai bukti, bahwa nama Trump tercantum dalam dokumen pemerintah terkait Jeffrey Epstein, pengusaha yang meninggal dunia dalam tahanan karena kasus pelecehan seksual.

    Perseteruan ini berpotensi menimbulkan dampak politik dan ekonomi besar. Saham Tesla, perusahaan mobil listrik milik Musk, anjlok tajam. Sementara Musk, taipan teknologi kelahiran Afrika Selatan, mengancam akan mengakhiri program pesawat luar angkasa penting milik pemerintah AS.

    Namun Trump tampak meremehkan ketegangan tersebut dalam wawancara dengan Politico, Kamis. “Oh, tidak apa-apa. Semua berjalan dengan baik, bahkan lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya santai.

    Adakah peluang rekonsiliasi?

    Gedung Putih dijadwalkan melakukan panggilan dengan Musk pada Jumat (6/6) sebagai upaya untuk meredakan situasi, menurut sumber media tersebut. Namun hingga kini belum ada konfirmasi pasti dari kedua belah pihak.

    Spekulasi tentang rapuhnya hubungan antara orang terkaya dan orang terkuat di dunia ini memang sudah lama beredar. Tapi betapa cepatnya keretakan merambat tetap membuat Washington terperangah.

    “Elon dan saya dulu punya hubungan yang baik. Sekarang? Saya tidak tahu lagi.”

    Trump yang terdengar tersinggung, mengatakan bahwa hanya seminggu lalu dia mengadakan acara perpisahan mewah untuk Musk yang mundur dari Departemen Efisiensi Pemerintahan DOGE, kementerian yang ditugasi melakukan penghematan di semua lembaga negara.

    Namun Trump kemudian menegaskan bahwa dirinya sendiri yang meminta Musk untuk keluar, karena “sudah mulai melelahkan.”

    Pencabutan kontrak pemerintahan

    Musk, yang tercatat sebagai penyumbang terbesar kampanye Trump dengan nilai mencapai 300 juta dolar, menyerang balik dan menyebut sang presiden “tidak tahu berterima kasih.” Menurutnya, Trump tidak akan bisa menang dalam Pilpres 2024 tanpa bantuannya.

    Ketika pertikaian semakin memanas, Musk kembali menyerang dengan mengklaim bahwa “Trump ada dalam dokumen Epstein,” merujuk pada arsip pemerintah terkait pelaku kejahatan seksual tersebut.

    Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada AFP bahwa unggahan Musk soal Epstein adalah “episode yang disayangkan dari Elon, yang kecewa karena RUU Anggaran tidak mencakup kebijakan yang dia harapkan.”

    Di platform miliknya, X (dulu Twitter), Musk menjawab “ya” pada cuitan yang menyarankan agar Trump dimakzulkan. Dia juga mengecam kebijakan tarif global Trump yang menurutnya bisa memicu resesi.

    Trump akhirnya melayangkan ancaman yang menyasar bisnis Musk langsung, dengan menghentikan kontrak pemerintah bernilai miliaran dolar, termasuk untuk peluncuran roket dan layanan internet satelit Starlink.

    “Cara termudah untuk menghemat anggaran, miliar demi miliar dolar, adalah dengan mengakhiri subsidi dan kontrak pemerintah untuk Elon,” tulis Trump di Truth Social.

    Saham Tesla kena imbas

    Tak tinggal diam, Musk membalas dengan mengumumkan bahwa dia akan mulai “menghentikan operasi” pesawat luar angkasa Dragon milik SpaceX yang vital bagi misi NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Namun kemudian dia melunak, membalas cuitan seorang pengguna: “Oke, kami tidak akan membongkar Dragon.”

    Namun ketika ketegangan akhirnya mereda setelah beberapa jam penuh drama, nilai saham Tesla sudah terpangkas lebih dari 100 miliar dolar.

    Hubungan Trump dan Musk sejak awal terlihat mesra. Trump mendukung langkah penghematan DOGE yang dipimpin Musk, dan sang miliarder bahkan sempat menginap di Gedung Putih serta terbang bersama Air Force One.

    Namun masa jabatan Musk di DOGE hanya bertahan empat bulan. Dia semakin frustrasi dengan lambannya proses reformasi dan berselisih dengan beberapa anggota kabinet Trump.

    Keduanya sempat menjaga ketegangan tetap terkendali meski berbeda pandangan soal RUU Anggaran 2025 yang diusulkan Trump. Hingga akhirnya Musk menyebut rencana tersebut sebagai “aib” karena berpotensi memperbesar defisit anggaran AS.

    Kini Washington mengamati dengan cermat dampak dari perseteruan ini.

    Musk bahkan mengadakan jajak pendapat di X soal apakah dia harus membentuk partai politik baru. Langkah ini dipercaya bisa mengguncang lanskap politik AS, mengingat kekayaannya yang dapat digunakan untuk memenangkan pemilihan.

    Sementara itu, Steve Bannon, sekutu Trump sekaligus pengkritik keras Musk, dilaporkan oleh New York Times menyerukan agar Musk, yang aslinya berasal dari Afrika Selatan, dideportasi dari Amerika Serikat.

    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Donald Trump Sebut Elon Musk Sudah Gila

    Donald Trump Sebut Elon Musk Sudah Gila

    Jakarta

    Pertengkaran dahsyat meledak antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Elon Musk. Mereka saling menghina, padahal belum lama ini merupakan sekutu dekat.

    Dalam wawancara beberapa jam setelah perdebatan sengitnya dengan Elon Musk, Trump ditanyai tentang laporan bahwa ia menjadwalkan panggilan telepon dengan Musk di kemudian hari. Tapi Trump menyebut Elon Musk sudah hilang akal.

    “Maksudmu orang yang sudah gila itu?” tanyanya. Ia menyebut tidak terlalu tertarik untuk berbicara dengan Musk saat ini. Menurutnya Musk ingin bicara dengannya, tapi ia belum siap untuk kontak lagi dengan orang terkaya dunia yang menguasai perusahaan antariksa SpaceX dan Tesla itu.

    Orang-orang yang dekat dengan Trump menyatakan sang presiden merasa lebih sedih daripada marah pada Musk. Seorang sumber penasihat yang bersama Trump mengatakan ia tampak kecewa dengan pertengkaran yang mengejutkan itu.

    Dikutip detikINET dari ABC, Trump pun kabarnya sedang mempertimbangkan untuk memberikan atau menjual kendaraan Tesla warna merah yang belum lama ini dibelinya untuk mendukung Musk. Trump melihat-lihat model Tesla di Gedung Putih pada bulan Maret saat perusahaan Musk itu tengah terpuruk.

    Perang kata-kata antara mereka bermula dari kritik Musk terhadap rancangan undang-undang pajak dan imigrasi Trump. Musk menyebut Trump pasti kalah dalam pemilihan 2024 tanpanya, mendukung seruan pemakzulan Trump, dan bahkan mengklaim Trump terlibat dengan penjahat seks Jeffrey Epstein.

    “Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilihan, Demokrat akan menguasai DPR dan Republik akan berada di posisi 51-49 di Senat. Sungguh tidak tahu terima kasih,” tulisnya di X.

    “Saatnya menjatuhkan bom yang sangat besar. (Trump) ada dalam berkas Epstein. Itulah alasan sebenarnya berkas-berkas itu tidak dipublikasikan,” cetusnya di kicauan yang lain.

    Tak lama kemudian, Trump membalas bahwa ia mungkin membatalkan kontrak-kontrak besar yang menguntungkan bisnis-bisnis Musk, termasuk SpaceX. “Cara termudah untuk menghemat uang dalam Anggaran kita, Miliaran dan Miliaran Dolar, adalah dengan menghentikan Subsidi dan Kontrak Pemerintah Elon. Saya selalu terkejut bahwa Biden tidak melakukannya!” sebut Trump.

    Perusahaan Musk, termasuk Tesla, SpaceX dan Starlink memiliki kontrak langsung dengan pemerintah AS dan juga mendapat manfaat dari subsidi dan keringanan pajak.

    (fyk/rns)