Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Rencana Damai dengan Rusia, Ukraina Harus Serahkan Sebagian Wilayah

    Rencana Damai dengan Rusia, Ukraina Harus Serahkan Sebagian Wilayah

    Washington DC

    Draft rencana perdamaian Rusia dan Ukraina yang diusulkan Amerika Serikat (AS) dan didukung Presiden Donald Trump mulai terungkap. Di bawah rencana perdamaian 28 poin itu, Kyiv akan menyerahkan sebagian besar wilayah timurnya kepada Rusia dan memangkas jumlah tentaranya.

    Ukraina, menurut rencana perdamaian itu, juga harus berjanji untuk tidak pernah bergabung aliansi NATO dan tidak akan mendapatkan pasukan penjaga perdamaian Barat yang mereka inginkan, meskipun pesawat-pesawat tempur Eropa akan ditempatkan di Polandia untuk melindungi Ukraina.

    Seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, seperti dilansir AFP, Jumat (21/11/2025), menyebut draft rencana perdamaian itu mencakup jaminan keamanan yang kuat untuk Kyiv, yang dimodelkan berdasarkan aturan NATO, yang akan mengikat AS dan sekutu Eropa untuk merespons setiap serangan terhadap Ukraina.

    Sementara itu, Rusia akan diterima kembali ke kelompok negara-negara G8 dan diberi keringanan sanksi berdasarkan rencana perdamaian tersebut, yang menurut para pejabat AS, masih merupakan “dokumen kerja”.

    Berdasarkan draft rencana perdamaian itu, yang didapatkan oleh AFP, Ukraina akan menarik diri dari wilayah Lugansk dan Donetsk. Kedua wilayah itu, bersama dengan Crimea yang dicaplok Moskow tahun 2014 lalu, “akan diakui secara de-facto sebagai wilayah Rusia, termasuk oleh Amerika Serikat”.

    Sedangkan wilayah Kherson dan Zaporizhzhia, yang sebelumnya dianeksasi secara sepihak oleh Rusia, akan “dibekukan di sepanjang garis kontak”.

    Ukraina juga akan mengurangi jumlah pasukan militernya sedikit kurang dari separuhnya, yakni menjadi 600.000 personel saja. Sebagai imbalan, Kyiv akan mendapatkan “jaminan keamanan yang bisa diandalkan”, dengan jet-jet tempur Eropa akan ditempatkan di negara tetangga, Polandia.

    Menurut rencana perdamaian itu, Ukraina juga harus menggelar pemilu baru dalam waktu 100 hari.

    Kembalinya Rusia ke G8 diatur dalam rencana perdamaian usulan AS tersebut, yang menyebut Moskow akan “diintegrasikan kembali ke dalam ekonomi global”. Sanksi-sanksi akan kembali diberlakukan jika Moskow kembali menginvasi Ukraina.

    Proposal tersebut melibatkan konsesi besar dari Ukraina, yang sebelumnya menolak menyerahkan wilayah apa pun, dan di sisi lain, tampak memenuhi banyak tuntutan maksimalis Rusia setelah invasi tahun 2022 lalu. Seorang pejabat Ukraina menuduh Rusia yang mengusulkan proposal itu kepada AS.

    Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dirinya berharap dapat membahas rencana perdamaian itu dengan Trump “dalam beberapa hari mendatang”. Zelensky mengatakan kesepakatan apa pun harus menghasilkan “perdamaian yang bermartabat” yang menghormati kedaulatan Kyiv.

    Gedung Putih membantah laporan yang menyebut Washington menyusun proposal itu dengan Moskow. Gedung Putih menegaskan bahwa kedua belah pihak dilibatkan dalam kerja sama menyusun rencana perdamaian itu sebulan terakhir.

    Menurut rencana perdamaian itu, Trump akan memimpin “dewan perdamaian” untuk mengawasi gencatan senjata, serupa dengan gencatan senjata Gaza.

    Tonton juga video “Rusia Serang Apartemen di Ternopil Ukraina, 25 Orang Tewas-70 Luka-Luka”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Eropa Tolak Rencana Damai AS yang Minta Ukraina Serahkan Banyak Wilayah

    Eropa Tolak Rencana Damai AS yang Minta Ukraina Serahkan Banyak Wilayah

    Jakarta

    Dua orang yang mengetahui masalah rencana perdamaian bersyarat ini mengatakan kepada kantor berita Reuters pada hari Rabu (19/11) bahwa Washington telah memberi sinyal kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy bahwa Ukraina harus menerima kerangka kerja yang disusun AS untuk mengakhiri perang, yang mencakup konsesi wilayah dan pembatasan angkatan bersenjata Ukraina. Sumber tersebut meminta identitasnya dirahasiakan karena sensitivitas isu.

    Percepatan diplomasi AS terjadi pada momen yang sulit bagi Kyiv, dengan pasukannya yang tertekan di medan tempur dan pemerintah Zelensky diguncang skandal korupsi. Parlemen memecat dua menteri kabinet pada hari Rabu (19/11) .

    Moskow meremehkan setiap inisiatif baru dari AS. “Konsultasi saat ini tidak sedang berlangsung. Ada kontak, tentu saja, tapi tidak ada proses yang bisa disebut konsultasi,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

    Ia menambahkan Rusia tidak memiliki tambahan apapun selain posisi yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump pada bulan Agustus, dan menekankan bahwa setiap kesepakatan perdamaian harus menangani “akar penyebab konflik”, frase yang lama digunakan Moskow untuk merujuk pada tuntutannya.

    Perdamaian bukan kapitulasi

    Menteri luar negeri Uni Eropa yang bertemu di Brussels, Belgia, berhati-hati untuk tidak memberikan komentar terlalu rinci tentang rencana perdamaian Amerika Serikat (AS) yang belum dipublikasikan. Namun mereka menegaskan tidak akan menerima tuntutan konsesi menghukum dari Kyiv. Demikian dikutip dari Reuters.

    “Ukraina menginginkan perdamaian—perdamaian yang adil, menghormati kedaulatan semua pihak, perdamaian yang tahan lama dan tidak dapat dipertanyakan oleh agresi di masa depan,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot. “Tapi perdamaian bukan berarti kapitulasi.”

    Gedung Putih belum memberikan komentar tentang proposal ini. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan di X bahwa Washington akan “terus mengembangkan daftar ide potensial untuk mengakhiri perang ini berdasarkan masukan dari kedua pihak dalam konflik ini”.

    Delegasi Angkatan Darat AS, dipimpin Sekretaris Angkatan Darat AS Dan Driscoll dan Kepala Staf Angkatan Darat AS Randy George, berada di Kyiv dan diperkirakan akan bertemu Zelenskiy pada Kamis (20/11) malam.

    Mereka bertemu dengan komandan militer tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskyi, pada Rabu (19/11) malam. Syrskyi mengatakan ia memberitahu mereka bahwa cara terbaik untuk mencapai perdamaian yang adil adalah dengan mempertahankan wilayah udara Ukraina, memperluas kemampuan menyerang jauh ke Rusia, dan menstabilkan garis depan.

    Musim dingin keempat

    Rusia terus menggempur kota dan infrastruktur Ukraina setiap malam, menewaskan warga sipil dan menyebabkan pemadaman listrik seiring datangnya musim dingin. Pihak berwenang mengatakan 22 orang masih hilang dan 26 tewas akibat serangan udara yang menghancurkan sebuah blok apartemen pada Rabu (19/11) pagi, salah satu serangan terburuk dalam beberapa bulan terakhir.

    Di Ternopil, barat Ukraina ratusan mil dari medan tempur, asap masih mengepul dari reruntuhan bangunan sementara tim berusaha membuat bangunan sekitar aman dan mengevakuasi lebih banyak jenazah.

    Ihor Cherepanskyi sedang mencari jenazah nenek buyutnya yang tinggal di lantai enam. Setelah serangan, ia berlari ke dalam gedung untuk mencoba menyelamatkannya, tapi hanya sampai lantai lima sebelum langit-langit runtuh. “Target strategis macam apa ini?” katanya.

    Dengan datangnya musim dingin ke-4 dalam perang paling mematikan di Eropa dalam delapan dekade terakhir, pasukan Rusia perlahan maju dan siap merebut kota besar pertama mereka dalam hampir dua tahun, yaitu hub kereta api Pokrovsk di timur yang hancur.

    Ukraina mengatakan pada Kamis (19/11) bahwa pihaknya menerima 1.000 jenazah dari Rusia dalam pertukaran terbaru dari medan perang.

    Rusia, yang melancarkan invasi penuh ke negara tetangganya pada 2022, menguasai hampir seperlima Ukraina dan mengatakan akan terus berperang kecuali Ukraina menyerahkan wilayah tambahan, menerima netralitas permanen, dan memangkas angkatan bersenjatanya. Ukraina mengatakan hal itu sama saja dengan kapitulasi.

    Setelah beberapa bulan pertama ketika Ukraina menangkis serangan Rusia di Kyiv dan merebut kembali wilayah, perang telah berlangsung tiga tahun, dengan kerugian besar di kedua pihak.

    Serangan balik Ukraina terhenti pada tahun 2023, dan sejak itu Moskow melaju lambat tapi pasti, dengan kedua pihak terpisah di “tanah tak bertuan” yang hangus, saling memburu dengan drone.

    Moskow mengatakan penaklukan Pokrovsk akan memicu kemajuan lebih lanjut di medan perang. Kyiv mengatakan kemajuan Rusia hanya memiliki signifikansi strategis terbatas, tetapi Ukraina tidak memiliki kemampuan untuk menghentikannya.

    Orang nomor satu di Amerika Serikat Donald Trump, yang kembali berkuasa tahun ini dengan janji mengakhiri perang dengan cepat, telah mengubah kebijakan AS dari mendukung Ukraina secara tegas menjadi menerima beberapa justifikasi Moskow atas invasinya.

    Namun ia juga menjatuhkan sanksi pada dua perusahaan minyak utama Rusia, langkah yang tidak dilakukan pendahulunya yang lebih pro-Ukraina, Joe Biden. Jumat, 21 November, adalah batas waktu bagi pembeli asing minyak Rusia untuk menghentikan pembelian mereka.

    *Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Menanti Pertemuan Pertama Trump dan Mamdani di White House”

    (ita/ita)

  • Trump Setujui Rencana Damai Rusia-Ukraina, Zelensky Bilang Gini

    Trump Setujui Rencana Damai Rusia-Ukraina, Zelensky Bilang Gini

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan siap bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dalam membahas rencana perdamaian untuk mengakhiri perang di wilayahnya. Zelensky mengharapkan dapat berdiskusi langsung dengan Presiden Donald Trump, dalam waktu dekat, membahas rencana perdamaian tersebut.

    Rencana perdamaian berisi 28 poin itu belum dipublikasikan ke publik. Namun Sekretaris Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam jumpa pers bahwa Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Utusan Khusus AS Steve Witkoff telah secara diam-diam menyusun rencana perdamaian itu selama sebulan terakhir.

    Leavitt juga mengungkapkan bahwa Trump mendukung rencana perdamaian Rusia-Ukraina tersebut.

    “Itu rencana yang baik bagi Rusia dan Ukraina, dan kami meyakini rencana ini akan diterima oleh kedua belah pihak,” ucapnya, sembari menambahkan bahwa AS memberikan keterlibatan yang setara antara Moskow dan Kyiv dalam rencana perdamaian itu.

    Sejumlah negara Eropa menentang rencana perdamaian itu, yang menurut beberapa sumber, akan mewajibkan Ukraina menyerahkan lebih banyak wilayah dan melucuti sebagian persenjataan. Syarat itu telah sejak lama dianggap sebagai bentuk penyerahan diri oleh sekutu-sekutu Kyiv.

    Namun Zelensky, seperti dilansir Reuters, Jumat (21/11/2025), yang kantornya menyatakan telah menerima draf rencana perdamaian itu, mengatakan bahwa Ukraina dan AS akan bekerja sama dalam beberapa elemen rencana perdamaian itu.

    Zelensky mengatakan dirinya baru saja bertemu dengan Menteri Angkatan Darat AS, Daniel Driscoll, di Kyiv baru-baru ini, di mana Driscoll menyerahkan draft rencana perdamaian itu pada Kamis (20/11) waktu setempat.

    “Tim kami — Ukraina dan AS — akan mengerjakan poin-poin rencana untuk mengakhiri perang,” kata Zelensky dalam pernyataan via Telegram.

    “Kami siap untuk bekerja sama secara konstruktif, jujur, dan cepat,” tegasnya.

    Dalam pernyataan terpisah, kantor kepresidenan Ukraina mengatakan Zelensky telah “menjabarkan prinsip-prinsip fundamental yang penting bagi rakyat kami”.

    “Dalam beberapa hari ke depan, Presiden Ukraina berencana untuk membahas dengan Presiden Trump, peluang diplomatik yang ada dan poin-poin penting yang diperlukan untuk mencapai perdamaian,” sebut kantor kepresidenan Ukraina.

    Menurut sejumlah sumber yang dikutip Reuters, rencana perdamaian itu merupakan hasil percakapan rahasia antara Witkoff dan Kirill Dmitriev yang merupakan Utusan Khusus Presiden Rusia Vladimir Putin. Moskow sejauh ini belum memberikan tanggapannya secara pubik.

    Sementara Rubio, dalam pernyataan via media sosial X, mengatakan bahwa AS “akan terus mengembangkan daftar ide potensial untuk mengakhiri perang ini berdasarkan masukan dari kedua belah pihak dalam konflik ini”. Dia menyebut bahwa perdamaian akan membutuhkan konsesi dari Moskow dan Kyiv.

    Dikatakan oleh kepala utusan publik militer AS, Kolonel Dave Butler bahwa Zelensky telah setuju untuk bergerak cepat menuju kesepakatan dan penandatanganan rencana perdamaian. Butler menegaskan AS ingin memastikan bahwa ini merupakan “rencana yang baik untuk rakyat Ukraina”.

    Saksikan juga Blak-blakan: Upaya Eri Cahyadi Menggaet Turis lewat “Surabaya Holiday Super Sale”

    Tonton juga video “Momen Mati Lampu saat Zelensky Diwawancarai Reporter”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Trump Hina Jurnalis dengan Sebutan ‘Piggy’ saat Ditanya Kasus Jeffrey Epstein

    Trump Hina Jurnalis dengan Sebutan ‘Piggy’ saat Ditanya Kasus Jeffrey Epstein

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghina jurnalis perempuan dari Bloomberg, Catherine Lucey, dengan sebutan ‘piggy’. Kata ‘piggy’ itu diketahui merupakan penghinaan, yang maknanya memanggil seseorang sebagai babi.

    Dilansir AFP, Jumat (21/11/2025), sebenarnya insiden ini terjadi sebelum peristiwa Trump marah ke reporter ABC News bernama Mary Bruce ketika bertanya perihal dokumen Jeffrey Epstein saat momen doorstop dengan wartawan setelah Trump bertemu dengan Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) di Gedung Putih. Insiden Trump menyebut Lucey ‘piggy’ itu baru terungkap setelah viral di media sosial akhir-akhir ini.

    Momen Trump menyebut Lucey ‘piggy’ itu terjadi ketika dia diwawancarai di pesawat Angkatan Udara AS. Saat itu, Trump ditanya dengan pertanyaan sama yakni ‘Mengapa dia tidak merilis materi tentang terpidana pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein’

    “Diam, diam, Piggy,” kata Trump kepada Lucey sambil menunjuknya.

    Jurnalis CNN, Jake Tapper, menyebut komentar “piggy” Trump “menjijikkan dan sama sekali tidak dapat diterima”.

    Respons Gedung Putih

    Gedung Putih pun sudah angkat bicara mengenai hal ini. Gedung Putih mulanya merespons amukan Trump kepada reporter ABC News, Mary Bruce. Gedung Putih menyebut ABC News sebagai “operasi memutarbalikan fakta Partai Demokrat yang menyamar sebagai jaringan penyiaran”.

    Kemudian perihal sebutan ‘piggy’ kepada jurnalis Bloomberg, Catherine Lucey, Gedung Putih mengatakan bahwa “jika Anda akan memberi, Anda harus bisa menerima”.

    Gedung Putih bahkan menampilkan tampilan berita-berita yang disiarkan ABC News, di mana berita-berita itu terbit dari delapan tahun lalu. Gedung Putih menyebut berita-berita yang disiarkan ABC News adalah penipuan yang sengaja untuk menjatuhkan Trump dan pemilih Trump.

    Terkait insiden Lucey, Gedung Putih menilai Lucey berperilaku tidak profesional. Gedung Putih juga menampilkan rekaman yang memperlihatkan Lucey dan seorang reporter lain terdengar mencoba berbicara secara bersamaan — sebuah kejadian umum ketika para jurnalis di konferensi pers mencoba menarik perhatian presiden.

    Seorang pejabat Gedung Putih yang tidak ingin disebutkan namanya bahkan mengatakan

    “Reporter ini berperilaku tidak pantas dan tidak profesional terhadap rekan-rekannya di pesawat. Jika Anda ingin memberi, Anda harus bisa menerimanya,” katanya.

    Tonton juga video “Trump Tantrum Ditanya soal Jeffrey Epstein, Minta Lisensi ABC Dicabut”

    Halaman 2 dari 2

    (zap/idn)

  • Meksiko Tak Gentar Meski Trump Mengancam

    Meksiko Tak Gentar Meski Trump Mengancam

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan melempar serangan ke Meksiko karena tidak berhasil menangani peredaran narkoba. Membalas Trump, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum tak takut dengan ancaman tersebut.

    Rencana serangan itu disampaikan Trump saat berbicara kepada wartawan pada Senin (17/11) waktu setempat. Trump awalnya ditanya oleh para wartawan di Gedung Putih tentang apakah ia akan menyetujui operasi antinarkoba AS di Meksiko.

    Trump lantas menjawab bahwa dirinya akan mengizinkan serangan terhadap Meksiko, jika dianggap perlu. Sebab, ia menilai otoritas negara tetangga AS di selatan itu telah gagal menangani kelompok-kelompok penyelundup narkoba.

    “Apakah saya akan melancarkan serangan di Meksiko untuk menghentikan narkoba? Saya tak masalah. Apa pun yang harus kita lakukan untuk menghentikan narkoba,” kata Trump.

    “Saya tidak mengatakan saya akan melakukannya, tetapi saya akan bangga melakukannya. Karena kita akan menyelamatkan jutaan nyawa dengan melakukannya,” imbuh Trump, dilansir kantor berita AFP, Selasa (18/11).

    Diketahui, sejak Agustus, Washington telah mempertahankan kehadiran militer yang signifikan di kawasan Karibia, termasuk enam kapal perang, yang secara resmi disebut ditujukan untuk memerangi perdagangan narkoba yang ditujukan ke Amerika Serikat.

    Namun, spekulasi beredar luas bahwa Washington mungkin sedang mempertimbangkan intervensi militer terhadap pemimpin kuat Venezuela, Presiden Nicolas Maduro. Washington bahkan mengumumkan kapal induk USS Gerald R Ford, yang merupakan kapal induk terbesar di dunia, telah tiba di perairan Karibia, atau di dekat Venezuela.

    Komando Selatan AS atau SOUTHCOM, yang mengawasi pasukan Amerika di kawasan Amerika Latin dan Karibia, seperti dilansir AFP, Senin (17/11), mengatakan bahwa Satuan Tempur kapal induk USS Gerald R Ford telah memasuki wilayah tanggung jawabnya.

    Dalam pengumuman pada Minggu (16/11) waktu setempat, SOUTHCOM mengatakan bahwa USS Gerald R Ford beserta satuan tempurnya telah memasuki Laut Karibia, yang berada di sebelah utara daratan Venezuela.

    Dikatakan oleh SOUTHCOM dalam pengumumannya bahwa langkah tersebut mengikuti “arahan Trump untuk membubarkan Organisasi Kriminal Transnasional dan melawan terorisme narkotika dalam membela tanah air”.

    Satuan tempur USS Gerald R Ford mencakup kapal induk tercanggih dan terbesar di dunia itu, dua kapal penghancur yang dilengkapi rudal berpemandu, dan sejumlah kapal serta pesawat militer pendukung lainnya.

    Mereka bergabung dengan beberapa kapal perang AS yang sudah terlebih dahulu berada di Karibia, dalam pengerahan yang disebut oleh Pentagon sebagai “Operation Southern Spear”.

    Sejak meluncurkan operasi militer yang menargetkan perdagangan narkoba di Karibia pada September lalu, pasukan AS telah menewaskan sedikitnya 80 orang dalam rentetan serangan terhadap setidaknya 20 kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan internasional.

    AS tidak merilis detail apa pun untuk mendukung klaimnya bahwa orang-orang yang menjadi target serangannya itu memang benar penyelundup narkoba. Para pakar menilai kematian akibat serangan AS itu merupakan pembunuhan di luar hukum, meskipun targetnya adalah para penyelundup narkoba.

    Presiden Meksiko Balas Trump

    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menolak keras ancaman yang dilontarkan oleh Trumo terhadap negaranya demi menghentikan peredaran narkoba oleh kartel-kartel setempat. Sheinbaum menegaskan serangan AS terhadap wilayah Meksiko tidak akan terjadi.

    “Itu tidak akan terjadi,” tegas Sheinbaum dalam konferensi pers terbaru, seperti dilansir AFP, Rabu (19/11).

    Penegasan itu disampaikan Sheinbaum menanggapi peringatan terbaru Trump, yang mengatakan bahwa dirinya akan melakukan “apa pun yang harus kami lakukan”, termasuk serangan di wilayah Meksiko yang merupakan mitra ekonomi dan sekutu utama AS tersebut.

    “Kami tidak menginginkan intervensi oleh pemerintah asing mana pun. Ada kerja sama dan ada koordinasi, tetapi bukan subordinasi,” ujarnya.

    Sheinbaum mengatakan merujuk pada perang di abad ke-19, AS pernah datang untuk melakukan intervensi hingga merebut sebagian wilayahnya. Ia tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

    “terakhir kali Amerika Serikat datang untuk melakukan intervensi di Meksiko, mereka telah merebut separuh wilayahnya”.”Kami tidak dapat mengizinkan intervensi,” tegasnya lagi.

    Tonton juga video “Trump Berencana Serang Meksiko, Ungkit Peredaran Narkoba”

    Halaman 2 dari 2

    (eva/rfs)

  • Gedung Putih Bantah Afsel soal Pejabat AS Akan Hadir ke KTT G20

    Gedung Putih Bantah Afsel soal Pejabat AS Akan Hadir ke KTT G20

    Jakarta

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan tegas membantah pengumuman Afrika Selatan (Afsel) bahwa AS akan mengakhiri boikot KTT G20 akhir pekan ini di Johannesburg. Gedung Putih mengatakan tidak ada pejabat AS yang akan berpartisipasi dalam perundingan tersebut.

    Dilansir AFP, Jumat (21/11/2015), Presiden Afsel Cyril Ramaphosa sebelumnya menggambarkan perubahan sikap pemerintahan Trump di saat-saat terakhir, yang tanpa henti menyerang Afrika Selatan atas perlakuan terhadap petani minoritas kulit putih oleh pemerintah pasca-apartheid.

    Gedung Putih mengatakan duta besar AS akan hadir tetapi hanya untuk upacara serah terima jabatan karena Amerika Serikat tahun depan akan menjadi tuan rumah KTT klub kekuatan ekonomi global tersebut, di sebuah klub golf milik Trump di Florida.

    “Amerika Serikat tidak berpartisipasi dalam perundingan resmi di G20 Afrika Selatan,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt kepada para wartawan.

    “Saya melihat presiden Afrika Selatan sedikit mengkritik Amerika Serikat dan presiden Amerika Serikat hari ini, dan pernyataan itu tidak disukai oleh presiden maupun timnya,” ujarnya.

    Ramaphosa sebelumnya mengatakan bahwa Amerika Serikat telah “berubah pikiran tentang partisipasi dalam satu atau lain bentuk di KTT tersebut.”

    Ramaphosa mengatakan perubahan sikap tersebut merupakan “tanda positif”.

    “Semua negara hadir di sini, dan Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, perlu hadir di sini,” ujarnya.

    Pernyataan Ramaphosa muncul meskipun Kedutaan Besar AS di Pretoria telah mengirimkan pemberitahuan bahwa mereka tidak akan hadir.

    Dalam pesan akhir pekan tersebut, disebutkan bahwa prioritas G20 Afrika Selatan “bertentangan dengan pandangan kebijakan AS dan kami tidak dapat mendukung konsensus atas dokumen apa pun yang dinegosiasikan di bawah kepemimpinan Anda.”

    Agenda tersebut mencakup peningkatan keberlanjutan utang bagi negara-negara berpenghasilan rendah, pembiayaan “transisi energi yang adil”, dan pemanfaatan “mineral penting untuk pertumbuhan inklusif dan pembangunan berkelanjutan”.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Presiden Afsel Sebut Trump Berubah Pikiran Ingin Hadir ke KTT G20

    Presiden Afsel Sebut Trump Berubah Pikiran Ingin Hadir ke KTT G20

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) disebut telah berubah pikiran tentang pemboikotan KTT G20 di Johannesburg akhir pekan ini. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan AS ingin berpartisipasi dalam beberapa bentuk.

    Dilansir AFP, Jumat (21/11/2025), Washington mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam KTT 22-23 November karena keberatan dengan prioritas pertemuan yang ditetapkan oleh Afrika Selatan, yang memegang jabatan presiden bergilir G20 tahun ini.

    “Kami telah menerima pemberitahuan dari Amerika Serikat, sebuah pemberitahuan yang masih kami diskusikan dengan mereka, tentang perubahan pikiran untuk berpartisipasi dalam satu atau lain bentuk dalam KTT,” kata Ramaphosa kepada wartawan.

    “Ini terjadi menjelang akhir KTT dimulai. Oleh karena itu, kami perlu terlibat dalam diskusi semacam itu untuk melihat seberapa praktis dan apa arti sebenarnya dari hal itu,” katanya.

    Afrika Selatan memandang perkembangan ini sebagai “tanda positif,” kata Presiden.

    “Jadi, senang mendengar adanya perubahan pendekatan, dan kami masih mendiskusikan bagaimana hal itu akan terwujud.”

    Presiden AS Donald Trump telah menunjuk Afrika Selatan untuk mendapatkan perlakuan keras dalam sejumlah isu sejak ia kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari, terutama dengan membuat klaim yang telah dibantah bahwa warga Afrikaner kulit putih secara sistematis “dibunuh dan dibantai” di negara tersebut.

    (rfs/rfs)

  • Trump Setujui Rencana Perdamaian untuk Rusia-Ukraina

    Trump Setujui Rencana Perdamaian untuk Rusia-Ukraina

    Jakarta

    Sebuah rencana gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang di Ukraina disebut akan meminta Kyiv menyerahkan sebagian wilayah yang kini dikuasai pasukan Rusia serta memangkas kekuatan militernya secara besar-besaran, menurut laporan AFP dan Reuters.

    Sejumlah sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa Washington ingin Ukraina menerima poin-poin utama dari proposal tersebut. Axios melaporkan bahwa rencana itu mengharapkan Ukraina menyerahkan sebagian wilayah Ukraina timur yang saat ini tidak dikuasai Kyiv, sebagai imbalan jaminan keamanan dari AS bagi Ukraina dan Eropa untuk menghadapi agresi Rusia di masa depan.

    Gedung Putih menolak memberi komentar terkait hal itu.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan di X bahwa Washington akan terus menyusun daftar gagasan potensial untuk mengakhiri perang ini berdasarkan masukan dari kedua pihak yang berkonflik.

    Rubio menambahkan, “Mengakhiri perang yang rumit dan mematikan seperti di Ukraina membutuhkan pertukaran gagasan yang serius dan realistis. Dan untuk mencapai perdamaian yang bertahan lama, kedua pihak harus menyetujui konsesi yang sulit tetapi diperlukan.”

    NBC News melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah menyetujui dokumen berisi 28 poin tersebut. Seorang pejabat Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv tidak dilibatkan dalam penyusunan proposal itu.

    Di Telegram, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak menanggapi isi rencana tersebut secara langsung, namun ia mendesak AS untuk menunjukkan kepemimpinan yang efektif guna mengakhiri perang yang telah berlangsung bertahun-tahun. Zelenskyy mengatakan hanya AS dan Presiden Donald Trump yang “memiliki kekuatan yang cukup besar agar perang ini benar-benar berakhir.”

    Reaksi Ukraina: “Terdengar seperti menyerah”

    Ia membantah kabar bahwa AS dan Rusia tengah merundingkan kesepakatan yang akan mengharuskan Kyiv menyerahkan wilayah yang dikuasai pasukan Rusia dan memangkas ukuran militernya lebih dari separuh. Menurutnya, kabar itu adalah “disinformasi dari Moskow.”

    Goncharenko menegaskan bahwa jaminan utama bagi Ukraina, seperti halnya negara mana pun, adalah angkatan bersenjatanya sendiri. Ia berkata, “Itulah yang diinginkan Rusia, yaitu mengurangi kekuatan militer Ukraina agar negara ini dapat dihancurkan dalam serangan berikutnya.”

    Ia menyampaikan bahwa ia tidak percaya AS akan “mendorong Ukraina untuk menyerah karena hal itu bukan kepentingan Ukraina maupun kepentingan Amerika Serikat.”

    Goncharenko juga mengatakan, “Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Presiden Donald Trump atas usahanya mencoba mencapai perdamaian, tetapi agar perdamaian terwujud, kesepakatan ini juga harus sesuai dengan kepentingan Ukraina, dan saya pikir ia menyadari hal itu.”

    Menurutnya, kesepakatan apa pun tidak bisa diputuskan oleh pemerintah saja.
    “Jika kita ingin memiliki kesepakatan apa pun, masyarakat Ukraina harus menerimanya. Ada hal-hal yang bisa diterima masyarakat Ukraina, ada yang tidak,” ujarnya.

    Komentar itu muncul ketika Zelenskyy sedang menghadapi krisis politik dalam negeri, menyusul penyelidikan terhadap sejumlah penasihat dekatnya dan pengunduran diri dua menteri.

    Eropa minta dilibatkan

    Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski mengatakan bahwa Eropa menyambut upaya perdamaian, tetapi menegaskan perlunya dilibatkan dalam proses tersebut.
    Ia berkata, “Kami menghargai upaya perdamaian, tetapi ini menyangkut keamanan Eropa. Jadi kami berharap untuk diajak berkonsultasi.”

    Sikorski menambahkan, “Saya berharap bukan korban yang dibatasi kemampuannya untuk membela diri, tetapi agresor.”

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan bahwa agar rencana apa pun dapat berjalan, Ukraina dan negara-negara Eropa harus ikut serta.

    Ia menegaskan bahwa dalam perang ini terdapat satu pihak agresor dan satu pihak korban. “Kami belum mendengar adanya konsesi dari pihak Rusia,” ujar Kaja.

    Dalam kesempatan lain, Kallas mengatakan bahwa Eropa selalu mendukung perdamaian yang adil dan berjangka panjang.
    Ia menegaskan, “Kami menyambut upaya apa pun untuk mencapainya. Dan tentu saja agar rencana apa pun berhasil, Ukraina dan negara-negara Eropa harus berada di dalamnya.”

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • Diminta Putra Mahkota Saudi, Trump Akan Berusaha Setop Perang Sudan

    Diminta Putra Mahkota Saudi, Trump Akan Berusaha Setop Perang Sudan

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya akan mulai “berusaha” untuk mengakhiri perang di Sudan. Ini dilakukan Trump setelah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) memintanya untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut.

    Trump hingga saat ini hampir tidak pernah berkomentar tentang konflik antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF), yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat hampir 12 juta orang mengungsi sejak pecah pada April 2023.

    “Yang Mulia ingin saya melakukan sesuatu yang sangat berpengaruh terkait Sudan,” kata Trump dalam forum bisnis Saudi-AS yang dihadiri oleh Putra Mahkota Saudi, dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/11/2025).

    “Saya tidak pernah terpikir untuk terlibat, saya pikir itu hanya sesuatu yang gila dan di luar kendali,” imbuh Tump.

    “Tetapi saya melihat betapa pentingnya hal itu bagi Anda, dan bagi banyak teman Anda di ruangan ini, Sudan. Dan kami akan mulai bekerja untuk Sudan,” ujar Trump kepada MBS di forum tersebut.

    Meskipun konflik ini berada di luar radar Trump, Washington telah meningkatkan upaya dalam beberapa bulan terakhir untuk menyelesaikan gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai.

    Arab Saudi mendukung militer Sudan yang bersekutu dengan pemerintah. Sementara militer Sudan menuduh Uni Emirat Arab (UEA) mendukung RSF dengan pasokan senjata dan tentara bayaran. Tuduhan ini telah dibantah UEA.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah menelepon menteri luar negeri UEA pada hari Jumat lalu untuk mendesak pemerintah UEA mendukung gencatan senjata di Sudan.

    RSF baru-baru ini merebut kota penting Al-Fasher setelah pengepungan tanpa henti yang diwarnai pembantaian massal. Hal ini mendorong Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memerintahkan penyelidikan atas dugaan kekejaman.

    Sementara itu, utusan Trump untuk Afrika, Massad Boulos, pada hari Sabtu lalu mengatakan bahwa perang di Sudan adalah “krisis kemanusiaan terbesar di dunia.”

    Trump berulang kali mengklaim telah menyelesaikan delapan konflik di dunia sejak kembali menjabat pada bulan Januari, tetapi justru berfokus pada perang di Gaza dan Ukraina dalam upayanya meraih Hadiah Nobel Perdamaian.

    Janjinya untuk mulai menangani konflik Sudan mencerminkan hubungan dekatnya dengan Putra Mahkota Saudi, yang ia undang ke Gedung Putih untuk kunjungan pada hari Selasa lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Trump Beri Lampu Hijau CIA Siapkan Operasi Rahasia di Venezuela

    Trump Beri Lampu Hijau CIA Siapkan Operasi Rahasia di Venezuela

    JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi wewenang kepada CIA untuk menyiapkan operasi rahasia di Venezuela dalam upaya Gedung Putih menekan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

    The New York Times, mengutip sejumlah sumber yang mendapat pengarahan, melaporkan Trump menyetujui langkah rahasia potensial tersebut guna mempersiapkan medan bagi tindakan lebih lanjut.

    Laporan itu juga menyebut Gedung Putih membuka kembali jalur diplomasi belakang dengan Caracas, di mana Maduro sempat mengisyaratkan kemungkinan mundur setelah masa transisi.

    Dalam pidato televisinya, Senin, Maduro memperingatkan intervensi militer AS bisa menandai “akhir politik” Trump. 

    Ia menuduh orang-orang di sekeliling presiden AS itu memprovokasi konflik bersenjata untuk merugikan Trump secara politik.

    Maduro menegaskan Venezuela tetap siap berdialog langsung, seraya menyebut diplomasi sebagai posisi “tidak berubah” pemerintahannya.

    Sejak awal September, AS melancarkan 21 serangan terhadap kapal di Laut Karibia dan Samudra Pasifik Timur yang diklaim menyelundupkan narkoba. Aksi AS ini menewaskan 83 orang.