Tempat Fasum: Gedung Putih

  • IHSG menguat seiring meredanya konflik di Timur Tengah

    IHSG menguat seiring meredanya konflik di Timur Tengah

    Pekerja melintasi layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/4/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

    IHSG menguat seiring meredanya konflik di Timur Tengah
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 25 Juni 2025 – 11:45 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi bergerak menguat, seiring meredanya konflik geopolitik antara Iran dan Israel di kawasan Timur Tengah. IHSG dibuka menguat 35,53 poin atau 0,52 persen ke posisi 6.904,70. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,87 poin atau 0,64 persen ke posisi 769,28.

    “IHSG tepat untuk teknikal rebound sesuai ekspektasi, tapi masih rentan untuk kembali koreksi sepanjang belum break kembali di atas level 7.000. Manfaatkan untuk take profit jika IHSG kembali melanjutkan kenaikan hari ini,” ujar Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman di Jakarta, Rabu.

    Konflik geopolitik di kawasan Timur Tengah mulai mereda, setelah Iran, Israel dan Amerika Serikat (AS) sementara ini menyepakati gencatan senjata. Di sisi lain, arah konflik geopolitik masih belum pasti akan seperti apa ke depan

    Pelaku pasar beralih mencermati pernyataan baru Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS. Powell memberikan sinyal bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan mencermati dampak tarif AS terhadap perekonomian.

    Kehadiran Powell di Capitol Hill terjadi pada saat krusial, Powell menghadapi desakan agresif dari Gedung Putih untuk menurunkan suku bunga, serta dalam beberapa hari terakhir dua pejabat Fed menyatakan mereka melihat kemungkinan untuk melonggarkan kebijakan pada Juli 2025.

    Pada perdagangan Selasa (24/06), bursa saham Eropa mengakhiri dengan penguatan seiring gencatan senjata antara Iran dan Israel yang tampaknya masih bertahan. Indeks Stoxx Europe 600 naik 1,2 persen, indeks DAX Jerman menguat 1,6 persen, CAC 40 Prancis menguat 1 persen, dan FTSE 100 Inggris ditutup nyaris datar.

    Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (24/06), indeks Dow Jones Industrial Average naik 1,19 persen ditutup di level 43.089,02, indeks S&P 500 menguat 1,11 persen menjadi 6.092,18, indeks Nasdaq Composite naik 1,43 persen dan berakhir di 19.912,5.

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 71,44 poin atau 0,18 persen ke 38.862,50, indeks Shanghai menguat 1,06 poin atau 0,04 persen ke 3.421,76, indeks Hang Seng naik 211,93 poin atau 0,85 persen ke 24.379,00, dan indeks Strait Times menguat 22,24 poin atau 0,58 persen ke 3.928,33.

     

    Sumber : Antara

  • Paus Leo Berharap Iran-Israel tak Lagi Balas Dendam

    Paus Leo Berharap Iran-Israel tak Lagi Balas Dendam

    JAKARTA – Paus Leo XIV berharap Iran dan Israel tidak saling membalas dendam setelah 12 hari perang, yang melibatkan AS dengan serangan udara terkait fasilitas nuklir Iran.

    “Semoga semua logika penindasan dan balas dendam ditolak, dan semoga jalan dialog, diplomasi, dan perdamaian dipilih dengan tekad,” kata Paus dalam sambutannya di akhir audiensi mingguan di Lapangan Santo Petrus dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni. 

    Gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump antara Iran dan Israel tampaknya akan bertahan  setelah kedua negara memberi isyarat perang udara mereka telah berakhir

    Masing-masing pihak mengklaim kemenangan pada Selasa, 24 Juni, setelah 12 hari perang, yang disusul oleh AS dengan serangan udara untuk mendukung Israel dalam menghancurkan fasilitas pengayaan uranium Iran.

    Utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan pada Selasa malam, pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran “menjanjikan”. Washington berharap akan tercapai kesepakatan damai jangka panjang.

    “Kami sudah berbicara satu sama lain, tidak hanya secara langsung tetapi juga melalui lawan bicara. Saya pikir pembicaraan itu menjanjikan. Kami berharap dapat mencapai perjanjian damai jangka panjang yang membangkitkan kembali Iran,” kata Witkoff dalam wawancara di acara “The Ingraham Angle” di Fox News dilansir Reuters, Rabu, 25 Juni.

    “Sekarang saatnya bagi kami untuk duduk bersama Iran dan mencapai perjanjian damai yang komprehensif, dan saya sangat yakin bahwa kami akan mencapainya,” sambungnya.

    Trump mengatakan pada akhir pekan, pesawat pengebom siluman AS telah “menghancurkan” program Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Iran mengatakan kegiatan pengayaannya hanya untuk tujuan sipil.

    Namun, klaim Trump tampaknya bertentangan dengan laporan awal oleh salah satu badan intelijen pemerintahannya, menurut tiga orang yang mengetahui masalah tersebut.

    Salah satu sumber mengatakan stok uranium yang diperkaya Iran belum dihilangkan, dan program nuklir negara itu, yang sebagian besar terkubur jauh di bawah tanah, mungkin telah mundur hanya satu atau dua bulan.

    Gedung Putih mengatakan penilaian intelijen itu “salah besar.”

    Menurut laporan tersebut, yang dibuat oleh Badan Intelijen Pertahanan, serangan itu menutup pintu masuk ke dua fasilitas, tetapi tidak meruntuhkan bangunan bawah tanah, kata salah satu orang yang mengetahui temuannya.

  • Gencatan Senjata Iran – Israel Dimulai tapi Bikin Trump Ngamuk, Netanyahu Cs Kena Omel: Jangan ‘Bertingkah’!

    Gencatan Senjata Iran – Israel Dimulai tapi Bikin Trump Ngamuk, Netanyahu Cs Kena Omel: Jangan ‘Bertingkah’!

    PIKIRAN RAKYAT – Gencatan senjata antara Israel penjajah dan Iran akhirnya diumumkan dan mulai berlaku pada Senin malam. Namun, alih-alih menjadi momen diplomasi yang tenang, justru menjadi ajang kemarahan terbuka Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dengan keras menegur sekutunya sendiri, Israel penjajah, hanya beberapa jam setelah kesepakatan diumumkan.

    Kesepakatan gencatan senjata ini dimediasi oleh Amerika Serikat dan Qatar, menyusul dua pekan pertempuran sengit antara Israel penjajah dan Iran yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dan meluluhlantakkan infrastruktur militer di kedua negara.

    “Saya tidak senang dengan mereka. Saya juga tidak senang dengan Iran. Tapi saya sangat tidak senang jika Israel bergerak pagi ini,” ujar Donald Trump dengan nada tinggi di halaman Selatan Gedung Putih, Selasa 24 Juni 2025, sebelum berangkat ke pertemuan NATO di Den Haag, Belanda.

    Trump Meledak: “Israel, Jangan Jatuhkan Bom Itu!”

    Donald Trump, yang sebelumnya membanggakan keberhasilan diplomatiknya di aplikasi Truth Social, berubah drastis saat mengetahui Israel penjajah kembali meluncurkan serangan udara ke Iran setelah gencatan senjata diumumkan. Dia mengunggah peringatan keras:

    “ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM-BOM ITU! JIKA KAMU MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT-PILOTMU KEMBALI, SEKARANG!”

    Seruan itu bukan sekadar cuitan kemarahan. Menurut laporan di Washington, Trump bahkan secara langsung mengontak Perdana Menteri Israel penjajah Benjamin Netanyahu dan meminta serangan dihentikan. Israel penjajah kemudian mengakui hanya melakukan “satu serangan lanjutan” sebelum menghentikan operasi.

    Ketegangan Internasional dan Salahkan-Menyalahkan

    Kemarahan Trump meledak karena kedua pihak, Iran dan Israel penjajah, diduga melanggar kesepakatan. Trump menyebut Iran “melanggar”, tapi dalam pernyataan tegas ia juga menyalahkan Israel penjajah.

    “Saya harus membuat Israel tenang. Israel, segera setelah kami membuat kesepakatan, mereka keluar dan menjatuhkan banyak bom, yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” ujar Trump.

    Sikap ini menandai jarak yang mencolok antara AS dan Israel penjajah dalam kebijakan luar negeri – sesuatu yang sangat jarang terjadi secara terbuka.

    Iran Sambut Gencatan Senjata, Klaim Kemenangan

    Di Teheran, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyebut gencatan senjata sebagai kemenangan besar. Dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa Iran hanya membela diri dari agresi Israel penjajah.

    “Hari ini, setelah perlawanan heroik dari bangsa besar kita, kita menyaksikan akhir dari perang 12 hari yang dipaksakan oleh petualangan dan provokasi Israel,” kata Pezeshkian dalam pernyataan resmi.

    Pezeshkian juga memberi sinyal bahwa Iran terbuka terhadap pembicaraan damai, terutama setelah mendapat pernyataan moderat dari Trump bahwa ia tidak mendukung perubahan rezim di Iran.

    AS-Iran-Israel: Gencatan Senjata yang Rawan Retak

    Meski pertempuran terhenti sejak Selasa sore dan drone serta roket tak lagi melintas, situasi masih rapuh. Menteri Pertahanan Israel penjajah, Israel Katz menyatakan pihaknya siap melakukan serangan lanjutan jika Iran kembali meluncurkan rudal.

    Iran, di sisi lain, membantah telah melanggar kesepakatan. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa negaranya tak akan menyerang kecuali diserang.

    “Keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer kami akan dibuat kemudian,” kata Araghchi.

    Serangan AS dan Pertaruhan Gencatan Senjata

    Sebelum kesepakatan tercapai, AS sempat terlibat langsung dalam operasi udara terhadap tiga situs nuklir Iran, termasuk kompleks Fordow yang dilindungi secara ketat. Serangan ini mengklaim menewaskan lebih dari 400 orang di Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan ratusan rudal, yang untuk pertama kalinya menembus sistem pertahanan udara Israel penjajah secara masif dan harian, menewaskan 28 orang.

    “Kami memiliki dua negara yang telah bertempur begitu lama dan keras sehingga mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan,” kata Trump dengan nada frustrasi.

    Netanyahu Akhirnya Mengalah?

    Pemerintah Israel penjajah, dalam pernyataannya, mengakui melakukan satu serangan tambahan di dekat Tehran namun menyatakan menghentikan operasi lebih lanjut atas permintaan Amerika Serikat. Langkah ini disebut-sebut sebagai hasil langsung dari tekanan diplomatik dan kemarahan terbuka Trump.

    Menurut jurnalis Al Jazeera, Phil Lavelle, perasaan “dikhianati” tampak jelas di wajah Trump saat menyampaikan komentarnya.

    “Dia marah kepada Israel dan Iran. Tapi Anda benar-benar bisa merasakan beberapa kemarahan ekstra di sana, kemarahan ekstra itu ditujukan kepada Israel,” ujar Lavelle, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.***

  • Terkuak, Serangan AS Disebut Gagal Hancurkan Nuklir Iran

    Terkuak, Serangan AS Disebut Gagal Hancurkan Nuklir Iran

    Jakarta

    Serangan militer Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran dilaporkan tidak menghancurkan komponen inti program nuklir negara itu dan kemungkinan hanya menundanya beberapa bulan.

    Penilaian tersebut dibuat Defense Intelligence Agency, badan intelijen Pentagon. Namun analisis kerusakan dan dampak serangan masih berlangsung dan dapat berubah seiring dengan tersedianya lebih banyak informasi intelijen.

    Temuan awal tersebut bertentangan dengan klaim berulang Presiden Donald Trump bahwa serangan tersebut sepenuhnya melenyapkan fasilitas pengayaan nuklir Iran. Menteri Pertahanan Pete Hegseth juga mengklaim ambisi nuklir Iran telah hilang.

    Namun dikutip detikINET dari CNN, sumber menyebut persediaan uranium yang diperkaya Iran tak hancur dan sentrifus sebagian besar utuh. Sumber lain mengatakan, intelijen menilai uranium yang diperkaya telah dipindah sebelum serangan AS.

    Gedung Putih mengakui adanya penilaian itu tapi mereka tak setuju. Adapun militer AS menyatakan operasi berjalan sesuai rencana dengan keberhasilan luar biasa. Namun masih terlalu dini untuk memiliki gambaran komprehensif tentang dampak serangan.

    Israel menyerang fasilitas nuklir Iran berhari-hari tapi butuh bom penghancur bunker milik AS untuk menyelesaikan pekerjaan. Jet pembom B-2 AS memang menjatuhkan lebih dari selusin bom di dua fasilitas nuklir yaitu pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow dan Kompleks Pengayaan Natanz, namun menurut sumber bom itu tak sepenuhnya menghancurkan sentrifus dan uranium di sana.

    Dampak pada ketiga lokasi itu (Fordow, Natanz, dan Isfahan) sebagian besar terbatas pada bangunan di atas tanah yang rusak parah. Itu termasuk infrastruktur listrik dan beberapa fasilitas yang digunakan untuk mengubah uranium jadi logam untuk pembuatan bom.

    Penilaian Israel terhadap dampak serangan AS juga menemukan kerusakan lebih sedikit di Fordow daripada yang diperkirakan. Namun, pejabat Israel yakin kombinasi aksi militer AS dan Israel di beberapa lokasi telah menunda program nuklir Iran selama dua tahun.

    Hegseth mengklaim pengeboman AS melenyapkan kemampuan Iran membuat senjata nuklir. “Bom besar kami mengenai tempat yang tepat di setiap target dan bekerja sempurna. Dampak bom itu terkubur di bawah tumpukan puing di Iran, jadi siapa pun yang mengatakan bom tidak menghancurkan hanya mencoba melemahkan Presiden dan misi yang berhasil,” cetusnya.

    Jeffrey Lewis, ahli senjata dan profesor di Middlebury Institute of International Studies yang meninjau citra satelit komersial dari lokasi serangan, setuju dengan penilaian bahwa serangan tersebut tampaknya tidak mengakhiri program nuklir Iran.

    “Gencatan senjata sudah terjadi tanpa Israel atau Amerika Serikat mampu menghancurkan beberapa fasilitas nuklir bawah tanah utama, termasuk di dekat Natanz, Isfahan, dan Parchin,” kata Lewis. Parchin adalah kompleks nuklir terpisah di dekat Teheran.

    “Fasilitas-fasilitas ini dapat berfungsi sebagai dasar untuk penyusunan kembali program nuklir Iran secara cepat,” sebutnya.

    Memang juga ada pertanyaan tentang apakah bom penghancur bunker AS, Massive Ordnance Penetrators, akan mampu menghancurkan sepenuhnya situs nuklir Iran yang dijaga ketat dan terkubur jauh di bawah tanah, khususnya di Fordow dan Isfahan, kompleks penelitian nuklir terbesar Iran.

    AS menyerang Isfahan dengan rudal Tomahawk dari kapal selam, bukan bom penghancur bunker. Itu karena diduga bom itu kemungkinan takkan berhasil menembus Isfahan, yang terkubur lebih dalam dari Fordow. Pejabat AS yakin Iran juga punya fasilitas nuklir rahasia yang tidak diserang dan tetap beroperasi.

    (fyk/rns)

  • Ada Apa Trump, AS Tiba-Tiba Kucurkan Rp489 M Bantuan ke Gaza?

    Ada Apa Trump, AS Tiba-Tiba Kucurkan Rp489 M Bantuan ke Gaza?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah kontroversi dan kekhawatiran atas kekerasan di Gaza, pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui hibah sebesar US$30 juta (sekitar Rp489 miliar) kepada Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Ini merupakan sebuah organisasi kontroversial yang menyalurkan bantuan di wilayah konflik tersebut.

    Melansir Reuters Rabu (25/6/2025), bantuan ini merupakan dukungan finansial langsung pertama dari pemerintah AS kepada GHF. Meski sejumlah pejabat AS mempertanyakan transparansi dan rekam jejak organisasi tersebut.

    Keputusan ini diambil berdasarkan arahan prioritas dari Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri, sebagaimana tertuang dalam dokumen USAID yang ditinjau oleh Reuters. Sebanyak US$7 juta di antaranya telah dicairkan sebagai tahap awal.

    “Biasanya organisasi penerima hibah USAID pertama kali harus melalui audit menyeluruh yang bisa memakan waktu berbulan-bulan,” ujar seorang mantan pejabat senior AS.

    “Namun untuk GHF, seluruh proses tersebut dilompati karena dianggap mendesak.”

    Sumber yang mengetahui langsung keputusan ini menyebut bahwa GHF juga dibebaskan dari proses verifikasi tambahan yang biasanya diterapkan untuk memastikan tidak ada hubungan dengan kelompok ekstremis di Gaza, wilayah yang dikendalikan oleh Hamas.

    GHF bekerja sama dengan perusahaan logistik asal AS, Safe Reach Solutions, yang dipimpin oleh mantan perwira CIA, dan UG Solutions, perusahaan keamanan yang mempekerjakan veteran militer bersenjata.

    Namun, beberapa pejabat AS menolak pendanaan ini karena kekhawatiran terhadap risiko kekerasan di lapangan, kurangnya pengalaman GHF, serta keterlibatan perusahaan swasta yang mengambil keuntungan dari operasi kemanusiaan.

    Sejak Israel mencabut blokade bantuan pada 19 Mei, lebih dari 400 warga Palestina dilaporkan tewas saat mencoba mengakses bantuan dari PBB dan GHF.

    “Mayoritas korban ditembak atau dibombardir saat mendekati lokasi distribusi yang berada di zona militer,” kata Jonathan Whittall, pejabat senior PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki.

    “Sisanya tewas karena ditembaki pasukan Israel atau terjebak dalam kekacauan akibat geng bersenjata.”

    Sementara itu, pihak GHF mengklaim sejauh ini telah menyalurkan 40 juta porsi makanan dan menyatakan operasi mereka aman.

    “Tidak ada satu pun truk kami yang dijarah,” ujar juru bicara GHF. “Daripada menyalahkan satu sama lain, kami mengundang PBB dan kelompok lain untuk bekerja bersama kami demi menyalurkan bantuan secara efektif. Kami terbuka untuk kolaborasi.”

    GHF sempat menghentikan distribusi selama satu hari awal bulan ini untuk menekan Israel agar menjamin keselamatan warga sipil di dekat titik distribusi, setelah laporan puluhan warga Palestina tewas saat mencari bantuan. Namun, mereka membantah ada korban jiwa di lokasi yang mereka kelola langsung.

    Sementara itu, PBB terus menyoroti sulitnya mendistribusikan bantuan karena kendala militer, pembatasan akses, dan aksi penjarahan.

    “Ketika masyarakat tahu aliran bantuan stabil, kekacauan akan berkurang,” tegas Whittall.

    Saat berita ini diturunkan, Kedutaan Israel dan pihak GHF menolak berkomentar lebih lanjut soal pendanaan AS ini. Departemen Luar Negeri AS juga belum memberikan tanggapan resmi atas pendanaan tersebut.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gagal! Data Intelijen Ungkap Serangan AS Tak Lumpuhkan Nuklir Iran

    Gagal! Data Intelijen Ungkap Serangan AS Tak Lumpuhkan Nuklir Iran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran tidak berhasil menghancurkan kemampuan utama negara itu dalam memperkaya uranium. Ini terungkap dari penilaian awal yang disusun oleh Badan Intelijen Pertahanan (DIA).

    Melansir Reuters pada Rabu (25/6/2025), tiga sumber yang mengetahui laporan tersebut menyebutkan bahwa dampaknya bersifat sementara. Program nuklir Iran kemungkinan hanya tertunda satu hingga dua bulan.

    “Stok uranium yang diperkaya tidak tersentuh, dan kapasitas pengayaan masih ada,” ungkap salah satu sumber, yang meminta identitasnya dirahasiakan karena sensitivitas informasi.

    Penilaian tersebut bertentangan langsung dengan klaim Presiden Donald Trump yang sebelumnya menyatakan bahwa “program nuklir Iran telah dihancurkan”. Pernyataan Gedung Putih menyebut laporan intelijen itu “salah besar” dan tetap menegaskan bahwa serangan udara berhasil melemahkan kapasitas nuklir Iran.

    Namun, dalam pernyataan kepada Dewan Keamanan PBB, pemerintah AS menyampaikan versi yang lebih moderat. “Serangan akhir pekan lalu telah melemahkan program nuklir Iran secara signifikan,” kata Duta Besar AS untuk PBB, tanpa mengulangi klaim penghancuran total yang dibuat Trump.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa dalam 12 hari konflik, Israel telah “menghilangkan dua ancaman eksistensial”, yakni nuklir Iran dan rudal balistik. “Kami tidak akan membiarkan Teheran membangun kembali ancamannya,” ujar Netanyahu dalam pernyataan video resmi.

    Sebagai informasi, Israel telah meluncurkan perang udara mendadak pada 13 Juni, menghantam situs-situs yang diduga digunakan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, serta menewaskan komandan militer penting Iran. Iran membalas dengan serangan rudal ke beberapa kota di Israel.

    Iran tetap menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan damai. “Kami tidak mengejar senjata nuklir. Pengayaan uranium kami untuk keperluan sipil dan medis,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran dalam konferensi pers di Tehran.

    Kini, setelah teguran keras dari Trump atas pelanggaran gencatan senjata, kedua negara mengisyaratkan bahwa pertempuran udara untuk sementara telah berhenti. Gencatan senjata diumumkan Trump mulai berlaku pada Selasa pukul 05.00 GMT waktu setempat, dengan peringatan keras terhadap pelanggaran lebih lanjut.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Minta Israel Tak Serang Iran, Trump Telepon PM Netanyahu

    Minta Israel Tak Serang Iran, Trump Telepon PM Netanyahu

    JAKARTA – Presiden AS Donald Trump dikabarkan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Trump dalam pernyataan sebelumnya meminta Israel tak menyerang Iran.

    Sumber CNN di Gedung Putih mengkonfirmasi komunikasi kedua pemimpin negara itu terkait gencatan senjata Iran-Israel. Sumber ini mengatakan Netanyahu memahami beratnya situasi dan kekhawatiran Trump.

    Sebelum percakapan telepon, Trump sempat meluapkan kemarahan terkait rontoknya gencatan senjata setelah Israel menuding Iran menembakkan rudal. Israel pun berencana menyerang kembali Teheran.

    Tapi beberapa saat kemudian, Trump mengatakan Israel telah sepakat untuk tidak menyerang Iran.

    “ISRAEL tidak akan menyerang Iran,” tulis Trump di Truth Social pada Selasa, 24 Juni. “Semua pesawat akan berbalik dan pulang. Tidak seorang pun akan terluka, Gencatan Senjata berlaku! Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!”

    Trump mengirim pesan tersebut dari Air Force One, saat dalam perjalanan menghadiri pertemuan puncak para pemimpin NATO di Belanda.

     

  • Konflik Makin Memanas, Iran Balas Serangan Nuklir AS dengan Hujan Rudal

    Konflik Makin Memanas, Iran Balas Serangan Nuklir AS dengan Hujan Rudal

    PIKIRAN RAKYAT – Iran meluncurkan serangan rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid yang terletak di Qatar. Serangan tersebut merupakan balasan atas gempuran militer AS dua hari sebelumnya yang menghancurkan fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Media nasional Iran melaporkan bahwa militer Teheran menggunakan kekuatan setara dengan yang dipakai Amerika Serikat dalam serangan sebelumnya.

    Dalam operasi militer yang disetujui oleh Presiden AS Donald Trump, pesawat tempur negara adidaya itu menjatuhkan bom seberat 60.000 kilogram ke sejumlah fasilitas nuklir Iran. Ini menjadi keterlibatan langsung pertama sekutu Israel tersebut dalam konflik yang memanas di Timur Tengah.

    Korps Garda Revolusi Islam Iran menyatakan bahwa serangan rudal ini dimaksudkan sebagai pesan tegas kepada pemerintahan Trump.

    “Pesan kami kepada Gedung Putih dan para sekutunya jelas: Iran tidak akan membiarkan agresi terhadap kedaulatan dan tanah airnya tanpa balasan,” kata pernyataan resmi dari korps tersebut.

    Rudal Iran Berhasil Dihadang

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Qatar mengonfirmasi bahwa sistem pertahanannya berhasil mencegat sebagian besar rudal yang ditembakkan Iran. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

    Kepala Staf Operasi Gabungan Angkatan Darat Qatar, Shayeq Misfer Al-Hajri, mengungkapkan bahwa Teheran meluncurkan 19 rudal pada pukul 19.30 waktu setempat. Dari jumlah tersebut, hanya satu rudal yang berhasil mencapai area Pangkalan Al Udeid.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Qatar mengecam keras serangan tersebut dan menilai tindakan Iran sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negaranya, hukum internasional, serta Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Pada hari Minggu sebelumnya, Iran telah menyatakan bahwa setiap negara yang wilayahnya digunakan untuk melancarkan serangan terhadap Iran akan dianggap sebagai target sah untuk pembalasan militer.

    Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat semakin meningkat sejak 13 Juni lalu, setelah Israel dan AS menuduh Iran menggunakan fasilitas nuklirnya untuk mengembangkan senjata pemusnah massal.***

  • Donald Trump Umumkan Gencatan Iran-Israel, Tapi Kedua Negara Masih Bungkam

    Donald Trump Umumkan Gencatan Iran-Israel, Tapi Kedua Negara Masih Bungkam

    PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah mencapai kesepakatan untuk mengimplementasikan gencatan senjata secara menyeluruh. Hal ini, menurutnya, menandai berakhirnya apa yang disebut sebagai “Perang 12 Hari”.

    Pengumuman itu disampaikan melalui unggahan di platform media sosial Truth Social pada Senin, 23 Juni 2025 pukul 18.02 waktu setempat.

    Dalam pernyataannya, Trump mengucapkan selamat kepada kedua negara dan menyebut gencatan senjata akan dimulai dalam waktu enam jam, menyusul berakhirnya operasi militer yang masih berlangsung di masing-masing pihak.

    Trump menjelaskan bahwa pada tahap awal, gencatan senjata akan berlangsung selama 12 jam, dengan harapan kedua belah pihak mempertahankan sikap damai dan saling menghormati.

    Ia menyebut, Iran akan memulai gencatan lebih dulu, diikuti oleh Israel 12 jam kemudian. Puncaknya, pengumuman resmi mengenai berakhirnya perang akan dilakukan dalam waktu 24 jam setelah itu.

    “Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya dan memang demikian,” kata Trump.

    “Saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua negara… karena memiliki stamina, keberanian, dan kecerdasan untuk mengakhiri apa yang seharusnya disebut sebagai ‘Perang 12 Hari’,” katanya.

    Trump menyebut kesepakatan ini sebagai sebuah terobosan besar yang berpotensi menyelamatkan Timur Tengah dari kehancuran jangka panjang. Ia juga menutup pengumumannya dengan pesan persatuan yang menyentuh.

    “Tuhan memberkati Israel, Tuhan memberkati Iran, Tuhan memberkati Timur Tengah, Tuhan memberkati Amerika Serikat, dan Tuhan memberkati dunia,” katanya.

    Masih belum jelas

    Namun hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah Iran maupun Israel terkait pernyataan Trump tersebut. Pihak Gedung Putih dan Pentagon pun belum memberikan tanggapan atau pernyataan resmi.

    Sebelumnya, pada pekan lalu, Amerika Serikat telah melancarkan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Trump menyatakan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk melumpuhkan kemampuan nuklir Iran.

    Trump juga menegaskan bahwa Teheran harus sepakat untuk “mengakhiri perang ini” atau menghadapi konsekuensi yang lebih serius.

    Di sisi lain, Iran membantah bahwa proyek nuklirnya memiliki komponen militer. Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, pada 18 Juni 2025 menyebut bahwa para inspektur belum menemukan bukti konkret bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir.***

  • Trump Klaim Israel dan Iran Sepakat Gencatan Senjata Total

    Trump Klaim Israel dan Iran Sepakat Gencatan Senjata Total

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan adanya gencatan senjata total antara Israel dan Iran melalui platform Truth Social pada hari Senin (23/06) malam. Ia mengklaim bahwa kesepakatan ini akan mulai berlaku sekitar enam jam setelah pengumuman tersebut, dan baik Israel maupun Iran telah menyetujuinya.

    “SELAMAT UNTUK SEMUA PIHAK!” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, seraya menyatakan bahwa gencatan senjata akan dimulai setelah kedua negara menyelesaikan “misi terakhir mereka yang sedang berlangsung.”

    “Secara resmi, Iran akan memulai gencatan senjata terlebih dahulu. Pada jam ke-12, Israel akan menyusul memulai gencatan senjata. Dan pada jam ke-24, dunia akan menyambut secara resmi berakhirnya perang 12 hari,” ujar Trump.

    “Dengan asumsi semua berjalan sesuai rencana, dan saya yakin akan begitu, saya ingin mengucapkan selamat kepada Israel dan Iran atas ketahanan, keberanian, dan kecerdasan mereka untuk mengakhiri apa yang seharusnya disebut sebagai ‘PERANG 12 HARI’,” tulis Trump.

    Trump mengklaim bahwa ia berhasil menengahi kesepakatan gencatan senjata ini melalui percakapan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (23/06), menurut laporan Reuters.

    Tim Trump juga menjalin komunikasi dengan pejabat Iran, mengutip seorang pejabat senior Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya.

    Pejabat tersebut mengatakan bahwa Israel bersedia melakukan gencatan senjata selama Iran tidak melancarkan serangan baru. Sementara itu, Iran disebut telah memberi sinyal positif untuk mematuhi kesepakatan tersebut.

    Menlu Iran: Belum ada kesepakatan gencatan senjata

    Meski begitu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan pada Selasa (24/06) bahwa tidak ada “kesepakatan” terkait gencatan senjata, setelah Trump mengklaim hal tersebut di media sosial.

    “Sampai saat ini, TIDAK ada ‘kesepakatan’ mengenai gencatan senjata atau penghentian operasi militer,” tulis Araghchi di platform X.

    Namun, ia menyatakan bahwa jika Israel menghentikan serangannya sebelum pukul 4 pagi waktu Teheran (7:30 WIB), maka Iran “tidak berniat melanjutkan respons setelah itu.”

    Araghchi juga mengatakan bahwa keputusan akhir soal penghentian operasi militer Iran akan diputuskan kemudian.

    Dalam unggahan yang ditayangkan beberapa menit setelahnya, Araghchi menyebut bahwa operasi militer Iran “berlanjut hingga menit terakhir, yakni pukul 4 pagi.”

    Serangan Iran terhadap pangkalan udara AS di Qatar bersifat ‘simbolis’

    Pada Senin (23/06), Iran menyerang pangkalan udara AS di Qatar sebagai respons atas serangan AS terhadap situs nuklir Iran pada Minggu (22/06) pagi WIB.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut serangan Iran itu sebagai “respons yang sangat lemah” dan mengatakan bahwa AS “sudah memperkirakannya.”

    Menurut pernyataan dari Qatar dan AS, tidak ada korban jiwa dalam serangan di Pangkalan Udara Al Udeid. Trump bahkan berterima kasih kepada Teheran karena telah memberikan “pemberitahuan lebih awal” sebelum melakukan serangan tersebut.

    Marina Miron, seorang analis militer di King’s College London, mengatakan bahwa serangan Iran terhadap pangkalan udara AS Al Udeid di Qatar bersifat “simbolis.”

    Berbicara kepada DW, ia menyoroti kabar bahwa pejabat Qatar telah diberi peringatan sebelumnya terkait serangan tersebut.

    “Iran menghilangkan elemen kejutan, mungkin untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, sambil mengetahui bahwa pesawat dan personel telah dievakuasi dari pangkalan tersebut,” katanya.

    Pangkalan Udara Al Udeid merupakan pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, berfungsi sebagai markas komando depan untuk Komando Pusat AS (CENTCOM), dan menampung sekitar 10.000 personel.

    Miron mengatakan bahwa serangan ke pangkalan itu dilangsungkan sebagai “kemenangan bagi Iran, untuk menyelamatkan muka mereka.”

    “Ini mungkin merupakan serangan yang justru dimaksudkan sebagai upaya untuk meredakan ketegangan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa semuanya tergantung pada tindakan aktor lain.

    “Masih ada kemungkinan terjadinya serangan terhadap pangkalan militer lain di kawasan Teluk dan tentu saja, langkah-langkah lain yang dikombinasikan dengan serangan militer,” tambahnya.

    Miron juga menyatakan bahwa kemungkinan Qatar akan “merespons secara militer terhadap target-target Iran sangat kecil.”

    Meski begitu, Qatar sebelumnya menyatakan bahwa mereka memiliki hak untuk merespons.

    “Saya pikir para pejabat Qatar menyadari bahwa jika situasi ini kian memanas maka bisa memicu perang sungguhan di Timur Tengah, dan tentunya itu bukan sesuatu yang mereka inginkan,” katanya.

    Israel menyerukan warga untuk mengungsi

    Militer Israel telah menyerukan evakuasi bagi warga di dua wilayah ibu kota Iran, Teheran, meskipun Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjata.

    Pengumuman dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ini disampaikan beberapa jam sebelum gencatan senjata sementara dijadwalkan berlaku.

    IDF dalam pernyataannya meminta warga di Distrik 6 dan Distrik 7 Teheran untuk mengungsi, seraya menambahkan bahwa militer Israel “akan melakukan operasi di wilayah-wilayah tersebut.”

    Kantor berita Prancis AFP juga melaporkan adanya serangkaian ledakan dahsyat di Teheran pada Selasa (24/06) dini hari, setelah peringatan evakuasi pertama dari Israel, mengutip laporan langsung dari para koresponden mereka di lapangan.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

    Editor: Rahka Susanto dan Hani Anggraini

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini