Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Presiden Negara Ini Jadi Buronan AS, Hadiahnya Naik Jadi Rp825 Miliar

    Presiden Negara Ini Jadi Buronan AS, Hadiahnya Naik Jadi Rp825 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan hadiah penangkapan Presiden Venezuela Nicolas Maduro menjadi US$50 juta atau sekitar Rp825 miliar. Situasi ini menandai tekanan terbaru Washington terhadap pemimpin negara Amerika Latin yang dituduh sebagai pengedar narkoba kelas kakap.

    Dalam video yang diunggah ke media sosial pada Kamis (7/8/2025), Jaksa Agung AS Pam Bondi menuduh Maduro terlibat dalam jaringan perdagangan narkoba transnasional yang berkolaborasi dengan kelompok kriminal terorganisasi seperti Tren de Aragua, Cartel of the Suns, dan Kartel Sinaloa dari Meksiko.

    “Dia adalah salah satu pengedar narkoba terbesar di dunia dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional kita. Oleh karena itu, kami menggandakan hadiahnya menjadi US$50 juta,” kata Bondi, seperti dikutip Al Jazeera pada Jumat (8/8/2025).

    Maduro sebelumnya telah didakwa oleh pengadilan federal AS pada 2020, di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, atas tuduhan konspirasi perdagangan narkoba. Saat itu, hadiah untuk penangkapannya ditetapkan sebesar US$15 juta, yang kemudian dinaikkan menjadi US$25 juta oleh pemerintahan Biden. Nilai tersebut setara dengan hadiah atas buronan teroris Osama bin Laden pasca serangan 11 September 2001.

    Bondi juga mengungkapkan bahwa Departemen Kehakiman AS telah menyita aset terkait Maduro senilai lebih dari US$700 juta, termasuk dua jet pribadi dan sembilan kendaraan. Ia menambahkan bahwa berton-ton kokain yang berhasil disita otoritas AS dapat ditelusuri langsung ke jaringan Maduro.

    “Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, Maduro tidak akan lolos dari keadilan, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatannya yang keji,” tegas Bondi.

    Pemerintah Venezuela langsung merespons tuduhan tersebut. Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil menyebut langkah AS sebagai “tipuan paling konyol yang pernah ada” dan menyindir bahwa langkah itu hanya pengalihan isu dari skandal Epstein yang sedang menyeret elit politik AS.

    “Martabat tanah air kami tidak untuk diperjualbelikan. Kami menolak operasi propaganda politik yang kasar ini,” kata Gil dalam pernyataan di Telegram.

    Jaringan Narkoba

    AS sebelumnya menuduh Maduro dan rekan-rekan dekatnya mengoperasikan kartel narkoba berskala negara yang disebut Cartel of the Suns, bersama pejabat tinggi militer dan intelijen Venezuela.

    Salah satu tokoh kunci, Hugo Carvajal, mantan kepala intelijen militer Venezuela, telah diekstradisi ke AS dan mengaku bersalah atas empat dakwaan, termasuk konspirasi narkotika-terorisme.

    Carvajal sebelumnya adalah diplomat yang mewakili pemerintahan Maduro, namun membelot dan mendukung oposisi pro-AS. Ia ditangkap di Spanyol dan diekstradisi ke AS pada Juli 2023 setelah lebih dari satu dekade menjadi target buruan AS.

    Meski menjadi buronan AS, Maduro tetap mempertahankan kekuasaan. Ia kembali terpilih sebagai Presiden Venezuela pada 2024 dalam pemilu yang disebut “curang” oleh AS, Uni Eropa, dan sejumlah negara Amerika Latin.

    Pada Juni lalu, Washington dan Caracas diam-diam mencapai kesepakatan pertukaran tahanan: 10 warga AS dibebaskan dari penjara Venezuela, sementara Caracas menerima puluhan orang yang dideportasi dari AS di bawah kebijakan imigrasi baru pemerintahan Trump.

    Menariknya, Gedung Putih juga memberi kelonggaran pada sanksi energi dengan mengizinkan Chevron melanjutkan pengeboran minyak di Venezuela, membuka kembali peluang ekonomi bagi negara yang sebelumnya terisolasi.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Daftar Negara Penikmat Minyak Murah dari Rusia, Siap-siap Dihukum Trump

    Daftar Negara Penikmat Minyak Murah dari Rusia, Siap-siap Dihukum Trump

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menghukum negara-negara pembeli minyak Rusia dengan mengenakan tarif impor tinggi. Pengumuman ini disampaikan setelah mengenakan tarif tambahan 25% terhadap India, sehingga total tarif yang dikenakan menjadi 50%.

    “Saya mendapati bahwa Pemerintah India saat ini secara langsung atau tidak langsung mengimpor minyak dari Rusia. Oleh karena itu sesuai dengan hukum yang berlaku, barang-barang dari India yang diimpor ke wilayah AS akan dikenakan tarif bea masuk tambahan sebesar 25%,” bunyi perintah eksekutif Trump dikutip dari CNBC, Jumat (8/8/2025).

    Selain India, China juga merupakan importir minyak terbesar Rusia. Seorang pejabat China telah mengisyaratkan bahwa pihaknya akan terus membeli minyak Rusia.

    “Secara teoritis, jika Anda (AS) menghentikan pembelian minyak dari India dan Tiongkok itu akan menjadi pukulan berat bagi ekonomi Rusia, namun itu tidak akan terjadi,” ujarnya.

    Negara penikmat minyak murah Rusia lainnya yakni Netherland, Turki, Italia, Korea Selatan, Bulgaria, Finlandia, Polandia dan lainnya. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan ancaman Trump terhadap negara-negara pembeli minyak Rusia diperkirakan akan diberlakukan pada Jumat (8/8).

    “Ini adalah ancaman tarif terbaru dari serangkaian ancaman tarif Trump terhadap isu-isu non-perdagangan,” tulis Reuters.

    Sebelumnya, Trump meminta Rusia untuk menyetujui perdamaian dan mengakhiri perang dengan Ukraina. Negara-negara pun diminta untuk setop membeli minyak Rusia yang diyakini sebagai sumber duit terbesar bagi Moskow untuk membiayai invasi di Ukraina.

    “Hampir tidak ada peluang bagi Putin (Presiden Rusia) untuk menyetujui gencatan senjata karena ancaman tarif dan sanksi Trump terhadap Rusia,” kata Eugene Rumer, mantan analis intelijen AS untuk Rusia yang memimpin Program Rusia dan Eurasia di Carnegie Endowment for International Peace.

    Lihat juga Video Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk India gegara Beli Minyak Rusia

    (aid/rrd)

  • Trump-Putin Segera Bertemu, Zelenskyy Telepon Prancis-Jerman

    Trump-Putin Segera Bertemu, Zelenskyy Telepon Prancis-Jerman

    JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu dalam beberapa hari mendatang.

    Pengumuman ini muncul sehari setelah utusan Trump, Steve Witkoff, mengadakan pembicaraan selama tiga jam dengan Putin di Moskow.

    Trump sebelumnya mengancam sanksi baru terhadap Rusia dan negara-negara yang membeli ekspornya mulai hari Jumat kecuali Putin setuju untuk mengakhiri konflik 3-1/2 tahun, yang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

    Pada Rabu, Trump mengenakan tarif yang lebih tinggi terhadap India karena membeli minyak Rusia dan mengatakan bea tambahan serupa mungkin akan diberlakukan terhadap Tiongkok, pembeli utama minyak mentah Rusia lainnya.

    Belum jelas apakah ia akan mengumumkan langkah lebih lanjut setelah batas waktu yang ditetapkan pada Jumat berakhir.

    Penasihat Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan Rusia dan AS telah sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak Putin-Trump “dalam beberapa hari mendatang”.

    Putin dalam pertemuan dengan presiden Uni Emirat Arab, mengatakan UEA akan menjadi tempat yang “sepenuhnya cocok” untuk pertemuan tersebut, tetapi tidak mengonfirmasi negara Teluk tersebut akan menjadi tuan rumah.

    Tidak ada pertemuan puncak antara pemimpin AS dan Rusia sejak Putin dan Joe Biden bertemu di Jenewa pada Juni 2021.

    Rusia berperang di Ukraina pada Februari 2022, dengan alasan ancaman terhadap keamanannya sendiri dan menjerumuskan hubungan ke dalam krisis yang mendalam.

    Kyiv dan sekutu Baratnya menggambarkan invasi tersebut sebagai perampasan tanah ala kekaisaran.

    Trump telah bergerak untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia dan mencoba mengakhiri perang, meskipun dalam komentar publiknya ia tampak antara mengagumi dan mengkritik tajam Putin.

    Indeks pasar saham utama Rusia, MOEX, naik hingga 5% setelah berita tersebut, level tertingginya dalam dua bulan. Rubel mencapai level tertinggi dalam dua minggu terhadap dolar AS dan yuan China.

    “Saham Rusia sedang melonjak. Investor berharap pertemuan (Trump-Putin) akan menjadi langkah menuju normalisasi situasi geopolitik,” kata analis Alfa Bank dalam catatan.

    Seorang pejabat Gedung Putih juga mengatakan Trump dapat bertemu Putin paling cepat minggu depan.

    The New York Times melaporkan Trump memberi tahu para pemimpin Eropa melalui panggilan telepon dia bermaksud bertemu dengan Putin dan kemudian menindaklanjutinya dengan pertemuan trilateral yang melibatkan pemimpin Rusia dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

    Para pemimpin Ukraina dan Eropa telah lama mengkhawatirkan Trump dapat bersekutu dengan Putin untuk memaksakan kesepakatan terhadap Zelenskyy yang akan sangat merugikan Kyiv.

    Zelenskyy berbicara pada Kamis, 7 Agustus, dengan para pemimpin Prancis dan Jerman serta dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan mengatakan bahwa Eropa harus terlibat dalam proses perdamaian.

    “Perang sedang terjadi di Eropa, dan Ukraina merupakan bagian integral dari Eropa – kami sudah bernegosiasi untuk bergabung dengan Uni Eropa. Oleh karena itu, Eropa harus menjadi peserta dalam proses yang relevan,” ujarnya pada X dilansir Reuters, Kamis, 7 Agustus.

    Zelenskyy mengatakan perang harus diakhiri dengan “perdamaian yang bermartabat”, dan penyelesaian apa pun yang dicapai akan membentuk lanskap keamanan Eropa selama beberapa dekade mendatang.

    Menurutnya, Rusia masih belum menyatakan siap untuk gencatan senjata.

    “Dalam waktu dekat harus ditunjukkan konsekuensi apa yang akan terjadi jika Rusia terus memperpanjang perang dan mengganggu upaya konstruktif,” kata Zelenskyy.

    Mykola Bielieskov dari Institut Nasional untuk Studi Strategis di Kyiv mengatakan tawaran Putin untuk bertemu dengan Trump sama saja dengan memberinya hadiah tanpa imbalan apa pun. Hal ini, katanya, memberi Rusia “kesan keluar dari isolasi dan berbicara secara setara”.

    Ia mengatakan Kremlin akan terus mengulur waktu, menggunakan fakta pertemuan tersebut sebagai bukti keterbukaan terhadap negosiasi tanpa konsesi apa pun.

    Zelenskyy mengatakan berbagai kemungkinan format pertemuan bilateral dan trilateral telah dibahas dengan Trump dan sekutu Ukraina di Eropa.

    “Ukraina tidak takut dengan pertemuan dan mengharapkan pendekatan berani yang sama dari pihak Rusia,” kata Presiden Ukraina.

  • Resmi! Tetangga RI Nominasikan Trump Dapat Nobel Perdamaian

    Resmi! Tetangga RI Nominasikan Trump Dapat Nobel Perdamaian

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet telah secara resmi menominasikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mendapatkan penghargaan bergengsi Nobel. Hal ini disampaikan langsung oleh kantor resminya, Kamis (7/8/2025).

    Dalam pernyataannya, Hun Manet mengaku telah mengirimkan surat nominasi ke Komite Nobel Norwegia agar dapat memberikan penghargaan bergengsi itu kepada Trump. Hal ini tak lepas dari peran Trump yang mendorong gencatan senjata dalam waktu cepat antara Phnom Penh dengan tetangganya, Thailand, beberapa waktu lalu.

    “Kebijaksanaan luar biasa Presiden Trump-yang ditandai dengan komitmennya untuk menyelesaikan konflik dan mencegah perang dahsyat melalui diplomasi yang visioner dan inovatif-baru-baru ini ditunjukkan dalam perannya yang menentukan dalam menengahi gencatan senjata segera dan tanpa syarat antara Kamboja dan Thailand,” demikian bunyi pernyataan tersebut dikutip Newsweek.

    “Intervensi yang tepat waktu ini, yang berhasil mencegah konflik yang berpotensi menghancurkan, sangat penting dalam mencegah hilangnya banyak nyawa dan membuka jalan menuju pemulihan perdamaian antara kedua negara.”

    Nominasi Hadiah Nobel Perdamaian terbaru ini merupakan indikasi lain dari peran yang dimainkan Trump dalam mencoba masuk ke dalam krisis global dan menyusul nominasi yang telah dibuat atau dijanjikan dari Israel dan Pakistan.

    Selain mengakui peran Trump, nominasi-nominasi yang memuji ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mendapatkan perlakuan baik dari pemimpin ekonomi terbesar dan militer terkuat di dunia.

    Menurut Reuters, Trump telah menghubungi Hun Manet dan Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai dan memberi tahu mereka bahwa tidak akan ada kemajuan dalam negosiasi tarif perdagangan sampai mereka mengakhiri konflik mereka. Diketahui, pasukan hailand dan Kamboja bentrok di perbatasan yang telah lama dipersengketakan bulan lalu selama lima hari, menyebabkan lebih dari 40 orang tewas di kedua pihak dan memaksa sekitar 300.000 orang mengungsi.

    Gencatan senjata disepakati pada 28 Juli dan perjanjian gencatan senjata yang terperinci ditandatangani pada hari Kamis. Pasukan Thailand jauh lebih kuat daripada pasukan Kamboja.

    Komite Nobel Norwegia menerima ratusan nominasi untuk Hadiah Nobel Perdamaian setiap tahun. Setiap individu yang masih hidup atau organisasi atau institusi yang aktif dapat dianggap layak untuk penghargaan tersebut. Nama-nama para nomine tidak diungkap selama 50 tahun.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt juga memuji Trump karena mengakhiri konflik yang melibatkan Thailand dan Kamboja, Israel dan Iran, Rwanda dan Kongo, India dan Pakistan, Serbia dan Kosovo, serta Mesir dan Ethiopia.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Daftar Negara Penikmat Minyak Murah dari Rusia, Siap-siap Dihukum Trump

    Mampukah AS Paksa India-China Stop Beli Minyak Rusia?

    Jakarta

    India dan Cina dengan tegas menolak ancaman sanksi sekunder Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Sanksi tersebut merupakan hukuman bagi negara yang nekat masih membeli minyak Rusia. Selama ini, pendapatan dari ekspor minyak dipercaya merupakan sumber duit terbesar bagi Moskow demi membiayai invasi di Ukraina.

    Beijing dan New Delhi menegaskan, akan melindungi ketahanan energi dan kedaulatan ekonominya, dari apa yang oleh Beijing disebut secara lugas sebagai “pemaksaan dan tekanan” dari Amerika Serikat. Cina merupakan importir minyak terbesar Rusia pada tahun 2022.

    India, di sisi lain, menuding Barat bersikap hipokrit. Mereka menyoroti fakta bahwa Uni Eropa tetap mengimpor energi dari Rusia, meskipun telah secara signifikan mengurangi kebergantungan sejak perang dimulai.

    New Delhi juga mengingatkan bahwa Washington sebelumnya justru mendorong India membeli minyak dari Rusia, demi menstabilkan harga minyak global yang meningkat tajam setelah invasi Rusia dimulai.

    Pembelian minyak India dari Rusia meningkat hampir 19 kali lipat dalam empat tahun terakhir, dari 0,1 menjadi 1,9 juta barel per hari, sementara pembelian Cina naik 50% menjadi 2,4 juta barel per hari.

    Petras Katinas, analis energi yang berbasis di Lituania dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), mengatakan kepada DW bahwa India—pembeli minyak terbesar kedua dari Rusia—menghemat hingga USD 33 miliar ongkos pembelian energi antara 2022 hingga 2024. Penghematan tersebut merupakan hasil dari potongan harga besar-besaran oleh Moskow setelah AS dan Eropa mengurangi impor minyak dan gas Rusia.

    Kebijakan lama India yang menyeimbangkan hubungan dengan AS, Rusia, dan Cina, tanpa memprioritaskan salah satu negara, menurut Katinas, menjadi landasan keputusan untuk membeli minyak mentah Rusia dengan diskon besar. “New Delhi memprioritaskan keamanan dan keterjangkauan energi,” ujarnya.

    Ancaman Trump guncang pasar global

    Alhasil, harga minyak naik hampir 1% setelah pengumuman tersebut. Media India melaporkan, tarif baru dapat meningkatkan tagihan impor minyak India hingga US$ 11 miliar. New Delhi menyebut kebijakan Trump sebagai “tidak adil, tak berdasar, dan tidak masuk akal.”

    Trump menyatakan tarif akan berlaku dalam waktu 21 hari, memberi waktu bagi India dan Rusia untuk bernegosiasi dengan AS terkait pajak impor tersebut. Presiden AS juga diperkirakan akan mengumumkan sanksi sekunder yang lebih luas terhadap negara dan entitas yang masih berdagang dengan Rusia.

    Sanksi sekunder dipercaya akan menjadi pukulan besar bagi ekonomi Rusia yang melambat akibat sanksi Barat. Dengan belanja militer kini melampaui 6% dari PDB dan inflasi riil diperkirakan sejumlah analis mencapai 15–20%, Rusia membakar cadangan devisa dan menghadapi tekanan besar terhadap anggaran dan industri senjata nasional.

    Bagi pasar global, sanksi baru dapat memicu guncangan besar pada harga energi dan arus perdagangan, seperti yang terjadi pada 2022, ketika harga minyak melonjak dan Rusia menyiasati sanksi Barat dengan menjual dengan harga murah kepada dua ekonomi terbesar dunia.

    “Kalau India tidak membeli minyak Rusia pada 2022, tidak ada yang tahu harga minyak akan berapa — USD 100, USD 120, atau USD 300 per barel,” ujar Sumit Ritolia, analis minyak di New Delhi dari lembaga riset perdagangan Kpler, kepada DW. Minyak mentah WTI sempat bertahan antara USD 74 hingga USD 95 per barel dalam beberapa minggu sebelum invasi.

    Tarif sekunder Trump sebesar 25% dapat memaksa India mengurangi sebagian perdagangan minyaknya dengan Rusia. Sanksi tambahan hanya akan memperburuk keadaan.

    Katinas menyebut sanksi sekunder sebagai eskalasi besar. “Sanksi itu mengancam akses perusahaan India ke sistem keuangan AS dan membuat bank, kilang, serta perusahaan pelayaran terpapar dampak besar, mengingat keterlibatan mereka dalam pasar global,” katanya.

    Harga minyak melonjak, inflasi mengancam

    Jika suplai 5 juta barel minyak Rusia per hari tiba-tiba lenyap dari pasar, para analis memperkirakan harga akan kembali melonjak, karena negara-negara yang terdampak harus berebut pasokan lain. Meskipun kartel minyak OPEC baru-baru ini meningkatkan produksi, mengganti volume sebesar itu dalam waktu singkat akan sangat sulit karena kapasitas cadangan yang terbatas dan kendala logistik.

    “Tak ada pasokan yang bisa menggantikan 5 juta barel itu dengan cukup cepat untuk mencegah lonjakan harga,” ujar Alexander Kolyandr, peneliti senior di Center for European Policy Analysis, kepada The Independent.

    Ritolia mengatakan kepada DW bahwa perusahaan India mungkin butuh waktu hingga satu tahun untuk mengurangi ketergantungan pada minyak Rusia, jika memang harus dilakukan.

    Harga minyak yang lebih tinggi akan memicu kenaikan tajam inflasi, baik di AS maupun secara global. Bank Sentral AS memperkirakan, setiap kenaikan USD 10 pada harga minyak mentah akan menambah sekitar 0,2 poin persentase pada inflasi. Bank sentral India mencapai kesimpulan serupa.

    Jika harga naik dari USD 66 menjadi USD 110–120 per barel, kenaikan inflasi sekitar 1 poin persentase akan menaikkan biaya hidup bagi konsumen dan dunia usaha, terutama di sektor energi, transportasi, dan pangan.

    Cina diampuni, India kena imbas?

    Analis energi Katinas berpendapat, Cina—yang total volume perdagangannya dengan AS empat kali lebih besar dari India—”mungkin akan dikecualikan” dari kebijakan baru Gedung Putih. Dengan nilai perdagangan bilateral melebihi USD 580 miliar, skala ekonomi Cina memberi mereka daya tawar yang tidak dimiliki India.

    Cengkeraman Cina atas pasokan mineral tanah jarang — isu panas dalam hubungan AS-Cina — menjadi salah satu pengungkit yang digunakan Beijing untuk meredam sikap Trump.

    Dengan India tak memiliki pengaruh serupa, Trump awal pekan ini menggandakan tekanan pada New Delhi. Dia menyatakan bahwa dampak dari sanksi baru terhadap Rusia dan India akan “menjatuhkan dua ekonomi itu secara bersamaan.”

    Keuntungan India dari minyak Rusia menyusut

    Sementara itu, India tak lagi menikmati keuntungan besar seperti pada 2022, ketika diskon minyak Rusia mencapai USD 15–20 per barel. “Kini, margin itu menyusut menjadi sekitar USD 5,” menurut Ritolia dari Kpler.

    Berupaya mengisi kembali pundi-pundi perangnya, Rusia kini makin agresif memaksimalkan pendapatan energi. Permintaan dari Turki — yang kini menjadi pelanggan minyak terbesar ketiga Rusia — serta negara-negara Asia lainnya, yang mengimpor minyak Rusia dengan label alternatif untuk menghindari sanksi AS, membantu mengangkat harga.

    Meski begitu, kilang-kilang India terus melaku pembelian dari Rusia. Impor minyak mentah dari Rusia pada Juni mencapai level tertinggi dalam 11 bulan, yakni 2,08 juta barel per hari, menyumbang 44% dari total pasokan minyak mentah India — lonjakan tajam yang didorong oleh pertimbangan geopolitik dan harga.

    Di luar retorika, respons Cina tampaknya akan mengikuti pola sebelumnya saat menghadapi sanksi sekunder. Bank-bank Cina makin enggan menangani transaksi Rusia, bahkan dalam mata uang yuan, memaksa Moskow bergantung pada perantara bayangan dan jalur pihak ketiga.

    Bagi Beijing, impor minyak adalah prioritas yang relatif terlindungi dari tekanan politik. Sementara itu, India dipandang lebih mungkin mengambil sikap hati-hati: mengurangi pembelian jika ditekan, tapi tidak serta-merta menghentikan impor minyak Rusia.

    Ritolia berspekulasi bahwa India mungkin akan “mengurangi” impor minyaknya dari Rusia, namun menambahkan, “Saya tidak melihat India akan turun ke angka nol dalam waktu dekat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

  • Dicampuradukkan dengan Politik, Khamzat Chimaev Pesimistis Diundang Duel UFC di Gedung Putih

    Dicampuradukkan dengan Politik, Khamzat Chimaev Pesimistis Diundang Duel UFC di Gedung Putih

    JAKARTA – Bintang UFC, Khamzat Chimaev, pesimistis mendapat undangan untuk menjalani pertarungan di Gedung Putih yang menjadi bagian dari rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Bulan lalu, Trump mengatakan ia berencana untuk menyelenggarakan acara UFC di Gedung Putih tahun depan sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Amerika Serikat ke-250.

    Chimaev mengatakan bahwa kemungkinannya sangat kecil ia diundang tampil di acara tersebut sekalipun dia baru saja mendapat visa untuk masuk Amerika Serikat lagi sejak 2022.

    “Lihat wajah saya. Saya rasa tidak. Mereka (akan mendeportasi saya) ke kamp imigran atau semacamnya. Saya seorang atlet, olahragawan, sepanjang hidup saya berlatih.”

    “Beberapa orang menempatkan saya dalam posisi seperti urusan politik dan merusak visa saya. Saya tidak tahu mengapa,” ujar dia dilansir MMA Fighting.

    Chimaev menjalani pertarungan terakhirnya di Amerika Serikat ketika menang submission atas Kevin Holland di UFC 279 pada September 2022.

    Petarung berusia 31 tahun tersebut lalu menjalani dua pertandingan terakhirnya di Abu Dhabi. Dia tidak mendapat visa sejak kemenangan terakhirnya karena memiliki hubungan dengan pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov.

    Kadyrov sebelumnya dikenai sanksi oleh Amerika Serikat karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penindasan, penyiksaan, dan pembunuhan.

    “Saya bertarung dan berlatih demi keluarga. Atlet tidak seharusnya dicampuradukkan dengan politik. Saya tidak terhubung dengan itu,” ujar Chimaev.

    Chimaev kembali ke Amerika Serikat dan siap menantang Dricus Du Plessis untuk memperebutkan gelar kelas menengah dalam bentrok UFC 319 pada 16 Agustus 2025, di United Center, Chicago.

    Ini penampilan perdana Chimaev di atas oktagon sejak menundukkan Robert Whittaker melalui submission pada Oktober 2024. Adapun Du Plessis akan menjalani pertarungan ketiga dalam mempertahankan sabuk juara.

  • Christopher Waller Mencuat Jadi Kandidat Kuat Gantikan Jerome Powell

    Christopher Waller Mencuat Jadi Kandidat Kuat Gantikan Jerome Powell

    Bisnis.com, JAKARTA — Nama Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mencuat sebagai kandidat terkuat pengganti Jerome Powell sebagai Ketua The Fed di masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menurut sejumlah sumber yang mengetahui pembahasan tersebut.

    Melansir Bloomberg pada Jumat (8/8/2025), penasihat Trump disebut terkesan dengan pendekatan Waller yang berbasis proyeksi ketimbang data terkini, serta pemahaman mendalamnya terhadap sistem The Fed secara keseluruhan. Meski telah bertemu dengan tim presiden, Waller belum melakukan pertemuan langsung dengan Trump.

    Selain Waller, mantan pejabat The Fed Kevin Warsh dan Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih Kevin Hassett juga disebut masih masuk dalam radar pencalonan. Masa jabatan Powell sebagai Ketua The Fed akan berakhir pada Mei 2026.

    “Presiden Trump akan terus mencalonkan individu paling kompeten dan berpengalaman. Namun, kecuali disampaikan langsung oleh Presiden Trump, setiap pembahasan terkait penunjukan pejabat harus dianggap spekulatif,” ujar Juru Bicara Gedung Putih Kush Desai.

    Adapun, The Fed menolak memberikan komentar terkait kabar ini.

    Stephen Miran, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyebut Waller memiliki rekam jejak mengesankan, terutama dalam merespons inflasi dan arah kebijakan suku bunga selama dua tahun terakhir.

    Sementara itu, Trump mengatakan bahwa daftar kandidat Ketua The Fed telah mengerucut menjadi tiga nama. Proses seleksi dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Wakil Presiden JD Vance, dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

    Sebelumnya Hassett dilaporkan telah bertemu langsung dengan Trump untuk membahas posisi tersebut dan mendapatkan kesan positif dari sang presiden. Warsh, yang sempat diwawancarai pada 2017, juga kembali disebut-sebut, termasuk sebagai kandidat Menteri Keuangan pada November lalu.

    Pencarian Ketua The Fed ini berlangsung di tengah upaya pengisian kursi Dewan Gubernur yang akan ditinggalkan Adriana Kugler. Trump menyatakan akan menunjuk gubernur sementara untuk mengisi kekosongan tersebut sebelum menunjuk kandidat permanen yang akan menjalani masa jabatan 14 tahun mulai awal 2026. Kandidat tersebut disebut akan berasal dari kalangan yang mendukung suku bunga rendah.

    Perbedaan Sikap dengan Powell

    Waller baru-baru ini menjadi satu dari dua anggota Dewan The Fed yang tidak sepakat dengan keputusan mempertahankan suku bunga acuan. Bersama Michelle Bowman—sama-sama diangkat oleh Trump—Waller mengusulkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin, mengacu pada pelemahan di pasar tenaga kerja.

    Beberapa hari setelah keputusan The Fed, laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat, memperkuat argumentasi Waller dan Bowman.

    Pandangan Waller ini bertolak belakang dengan Powell dan mayoritas pejabat The Fed yang masih menganggap pasar tenaga kerja cukup solid dan memilih pendekatan hati-hati dalam mengantisipasi dampak kebijakan tarif Trump terhadap ekonomi.

    Rekam Jejak dan Pandangan

    Waller, ekonom bergelar Ph.D., diangkat sebagai Gubernur The Fed oleh Trump pada 2020. Sebelumnya, ia menjabat Direktur Riset dan Wakil Presiden Eksekutif di The Fed St. Louis. 

    Dia juga dikenal publik setelah terlibat debat terbuka dengan ekonom kawakan Larry Summers pada 2022 terkait strategi penurunan inflasi pasca-pandemi. Prediksinya terbukti tepat setelah inflasi turun di bawah 3% tanpa disertai lonjakan pengangguran.

    Meski begitu, Trump kerap melontarkan ketidakpuasan terhadap Powell, memunculkan kekhawatiran soal independensi The Fed ke depan. Namun, Waller menyatakan pada April lalu bahwa independensi bank sentral merupakan elemen krusial bagi kestabilan ekonomi AS.

    “Kalau tidak siap dikritik, jangan ambil pekerjaan itu. Presiden bebas menyampaikan pandangannya soal kebijakan, sebagaimana publik lainnya,” ujarnya.

    Dalam wawancara bulan lalu, Waller mengaku belum menerima tawaran langsung dari Trump. 

    “Kalau presiden menghubungi dan meminta saya untuk menjabat, saya akan bersedia. Tapi sejauh ini belum ada komunikasi langsung,” katanya.

  • Trump Getok Tarif 100% buat Produk Semikonduktor Jika Tak Bikin Pabrik di AS

    Trump Getok Tarif 100% buat Produk Semikonduktor Jika Tak Bikin Pabrik di AS

    Jakarta

    Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat akan mengenakan tarif 100% untuk impor produk semikonduktor, tetapi menawarkan pengecualian. Apakah itu?

    Tarif tersebut tidak berlaku bagi perusahaan yang berproduksi di AS atau berkomitmen untuk melakukannya. Dengan kata lain, jika bangun pabrik di AS makan tidak akan kena tarif tersebut.

    Langkah ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk mengembalikan sektor manufaktur ke Amerika Serikat, dan pernyataannya pada hari Rabu (6/8/2025) disampaikan bersamaan dengan pengumuman Apple akan menginvestasikan tambahan US$ 100 miliar di AS.

    “Bagi perusahaan seperti Apple, yang telah berkomitmen untuk membangun di Amerika Serikat tidak akan ada biaya,” ujar Trump kepada para wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Kamis (7/8/2025).

    Di sisi lain, Trump juga mewanti-wanti perusahaan yang sudah janji membangun pabrik semikonduktor di AS, namun ternyata tidak menepatinya.

    Trump memperingatkan perusahaan tidak boleh menghindari janji membangun pabrik di AS.

    “Jika, karena suatu alasan, Anda mengatakan sedang membangun tetapi tidak membangun, maka kami akan menjumlahkannya kembali, terakumulasi, dan kami akan menagih Anda di kemudian hari, Anda harus membayar, dan itu adalah jaminan,” tegas Trump.

    (hns/hns)

  • Peringatan Keras Trump, Bangun Pabrik di AS atau Dihantam Tarif 100%

    Peringatan Keras Trump, Bangun Pabrik di AS atau Dihantam Tarif 100%

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya Presiden AS Donald Trump untuk menggenjot manufaktur dalam negeri lewat penerapan tarif masih terus berlanjut. ‘Korban’ terbarunya adalah industri semikonduktor.

    Trump mengatakan AS akan menerapkan tarif hingga 100% untuk impor semikonduktor. Ketetapan itu akan dikecualikan bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki fasilitas manufaktur atau berkomitmen untuk membangun manufaktur di AS.

    Ucapan Trump tersebut berbarengan dengan pengumuman Apple yang menambah investasi di sektor manufaktur AS sebesar US$100 miliar hingga 4 tahun ke depan. Jumlah investasi itu meningkatkan komitmen dari yang sebelumnya US$500 miliar menjadi US$600 miliar.

    “Untuk perusahaan seperti Apple yang telah berkomitmen membangun [manufaktur] di AS, tak akan diberlakukan [tarif],” kata Trump di Kantor Oval Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Kamis (7/8/2025).

    Namun, Trump memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan tidak boleh mencoba mengelak dari janji pembangunan pabrik di AS.

    “Jika, karena suatu alasan, Anda mengatakan sedang membangun tetapi tidak membangun, maka kami akan menjumlahkannya kembali, terakumulasi, dan kami akan menagih Anda di kemudian hari, Anda harus membayar, dan itu sudah pasti,” Trump menegaskan.

    Namun, komentar tersebut bukanlah pengumuman tarif resmi, dan masih banyak yang belum jelas tentang bagaimana perusahaan dan negara-negara di seluruh dunia akan terdampak.

    Pernyataan Trump tentang usulan tarif 100% untuk chip muncul tepat sebelum pungutan AS sebesar 10% hingga 50% mulai berlaku pada pekan ini untuk banyak barang dari puluhan mitra dagang.

    Tarif semikonduktor dan barang teknologi utama lainnya telah menjadi subjek penyelidikan keamanan nasional AS, yang hasilnya diperkirakan akan diumumkan pada pertengahan Agustus mendatang.

    Pernyataan Trump ini langsung memicu serangkaian reaksi dari negara-negara yang memiliki kekuatan dalam industri chip. Utusan perdagangan utama Korea Selatan mengatakan produsen chip utama Samsung Electronics dan SK Hynix tidak akan dikenakan tarif 100%.

    Korea Selatan disebut akan mendapatkan pungutan paling menguntungkan untuk semikonduktor berdasarkan kesepakatan perdagangan antara Washington dan Seoul. Samsung dan SK Hynix menolak berkomentar.

    Di sisi lain, presiden industri semikonduktor Filipina, Dan Lachica, mengatakan rencana Trump akan “menghancurkan” negaranya.

    Selain itu, Malaysia yang merupakan pemain besar dalam pengujian dan pengemasan chip secara global turut bereaksi. Menteri Perdagangan Malaysia Tengku Zafrul Aziz memperingatkan parlemen bahwa negaranya akan berisiko kehilangan pasar utama di AS jika produknya menjadi kurang kompetitif akibat pengenaan tarif ini.

    Menteri Dewan Pembangunan Nasional Taiwan, Liu Chin-ching, mengatakan kepada wartawan pada Kamis (7/8) waktu setempat bahwa perusahaan-perusahaan Taiwan telah membangun pabrik di AS atau membeli perusahaan AS yang memiliki pabrik lokal, serta berkolaborasi dengan produsen chip AS untuk melawan potensi tarif chip.

    Produsen kontrak chip Taiwan, TSMC, diperkirakan relatif aman karena memiliki pabrik di AS, sehingga pelanggan utama seperti Nvidia kemungkinan besar tidak akan menghadapi kenaikan biaya tarif untuk chip buatan AS.

    Nvidia, yang memproduksi unit pemrosesan grafis AI mutakhir, juga berencana untuk berinvestasi ratusan miliar dolar di AS. TSMC tidak segera menanggapi permintaan komentar, dan juru bicara Nvidia menolak berkomentar.

    “Perusahaan besar dan kaya uang tunai yang mampu membangun di AS akan menjadi yang paling diuntungkan. Ini adalah survival of the largest,” kata Brian Jacobsen, kepala ekonom di perusahaan penasihat investasi Annex Wealth Management.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • India Ngotot Beli Minyak Rusia, Trump Langsung Naikkan Tarif Jadi 50%!

    India Ngotot Beli Minyak Rusia, Trump Langsung Naikkan Tarif Jadi 50%!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 25% terhadap barang-barang dari India lantaran membeli minyak mentah Rusia. Alhasil, total tarif yang dikenakan Trump ke India naik menjadi 50%, dari sebelumnya 25%

    “Saya mendapati bahwa Pemerintah India saat ini secara langsung atau tidak langsung mengimpor minyak dari Rusia,” kata Presiden Donald Trump dalam sebuah perintah eksekutif, dikutip dari CNBC International, Kamis (7/8/2025).

    “Oleh karena itu, dan sesuai dengan hukum yang berlaku, barang-barang dari India yang diimpor ke wilayah Amerika Serikat akan dikenakan tarif bea masuk tambahan sebesar 25%,” bunyi perintah eksekutif tersebut.

    Kebijakan ini diteken Trump pada Rabu (6/8/2025) waktu setempat. Tambahan pungutan bea masuk tersebut akan mulai berlaku efektif 21 hari setelah 7 Agustus. Sementara, tarif sebelumnya sebesar 25% tetap berlaku pada Kamis (7/8).

    Tarif baru Trump terhadap India ini menjadi salah satu pungutan tertinggi terhadap semua mitra dagang AS. Ini menjadi tanda bahwa Trump serius terhadap ancaman yang akan menaikkan tarif bagi negara manapun yang masih membeli minyak dari Rusia.

    Tarif terhadap India diberlakukan saat Utusan Khusus Trump, Steve Witkoff, bertemu dengan Putin pada Rabu di Moskow. Pertemuan tersebut berlangsung beberapa hari sebelum batas waktu yang ditetapkan Trump bagi Rusia untuk melakukan gencatan senjata dengan Ukraina.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pertemuan itu berjalan dengan baik. Menurut dia, tambahan tarif yang diancamkan Trump terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia diperkirakan akan diterapkan pada Jumat.

    Menanggapi pungutan yang tinggi itu, India menyayangkan keputusan tersebut diambil hanya demi kepentingan AS sendiri. Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri India menjelaskan India telah memperjelas posisi negaranya mengenai isu tersebut.

    “Fakta bahwa impor kami didasarkan pada faktor pasar dan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan keamanan energi bagi 1,4 miliar penduduk India. Kami tegaskan kembali bahwa tindakan ini tidak adil, tidak beralasan, dan tidak masuk akal,” kata Jubir Kemenlu India dalam sebuah pernyataan.

    (rea/hns)