Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Arab Saudi Tegaskan Tak Ada Diplomasi dengan Israel Tanpa Negara Palestina

    Arab Saudi Tegaskan Tak Ada Diplomasi dengan Israel Tanpa Negara Palestina

    Riyadh

    Arab Saudi kembali menyampaikan penegasan bahwa tidak akan ada hubungan diplomatik yang terjalin dengan Israel tanpa adanya negara Palestina yang merdeka dan diakui. Penegasan ini disampaikan Riyadh kepada Amerika Serikat (AS) yang menjadi penengah dalam upaya normalisasi Saudi dan Israel.

    Seperti dilansir Al Arabiya dan AFP, Rabu (7/2/2024), Kementerian Luar Negeri Saudi secara jelas menegaskan kepada Washington, pekan ini, bahwa negara Palestina yang merdeka itu harus diakui berdasarkan garis perbatasan tahun 1967 silam dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

    Tidak hanya itu, Riyadh juga menegaskan bahwa hubungan diplomatik tidak akan terjalin hingga “agresi” militer Israel terhadap Jalur Gaza dihentikan dan semua pasukan pendudukan Israel ditarik mundur dari daerah kantong Palestina tersebut.

    “Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa mengenai diskusi antara Kerajaan Arab Saudi dan Amerika Serikat mengenai proses perdamaian Arab-Israel, dan mengingat apa yang telah disampaikan kepada juru bicara keamanan nasional AS, Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa posisi Kerajaan Arab Saudi selalu teguh dalam masalah Palestina dan pentingnya saudara-saudara rakyat Palestina mendapatkan hak-hak mereka yang sah,” tegas Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataan terbaru yang dirilis Rabu (7/2) waktu setempat, seperti dikutip Saudi Press Agency (SPA).

    “Kerajaan telah mengkomunikasikan posisi teguhnya kepada pemerintah AS bahwa tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Israel, kecuali negara Palestina yang merdeka diakui berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” tegas pernyataan tersebut.

    “Dan jika agresi Israel terhadap Jalur Gaza dihentikan dan semua pasukan pendudukan Israel ditarik mundur dari Jalur Gaza,” imbuh Kementerian Luar Negeri Saudi.

    Penegasan terbaru Saudi ini disampaikan setelah juru bicara keamanan nasional Gedung Putih AS John Kirby, saat berbicara kepada wartawan pada Selasa (6/2), mengatakan bahwa perundingan normalisasi Saudi-Israel “sedang berlangsung” dan bahwa Washington telah “menerima tanggapan positif dari kedua belah pihak bahwa mereka bersedia melanjutkan diskusi itu”.

    Saudi yang menjadi rumah bagi situs-situs tersuci dalam ajaran Islam, tidak pernah mengakui Israel dan tidak bergabung dengan Perjanjian Abraham tahun 2020 yang dimediasi oleh AS. Beberapa negara Teluk, seperti Bahrain, Uni Emirat Arab dan Maroko, telah menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Israel.

    Pernyataan terbaru Saudi tersebut dirilis setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken berkunjung ke Riyadh dan bertemu dengan putra mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Saudi, pada Senin (5/2) waktu setempat.

    Pertemuan itu dilaporkan membahas sejumlah isu, termasuk soal situasi kemanusiaan di Jalur Gaza dan upaya mencegah penyebaran konflik di Timur Tengah.

    Saat berbicara kepada wartawan di Doha, Qatar, Blinken mengungkapkan bahwa dalam pembicaraan di Riyadh, MBS “menegaskan kembali minat kuat Arab Saudi dalam mengupayakan” normalisasi dengan Israel.

    “Tapi dia juga memperjelas apa yang telah dia katakan kepada saya sebelumnya, yaitu bahwa untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan dua hal — berakhirnya konflik di Gaza, dan jalur yang jelas dan kredibel dalam jangka panjang menuju pembentukan negara Palestina,” tutur Blinken.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan Udara AS di Irak Tewaskan 16 Orang, Termasuk Warga Sipil

    Serangan Udara AS di Irak Tewaskan 16 Orang, Termasuk Warga Sipil

    Baghdad

    Sedikitnya 16 orang dilaporkan tewas akibat rentetan serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap target-target terkait Iran di wilayah Irak. Otoritas Baghdad melaporkan bahwa sejumlah warga sipil turut menjadi korban tewas dalam serangan militer AS tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024), juru bicara pemerintah Irak Bassem al-Awadi dalam pernyataannya menyebut serangan udara AS terhadap wilayah Irak bagian barat, pada Jumat (2/2) waktu setempat, telah menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk sejumlah warga sipil.

    Tidak disebutkan secara spesifik jumlah warga sipil yang tewas.

    Al-Awadi juga menyebut bahwa sekitar 23 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan yang melibatkan sejumlah pesawat pengebom B-1 AS itu.

    Menurut Al-Awadi, serangan-serangan AS itu menghantam “lokasi-lokasi di wilayah Akashat dan Al-Qaim, termasuk wilayah di mana pasukan keamanan kami ditempatkan”.

    Militer AS, dalam pengumumannya, mengklaim telah melancarkan serangan terhadap lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah pada Jumat (2/2) waktu setempat.

    Serangan itu merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.

    Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    AS Klaim Beritahu Irak Sebelum Menyerang, Baghdad Membantah!

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Washington telah memberitahu pemerintah Irak sebelum serangan dilancarkan pada Jumat (2/2) waktu setempat.

    “Kami telah memberitahu pemerintah Irak sebelum serangan tersebut,” ucap Kirby dalam pernyataannya.

    Klaim Kirby itu ditepis oleh Baghdad, yang membantah adanya koordinasi dengan Washington sebelum serangan dilancarkan.

    Al-Awadi menuduh AS telah melakukan “penipuan dan distorsi fakta”. Dia menyebut klaim Kirby itu sebagai “klaim tidak berdasar yang dibuat untuk menyesatkan opini publik internasional dan menghindari tanggung jawab hukum” atas apa yang disebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.

    “Serangan udara agresif ini akan mendorong situasi keamanan di Irak dan kawasan ke tepi jurang,” sebutnya.

    Kecaman juga dilontarkan Al-Awadi terhadap penggunaan wilayah Irak sebagai “medan pertempuran untuk menyelesaikan masalah”. Dia menegaskan kembali seruan Baghdad untuk mengusir pasukan koalisi internasional pimpinan AS dari wilayah Irak.

    Al-Awadi, dalam pernyataannya, menyebut koalisi internasional itu telah “menyimpang dari tugas dan mandat yang diberikan” serta hanya “membahayakan keamanan dan stabilitas di Irak”.

    AS diketahui menempatkan sekitar 2.500 tentara di wilayah Irak dan sekitar 900 tentaranya di wilayah Suriah sebagai bagian koalisi internasional yang dibentuk tahun 2014 lalu, untuk memerangi kelompok radikal Islamic State (ISIS) — yang pernah menguasai sebagian besar wilayah kedua negara itu.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Irak Kecam Serangan AS di Wilayahnya: Pelanggaran Kedaulatan!

    Irak Kecam Serangan AS di Wilayahnya: Pelanggaran Kedaulatan!

    Baghdad

    Irak melontarkan kecaman terhadap rentetan serangan udara Amerika Serikat (AS) pada target-target terkait Iran di wilayahnya. Baghdad menyebut serangan itu melanggar kedaulatannya, meskipun Washington mengungkapkan pihaknya telah memberitahu Irak sebelum serangan itu dilaksanakan.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (3/2/2024), militer AS melancarkan serangan terhadap lebih dari 85 target terkait Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan Teheran di wilayah Irak dan Suriah.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengungkapkan bahwa target-target serangannya mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan Pasukan Quds dan milisi pro-Iran, lalu tempat penyimpanan roket, rudal dan drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi.

    Menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, sebanyak 85 target yang digempur AS itu berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Juru bicara Perdana Menteri (PM) Irak Shia al-Sudani, Jenderal Yehia Rasool, dalam pernyataannya menyebut serangan-serangan AS di wilayah itu sebagai “pelanggaran kedaulatan Irak”.

    Rasool juga memperingatkan bahwa serangan AS itu bisa memicu “konsekuensi bencana bagi keamanan dan stabilitas Irak dan kawasan”.

    Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby menyatakan kepada wartawan bahwa Washington telah memberitahu pemerintah Irak sebelum serangan dilancarkan pada Jumat (2/2) waktu setempat.

    Namun dia tidak menguraikan respons Baghdad atas informasi dari Washington tersebut.

    Kirby, dalam pernyataannya, menyebut serangan-serangan AS itu berlangsung selama 30 menit dan tampaknya berhasil mengenai target-target yang ditentukan.

    Rentetan serangan udara AS di Irak dan Suriah itu dimaksudkan untuk merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa respons militer AS masih akan berlanjut.

    “Respons kami dimulai hari ini. Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih,” ucap Biden dalam pernyataannya.

    “Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia ini. Namun, biarlah semua orang yang ingin membahayakan kami mengetahui hal ini: Jika Anda membahayakan warga Amerika, kami akan meresponsnya,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Gempur 85 Target Terkait Iran di Irak-Suriah, Libatkan Jet Pengebom

    AS Gempur 85 Target Terkait Iran di Irak-Suriah, Libatkan Jet Pengebom

    Washington DC

    Militer Amerika Serikat (AS) menggempur puluhan target terkait Iran di wilayah Irak dan Suriah sebagai balasan atas serangan yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania. Gempuran AS itu menargetkan Pasukan Quds pada Korps Garda Revolusi Iran dan milisi pendukungnya yang ada di kedua negara tersebut.

    Dalam serangan balasan itu, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (3/2/2024), Washington juga secara khusus mengerahkan sejumlah pesawat pengebom jarak jauh yang diterbangkan langsung dari wilayah AS.

    Komando Pusat AS atau CENTCOM mengatakan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan udara di wilayah Irak dan Suriah yang menargetkan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran dan kelompok-kelompok milisi yang berafiliasi dengan mereka.

    “Pasukan militer AS menyerang lebih dari 85 target, dengan banyak pesawat termasuk sejumlah pesawat pengebom jarak jauh yang diterbangkan dari Amerika Serikat,” ungkap CENTCOM dalam pernyataannya.

    “Serangan udara itu menggunakan lebih dari 125 amunisi presisi,” imbuh pernyataan tersebut.

    Lebih lanjut, disebutkan CENTCOM bahwa fasilitas-fasilitas yang diserang oleh AS mencakup pusat komando dan kendali serta intelijen, kemudian gudang senjata yang digunakan oleh Pasukan Quds dan milisi pro-Iran.

    Tempat penyimpanan roket, rudal dan kendaraan udara tak berawak atau drone, serta fasilitas rantai pasokan logistik dan amunisi, juga diserang oleh pasukan AS.

    Militer AS Tak Gempur Target di Wilayah Iran

    Dalam pernyataannya, CENTCOM menyebut pasukan Iran telah “memfasilitasi serangan-serangan terhadap pasukan AS dan koalisinya”.

    Namun demikian, tidak ada serangan yang dilancarkan AS terhadap target di dalam wilayah Iran, yang sebelumnya dituduh pemerintahan Presiden Joe Biden turut terlibat dalam serangan di Yordania.

    Sebanyak 85 target yang digempur AS itu, menurut seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, berada di sedikitnya tujuh lokasi berbeda, dengan tiga lokasi di wilayah Irak dan empat lokasi di wilayah Suriah.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menyebut serangan-serangan AS itu memakan waktu sekitar 30 menit, meskipun serangan itu melibatkan penerbangan panjang bagi sejumlah pesawat pengebom jarak jauh B-1 yang berangkat dari wilayah AS.

    Kirby mengatakan bahwa Departemen Pertahanan AS masih menaksir kerusakan akibat serangan-serangan tersebut. Namun AS meyakini bahwa serangannya itu berhasil mengenai target-target yang ditetapkan.

    Serangan terbaru AS ini merespons serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya dan melukai puluhan orang lainnya di pangkalan Yordania pada akhir pekan lalu. Belum diketahui secara jelas apakah ada militan yang tewas dalam serangan di Irak dan Suriah tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Tak Ingin Perang dengan Iran, Tapi Akan Balas Kematian 3 Tentaranya

    AS Tak Ingin Perang dengan Iran, Tapi Akan Balas Kematian 3 Tentaranya

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak ingin berperang dengan Iran setelah tiga tentaranya tewas akibat serangan drone di Yordania. Namun, Washington juga menegaskan bahwa serangan mematikan di Yordania itu harus mendapatkan respons.

    Seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (30/1/2024), serangan drone di Yordania yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai 30 orang lainnya itu menjadi kematian pertama yang dialami militer AS di Timur Tengah, sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober lalu.

    Presiden Joe Biden sebelumnya menyebut serangan drone di Yordania dilancarkan oleh “kelompok-kelompok militan radikal yang didukung Iran, yang beroperasi di Suriah dan Irak”. Iran membantah tuduhan itu dan menegaskan mereka tidak mendukung kelompok yang melancarkan serangan di Yordania.

    Juru bicara Pentagon, Sabrina Singh, menuturkan kepada wartawan bahwa serangan pada akhir pekan itu memiliki “jejak” Kataeb Hizbullah, kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran. Namun demikian, imbuhnya, Pentagon belum memberikan penilaian akhir atas hal tersebut.

    Biden menegaskan AS akan “merespons” serangan mematikan di Yordania, dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken menegaskan respons itu bisa dilakukan “secara multi-level, bertahap dan berkelanjutan”.

    Namun dalam pernyataan terbaru, Gedung Putih menegaskan bahwa Washington tidak ingin berperang dengan Iran, meskipun juga mengakui bahwa pihaknya harus merespons serangan drone yang memicu eskalasi di Yordania.

    “Kami tidak ingin berperang dengan Iran,” tegas juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, saat berbicara kepada wartawan.

    Kendali demikian, dia menyebut serangan di Yordania itu “bersifat eskalasi” dan “memerlukan respons”.

    “Kami tidak mencari konflik dengan rezim daalam cara militer,” sebut Kirby, sembari menyatakan bahwa Biden sedang berupaya mencari opsi respons atas serangan itu.

    Penegasan serupa disampaikan oleh Singh, yang menyatakan Pentagon meyakini Iran juga tidak menginginkan perang dengan AS.

    “Kami jelas tidak menginginkan perang dan sejujurnya, kami tidak melihat Iran ingin berperang dengan Amerika Serikat,” ucap Singh kepada wartawan.

    AS dilaporkan sedang menyelidiki mengapa hampir 350 tentaranya yang ada di pangkalan Yordania, yang disebut sebagai Menara 22, tidak bisa mencegah serangan drone mematikan itu.

    Dua pejabat AS yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa sebuah drone AS sedang mendekati pangkalan itu pada waktu yang hampir bersamaan dengan kedatangan drone-drone yang melancarkan serangan itu.

    Menurut salah satu pejabat itu, drone-drone penyerang juga terbang rendah — faktor yang mungkin membuat drone itu luput dari sistem pertahanan yang ada di pangkalan militer tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Memanas! Serangan Roket Targetkan Pasukan AS di Suriah

    Memanas! Serangan Roket Targetkan Pasukan AS di Suriah

    Damaskus

    Pasukan militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Suriah menjadi sasaran serangan roket pada Senin (29/1) waktu setempat. Serangan roket itu terjadi setelah tiga tentara Washington tewas dalam serangan drone di pangkalan Yordania sehari sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (30/1/2024), pasukan AS yang ditempatkan di Irak dan Suriah menghadapi lonjakan serangan sejak pertengahan Oktober tahun lalu. Kebanyakan serangan itu diklaim oleh aliansi kelompok militan yang didukung oleh Iran, yang menentang dukungan AS terhadap Israel dalam perang di Jalur Gaza.

    “Beberapa roket diluncurkan terhadap pasukan AS dan koalisinya di Pangkalan Patroli Shaddadi, Suriah. Tidak ada korban luka yang dilaporkan dan tidak ada kerusakan pada infrastruktur,” ucap seorang pejabat pertahanan AS, yang enggan disebut namanya, merujuk pada instalasi di timur laut Suriah.

    AS memiliki sekitar 900 tentara di Suriah dan 2.500 tentara di Irak, yang menjadi bagian koalisi internasional melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS) yang pernah menguasai sebagian wilayah strategis di kedua negara tersebut.

    Dituturkan pejabat AS itu bahwa pasukan AS dan koalisinya telah diserang setidaknya 165 kali sejak pertengahan Oktober tahun lalu, dengan rincian 66 serangan di Irak, 98 serangan di Suriah dan satu serangan di Yordania, dengan “kombinasi serangan drone, roket, mortir dan rudal balistik jarak dekat”.

    Puluhan personel militer AS mengalami luka-luka dalam serangan-serangan sebelumnya, namun belum pernah ada yang terbunuh akibat serangan di Timur Tengah sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.

    Tonton juga Video: Ganjar-Mahfud Hadir Virtual Hajatan Rakyat WNI Serentak di AS

    Serangan drone yang menewaskan tiga tentara AS dan melukai 30 orang lainnya di Yordania menjadi kematian pertama untuk personel militer AS di kawasan tersebut. Gedung Putih bersumpah akan memberikan “respons yang signifikan” terhadap serangan mematikan di Yordania.

    Serangan yang diduga didalangi oleh militan yang didukung Iran itu, telah meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya konflik di kawasan Timur Tengah.

    Kemarahan atas serangan tanpa henti Israel di Jalur Gaza, yang dilancarkan setelah serangan Hamas pada Oktober lalu, semakin meningkat di seluruh kawasan tersebut. Rentetan serangan yang melibatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Irak, dan Suriah, serta Yaman sedang marak.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • AS Terus Minta China Bantu Hentikan Serangan Houthi di Laut Merah

    AS Terus Minta China Bantu Hentikan Serangan Houthi di Laut Merah

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus meminta bantuan pemerintah China untuk mendesak Iran agar mengendalikan kelompok Houthi yang terus menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah. Namun, Washington sejauh ini hanya melihat sedikit tanda bantuan dari Beijing.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (24/1/2024), hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah pejabat AS yang enggan disebut namanya seperti dikutip surat kabar Financial Times dalam laporannya pada Rabu (24/1) waktu setempat.

    Disebutkan dalam laporan Financial Times itu bahwa AS telah berulang kali menyinggung masalah ini dengan para pejabat tinggi China dalam tiga bulan terakhir.

    Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, dan wakilnya Jon Finer telah membahas masalah itu dalam pertemuan bulan ini di Washington dengan Kepala Departemen Hubungan Internasional Partai Komunis China, Liu Jianchao.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken juga mengangkat masalah ini dalam pertemuan dengan Menlu China Wang Yi.

    Namun, menurut laporan Financial Times, para pejabat AS meyakini hanya ada sedikit bukti bahwa China telah memberikan tekanan kepada Iran untuk mengendalikan Houthi, selain pernyataan normatif yang dirilis Beijing pekan lalu.

    Pada Rabu (24/1) dini hari, militer AS kembali melancarkan serangan terhadap target Houthi di Yaman. Serangan itu dilaporkan menghancurkan dua rudal antikapal Houthi yang diarahkan ke Laut Merah dan siap untuk diluncurkan.

    Saksikan juga ‘AS-Inggris Kerahkan Jet Tempur Serang Gudang Bawah Tanah Houthi’:

    Serangan udara juga dilancarkan Washington bersama sekutunya, Inggris, pada Senin (22/1) waktu setempat, terhadap tempat penyimpanan bawah tanah Houthi di wilayah Yaman. Serangan itu juga menargetkan kemampuan rudal dan pengawasan yang digunakan kelompok yang didukung Iran itu saat menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah.

    Rentetan serangan Houthi di Laut Merah telah mengganggu pelayaran global dan memicu kekhawatiran terjadinya inflasi global. Serangan itu juga memperdalam kekhawatiran bahwa perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza dapat mengganggu stabilitas Timur Tengah.

    Houthi yang menguasai wilayah-wilayah terpadat di Yaman itu terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah meski diserang AS dan Inggris. Houthi menegaskan bahwa serangan mereka merupakan solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang terus digempur Israel dalam perang melawan Hamas.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tolak Negara Palestina, Netanyahu Bersikeras Israel Harus Kendalikan Gaza

    Tolak Negara Palestina, Netanyahu Bersikeras Israel Harus Kendalikan Gaza

    Tel Aviv

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas seluruh wilayah Palestina. Hal itu disampaikan Netanyahu usai percakapan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terkait solusi dua negara.

    Dilansir BBC, Minggu (21/1/2024), sikap Netanyahu itu disampaikan pada Sabtu (20/1). Netanyahu menentang tekanan dari AS dan negara lain terhadap pemerintahannya untuk berkomitmen terhadap negara Palestina di masa depan.

    Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden membahas masa depan wilayah Palestina melalui telepon pada Jumat (19/1). Sikap Netanyahu itu telah memperdalam perpecahan publik antara Israel dan AS mengenai pemerintahan masa depan di Gaza dan Tepi Barat ketika konflik di Gaza berakhir.

    AS meyakini masa depan negara Palestina bersama Israel, yang dikenal sebagai ‘solusi dua negara’ sangat penting bagi stabilitas jangka panjang. Namun, Gedung Putih mengakui pemerintah AS dan Israel ‘melihat sesuatu secara berbeda’.

    Usai pembicaraan telepon dengan Netanyahu, Biden menegaskan solusi dua negara masih mungkin dilakukan saat Netanyahu menjabat.

    “Ada beberapa jenis solusi dua negara. Ada sejumlah negara anggota PBB yang tidak memiliki militer sendiri,” katanya.

    Namun pada hari Sabtu, Netanyahu menyampaikan sikapnya yang telah dia pegang selama sebagian besar karir politiknya. Dia bersikeras Israel harus memegang kendali keamanan atas Gaza usai Hamas dihancurkan.

    Lewat X, Netanyahu juga mengatakan Israel harus mempertahankan ‘kendali keamanan atas seluruh wilayah barat Yordania’ sebuah wilayah yang juga mencakup wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Komentar tersebut mengurangi harapan di beberapa kalangan bahwa krisis Gaza dapat mengakibatkan para pemimpin Israel dan Palestina memulai kembali perundingan diplomatik dan memulai proses perdamaian yang terbengkalai. Meningkatnya isolasi terhadap Netanyahu di luar negeri terjadi di tengah meningkatnya ketidakpopuleran di dalam negeri dan protes atas nasib sekitar 130 sandera yang masih ditahan di Gaza oleh Hamas.

    Hamas membunuh sekitar 1.300 orang – sebagian besar warga sipil – dan menyandera 240 orang dalam serangan mendadak mereka di Israel selatan pada 7 Oktober.

    Ribuan pengunjuk rasa, termasuk kerabat dari mereka yang masih hilang, berkumpul di Tel Aviv pada hari Sabtu, mendesak Netanyahu untuk mencapai gencatan senjata agar para sandera bisa pulang.

    Sementara itu, pasukan Israel terus masuk ke Gaza selatan untuk mencari pejabat tinggi Hamas, yang diyakini Israel bersembunyi di Khan Younis, kota terbesar kedua di wilayah tersebut. Penduduk setempat melaporkan adanya pertempuran sengit di daerah tersebut dalam beberapa hari terakhir, termasuk di sekitar rumah sakit. Israel mengatakan mereka menyerbu sebuah kompleks militer dan menemukan bahan peledak bawah tanah.

    Para pejabat dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa 165 orang telah terbunuh di wilayah tersebut dalam 24 jam terakhir dan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak konflik dimulai mendekati 25.000 orang.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • ABG Palestina Berkewarganegaraan AS Tewas Ditembak Tentara Israel

    ABG Palestina Berkewarganegaraan AS Tewas Ditembak Tentara Israel

    Tepi Barat

    Seorang remaja Palestina yang juga berkewarganegaraan Amerika Serikat (AS) tewas ditembak oleh tentara Israel dalam bentrokan di wilayah Tepi Barat. Gedung Putih dalam tanggapannya menyatakan pihaknya “sangat prihatin” dengan laporan tersebut.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Sabtu (20/1/2024), sejumlah pejabat kesehatan Palestina melaporkan bahwa remaja laki-laki berkewarganegaraan Palestina dan AS itu tewas ditembak oleh pasukan keamanan Israel di Tepi Barat pada Jumat (19/1) waktu setempat.

    Paman dari remaja itu menuturkan kepada Reuters bahwa keponakannya yang berusia 17 tahun itu lahir di AS. Sang paman juga menyebut bahwa penembakan itu terjadi saat bentrokan pecah dengan militer Israel, termasuk adanya aksi pelemparan batu oleh sejumlah warga Palestina.

    Kantor berita Palestina, WAFA, seperti dilansir AFP, mengidentifikasi remaja yang tewas itu sebagai Tawfiq Ajaq (17). Disebutkan kantor berita WAFA bahwa remaja itu tewas akibat tembakan tentara Israel di area Al-Mazraa Al-Sharqiya, sebelah timur Ramallah.

    Remaja yang tewas itu juga disebut memiliki paspor AS.

    Ketika dimintai komentar, juru bicara militer Israel mengatakan kepada AFP: “Kami sedang memeriksa kejadian ini dan akan memberikan komentar.”

    Sementara itu, Gedung Putih menyatakan belum memiliki informasi jelas soal insiden di Tepi Barat itu, namun menyatakan “keprihatinan serius”.

    “Kami sangat prihatin dengan laporan ini. Informasi yang ada saat ini masih sedikit; kami tidak memiliki konteks yang tepat mengenai apa sebenarnya terjadi,” ucap juru bicara bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada wartawan setempat.

    Dia menambahkan bahwa Gedung Putih akan melakukan “kontak terus-menerus” dengan rekan-rekan di kawasan itu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Wapres AS Ngaku Sangat Takut Trump Kembali ke Gedung Putih

    Wapres AS Ngaku Sangat Takut Trump Kembali ke Gedung Putih

    Jakarta

    Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat Kamala Harris mengaku dirinya sangat takut bahwa Donald Trump akan memenangi pemilihan presiden dan kembali ke Gedung Putih. Dia pun mendesak Partai Demokrat untuk “melawan”.

    Komentarnya ini dilontarkan setelah Trump meraih kemenangan pada hari Senin lalu dalam kaukus di Iowa, langkah pertama dalam perebutan nominasi calon presiden Partai Republik untuk menantang petahana Presiden Joe Biden pada pemilihan presiden November mendatang.

    “Saya sangat takut, itulah sebabnya saya bepergian ke negara kita… kita semua harusnya takut,” kata Wapres AS itu kepada The View, sebuah acara bincang-bincang di jaringan ABC, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (18/1/2024).

    Namun Harris yang berusia 59 tahun itu menambahkan: “Kita tidak lari dari sesuatu ketika kita takut, kita melawannya.”

    Komentar Harris tersebut menanggapi pertanyaan tentang laporan bahwa mantan presiden Barack Obama prihatin dengan kampanye Biden, dan komentar mantan ibu negara Michelle Obama yang mengatakan dia “takut” jika Trump kembali terpilih.

    Biden telah meningkatkan serangan langsung terhadap Trump baru-baru ini, dengan mengingatkan bahwa mantan presiden yang menghadapi 91 dakwaan pidana tersebut merupakan ancaman bagi demokrasi AS.

    Harris sendiri memiliki peran yang semakin menonjol dalam upayanya memobilisasi para pemilih kulit hitam, kaum perempuan dan kaum muda untuk pemilu penting tahun ini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini