Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Harga Emas Global Terus Turun Respons Hasil Pilpres AS

    Harga Emas Global Terus Turun Respons Hasil Pilpres AS

    New York, Beritasatu.com – Harga emas di pasar internasional turun pada Jumat (9/11/2024). Ini adalah penurunan mingguan terparah dalam kurun waktu lebih dari lima bulan terakhir.

    Harga logam mulia ini tertekan oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat seiring pelaku pasar yang merespons kemenangan Donald Trump dan dampak potensialnya pada ekspektasi suku bunga AS.

    Harga emas di pasar spot turun 0,8% menjadi US$ 2.684,03 per ons dan membukukan penurunan mingguan sebesar 1,8%.

    Harga emas berjangka AS ditutup 0,4% lebih rendah pada US$ 2.694,80.

    Sementara itu, harga perak di pasar spot turun 2,4% menjadi US$ 31,22 per ons, platinum turun 2,9% menjadi US$ 968,04, dan paladium turun 3,5% menjadi US$ 988,80. Ketiga logam tersebut mencatat penurunan secara mingguan.

    “Pada bulan lalu, kita fokus pada risiko ketidakpastian pemilu AS dan apakah akan ada normalisasi transisi. Namun, pemilu ini tampaknya sangat menentukan bagi Gedung Putih,” kata Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold, dilansir dari Reuters.

    “Banyak aset berisiko mulai diuntungkan dalam hal implikasi potensial kebijakan di masa mendatang. Jadi kami mengeluarkan uang dari logam ke investasi alternatif ini,” tambah dia.

  • Trump Menang Pemilu AS, Bos Pengusaha Ritel Modern Pelototi 3 Hal Ini

    Trump Menang Pemilu AS, Bos Pengusaha Ritel Modern Pelototi 3 Hal Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Donald Trump sukses merebut kembali Gedung Putih dengan kemenangan telak pada pemilu presiden Amerika Serikat (AS) yang digelar pada Rabu (6/11/2024) kemarin. Trump berhasil mendapatkan lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang, setelah merebut tiga negara bagian media pertempuran dari Demokrat, yakni Georgia, Pennsylvania, Wisconsin, dan beberapa wilayah lainnya.

    Pengusaha pun buka suara ihwal kemenangan Trump. Sebab, Trump sebagai Presiden AS dinilai akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian dunia. Pengusaha menanti kebijakan ekonomi Trump. Setidaknya ada 3 yang jadi sorotan pengusaha.

    “Ya tentunya kami melihat apapun yang berkaitan dan terjadi di negara super power, pasti sedikit banyaknya akan berdampak kepada kita. Kita tunggu saja kebijakan fiskal dan moneter yang akan dilakukan oleh Trump,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/11/2024).

    Selain itu, Roy berharap agar nantinya Trump tidak jadi memberlakukan penambahan tarif bea masuk pasar AS sebesar 10% hingga 20% pada semua impor, dengan pungutan yang jauh lebih tinggi pada impor dari China.

    “Karena kalau (tarif) ditingkatkan maka terjadi penurunan produktivitas, sebab penurunan daripada pemesanan (terjadi) karena besarnya tarif,” tukasnya.

    Dia mengatakan, kebijakan fiskal dan moneter yang diambil AS ke depannya berpotensi memberikan dampak pada nilai tukar dari sejumlah negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.

    “Misalnya menaikkan suku bunga atau mempertahankan suku bunga di Amerika kan menjadi acuan ya, suku bunga The FED. Nah ini tentu perlu dilihat dampaknya juga kepada negara-negara yang mensupport kebutuhan produk-produk dari, misalnya dari Indonesia kepada Amerika,” terang dia.

    “Jadi kalau misalnya dolar ditahan terus, the FED-nya tahan terus, ya dolarnya lari balik pulang ke sana, ke Amerika, rupiah kita melemah, dan ketika rupiah melemah produksinya juga melemah,” sambungnya.

    Foto: Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey. (CNBC Indonesia/Rindi Salsabila)
    Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey. (CNBC Indonesia/Rindi Salsabila)

    (dce)

  • Alasan Sebenarnya Elon Musk Dukung Donald Trump Mati-matian Terungkap

    Alasan Sebenarnya Elon Musk Dukung Donald Trump Mati-matian Terungkap

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk menjadi sorotan setelah Donald Trump memenangkan Pemilu AS. Orang terkaya di dunia tersebut terang-terangan mendukung Trump, bahkan sampai menggelontorkan uang lebih dari US$100 juta melalui komite politik America PAC yang ia bentuk untuk memenangkan kandidat dari Partai Republik.

    Beberapa politikus Republik memberikan kredit ke Musk atas kemenangan Trump melawan Kamala Harris dari Partai Demokrat. Trump sendiri memuja-muji Musk dalam pidato kemenangannya. Ia menyebut Musk sebagai “bintang baru” yang harus dijaga sebagai aset negara.

    Dikutip dari Inc, Jumat (8/11/2024), Musk sudah meminta imbalan dari Trump untuk kepentingan bisnisnya yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari mobil listrik dan robot (Tesla), roket dan satelit (SpaceX), hingga media sosial (X).

    Permintaan khusus itu dilayangkan sebelum Trump dinyatakan menang dalam Pemilu AS, menurut laporan New York Times.

    “Musk meminta Trump merekrut beberapa karyawan SpaceX untuk posisi krusial di pemerintahan, termasuk di Departemen Kehakiman AS (DOJ), jika menang Pemilu AS,” tertera dalam laporan tersebut.

    Sebagai informasi, SpaceX memiliki kepentingan besar dengan pemerintah AS terkait kontrak untuk peluncuran roket satelit di luar angkasa dan lisensi menggelar internet berbasis satelit Starlink di area pinggiran AS.

    Namun, belakangan beberapa kontrak SpaceX dengan pemerintah yang bernilai miliaran dolar AS terancam.

    Salah satunya kontrak senilai US$4,4 miliar di bawah misi NASA ke Bulan yang disebut menghabis-habiskan anggaran. Selain itu, ada juga kontroversi permintaan subsidi hampir US$900 juta yang ditolak oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk menyediakan akses internet satelit ke komunitas pedesaan AS.

    Menempatkan dua karyawan top SpaceX pada posisi strategis di DOJ diharapkan dapat memuluskan kepentingan Musk terhadap kontrak dan pendanaan dari pemerintah.

    Selain SpaceX, Tesla juga menerima keuntungan miliaran dolar AS setiap tahun dari kredit karbon dan keringanan pajak pembeli mobil listrik. Untuk menjaga hal ini, atau bahkan mungkin memperluas manfaatnya, Musk ingin menempatkan orang-orang dekatnya di pemerintahan Trump.

    “Memiliki teman baik di Gedung Putih akan jadi hal yang sangat menguntungkan Tesla dan SpaceX,” kata Scott Amey, General Counsel di pengawas kontrak federal Project on Government Oversight, kepada New York Times.

    “Kita patut khawatir dengan keputusan-keputusan yang tidak menguntungkan pembayar pajak, ketika ada hubungan dekat antara pemerintah dan pebisnis,” ia menuturkan.

    Pertanyaannya, apakah Trump bersedia membayar utang budi ke Musk sebesar itu? Melihat rekam jejaknya, sepertinya bukan hal yang tak mungkin.

    Sejak kalah pada Pemilu 2020, Trump beberapa kali menyerang kebijakan pemerintahan Biden terkait pendanaan dan promosi teknologi energi hijau.

    Sebagai bagian dari itu, Trump berjanji akan memangkas keringanan pajak US$7.500 untuk pembeli mobil listrik, yang tentunya menjadi mimpi buruk bagi Tesla. Namun, ketika Musk mendeklarasikan dukungan penuhnya bahkan lewat cara propaganda di media sosial X, Trump tampak melunak.

    “Saya mendukung mobil listrik,” kata Trump pada Agustus lalu, sebulan setelah Musk menyatakan dukungannya.

    “Saya harus [mendukung mobil listrik] karena Elon mendukung saya sepenuhnya,” ia menuturkan.

    Pada bulan lalu dalam kampanye Trump di Madison Square Garden, Musk juga menegaskan kembali kebersediaannya untuk mengepalai ‘Departemen Efisiensi Pemerintah’ yang direncanakan Trump.

    Organisasi itu memiliki misi untuk mengidentifikasi dan memangkas pengeluaran di lembaga pemerintah.

    Musk mengatakan rencananya saat mengepalai organisasi itu. Ia ingin memangkas setidaknya US$2 triliun dari total anggaran fiskal 2024 sebesar US$6,75 triliun.

    Beberapa pakar mengatakan intensi sebenarnya Musk untuk mendapat posisi itu adalah memeras dan mereduksi kekuasaan lembaga-lembaga federal.

    Namun, jika nantinya bukan Musk yang mendapatkan posisi di pemerintahan, melainkan ‘orang dekatnya’, maka sosok miliarder itu tak perlu pusing bertentangan dengan banyak pihak. Namun, ia bisa tetap meraup keuntungan untuk bisnisnya.

    (fab/fab)

  • Bos Houthi Bilang Trump Akan Gagal Akhiri Konflik Israel-Palestina

    Bos Houthi Bilang Trump Akan Gagal Akhiri Konflik Israel-Palestina

    Jakarta

    Pemimpin kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengkritik Donald Trump karena mendukung Israel. Abdul Malik al-Huthi mengatakan presiden terpilih AS itu akan gagal mengakhiri konflik Timur Tengah dalam masa jabatan keduanya.

    Pemimpin Houthi yang didukung Iran itu, mengatakan bahwa serangkaian kesepakatan normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel yang dimediasi oleh pemerintahan Trump selama masa jabatan pertamanya, tidak membantu mengakhiri konflik Israel-Palestina.

    “Trump gagal dalam proyek… ‘kesepakatan abad ini’ terlepas dari semua kesombongan, keangkuhan, kecerobohan, dan tiraninya, dan dia akan gagal juga kali ini,” kata Huthi dalam pidato mingguannya, dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/11/2024).

    Trump yang merupakan kandidat Republik, mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris dari partai Demokrat dalam pemilu pada hari Selasa lalu. Trump akan mulai menjabat pada bulan Januari mendatang, kembali ke Ruang Oval, Gedung Putih setelah empat tahun.

    Kemenangannya terjadi saat Timur Tengah sedang bergejolak setelah pecahnya perang di Gaza pada bulan Oktober 2023. Perang itu dipicu oleh serangan besar-besaran kelompok militan Palestina yang didukung Iran, Hamas, terhadap Israel.

    Kelompok Houthi, yang menguasai ibu kota Yaman, Sanaa sejak 2014, telah menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas.

    Presiden AS Joe Biden yang akan lengser telah memastikan bahwa Washington tetap menjadi pendukung militer terpenting Israel selama perang di Gaza, yang telah meluas hingga melibatkan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon dan Iran sendiri.

    (ita/ita)

  • Melihat Keuntungan Elon Musk yang Sukses Bawa Donald Trump Menang Pemilu AS

    Melihat Keuntungan Elon Musk yang Sukses Bawa Donald Trump Menang Pemilu AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump keluar sebagai pemenang pada Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024. Salah satu pendukung dan donatur Trump, yakni miliarder Elon Musk. Namun, apa yang didapat Elon Musk setelah Trump bakal kembali ke Gedung Putih?

    Melansir CNBC International, Jumat (8/11/2024), Elon Musk disebut telah mendapatkan keuntungan dari melonjaknya saham Tesla hingga 15% pada Rabu (6/11/2024), setelah kemenangan Trump. Pada saat Trump merayakan kemenangannya, Musk ikut hadir dan mengucapkan selamat ke Trump.

    Trump mengucapkan terima kasih ke orang terkaya di dunia itu karena telah menghabiskan waktu selama 2 minggu untuk berkampanye di Pennsylvania.

    “Seorang bintang telah lahir, Elon,” ucap Trum ke CEO Tesla tersebut.

    Musk disebut mengeluarkan dana sebesar US$ 130 juta atau Rp 2 triliun untuk mendukung Trump di Pemilu AS 2024. Ia juga tampil secara full time memberikan dukungan ke Trmp dan juga mendanai kampanye di negara bagian yang menjadi wilayah penentu kemenangan.

    Pada akhirnya, investasi Musk pada Trump telah membuahkan hasil, meskipun presiden AS ke 47 itu baru akan menjabat pada 20 Januari 2025 mendatang.

    Diketahui, saham Tesla melonjak 15% dan menambah sekitar US$ 15 miliar terhadap kekayaan bersih Musk. Produsen kendaraan listrik itu menghadapi hambatan di pasar global dari pesaing yang berbasis di Tiongkok, penurunan penjualan di Eropa, dan kritik konsumen terhadap pandangan politik Musk.

    Namun, dengan Musk memberikan dukungan Trump dan menjadi presiden terpilih, maka pemimpin AS ke depan itu berjanji untuk memangkas jenis regulasi yang dibenci Musk.

    Pada pidato kemenangannya, Trump juga memuji SpaceX milik Musk dan berterima kasih kepada orang kaya di dunia itu karena telah mengirimkan terminal WiFi Starlink ke wilayah AS yang dilanda Badai.

    Kemenangan Trump membawa angin segar bagi bisnis Musk ke depannya dan akan membuahkan hasil yang baik.

  • Susie Wiles Akan Jadi Wanita Pertama yang Jabat Kepala Staf Gedung Putih

    Susie Wiles Akan Jadi Wanita Pertama yang Jabat Kepala Staf Gedung Putih

    Florida

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan Susie Wiles, salah satu manajer kampanyenya, akan menjadi Kepala Staf Gedung Putih dalam pemerintahan barunya. Salah satu orang kepercayaan yang membantu Trump memenangkan pilpres AS itu dipercaya memegang posisi puncak di Gedung Putih.

    Penunjukan ini, seperti dilansir AFP, Jumat (8/11/2024), merupakan yang pertama dari apa yang diperkirakan akan menjadi rentetan pengumuman, yang disampaikan Trump menjelang kembalinya mantan presiden itu ke Gedung Putih.

    Wiles akan menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai Kepala Staf Gedung Putih.

    “Susie Wiles baru saja membantu saya mencapai salah satu kemenangan politik terbesar dalam sejarah Amerika, dan merupakan bagian integral dari kesuksesan kampanye saya pada tahun 2016 dan tahun 2020,” ucap Trump dalam pernyataannya pada Kamis (7/11) waktu setempat.

    “Susie itu tangguh, cerdas, inovatif, dan dikagumi serta dihormati secara universal. Saya tidak memiliki keraguan bahwa dia akan membuat negara kita bangga,” sebutnya.

    Sejak mengalahkan capres Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Haris, dalam pilpres 5 November kemarin, Trump yang dinaungi Partai Republik ini mengasingkan diri di klub Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida.

    Menurut empat sumber yang dikutip AFP, dia sedang mempertimbangkan sejumlah besar tokoh untuk menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan barunya nanti. Banyak dari tokoh yang dipertimbangkan Trump merupakan wajah-wajah yang sudah dikenal dari masa kepresidenannya tahun 2017-2021 lalu.

  • Membaca Kemenangan Donald Trump

    Membaca Kemenangan Donald Trump

    Jakarta

    Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS 2024 bukan hanya sebuah kejutan politik, tetapi juga cerminan dari krisis mendalam yang melanda masyarakat Amerika. Sebagai sosok yang dianggap kontroversial, Trump berhasil membalikkan keadaan dan merebut kembali Gedung Putih setelah kekalahan pada 2020. Ini bukan sekadar kemenangan individu, tetapi manifestasi dari kegagalan Demokrat dalam memahami dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang tengah bergolak.

    Trump tidak hanya mampu mengonsolidasikan basis tradisionalnya, tetapi juga memperluas daya tariknya ke kelompok pemilih baru yang sebelumnya enggan mendukungnya. Ekonomi adalah senjata utama Trump dalam kampanye ini. Di tengah inflasi yang melambung tinggi, banyak warga Amerika merasa kehidupan mereka semakin sulit. Harga kebutuhan pokok naik, sementara daya beli stagnan. Data menunjukkan bahwa 45% pemilih merasa kondisi ekonomi mereka memburuk dalam empat tahun terakhir, angka tertinggi dalam sejarah survei pemilu AS.

    Trump, dengan gaya retorikanya yang khas, menawarkan solusi yang dianggap lebih langsung dan konkret. Ia berjanji memotong pajak, melindungi industri domestik dengan tarif tinggi, dan mengurangi regulasi yang dianggap memberatkan bisnis. Janji-janji ini mungkin tampak sederhana, bahkan populis, tetapi efektif dalam menggerakkan emosi pemilih yang frustrasi.

    Bagi banyak orang, janji tersebut memberikan harapan bahwa ekonomi akan kembali stabil, bahwa pekerjaan akan lebih banyak tersedia, dan bahwa kehidupan mereka akan membaik dalam waktu dekat. Meskipun para ekonom memperingatkan risiko inflasi jangka panjang akibat kebijakan proteksionisme, kekhawatiran tersebut tampaknya tidak cukup untuk membendung gelombang dukungan kepada Trump.

    Namun, keberhasilan Trump tidak hanya bertumpu pada isu ekonomi. Ia juga memanfaatkan isu imigrasi sebagai senjata ampuh untuk memperkuat dukungannya. Selama pemerintahan Biden-Harris, jumlah imigran ilegal yang masuk ke AS mencapai rekor tertinggi, hampir 250.000 orang per bulan pada akhir 2023. Meskipun pemerintahan Demokrat akhirnya mengambil langkah-langkah untuk memperketat kebijakan perbatasan, bagi banyak pemilih, langkah itu dianggap terlambat.

    Trump, sebaliknya, sejak awal menegaskan bahwa dia akan mengembalikan kebijakan imigrasi keras, termasuk membangun kembali tembok perbatasan yang dihentikan. Narasi ini sangat efektif di negara-negara bagian seperti Georgia dan North Carolina, di mana sentimen anti-imigrasi tinggi. Di North Carolina, misalnya, sebagian besar pemilih menganggap kebijakan imigrasi Biden gagal melindungi keamanan dan stabilitas masyarakat lokal.

    Pergeseran Pemilih

    Salah satu aspek paling menarik dari kemenangan Trump adalah pergeseran signifikan dalam demografi pemilih. Di luar dugaan, ia meraih dukungan besar dari kelompok pemilih minoritas, terutama Hispanik dan kulit hitam. Di Nevada, Trump berhasil mendapatkan 47% suara Hispanik, angka tertinggi untuk kandidat Republik dalam dua dekade terakhir. Bahkan di antara pria Hispanik, Trump unggul 10 poin atas Harris.

    Ini bukan sekadar soal strategi kampanye yang kurang efektif, tetapi juga cerminan dari rasa apatis di kalangan pemilih Demokrat. Mereka yang sebelumnya bersemangat mendukung Biden tampaknya kehilangan keyakinan bahwa Demokrat mampu mengatasi tantangan ekonomi dan sosial yang ada.

    Kegagalan terbesar Demokrat mungkin terletak pada ketidakmampuan mereka untuk memobilisasi pemilih muda. Kelompok ini, yang sering menjadi motor perubahan dalam pemilu, justru lebih banyak berpaling. Pada Pemilu 2020, Biden menang besar di kalangan pemilih pertama kali dengan margin 32 poin. Namun, dalam pemilu kali ini, Harris kalah di kelompok yang sama dengan margin 9 poin. Ini menunjukkan bahwa isu-isu progresif seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan hak asasi manusia, meskipun penting, tidak cukup untuk menggerakkan generasi muda dalam jumlah besar.

    Kemenangan Trump juga memberikan dampak besar dalam konteks geopolitik. Retorikanya tentang “perdamaian melalui kekuatan” dan janji untuk mengurangi keterlibatan AS dalam konflik luar negeri telah menarik perhatian dunia. Beberapa pemimpin global, seperti Volodymyr Zelenskyy dari Ukraina dan Benjamin Netanyahu dari Israel, menyambut baik kembalinya Trump.

    Namun, pendekatan proteksionis Trump, termasuk janji untuk memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang impor, berpotensi memicu ketegangan baru dalam hubungan perdagangan internasional. Kebijakan ini, meskipun dirancang untuk melindungi industri dalam negeri, dapat memicu perang dagang yang merugikan ekonomi global.

    Lebih jauh lagi, kemenangan ini memperdalam polarisasi politik di AS. Dengan kendali atas Gedung Putih dan Senat, Trump memiliki kekuatan penuh untuk mendorong agenda konservatifnya tanpa banyak hambatan. Ini termasuk membatalkan kebijakan progresif yang diterapkan selama pemerintahan Biden-Harris, mulai dari reformasi sistem kesehatan hingga regulasi lingkungan. Langkah-langkah ini hampir pasti akan memicu reaksi keras dari Partai Demokrat dan kelompok progresif, memperdalam jurang perpecahan politik yang sudah ada.

    Bagi Demokrat, kekalahan ini harus menjadi momen refleksi yang mendalam. Mereka harus segera merumuskan ulang strategi politik yang mampu merangkul semua lapisan masyarakat. Ketidakmampuan mereka untuk merespons kebutuhan konkret dari berbagai kelompok pemilih, terutama mereka yang merasa terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, menjadi kelemahan utama yang harus segera diperbaiki. Jika tidak, mereka akan terus kehilangan pijakan dalam kompetisi politik yang semakin keras dan tidak kenal ampun.

    Kemenangan Trump menunjukkan bahwa, meskipun penuh kontroversi, ia tetap mampu memanfaatkan ketidakpuasan publik untuk mengukuhkan dirinya sebagai salah satu tokoh politik paling berpengaruh di era modern. Amerika kini berada di persimpangan jalan, menghadapi pilihan besar antara jalan proteksionisme dan unilateralisme atau keterbukaan dan multilateralisme. Pilihan ini tidak hanya akan menentukan masa depan Amerika, tetapi juga arah dunia dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

    Mengubah Perdagangan Global

    Kemenangan Donald Trump membawa tantangan dan peluang bagi Indonesia. Trump yang dikenal dengan kebijakan proteksionis akan mengubah dinamika perdagangan global. Salah satu prioritas Indonesia adalah memperkuat diplomasi ekonomi. AS merupakan salah satu pasar utama bagi ekspor produk Indonesia, terutama tekstil, elektronik, dan produk hasil bumi. Untuk mempertahankan akses ke pasar ini, pemerintah harus memperkuat lobi dagang dan melakukan negosiasi ulang untuk sektor-sektor strategis.

    Selain itu, diversifikasi pasar ekspor menjadi lebih mendesak. Ketergantungan pada AS sebagai mitra dagang dapat menjadi risiko besar. Indonesia harus mempercepat perundingan dagang dengan Uni Eropa, Jepang, dan India melalui perjanjian seperti CEPA. Diversifikasi ini penting untuk mengurangi eksposur terhadap kebijakan proteksionis Trump dan memastikan daya tahan ekonomi di tengah perubahan global.

    Potensi peningkatan suku bunga AS juga harus diantisipasi. Jika The Federal Reserve menaikkan suku bunga akibat kebijakan fiskal ekspansif Trump, ini dapat menarik arus modal keluar dari Indonesia, melemahkan rupiah, dan meningkatkan biaya utang luar negeri. Bank Indonesia perlu menjaga stabilitas moneter dengan kebijakan suku bunga yang adaptif, sementara Kementerian Keuangan harus mengurangi eksposur utang luar negeri dan fokus pada pembiayaan domestik.

    Dalam geopolitik, Indonesia harus memperkuat peran di ASEAN. Dengan kebijakan luar negeri Trump yang cenderung unilateralis, Indonesia memiliki peluang untuk memimpin inisiatif regional yang menjaga stabilitas kawasan. Diplomasi maritim dan kerja sama pertahanan harus ditingkatkan untuk memastikan Asia Tenggara tetap damai dan stabil tanpa terlalu bergantung pada kekuatan eksternal seperti AS atau Tiongkok.

    Indonesia juga dapat menarik investasi dari perusahaan yang ingin keluar dari Tiongkok akibat ketegangan perdagangan dengan AS. Untuk itu, pemerintah perlu mempercepat reformasi struktural dalam bidang investasi, memastikan proses perizinan lebih sederhana, infrastruktur yang lebih baik, dan iklim bisnis yang kompetitif.

    Pada tingkat domestik, pemerintah harus menjaga stabilitas sosial dan ekonomi. Ketegangan global dapat mempengaruhi harga barang impor, yang berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Program perlindungan sosial seperti subsidi pangan dan bantuan langsung tunai harus tetap menjadi prioritas. Selain itu, kampanye edukasi untuk memperkuat pasar domestik dan diversifikasi ekonomi perlu digencarkan.

    Indonesia tidak bisa bersikap pasif di tengah dinamika global ini. Langkah konkret dan terukur harus segera diambil untuk melindungi kepentingan nasional dan memanfaatkan peluang dari perubahan kebijakan AS di bawah Trump. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat tidak hanya bertahan tetapi juga memperkuat posisinya di kancah global.

    Virdika Rizky Utama Direktur Eksekutif PARA Syndicate, dosen Hubungan Internasional President University

    (mmu/mmu)

  • Pangkas Suku Bunga 25 Bps, The Fed Pastikan Donald Trump Tak Bisa Pengaruhi Kebijakan Moneter

    Pangkas Suku Bunga 25 Bps, The Fed Pastikan Donald Trump Tak Bisa Pengaruhi Kebijakan Moneter

    Jakarta, Beritasatu.com – Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (7/11/2024) memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 4,50%-4,75%. Pemangkasan suku bunga ini merupakan upaya bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam mendukung pasar kerja, serta mengurangi laju inflasi.

    Dilansir dari AP, The Fed mulai menurunkan suku bunga sejak September 2024 dan telah memberi sinyal bahwa penurunan tambahan mungkin akan dilakukan, terutama untuk mempertahankan pasar kerja yang stabil setelah mendekati target inflasi 2%.

    Yang menjadi pertanyaan para investor saat ini adalah seberapa jauh kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) akan memengaruhi rencana The Fed. Trump mendorong kebijakan tarif dan lainnya yang diyakini oleh para ekonom dapat mendorong inflasi bersama dengan pertumbuhan ekonomi. 

    Para investor pun mulai mengurangi proyeksi terkait pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada tahun depan karena hal ini.

    Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, pemilu tidak akan memengaruhi kebijakan suku bunga dalam waktu dekat. Siapa pun presidennya, Powell menegaskan The Fed akan mempertimbangkan berbagai kebijakan dan dampaknya pada ekonomi sebelum memutuskan arah suku bunga.

    “Kami tidak menduga-duga, tidak berspekulasi, dan tidak membuat asumsi,” kata Powell.

    Menurutnya, kebijakan apa yang akan diambil The Fed setelah Trump kembali ke Gedung Putih masih belum jelas. 

  • Biden Minta Warga AS Turunkan Suhu Politik Usai Trump Menang Pilpres

    Biden Minta Warga AS Turunkan Suhu Politik Usai Trump Menang Pilpres

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta warganya untuk menurunkan suhu politik usai Donald Trump dinyatakan memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024. Biden berbicara di hadapan staf yang kecewa dengan kekalahan Wakil Presiden Kamala Harris

    “Kemunduran tidak dapat dihindari. Menyerah tidak dapat dimaafkan,” kata Biden di Taman Mawar Gedung Putih dilansir Reuters, Jumat (8/11/2024).

    “Kekalahan tidak berarti kita kalah,” imbuhnya.

    Biden mengatakan pilpres ini telah membuktikan integritas sistem pemilu AS dan menjanjikan proses transisi pemerintahan secara tertib. Biden mengatakan Pilpres AS berjalan jujur dan adil.

    “Sesuatu yang saya harap dapat kita lakukan, tidak peduli siapa yang Anda pilih, adalah memandang satu sama lain bukan sebagai musuh, tetapi sebagai sesama warga Amerika, meredakan ketegangan,” kata Biden.

    “Saya juga berharap kita dapat menyelesaikan masalah tentang integritas sistem pemilihan Amerika. Sistem ini jujur, adil, dan transparan. Dan sistem ini dapat dipercaya, menang atau kalah,” imbuhnya.

    Biden mengundang Trump untuk datang menemuinya di Gedung Putih. Kemudian, tim kampanye Trump mengatakan Trump akan datang.

    (whn/whn)

  • Putin Ucapkan Selamat ke Trump Menang Pilpres AS

    Putin Ucapkan Selamat ke Trump Menang Pilpres AS

    Jakarta

    Donald Trump memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024. Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat.

    “Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepadanya,” kata Putin dalam sambutannya di forum Valdai di Sochi dilansir kantor berita AFP, Jumat (8/11/2024).

    Ketika ditanya apakah dia terbuka untuk mengadakan pembicaraan dengan Trump, pemimpin Rusia itu menyatakan bersedia.

    “Siap,” singkat Putin.

    Sebelumnya Kremlin menyatakan bahwa Vladimir Putin tidak berencana untuk memberikan ucapan selamat kepada Donald Trump, yang akan kembali ke Gedung Putih. Moskow menyatakan akan menilai Trump berdasarkan tindakan konkretnya saat kembali menjabat Presiden AS.

    Hubungan antara Rusia dan AS berada pada titik paling rendah sejak berakhirnya Perang Dingin, dengan Moskow marah atas dukungan Barat terhadap Ukraina.

    “Kami akan menarik kesimpulan berdasarkan langkah konkret dan kata-kata yang konkret,” ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dilansir AFP, Rabu (6/11).

    “Jangan lupa bahwa kita berbicara tentang negara yang tidak bersahabat yang secara langsung, dan secara tidak langsung, terlibat dalam perang melawan negara kita,” sebut Peskov dalam pernyataannya seperti dikutip CNN, merujuk pada perang di Ukraina.

    (whn/whn)