Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Pejabat Hamas Klaim Tak Akan Tandatangani Kesepakatan Damai Resmi di Mesir

    Pejabat Hamas Klaim Tak Akan Tandatangani Kesepakatan Damai Resmi di Mesir

    Jakarta

    Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan berpartisipasi dalam penandatanganan resmi perjanjian damai Gaza di Mesir. Hal ini dikatakan usai adanya kesepakatan damai awal yang disampaikan Presiden AS Donald Trump.

    “Soal penandatanganan resmi kami tidak akan terlibat,” kata anggota biro politik Hossam Badran dalam sebuah wawancara, dan menambahkan bahwa Hamas bertindak terutama melalui mediator Qatar dan Mesir selama perundingan gencatan senjata di Mesir, dilansir AFP, Sabtu (11/10/2025).

    Badran menyebut Hamas siap melawan jika perjanjian damai Donald Trump gagal dan permusuhan dengan Israel kembali terjadi di Jalur Gaza.

    “Kami berharap tidak akan kembali berperang, tetapi rakyat Palestina dan pasukan perlawanan kami niscaya akan menghadapi dan menggunakan semua kemampuan mereka untuk menangkal agresi ini jika pertempuran ini dipaksakan,” kata anggota biro politik Hossam Badran kepada AFP.

    Trump Terbang ke Mesir

    Sebelumnya, Donald Trump akan terbang ke Israel dan Mesir pada akhir pekan ini, setelah gencatan senjata Gaza disepakati. Trump dijadwalkan akan menyampaikan pidato di parlemen Israel, Knesset, dan menghadiri seremoni penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang digelar di Mesir.

    Kunjungan singkat ke Israel dan Mesir ini, seperti dilansir The Washington Times, Sabtu (11/10/2025), dikonfirmasi oleh Trump sendiri saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (10/10) waktu setempat.

    “Saya akan pergi ke Israel. Saya akan berpidato di Knesset, saya rasa, lebih awal, dan kemudian saya akan pergi ke Mesir. Mereka luar biasa,” kata Trump.

    Dia mengatakan dirinya akan kembali ke Washington DC pada Selasa (14/10) malam, karena akan memberikan medali kebebasan anumerta kepada mendiang Charlie Kirk, aktivis konservatif AS yang dibunuh bulan lalu. Istri mendiang Kirk, Erika, akan menerima penghargaan tersebut.

    (azh/azh)

  • Dia Berbuat Banyak untuk Selesaikan Krisis Dunia

    Dia Berbuat Banyak untuk Selesaikan Krisis Dunia

    Dushanbe

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang disebutnya telah “berbuat banyak” untuk menyelesaikan “krisis” dunia. Trump mengucapkan terima kasih untuk pujian yang disampaikan pemimpin Kremlin tersebut.

    Soal Trump yang tidak berhasil meraih Nobel Perdamaian, Putin enggan mengomentari dengan mengatakan bahwa bukan wewenangnya untuk memutuskan apakah Trump layak menerima penghargaan tersebut.

    “Bukan wewenang saya untuk menilai apakah Presiden AS saat ini layak menerima hadiah Nobel — saya tidak tahu,” kata Putin kepada wartawan di sela-sela kunjungannya ke Tajikistan, ketika ditanya apakah Trump layak menerima penghargaan tersebut, seperti dilansir AFP, Sabtu (11/10/2025).

    “Tetapi dia benar-benar telah berbuat banyak untuk menyelesaikan krisis kompleks ini, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun,” ucapnya merujuk pada Trump.

    Mengenai situasi di kawasan Timur Tengah, Putin mengatakan: “Jika kita berhasil mencapai semua yang diperjuangkan Donald… itu akan menjadi peristiwa bersejarah.”

    Namun Putin juga mengkritik Komite Nobel karena di masa lalu, memberikan hadiah perdamaian kepada “orang-orang yang tidak melakukan apa pun untuk perdamaian”.

    “Menurut pendapat saya, keputusan-keputusan ini telah sangat merusak kredibilitas hadiah ini,” sebut Putin dalam pernyataannya.

    Trump membagikan video komentar Putin tersebut via akun media sosial Truth Social miliknya, dengan mengatakan: “Terima kasih untuk Presiden Putin!”

    Sejak kembali ke Gedung Putih untuk masa jabatan keduanya, Trump berulang kali mengatakan dirinya pantas menerima Nobel Perdamaian atas perannya dalam menyelesaikan berbagai konflik — klaim yang menurut para pengamat, dibesar-besarkan.

    Komite Nobel Norwegia, pada Jumat (10/10), menganugerahkan Nobel Perdamaian kepada pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, yang mendedikasikan penghargaan tersebut untuk Trump. Machado berterima kasih atas “dukungan tegas” Trump bagi gerakan pro-demokrasi di Venezuela.

    Komite Nobel Norwegia memuji Machado untuk “kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan atas perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Perang Dagang AS vs China Memanas, Trump Umumkan Kebijakan Baru

    Perang Dagang AS vs China Memanas, Trump Umumkan Kebijakan Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memanas usai Presiden Donald Trump kembali memperketat kebijakan perdagangan terhadap negeri Panda tersebut.

    Mengutip laporan Reuters, Sabtu (11/10/2025), Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif hingga 100% terhadap seluruh ekspor China ke AS, disertai dengan pembatasan baru atas ekspor perangkat lunak penting mulai 1 November. Kebijakan tersebut diumumkan sembilan hari sebelum berakhirnya masa keringanan tarif yang saat ini masih berlaku.

    Langkah ini diambil sebagai tanggapan atas keputusan Beijing yang memperluas kontrol ekspor terhadap mineral langka (rare earth elements), komponen penting dalam industri teknologi seperti kendaraan listrik, mesin pesawat, dan radar militer. China saat ini menguasai lebih dari 90% pasokan global mineral tersebut.

    Trump menyebut langkah China mengejutkan, menandai keretakan terbesar dalam hubungan kedua negara dalam enam bulan terakhir.

    “Untuk setiap unsur yang mereka kuasai, kami memiliki dua,” kata Trump.

    Selain tarif baru, Trump juga mengancam akan membatasi ekspor pesawat dan suku cadangnya ke China. Sumber di lingkaran pemerintah AS menyebutkan Gedung Putih sedang menyiapkan daftar tambahan produk yang akan menjadi target kebijakan baru ini.

    Trump bahkan meragukan rencana pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping, yang dijadwalkan tiga minggu lagi di Korea Selatan. “Sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melanjutkan,” tulisnya di platform Truth Social.

    Namun di Gedung Putih, dia menegaskan belum membatalkannya dan kemungkinan tetap akan dilaksanakan. Pihak Beijing sendiri belum mengonfirmasi rencana pertemuan tersebut.

    Pernyataan Trump memicu kepanikan di pasar global. Indeks S&P 500 anjlok lebih dari 2%, menjadi penurunan harian terbesar sejak April. 

    Investor beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi AS, sementara nilai dolar melemah terhadap beberapa mata uang utama. Saham-saham teknologi juga jatuh tajam pada perdagangan setelah jam bursa. Craig Singleton, analis dari Foundation for Defense of Democracies, menilai langkah Trump bisa menandai akhir dari gencatan tarif antara Washington dan Beijing. 

    “AS melihat langkah ekspor China sebagai bentuk pengkhianatan. Beijing tampaknya terlalu percaya diri,” ujarnya.

    Dalam unggahan di media sosial, Trump menuduh China telah mengirimkan surat ke berbagai negara untuk memberi tahu bahwa mereka akan membatasi ekspor semua unsur terkait produksi mineral langka. 

    Dia mengklaim telah menerima keluhan dari negara-negara lain yang merasa dirugikan oleh kebijakan tersebut. Sementara itu, pemerintah China menambah lima jenis mineral dan puluhan teknologi pemurnian baru ke dalam daftar ekspor yang dibatasi, serta mewajibkan produsen asing yang menggunakan bahan asal China untuk mematuhi aturan tersebut.

    Ketegangan ekonomi ini menambah daftar panjang gesekan antara dua negara. Sehari sebelumnya, pemerintahan Trump mengusulkan pelarangan maskapai China terbang melintasi wilayah udara Rusia untuk rute ke dan dari AS. 

    Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) juga melaporkan jutaan produk elektronik China telah dihapus dari situs e-commerce besar di AS karena melanggar ketentuan impor.

    Para analis menilai, KTT APEC di Korea Selatan pada akhir Oktober bisa menjadi titik krusial bagi hubungan ekonomi AS–China, terutama jika pertemuan Trump–Xi tetap berlangsung.

    “Situasi ini akan menjadi menarik. Kedua pihak tampaknya sedang meningkatkan tekanan agar lawannya mengalah menjelang APEC atau sebaliknya, mereka sudah menganggap kesepakatan di APEC mustahil dan kini berupaya memperkuat posisi tawar masing-masing untuk babak berikutnya,” kata pakar ekonomi China di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Scott Kennedy. 

  • Trump Ancam Batasi Ekspor Suku Cadang Boeing ke China, Mengapa?

    Trump Ancam Batasi Ekspor Suku Cadang Boeing ke China, Mengapa?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman dagang terhadap China. Kali ini, Washington mengancam akan membatasi ekspor suku cadang pesawat Boeing sebagai respons atas langkah Beijing yang membatasi ekspor rare earth minerals alias mineral logam tanah jarang atau unsur tanah jarang. 

    Adapun, rare earth minerals merupakan bahan penting untuk memproduksi perangkat elektronik, kendaraan listrik, dan sistem pertahanan modern.

    Melansir Reuters, Trump menilai pembatasan itu bisa menjadi tekanan baru bagi China yang selama ini menjadi pasar besar bagi Boeing.

    “Kami memiliki banyak hal, termasuk hal besar seperti pesawat. Mereka [China] memiliki banyak pesawat Boeing dan mereka membutuhkan suku cadang serta banyak hal lain seperti itu,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya barang apa yang bisa dikenai pembatasan ekspor oleh AS, mengutip Reuters, Sabtu (11/10/2025).

    Sejak menjabat, Trump memang kerap menjadikan Boeing sebagai salah satu alat diplomasi ekonominya. Pada masa perang dagang sebelumnya, China bahkan sempat menunda pengiriman pesawat Boeing baru ke sejumlah maskapai domestiknya.

    Boeing sendiri tengah berupaya memperkuat pijakannya di pasar China. Bloomberg melaporkan, produssen pesawat asal AS itu sedang dalam pembicaraan untuk menjual hingga 500 unit jet ke China, yang akan menjadi kontrak besar pertama sejak masa jabatan pertama Trump.

    Meski demikian, analis kedirgantaraan dari Leeham Co., Scott Hamilton, menilai ancaman Trump tidak akan berdampak besar pada kinerja Boeing. “Ibaratnya hanya seperti amplas di kulit Boeing,” ujarnya.

    Dulu, China menyumbang sekitar 25% dari total pesanan Boeing, tetapi kini porsinya menyusut menjadi kurang dari 5%. Berdasarkan data Cirium, maskapai China masih memesan 222 unit pesawat Boeing, terdapat 1.855 unit sudah beroperasi di sana sebagian besar merupakan Boeing 737.

    Jika pembatasan ekspor benar terjadi, efek domino juga bisa dirasakan oleh CFM International, perusahaan patungan antara GE Aerospace dari Amerika Serikat dan Safran dari Prancis yang memproduksi mesin LEAP yakni mesin jet generasi baru yang digunakan pada pesawat Boeing 737 MAX. Selain itu, General Electric (GE) juga membuat mesin untuk pesawat Boeing 777 dan 787 Dreamliner, dua jenis jet berbadan lebar yang digunakan sejumlah maskapai di China.

    Sementara itu, rival Boeing, Airbus, tercatat memiliki 185 pesanan dari pelanggan China dan memproduksi sekitar empat pesawat A320 per bulan di fasilitasnya di Tianjin.

    China sendiri tengah mempercepat pengembangan pesawat buatan dalam negeri lewat COMAC C919, yang digadang-gadang menjadi pesaing A320 dan 737.

    Namun, pembatasan ekspor suku cadang dari AS membuat produksi C919 berjalan lambat. Hingga September, COMAC baru mengirim lima dari 32 pesawat yang dijanjikan tahun ini.

  • Alasan Trump Mendadak Ngamuk Naikkan Tarif 100% ke China

    Alasan Trump Mendadak Ngamuk Naikkan Tarif 100% ke China

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menghidupkan kembali perang dagang dengan China. Pada Jumat (10/10/2025), ia mengumumkan kenaikan tarif impor hingga 100% terhadap produk asal Beijing.

    Melansir Reuters, Trump juga mengeluarkan kontrol ekspor baru untuk “semua perangkat lunak penting” terhadap China mulai 1 November atau sembilan hari sebelum masa keringanan tarif berakhir.

    Langkah ini diambil setelah China memperluas kontrol ekspor terhadap unsur tanah jarang, bahan krusial bagi industri teknologi global, mulai dari kendaraan listrik hingga radar militer.

    “Itu mengejutkan. Saya pikir itu sangat, sangat buruk,” ujar Trump di Gedung Putih menanggapi kebijakan China. “Untuk setiap elemen yang berhasil mereka monopoli, kita punya dua.”

    Trump juga sempat menyebut bahwa pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan, yang dijadwalkan tiga minggu mendatang, kemungkinan besar dibatalkan.

    “Sekarang tampaknya tidak ada alasan untuk melakukannya,” tulisnya di platform Truth Social. Meski begitu, ia menambahkan, “Saya belum membatalkan. Saya berasumsi kita mungkin akan mengadakannya.”

    Alasan Trump Ngamuk ke Beijing

    Menurut sejumlah analis, kemarahan Trump dipicu oleh langkah Beijing yang dianggap mengkhianati semangat gencatan senjata tarif yang dicapai awal tahun ini.

    “Postingan Trump bisa jadi awal dari berakhirnya gencatan senjata tarif,” kata Craig Singleton, pakar China di Foundation for Defense of Democracies. “Washington menilai langkah ekspor kontrol Beijing sebagai pengkhianatan. Beijing tampaknya telah bertindak berlebihan.”

    China diketahui memproduksi lebih dari 90% logam tanah jarang dunia, yang menjadi tulang punggung banyak sektor industri strategis. Keputusan Beijing memperketat pengendalian ekspor ini dinilai sebagai “perintah bersaing” yang mengancam kepentingan industri AS.

    “Trump merasa harus membalas secara finansial karena langkah China itu mengancam dominasi teknologi dan keamanan ekonomi AS,” ujar Scott Kennedy, analis di Center for Strategic and International Studies (CSIS).

    Dampak Langsung ke Pasar

    Reaksi pasar terhadap keputusan Trump terbilang cepat. Indeks S&P 500 merosot lebih dari 2%, penurunan harian terbesar sejak April. Saham-saham teknologi juga anjlok dalam perdagangan pasca-pasar, sementara investor berbondong-bondong mencari aset aman seperti emas dan surat utang AS.

    Selain tarif, Trump juga mengancam akan menerapkan kontrol ekspor baru untuk pesawat dan komponennya, langkah yang dapat memperluas dampak perang dagang ke sektor manufaktur besar.

    Ketegangan terbaru ini memperumit rencana pertemuan kedua negara di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan akhir Oktober. Para analis menilai kedua pihak kini tengah memainkan strategi tekanan untuk memperkuat posisi tawar sebelum forum tersebut.

    “Mereka sama-sama meningkatkan tensi menjelang APEC,” ujar Kennedy. “Trump ingin menunjukkan ketegasan, sementara Beijing menguji seberapa jauh Washington berani menekan.”

    Dengan retaknya kembali hubungan dua ekonomi terbesar dunia, pasar kini menanti apakah Trump benar-benar akan menjalankan tarif 100% itu, atau hanya menggertak untuk mendorong konsesi baru dari China.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gedung Putih Mulai PHK Massal Pegawai Federal, 4.000 Orang Dipecat

    Gedung Putih Mulai PHK Massal Pegawai Federal, 4.000 Orang Dipecat

    Jakarta

    Gedung Putih Amerika Serikat (AS) mulai melakukan PHK massal terhadap para pegawai federal di tengah upaya Presiden AS Donald Trump meningkatkan tekanan pada oposisi dari Partai Demokrat agar mengakhiri penutupan pemerintah yang telah melumpuhkan layanan publik. Total sudah ada 4 ribuan pegawai yang dipecat.

    Dilansir AFP, Sabtu (11/10/2025), Kantor Manajemen dan Anggaran, yang dipimpin oleh Vought, mengatakan bahwa PHK tersebut akan “berisi banyak”, tetapi tidak memberikan angka pasti atau detail departemen mana yang akan paling terdampak.

    Sebuah dokumen pengadilan pada hari Jumat menyatakan bahwa pemerintah telah memecat lebih dari 4.000 pegawai federal, termasuk lebih dari 1.000 di masing-masing Departemen Keuangan dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

    Sementara itu, Trump menegaskan kembali janjinya untuk menggunakan pemangkasan anggaran sebagai cara untuk menyulitkan Partai Demokrat. “Jumlah orang yang dipecat akan “banyak dan akan berorientasi pada Partai Demokrat karena kami rasa merekalah yang memulai hal ini,” imbuh Trump.

    Para pemimpin Partai Demokrat di Kongres telah menepis ancaman tersebut sebagai upaya intimidasi dan mengatakan pemecatan massal tidak akan diterima di pengadilan.

    “Russell Vought baru saja memecat ribuan orang Amerika hanya dengan sebuah tweet,” kata pemimpin partai di Senat, Chuck Schumer, dalam sebuah pernyataan yang mengecam Gedung Putih karena telah “memicu kekacauan yang disengaja.”

    “Terus terang saja, tidak ada yang memaksa Trump dan Vought untuk melakukan ini. Mereka tidak harus melakukannya; mereka ingin melakukannya,” lanjutnya geram.

    Serikat pekerja yang mewakili 800.000 pegawai pemerintah meminta hakim federal di San Francisco untuk mengeluarkan perintah darurat guna menghentikan pemecatan, menjelang sidang yang dijadwalkan pada 16 Oktober untuk membahas legalitasnya.

    Juru bicara Departemen Keuangan AS mengatakan kepada AFP bahwa departemen tersebut telah mulai mengirimkan pemberitahuan PHK sementara Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan mengatakan bahwa mereka telah mulai memecat pekerja yang tidak penting “sebagai konsekuensi langsung dari pemerintahan yang dipimpin Demokrat

    Halaman 2 dari 2

    (maa/maa)

  • Trump Minta NATO Keluarkan Spanyol, Ada Apa?

    Trump Minta NATO Keluarkan Spanyol, Ada Apa?

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencetuskan agar aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mempertimbangkan untuk mengeluarkan Spanyol dari keanggotaannya. Ada apa?

    Komentar Trump itu, seperti dilansir Reuters, Jumat (10/10/2025), rupanya berkaitan dengan perselisihan mengenai anggaran militer negara Eropa Barat tersebut, yang dianggap ketinggalan dibandingkan negara-negara NATO lainnya.

    Negara-negara anggota NATO telah menyepakati pada Juni lalu, untuk meningkatkan anggaran militer mereka secara drastis menjadi 5 persen dari produk domestik bruto (PDB), demi memenuhi prioritas utama Trump, yang ingin warga Eropa membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan mereka sendiri.

    Namun, Perdana Menteri (PM) Spanyol Pedro Sanchez mengatakan pada saat itu bahwa dirinya tidak akan berkomitmen pada target 5 persen, dengan alasan target itu “tidak sesuai dengan negara sejahtera dan visi dunia kita”.

    Dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih dengan pemimpin salah satu negara anggota terbaru NATO, Presiden Finlandia Alexander Stubb, Trump mengatakan para pemimpin Eropa perlu membujuk Spanyol untuk meningkatkan komitmennya terhadap aliansi pertahanan tersebut.

    “Kalian harus mulai berbicara dengan Spanyol,” kata Trump kepada Stubb dalam pertemuan pada Kamis (9/10) waktu setempat.

    “Kalian harus menghubungi mereka dan mencari tahu mengapa mereka ketinggalan,” ujarnya

    Trump kemudian menambahkan: “Mereka (Spanyol-red) tidak memiliki alasan untuk tidak melakukan hal ini, tetapi tidak apa-apa. Mungkin kalian harus menyingkirkan mereka dari NATO, terus terang saja.”

    Menanggapi hal tersebut, seorang sumber pemerintah Spanyol mengatakan negaranya menegaskan kembali komitmennya terhadap aliansi NATO dan meminta semua pihak tetap tenang.

    Ditegaskan oleh sumber pemerintah tersebut bahwa Spanyol merupakan anggota penuh NATO dan telah memenuhi target kemampuannya, sama seperti AS.

    Spanyol bergabung dengan NATO sejak tahun 1982 silam. Aliansi pertahanan kolektif beranggotakan 32 negara itu telah menjadi fokus sejak Rusia menginvasi Ukraina tahun 2022 lalu dan melancarkan perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Rusia Dukung Pencalonan Trump untuk Raih Nobel Perdamaian

    Rusia Dukung Pencalonan Trump untuk Raih Nobel Perdamaian

    Moskow

    Kremlin, atau kantor kepresidenan Rusia, mengatakan mendukung pencalonan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian.

    Trump sebelumnya mengatakan dirinya pantas mendapatkan Nobel Perdamaian yang telah diberikan kepada empat pendahulunya di Gedung Putih. Pemberian Nobel Perdamaian tahun ini akan diumumkan di Norwegia pada Jumat (10/10) waktu setempat.

    Ajudan Kremlin atau ajudan kepresidenan Rusia, Yuri Ushakov, dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir kantor berita TASS dan Reuters, Jumat (10/10/2025), mengatakan Moskow akan menyambut baik jika memang komite penyelenggara memutuskan untuk memberikan Nobel Perdamaian kepada Trump.

    “Saya rasa, iya, kami akan mendukung keputusan itu, jika ditanya,” kata Ushakov saat berbicara kepada saluran Yunashev Live di Telegram.

    Rusia telah berulang kali menyampaikan rasa terima kasih atas upaya Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina, yang berlangsung selama lebih dari tiga tahun terakhir yang dipicu oleh invasi militer Moskow.

    Peraih Nobel Perdamaian tahun 2025 akan diumumkan oleh Komite Nobel Norwegia pada Jumat (10/10), pukul 09.00 GMT.

    Para pengamat berpengalaman, seperti dilansir Reuters, mengatakan kemungkinan besar Trump tidak akan terpilih untuk menerima Nobel Perdamaian.

    Pernyataan Kremlin tersebut disampaikan setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pernyataan pada Kamis (9/10), mengatakan Kyiv akan mencalonkan Trump untuk meraih Nobel Perdamaian jika sang Presiden AS itu berhasil mewujudkan gencatan senjata dalam perang Ukraina.

    Mengomentari Zelensky, Ushakov dalam penyataannya mengaku terkejut dengan apa yang disebutnya sebagai kebodohan Presiden Ukraina tersebut, yang disebutnya mengatakan “bisa melobi Hadiah Nobel untuk Trump jika Presiden AS itu memasok rudal Tomahawk untuk Kyiv.

    “Itu berarti hadiah perdamaian untuk pengiriman senjata. Gagasan itu sendiri menggelikan. Cara berpikir orang menunjukkan kepribadian mereka,” sebut Ushakov.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Bilang Tak Ada yang Dipaksa Tinggalkan Gaza Usai Gencatan Senjata

    Trump Bilang Tak Ada yang Dipaksa Tinggalkan Gaza Usai Gencatan Senjata

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan tidak seorang pun akan dipaksa untuk meninggalkan Jalur Gaza di bawah rencana gencatan senjata yang diusulkannya, yang telah disepakati oleh Israel dan kelompok Hamas.

    Trump, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Jumat (10/10/2025), mengatakan dirinya akan terbang ke Timur Tengah pada akhir pekan. Disebutkan juga oleh Trump bahwa para sandera yang tersisa di Jalur Gaza akan dibebaskan pada Senin (13/10) atau Selasa (14/10) pekan depan.

    “Tidak seorang pun akan dipaksa pergi. Justru kebalikannya… Tidak, kami sama sekali tidak ingin melakukan hal itu,” tegas Trump ketika ditanya oleh wartawan soal apakah warga Palestina akan dipaksa meninggalkan Jalur Gaza berdasarkan kesepakatan gencatan senjata itu.

    Berbicara kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih pada Kamis (9/10), Trump mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza “sudah dimatangkan dan telah selesai disusun”. Dia juga mengungkapkan rencananya melakukan perjalanan ke Timur Tengah pada akhir pekan.

    “Saya pikir ini akan luar biasa. Saya pikir para sandera akan kembali pada Senin (13/10) atau Selasa (14/10). Saya mungkin akan berada di sana. Saya berharap untuk berada di sana. Dan kami berencana untuk berangkat pada Minggu (12/10), dan saya menantikannya,” ucapnya.

    Saat memimpin rapat kabinet di Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Trump mengatakan dirinya akan berusaha terbang ke Mesir untuk menghadiri seremoni penandatanganan kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera.

    “Saya akan berusaha melakukan perjalanan ke sana. Kita akan mencoba untuk sampai ke sana, dan kita sedang mengupayakan waktunya, waktu yang tepat,” katanya. Gedung Putih dilaporkan berupaya keras menyelesaikan detail perjalanan yang diatur secara tergesa-gesa ini.

    Trump mengumumkan pada Rabu (8/10) bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari rencana gencatan senjata Gaza yang diusulkannya.

    Pada 29 September lalu, Trump mengungkapkan rencana perdamaian Gaza berisi 20 poin yang mencakup pembebasan semua sandera Israel, dengan imbalan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina, gencatan senjata permanen, dan penarikan pasukan Israel secara permanen dari seluruh Jalur Gaza.

    Tahap kedua dari rencana perdamaian tersebut menyerukan pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Jalur Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan yang terdiri atas warga Palestina dan pasukan dari negara-negara Arab dan Muslim, serta perlucutan senjata Hamas.

    Rencana perdamaian itu juga menetapkan pendanaan dari negara-negara Arab dan Muslim untuk pemerintahan baru dan rekonstruksi Jalur Gaza, dengan partisipasi terbatas dari Otoritas Palestina.

    Negara-negara Arab dan Muslim menyambut baik rencana tersebut, namun beberapa pejabat mengatakan banyak detail perlu didiskusikan dan dinegosiasikan agar dapat diimplementasikan sepenuhnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gencatan Senjata Israel-Hamas, Poin Apa Saja yang Disepakati?

    Gencatan Senjata Israel-Hamas, Poin Apa Saja yang Disepakati?

    Jakarta

    Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas, yang diumumkan setelah negosiasi intensif di Mesir pada Kamis (09/10) menjadi terobosan yang dapat mendekatkan kedua pihak pada perdamaian.

    Hanya saja, kendati tengah diliputi momentum positif, tidak ada jaminan bahwa perang yang telah berlangsung dua tahun di Gaza itu akan benar-benar berakhir.

    Faktor utama yang mendorong pengakhiran perang kali ini adalah keterlibatan langsung Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menekan tidak hanya Hamas, tapi juga Israel.

    Di sisi lain, tekanan ini menjadi kemenangan diplomatik yang luar biasa bagi Trump, sosok yang ingin dikenal sebagai tokoh yang mampu mengakhiri perang serta mendapatkan penghargaan atas upaya tersebut.

    Israel melancarkan peperangan ke Gaza sebagai respons serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang, kebanyakan warga sipil, dan menyandera 251 orang.

    Serangan balasan Israel menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk lebih dari 18.000 anak-anak.

    PBB dan lembaga internasional menilai perhitungan korban oleh Kementerian Kesehatan Hamas itu sebagai jumlah yang kredibel.

    Anadolu via Getty ImagesDampak dari perang berkepanjangan di Gaza sangat menghancurkan, dengan rumah-rumah luluh lantak dan keluarga tercerai berai.

    Kesepakatan yang diumumkan hari ini merupakan fase pertama dari rencana perdamaian yang dipaparkan Trump di Gedung Putih pekan lalu bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya dituduh menghambat beragam upaya gencatan senjata.

    Trump yang dilaporkan sempat frustrasi dan kesal terhadap Netanyahu, kali ini dinilai menggunakan pengaruh besar Amerika Serikat untuk menekan Israel agar mau terlibat dalam proses perdamaian.

    Situasi tak jauh berbeda dialami Hamas yang juga dilaporkan berada dalam tekanan tak kalah berat.

    Trump dilaporkan mengancam akan melakukan “penghancuran total”, sementara negara-negara Arab dan Muslim, seperti Mesir, Qatar, dan Turki, mendukung rencana tersebut dan terlibat aktif dalam negosiasi.

    Apa saja yang sudah disepakati?

    Sampai saat ini, rincian kesepakatan belum sepenuhnya dipublikasikan.

    Namun, garis besar yang disepakati adalah perihal pembebasan seluruh sandera yang tersisasebanyak 20 orang yang diyakini masih hidup akan dibebaskan paling cepat pada Minggu (12/10), sementara 28 orang meninggal akan dipulangkan secara bertahap.

    Sebagai gantinya, ratusan tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel. Pasukan Israel juga akan ditarik dari sebagian wilayah Gaza dan bantuan kemanusiaan akan ditingkatkan.

    Dorongan menuju kesepakatan ini menguat setelah Israel gagal membunuh pejabat tinggi Hamas bulan lalu di Doha.

    Tindakan itu memicu kemarahan di kawasan, bahkan dari negara-negara sekutu penting AS. Trump pun dinilai mengambil kesempatan dari situasi tersebut.

    Trump secara terbuka sempat pula menyatakan keinginannya untuk menerima Hadiah Nobel Perdamaian yang akan diumumkan Jumat (10/10) ini.

    Batas waktu yang kemudian diyakini ikut mempengaruhi kelancaran negosiasi kedua pihak.

    Di media sosial, Trump dengan gaya khasnya menyebut kesepakatan ini sebagai “peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya” serta “langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, abadi, dan kekal.”

    Dengan rangkaian pembicaraan yang sudah terjadi, kesepakatan ini sejatinya masih belum menjamin perdamaian total.

    Sampai saat ini, beberapa hal masih perlu disepakati, seperti tuntutan Israel agar Hamas melucuti senjata, sejauh mana penarikan pasukan Israel dilakukan, dan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang berakhir.

    Bagaimana komentar Trump, Netanyahu, dan Hamas?

    Tiga hari usai negosiasi tidak langsung di Mesir, Israel dan Hamas “menandatangani fase pertama dari rencana perdamaian kami,” tulis Presiden Trump di media sosialnya.

    “Artinya, semua sandera akan segera dibebaskan dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, abadi, dan kekal,” tambahnya.

    “Semua pihak akan diperlakukan dengan adil!”

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebutnya “hari besar bagi Israel” dan mengatakan pemerintahannya akan bertemu pada Kamis ini untuk menyetujui perjanjian tersebut dan “membawa pulang seluruh sandera tercinta kami.”

    Israel menyatakan masih ada 48 orang warganya yang disandera di Gazasekitar 20 orang diyakini masih hidup.

    Dalam pernyataannya, Hamas mengatakan kesepakatan ini akan “mengakhiri perang di Gaza”, menjamin “penarikan penuh” pasukan Israel, membuka akses bantuan kemanusiaan, serta mencakup pertukaran sandera dengan tahanan Palestina di penjara Israel.

    Dalam pembicaraan damai ini, negosiator kedua pihak tidak berbicara langsung, melainkan dimediasi oleh utusan Trump di Timur Tengah, Steve Witkoff, menantunya Jared Kushner, serta pejabat senior dari Mesir, Qatar, dan Turki.

    Poin apa saja yang belum jelas?

    Sejauh ini, kesepakatan baru mencakup sebagian dari 20 poin rencana perdamaian yang diumumkan Trump pekan lalu.

    Sejumlah isu besar masih belum terselesaikan, terutama soal pelucutan senjata Hamas. Hamas menolak recana tersebut sebelum ada kepastian terbentuknya negara Palestina yang merdeka.

    Begitu pula soal pemerintahan Gaza. Trump menyebut Hamas tidak akan memiliki peran di Gaza dan wilayah itu akan dikelola sementara oleh “komite teknokrat Palestina yang apolitis”, sebelum nantinya diserahkan kepada Otoritas Palestina.

    Sampai saat ini, Netanyahu terlihat menolak gagasan melibatkan Otoritas Palestina tersebut.

    Faksi sayap kanan ultranasionalis dalam koalisi Netanyahu, yang menginginkan permukiman Yahudi dibangun kembali di Gaza, juga diperkirakan akan menentang poin kesepakatan ini.

    Sementara Hamas, tetap bersikeras agar mereka tetap berperan dalam pemerintahan Gaza di masa depan.

    Keluarga sandera Israel menyambut kabar ini dengan haru.

    Eli Sharabi, yang kehilangan istri dan anak-anaknya serta masih menunggu jenazah saudaranya Yossi yang ditahan Hamas, menulis: “Sukacita besar, tak sabar menunggu semuanya pulang.”

    Ibu dari sandera Nimrod Cohen menulis: “Anakku, kau akan segera pulang.”

    Sementara di Gaza, warga merayakan pengumuman tersebut di tengah malam.

    “Alhamdulillah atas gencatan senjata, atas berakhirnya pertumpahan darah dan pembunuhan,” kata Abdul Majeed Abd Rabbo dari Khan Younis kepada Reuters.

    “Saya bukan satu-satunya yang bahagia. Seluruh Gaza, seluruh dunia Arab, bahkan dunia, ikut bahagia atas berakhirnya pertumpahan darah ini.”

    Para pemimpin dunia menyerukan agar semua pihak mematuhi kesepakatan ini.

    Sekretaris Jenderal PBB Antnio Guterres mengatakan, “Penderitaan ini harus berakhir,” seraya menegaskan dukungan penuh PBB untuk implementasi kesepakatan, peningkatan bantuan kemanusiaan, dan upaya rekonstruksi Gaza.

    Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer menyebut kesepakatan ini “momen kelegaan yang mendalam” bagi para sandera, keluarga mereka, serta warga Gaza yang telah menanggung penderitaan luar biasa selama dua tahun terakhir.

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebutnya sebagai “langkah yang sangat dibutuhkan menuju perdamaian” dan mendesak semua pihak untuk menghormati isi kesepakatan.

    Para anggota parlemen AS menyambut dengan nada hati-hati. Senator Demokrat Chris Coons menulis di media sosial X, “Ini langkah awal, dan semua pihak harus memastikan ini mengarah pada akhir perang yang abadi.”

    Sementara Senator Republik James Risch yang juga Ketua Komite Hubungan Luar Negeri, menyebutnya “kesepakatan yang patut disambut” dan menambahkan bahwa ia menantikan rincian lengkapnya.

    (ita/ita)