Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Prabowo ucapkan selamat kepada Trump sebagai Presiden Ke-47 AS

    Prabowo ucapkan selamat kepada Trump sebagai Presiden Ke-47 AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Prabowo ucapkan selamat kepada Trump sebagai Presiden Ke-47 AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 21 Januari 2025 – 19:19 WIB

    Elshinta.com – Presiden RI Prabowo Subianto mengucapkan selamat kepada Donald Trump yang resmi menjabat sebagai Presiden Ke-47 Amerika Serikat (AS) setelah mengambil sumpah jabatan di Capitol Rotunda, Washington DC, Senin siang waktu setempat.

    Ucapan selamat itu disampaikan Presiden Prabowo melalui akun resmi instagram @presidenrepublikindonesia yang diunggah pada Selasa.

    “Selamat terhangat saya ucapkan kepada Presiden Donald Trump atas pelantikannya sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47,” demikian petikan ucapan tertulis yang disampaikan Presiden Prabowo melalui unggahan Instagram yang dikutip di Jakarta, Selasa.

    Dalam ucapan itu, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk bekerja sama erat dengan Amerika Serikat.

    Indonesia juga berkomitmen untuk memperkuat kerja sama strategis jangka panjang demi keuntungan bersama kedua negara, tulis Prabowo dalam unggahan itu.

    Trump mengambil sumpah jabatan dengan dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung AS John Roberts, yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian pidato pelantikan oleh Trump sebagai Presiden AS periode 2025-2029.

    Menurut pantauan ANTARA secara daring, sebelumnya Trump dan Joe Biden tiba di Capitol Rotunda pada pukul 10:48 pagi waktu Washington DC untuk acara pelantikan presiden AS.

    Trump dan Biden bersama-sama menumpangi satu mobil bersama konvoi mobil lainnya dari Gedung Putih ke Capitol Rotunda.

    Dari kumpulan para tamu undangan, terlihat Elon Musk, Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, Bill dan Hillary Clinton, Mike Pence, George W and Laura Bush, serta Barack Obama hadir di Capitol Rotunda.

    Sumber : Antara

  • Disinggung Trump, Negara Mana yang Paling Banyak Sumbang Dana ke WHO?

    Disinggung Trump, Negara Mana yang Paling Banyak Sumbang Dana ke WHO?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ikut menyinggung sumbangan dana yang selama ini dikeluarkan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini menjadi salah satu alasan di balik keputusan kontroversial AS keluar dari keanggotaan WHO.

    Mengingat, AS menjadi penyumbang dana terbesar dalam pendanaan WHO. Diikuti organisasi Bill Gates & Melinda Foundation. Dalam pengumumannya, Trump bahkan menyoroti keterlibatan China dalam pendanaan WHO yang 90 persen lebih rendah dari AS.

    Berbicara di Gedung Putih, ia menuding WHO bias terhadap China. “WHO menipu kita,” ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih.

    Dikutip dari laman resmi WHO, berikut sumber pendanaan WHO dari sejumlah negara dan organisasi berdasarkan pemantauan di Selasa (21/1):

    Amerika Serikat: 14,53 persen (terbanyak untuk pengendalian atau eradikasi penyakit polio yakni 24,44 persen dari total pendanaan)Bill & Melinda Gates Foundation: 13,67 persen (untuk peningkatan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas tanpa memandang jenis kelamin, usia, atau disabilitas)Gavi Alliance: 10,49 persen (19,35 persen pendanaan untuk kedaruratan kesehatan akut yang perlu ditanggapi dengan cepat, memanfaatkan kapasitas nasional dan internasional yang relevan, 5,18 persen untuk peningkatan akses obat-obatan, vaksin, diagnostik, dan alat untuk perawatan kesehatan primer)European Commission: 7,82 persen (4,74 persen untuk pencegahan epidemi dan pandemi)World Bank: 4,02 persen (4,03 persen pendanaan untuk menanggapi keadaan darurat kesehatan, respons yang cepat)Jerman: 3,29 persen (pendanaan kesiapan negara untuk kondisi darurat)Kanada: 2,32 persen (1,63 persen sebagai strategi pencegahan untuk penyakit prioritas di wilayah rawan pandemi atau wabah)European Investment Bank 2,27 (beberapa pendanaan diberikan untuk penanganan lingkungan yang sehat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan)United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland: 2,27% (mendukung dan memberdayakan penanganan faktor risiko kesehatan)Miscellaneous: 2,02% (mengupayakan hal yang aman dan adil melalui penanganan faktor penentu kesehatan)Rotary International: 1,78% (program khusus penelitian, pengembangan, dan pelatihan penelitian dalam reproduksi manusia)India: 1,58% (penguatan kepemimpinan, tata kelola, dan advokasi untuk kesehatan, membantu negara-negara siap secara operasional untuk menilai dan mengelola risiko dan kerentanan wabah).

    China Peringkat Berapa?

    Jauh dari AS, China ‘hanya’ menyumbang 0,35 persen dari total pendanaan WHO di peringkat ke-41.

    Dampak dari keluarnya AS kepada aspek pendanaan juga disoroti Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama. Prof Tjandra menilai WHO perlu melalukan upaya rekayasa finansial. Semata-mata demi menjaga kesehatan global tetap terlaksana dengan baik.

    “Anggaran WHO akan terkena dampak cukup bermakna kalau kontribusi dari Amerika Serikat dihentikan,” sorotnya.

    (naf/kna)

  • Trump Titahkan AS Keluar dari WHO, Apa Dampaknya Bagi Dunia?

    Trump Titahkan AS Keluar dari WHO, Apa Dampaknya Bagi Dunia?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk mengeluarkan Negeri Paman Sam dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini terjadi sesaat setelah Trump dilantik menjadi Presiden, Senin (20/01/2025).

    Trump menyebut serangkaian alasan dalam keluarnya AS dari WHO. Ini termasuk penanganan pandemi Covid-19 yang dianggap buruk dan kegagalan organisasi tersebut dalam melakukan reformasi yang mendesak.

    “WHO menuntut pembayaran yang sangat memberatkan dari AS,” ungkap Trump, seraya menambahkan bahwa kontribusi China jauh lebih kecil.

    Menanggapi rencana Trump tersebut, Jerman pun turun tangan berupaya melobi Trump untuk tidak meninggalkan WHO. Menteri Kesehatan Jerman, Karl Lauterbach, mengatakan bahwa keluarnya AS dari WHO memiliki dampak yang besar bagi infrastruktur kesehatan global.

    “Kami akan mencoba membujuk Donald Trump untuk mempertimbangkan kembali keputusan ini,” ucapnya, dilansir dari Reuters, Selasa (21/01/2025).

    Jerman adalah donor nasional terbesar kedua bagi WHO, yang menyumbang sekitar 3% dari pendanaan lembaga tersebut.

    Dalam reaksi pertama Badan Kesehatan PBB terhadap langkah AS tersebut, Juru Bicara WHO Tarik Jašarević mengatakan bahwa pihaknya meminta Trump untuk kembali memikirkan dampak dari langkahnya itu.

    “Kami berharap AS mempertimbangkan kembali, dan kami sangat berharap akan ada dialog yang konstruktif demi kepentingan semua orang, bagi warga Amerika tetapi juga bagi orang-orang di seluruh dunia,” tuturnya.

    Dampak AS Keluar dari WHO

    Lantas, apa saja dampak bila AS benar-benar keluar dari WHO?

    Keluarnya AS dari WHO ternyata memiliki sejumlah dampak bagi kesehatan dunia. Berikut daftarnya, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (21/01/2025):

    1. Donor

    AS menyumbang sekitar 18% pendanaan untuk WHO. Diketahui, anggaran dua tahun lembaga tersebut untuk tahun 2024-2025 adalah US$ 6,8 miliar.

    Pada periode tersebut, AS membiayai 75% program WHO untuk HIV dan penyakit menular seksual lainnya. Selain itu, lebih dari setengah kontribusi dana itu untuk memerangi tuberkulosis, data lembaga tersebut menunjukkan.

    Di luar WHO, AS sejauh ini merupakan donor kesehatan global teratas di dunia. Washington tercatat memberikan US$ 15,8 miliar pada 2022.

    2. Pandemi

    Trump juga skeptis tentang negosiasi yang dipimpin WHO untuk perjanjian pascapandemi Covid-19 yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas global saat ancaman kesehatan berikutnya menyerang.

    Miliarder sekutu Trump, Elon Musk, mengatakan negara-negara tidak boleh “menyerahkan wewenang” kepada WHO. AS juga akan menghentikan negosiasi dalam perjanjian tersebut sementara penarikannya terus berlanjut.

    3. Staf AS di Jenewa

    Perintah Trump juga mengatakan bahwa staf dan kontraktor AS yang bekerja dengan WHO akan ditarik dan dipindahkan.

    Diketahui, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sebelumnya telah bekerja sama erat dengan WHO terkait karyawan AS. Tercatat, Washington menempatkan sekitar 30 staf di Jenewa dan berkolaborasi dalam penelitian dan wabah.

    4. Pengawasan Wabah Dunia

    AS, seperti negara anggota WHO lainnya, merupakan bagian dari jaringan pengawasan influenza global yang diawasi oleh WHO.

    Di antara hal-hal lain, kelompok tersebut memberikan saran tentang komposisi vaksin flu musiman tahunan.

    Di luar kerja samanya dengan WHO, AS juga mendanai banyak program kesehatan global lainnya.

    5. Kampanye Melawan AIDS

    AS merupakan penyandang dana utama dalam perang melawan HIV. Sebagian besar berasal dari PEPFAR, Rencana Darurat Presiden AS untuk Penanggulangan AIDS (PEPFAR).

    Rencana tersebut baru disahkan kembali oleh Kongres selama satu tahun tahun lalu setelah klaim konservatif bahwa beberapa penerima hibah mempromosikan aborsi. Otorisasi tersebut berakhir pada bulan Maret.

    6. Aborsi

    Pada masa jabatan terakhirnya, Trump memberlakukan kembali apa yang disebut “Kebijakan Mexico City”, yang mewajibkan badan amal asing yang menerima dana keluarga berencana AS untuk menyatakan bahwa mereka tidak menyediakan layanan atau memberikan nasihat tentang aborsi.

    Ia memperluas kebijakan tersebut, yang dikenal oleh para kritikus sebagai “aturan pembungkaman global”, dengan menindak badan amal yang mendanai kelompok lain yang mendukung aborsi. Trump juga memangkas dana untuk Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), yang menangani kesehatan reproduksi.

    7. Vaksin

    Dengan Robert F. Kennedy Junior yang skeptis terhadap vaksin dicalonkan sebagai Menteri Luar Negeri untuk kesehatan, pendekatan pemerintahan Trump terhadap vaksinasi, baik di dalam negeri maupun internasional masih belum jelas.

    Namun, selama pemerintahan terakhir Trump, kontribusi untuk kelompok vaksin global, Gavi, tetap hampir sama seperti di bawah pendahulunya dari Partai Demokrat di Gedung Putih, Joe Biden

    Pendanaan juga tetap pada tingkat yang sama untuk Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, pelaku kesehatan global utama lainnya.

    8. Penelitian

    Badan-badan kesehatan di AS menanggapi keadaan darurat dan wabah di seluruh dunia, dan juga menetapkan norma dan standar untuk obat-obatan dan keamanan melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan dan CDC.

    National Institutes of Health AS juga merupakan salah satu pusat penelitian terkemuka di dunia dan mendanai upaya kesehatan global di seluruh dunia, mulai dari upaya memerangi mpox hingga Ebola.

    Peran global AS di bidang-bidang ini di bawah Trump belum jelas, dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh peristiwa dan prioritas. Misalnya, Trump mendirikan Operation Warp Speed, untuk menggarap vaksin Covid-19.

    (wia)

  • Donald Trump Mencabut Sanksi yang Dijatuhkan kepada Pemukim Pembuat Kerusuhan di Tepi Barat – Halaman all

    Donald Trump Mencabut Sanksi yang Dijatuhkan kepada Pemukim Pembuat Kerusuhan di Tepi Barat – Halaman all

    Trump Mencabut Sanksi yang Dijatuhkan kepada Pemukim Pembuat Kerusuhan di Tepi Barat

    TRIBUNNEWS.COM- Donald Trump mencabut sanksi yang dijatuhkan pada pemukim Tepi Barat.

    Beberapa jam sebelumnya, para pemukim melakukan kerusuhan di desa-desa Palestina dan membakar properti.

    Keputusan tersebut merupakan pembalikan dari tindakan kebijakan utama oleh pemerintahan mantan Presiden Joe Biden.

    Pemimpin pemukim menyerukan kedaulatan Israel atas Tepi Barat sebagai ‘zaman keemasan bagi permukiman’

    Presiden AS Donald Trump pada hari Senin mencabut sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintahan sebelumnya Biden terhadap kelompok pemukim Tepi Barat sayap kanan dan individu yang dituduh terlibat dalam kekerasan terhadap warga Palestina, kata situs web baru Gedung Putih.

    Situs web tersebut mengatakan Trump mencabut Perintah Eksekutif 14115 yang dikeluarkan pada 1 Februari 2024, yang mengizinkan penerapan sanksi tertentu “pada Orang yang Merusak Perdamaian, Keamanan, dan Stabilitas di Tepi Barat.”

    Keputusan Trump tersebut merupakan pembalikan dari tindakan kebijakan utama oleh pemerintahan mantan Presiden Joe Biden yang telah menjatuhkan sanksi pada banyak individu dan entitas pemukim Israel, membekukan aset mereka di AS dan secara umum melarang warga Amerika bertransaksi dengan mereka.

    Sanksi AS terhadap pemukim dijatuhkan setelah pemerintahan Biden berulang kali mendesak pemerintah Israel untuk mengambil tindakan.

    Guna meminta pertanggungjawaban para ekstremis atas tindakan yang diyakini Washington akan menghancurkan harapan bagi solusi dua negara antara Israel dan Palestina.

    Pendekatan Trump terhadap permukiman sangat berbeda. 

    Selama masa jabatan pertamanya pada tahun 2019, Trump telah meninggalkan posisi AS yang telah lama dipegang bahwa permukiman tersebut ilegal sebelum dipulihkan oleh Biden.

    Yossi Dagan, kepala Dewan Regional Samaria Tepi Barat menyambut baik keputusan tersebut, dan menambahkan bahwa ini adalah zaman keemasan bagi permukiman dan waktu untuk mengumumkan kedaulatan Israel atas Tepi Barat.

    “Keputusan Presiden Donald Trump untuk membatalkan sanksi yang keterlaluan terhadap pendahulunya saat ia memasuki Gedung Putih tidak hanya bermoral dan penting, tetapi juga merupakan pesan bahwa Amerika Serikat sekali lagi menjadi sahabat Israel,” katanya dalam sebuah pernyataan. 

    “Hal ini menunjukkan lebih dari apa pun, kesempatan bersejarah yang dimiliki pemerintah Israel dan perdana menterinya di Yudea dan Samaria dan di negara Israel, untuk melakukan hal-hal bersejarah yang hebat, terlepas dari apakah pemerintahan Trump setuju atau tidak. Bola tidak pernah berada di tangan Yerusalem seperti sekarang. Saya meminta perdana menteri dan pemerintah untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.”

    SUMBER: YNET NEWS

  • Ekspresi Barron Trump Berdiri Dekat Elon Musk saat Pelantikan Donald Trump Disorot Warganet – Page 3

    Ekspresi Barron Trump Berdiri Dekat Elon Musk saat Pelantikan Donald Trump Disorot Warganet – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Putra bungsu Donald Trump, Barron Trump, turut hadir dalam pelantikan sang ayah menjadi Presiden ke-47 Amerika Serikat, Senin, 20 Januari 2025 malam waktu AS.

    Dalam pelantikan menjadi Presiden AS, Donald Trump memperkenalkan Barron ke para pendukung dan hadirin yang menghadiri acara tersebut.

    Mendengar namanya disebut, Barron pun berdiri dan melambaikan tangan. Ia juga tampak tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

    Kerumunan pun memberikan applause meriah kepada putra Trump dan Melania ini.

    Namun, ada momen menarik lainnya di pelantikan Donald Trump yang tersorot kamera dan jadi perhatian warganet di dunia maya.

    Momen tersebut adalah cuplikan ketika Barron Trump berdiri di samping Elon Musk, bos X dan SpaceX sekaligus pendukung Donald Trump dalam kampanye presiden AS lalu.

    the way he spends more time with barron trump than with his own kids … pic.twitter.com/E5K3o7k0Ni

    — Hurt CoPain (@SaeedDiCaprio) January 20, 2025

    Dalam cuplikan video tersebut, Elon Musk dan Barron Trump tersorot kamera. Elon Musk tampak bertepuk tangan heboh dengan muka kegirangannya.

    Di sampingnya, Barron Trump juga bertepuk tangan, namun dengan ekspresi yang terlihat kurang antusias.

    Video berdurasi singkat ini pun ramai dikomentari oleh warganet. Dalam unggahan akun Twitter @SaeedDiCaprio video tersebut sudah disaksikan lebih dari 9 juta kali.

    Presiden Joe Biden dan Ibu Negara Jill Biden akan hadir dalam pelantikan Donald Trump pada Januari mendatang. Hal tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara Gedung Putih pada Senin (25/11/2024).

  • Ini Busana Melania Trump di Pelantikan Donald Trump!

    Ini Busana Melania Trump di Pelantikan Donald Trump!

    Pelantikan Presiden Amerika Serikat ke-43 Donald Trump menjadi sorotan masyarakat dunia. Momen bersejarah tersebut menjadi langkah awal bagi Trump dalam melaksanakan tugasnya sebagai presiden dalam masa jabatanya.

    Dalam momen bahagia tersebut, Trump hadir bersama dengan keluarganya. Terlebih istrinya, Melania Trump yang terlihat mendampingi Trump. Penampilan Melania pun jadi sorotan publik terkait gaya busananya yang terlihat berkelas.   

    Kira-kira, seperti apa busana Melania Trump di pelantikan Donald Trump? Simak gaya busana istri Donald Trump yang curi perhatian publik.

    Donald Trump resmi dilantik sebagai presiden

    Dalam pemilihan umum Amerika Serikat, Donald Trump berhasil terpilih sebagai presiden. Pada Senin 20 Januari 2025, Donald Trump resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47. 

    Ia dilantik dan mengucapkan sumpah jabatannya di Capitol Rotunda. Pelantikan tersebut menandai Donald Trump menjadi presiden AS kedua yang kembali ke Gedung Putih setelah menjabat sebagai Presiden ke-45.

    Dalam kesempatan tersebut, ia terlihat didampingi istrinya, Melania Trump. Dari momen yang tertangkap kamera, mereka berdua tampak serasi dengan busana yang dipakainya.

    Melania Trump tampak berkelas dengan busana desainer ternama

    Pada momen penting tersebut, busana Melania Trump di pelantikan Donald Trump menjadi perhatian publik. Istri Donald Trump ini terlihat mengenakan busana khas Amerika untuk upacara pelantikan hari Senin (20/1).

    Melania tampak elegan dan chic dengan busana berwarna biru tua dan putih gading rancangan Adam Lippes. Ia juga terlihat memakai topi boater buatan Eric Javits yang terlihat ikonik dan curi perhatian.

    Khusus untuk hari pelantikan, Lippes merancang mantel double breasted berwarna biru tua, rok span, dan blus berbahan sutra berwarna putih gading untuk Melania Trump. Menariknya, seluruh usaha tersebut merupakan handmade dari perajin terbaik di New York.

    Dilansir situs wwd.com, Javist mengungkapkan bahwa pembuatan topi tersebut sempat tersendat dan harus memulai dari awal dari rancangan awal.

    Kembali berkolaborasi dengan desainer Herve Pierre

    Selain busana tersebut, Melania mengenakan pakaian karya Herve Pierre pada rangkaian acara pelantikan. Di tahun 2017, Pierre ternyata diketahui pernah merancang gaun yang dipakai saat pelantikan.

    Setelah delapan tahun, Melania melanjutkan kolaborasi tersebut dan kembali mempercayakan Pierre dalam merancang busana yang dipakainya dalam pesta pelantikan. 

    Di tahun 2025, Melani terlihat elegan dengan gaun strapless berwarna putih model off shoulder dengan belahan pada bagian bawahnya. Pierre juga menambahkan aksen pita hitam dan menjadi daya tarik utamanya. 

    Untuk melengkapi penampilannya, Melania tampak memakai bros berlian karya Harry Winston yang dikenakan sebagai kalung.

    Pierre sendiri mengaku merasa terhormat bisa merancang busana untuk ibu negara yang sesuai dengan preferensi Melania.

    “Merupakan kehormatan besar untuk berkolaborasi dengan ibu negara dalam desain gaun pelantikannya. Jelas bahwa Melania Trump tertarik pada kombinasi hitam dan putih sesuai dengan gaya dan visinya sendiri,” ungkap Pierre dikutip dari yahoo.com, Selasa (21/1). 

    Demikian busana Melania Trump di pelantikan Donald Trump yang sempat mencuri perhatian publik.

  • Trump Perintahkan AS Keluar dari Keanggotaan WHO, Bisa Seperti Ini Dampaknya

    Trump Perintahkan AS Keluar dari Keanggotaan WHO, Bisa Seperti Ini Dampaknya

    Jakarta

    Amerika Serikat menarik diri dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Presiden AS Donald Trump menyebut kecewa pada WHO, dan telah menyampaikan kritik beberapa kali, terlebih di masa pandemi COVID-19. Trump menuding WHO lambat menangani pandemi atau wabah SARS-CoV-2 yang pertama kali merebak di China. Hingga kini belum diketahui asal muasalnya.

    “Selain itu, WHO terus menuntut pembayaran yang sangat memberatkan Amerika Serikat, jauh dari proporsi pembayaran yang ditetapkan oleh negara-negara lain. China, dengan populasi 1,4 miliar, memiliki 300 persen populasi Amerika Serikat, tetapi memberikan kontribusi hampir 90 persen lebih sedikit kepada WHO,” beber Trump dalam pernyataan resmi Gedung Putih, dikutip Selasa (21/1/2025).

    Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menilai banyak dampak yang bisa terjadi di balik keputusan AS keluar dari keanggotaan WHO. Terlebih, tidak sedikit pakar AS terlibat dalam kerja sama langsung dengan WHO, termasuk pada sejumlah kajian internasional.

    Prof Tjandra khawatir hal ini otomatis berpengaruh pada sistem kesehatan internasional. “Amerika Serikat mempunyai berbagai pusat kajian kesehatan yang juga punya cakupan global, katakanlah misalnya Center of Diseases Control and Prevention (CDC), National Institute of Health (NIH) dan lain-lain,” bebernya dalam keterangan tertulis kepada detikcom, Selasa (21/1).

    “Perlu dikaji tentang bagaimana peran berbagai organisasi ini sesudah Amerika Serikat menarik diri dari WHO,” lanjutnya.

    Ia juga menyoroti aspek pendanaan yang otomatis terhenti dari AS. Mengingat, banyak bantuan ke wilayah atau negara berkembang dengan sejumlah wabah, dibantu melalui dana fund WHO dari banyak negara lain, termasuk AS.

    Dalam hal ini, Prof Tjandra menilai, WHO perlu melalukan upaya rekayasa finansial. Semata-mata demi menjaga kesehatan global tetap terlaksana dengan baik. “Anggaran WHO akan terkena dampak cukup bermakna kalau kontribusi dari Amerika Serikat dihentikan,” sorotnya.

    Meski begitu, menurutnya publik masih harus menunggu keputusan resmi dan eksekusi keputusan terkait. Mengacu beberapa informasi, Prof Tjandra menekankan prosesnya akan memakan waktu hingga satu tahun atau mungkin lebih cepat berdasarkan situasi.

    Situasi kesehatan dunia ke depan juga disebutnya akan menjadi perhatian penting, mengingat besarnya jumlah penduduk AS. Hal ini berdampak dalam pengawasan perjalanan kesehatan internasonal.

    “Selain organisasi resmi pemerintah maka juga cukup banyak pakar warga Amerika Serikat yang aktif dalam kesehatan global, termasuk bekerja di World Health Organization (WHO).”

    “Selain itu juga ada berbagai Universitas ternama di Amerika Serikat yang bergerak dalam kesehatan global pula. Tentu patut di telusuri bagaimana peran para pakar ini di kesehatan global kelak, sehubungan Executive Order Presiden Trump di hari pertama kerjanya ini,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Alasan AS Tarik Diri dari Keanggotaan WHO, Salah Satunya Terkait COVID-19

    Alasan AS Tarik Diri dari Keanggotaan WHO, Salah Satunya Terkait COVID-19

    Jakarta

    Presiden Donald Trump menepati janjinya sebelum pemilihan untuk menarik Amerika Serikat dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam salah satu dari banyak perintah yang dikeluarkan setelah pelantikannya, ia mengumumkan dimulainya proses penghentian keanggotaan AS di badan PBB yang mengawasi masalah kesehatan global tersebut.

    Kekecewaan Trump terhadap WHO bermula dari puncak era COVID-19. Ia berulang kali mengkritik organisasi tersebut karena terlalu lambat menanggapi pandemi dan “dimiliki dan dikendalikan oleh China.”

    Melalui laman White House, Trump menyatakan AS sempat menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 karena kesalahan penanganan organisasi tersebut terhadap pandemi COVID-19 yang muncul dari Wuhan, China, dan krisis kesehatan global lainnya. WHO disebut gagal dalam mengadopsi reformasi yang sangat dibutuhkan dan ketidakmampuannya untuk menunjukkan independensi dari pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota WHO.

    “Selain itu, WHO terus menuntut pembayaran yang sangat memberatkan dari Amerika Serikat, jauh dari proporsi pembayaran yang ditetapkan oleh negara-negara lain. China, dengan populasi 1,4 miliar, memiliki 300 persen populasi Amerika Serikat, tetapi memberikan kontribusi hampir 90 persen lebih sedikit kepada WHO,” tulis pernyataan tersebut.

    Butuh waktu satu tahun agar janji Trump menjadi resmi. Itulah jangka waktu yang ditetapkan AS untuk penarikan di masa mendatang saat bergabung dengan badan kesehatan global tersebut pada tahun 1948.

    Pada masa jabatan pertama Trump, ia sempat menghentikan pendanaan untuk WHO dan memulai proses penarikan. Namun sebelum batas waktu satu tahun tercapai, Biden menjabat dan segera mengubah arah.

    Dikutip dari laman NPR, konsekuensi dari pengumuman ini bagi WHO sangat signifikan. Mereka bisa dibilang akan kehilangan anggota terpenting mereka dan sejauh ini merupakan donor terbesar. AS memberikan sekitar USD 1,284 miliar kepada WHO selama tahun 2022 dan 2023, ratusan juta dolar lebih banyak daripada Jerman, donor kedua.

    Para pengkritik Trump percaya bahwa AS juga akan menghadapi konsekuensi. WHO memantau ancaman kesehatan global, mengevaluasi vaksin dan pengobatan baru, mengoordinasikan respons terhadap krisis kesehatan yang muncul serta masalah yang sedang berlangsung dan memberikan dukungan ahli kepada negara-negara, terutama ketika mereka menghadapi keadaan darurat kesehatan.

    AS disebut akan kehilangan akses mudah ke data penting tentang wabah dan posisi di meja perundingan ketika standar kesehatan ditetapkan dan respons penyakit diputuskan.

    “Ini adalah keputusan yang paling dahsyat,” kata Lawrence Gostin, profesor hukum kesehatan global di Universitas Georgetown dan direktur Pusat Hukum Kesehatan Global WHO.

    “[Ini] adalah luka parah bagi kepentingan nasional Amerika dan keamanan nasional kita. Ini benar-benar akan membuat badan-badan kita seperti CDC [Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit] dan NIH [Institut Kesehatan Nasional] menjadi buta,” tegasnya.

    (kna/kna)

  • Trump Dilantik, PM Prancis Mendadak Ketar Ketir, Berikut Komentarnya

    Trump Dilantik, PM Prancis Mendadak Ketar Ketir, Berikut Komentarnya

    GELORA.CO – Donald Trump kembali dilantik menjadi presiden Amerika Serikat. Orang nomor wahid di Amerika itu menjadi perhatian banyak negara karena kontroversinya seperti hendak mencaplok Greenland dan Kanada. Juga akan meningkatkan tarif dan berbagai kontribusi negara untuk meningkatkan pendapatan Amerika.

    Rencana Trump yang demikian membuat sejumlah petinggi negara ketar ketir. Perdana Menteri Perancis Francois Bayrou salah satunya. Dia mengatakan, Prancis dan Uni Eropa akan “hancur” jika kebijakan Donald Trump berjalan.

    “Amerika Serikat memutuskan untuk menerapkan kebijakan yang sangat dominan melalui dolar, melalui kebijakan industri, dan melalui penyitaan semua penelitian dan investasi,” tambah Bayrou. Ia menambahkan: “Jika kita tidak berbuat apa-apa, kita akan didominasi, dihancurkan dan dipinggirkan… Terserah pada kita, Prancis dan Eropa, harus mengambil kembali kendali,” sebagaimana diberitakan AFP.

    Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot sudah mewanti-wanti bahwa “jika kepentingan kami dirugikan, kami akan memberikan respons.” Menurutnya, kehadiran Donald Trump memimpin Amerika Serikat menandakan badai bagi perdagangan dan hubungan diplomatik Washington dan Uni Eropa.

    Barrow mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Ouest France: “Siapa yang berkepentingan dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Eropa? Amerika mempunyai defisit perdagangan dengan kita, namun justru sebaliknya dalam hal investasi. “Banyak kepentingan dan perusahaan Amerika berlokasi di Eropa.”

    Trump, yang kembali menjadi penghuni Gedung Putih telah mengancam Eropa dengan mengenakan tarif yang sangat ketat. Secara khusus, ia memperkirakan Uni Eropa akan membeli lebih banyak minyak dan gas Amerika, dan mengurangi surplus perdagangannya dengan Amerika Serikat.

    Pengamanan

    Pengamanan luar biasa digelar menjelang pelantikan kedua Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, Senin (20/1). Pelantikan itu menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih setelah absen selama empat tahun.

    Penyesuaian keamanan itu dilakukan menyusul kekhawatiran yang meningkat menyusul dua kali peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Trump, serangan yang terinspirasi terorisme di New Orleans, dan ledakan di Las Vegas.

    Pelantikan kali ini dipindahkan ke Rotunda Capitol karena kekhawatiran cuaca sehingga menjadikannya upacara pelantikan pertama yang diadakan di dalam ruangan sejak 1985.

    Hal itu mengharuskan penyesuaian cepat terhadap protokol keamanan yang ada, dengan badan-badan penegak hukum bekerja untuk memastikan keselamatan presiden terpilih dan para tamu.

    Dinas Rahasia AS memimpin koordinasi sumber daya federal, negara bagian, dan lokal di bawah Presidential Decision Directive 62 dan Presidential Threat Protection Act of 2000, bekerja sama erat dengan berbagai lembaga penegak hukum untuk memastikan pengamanan menyeluruh.

    Wali Kota Washington D.C. Muriel Bowser mengatakan lembaga keselamatan publik telah menghabiskan hampir satu tahun untuk menyusun rencana keamanan komprehensif bersama mitra federal.

    Pengerahan 25.000 personel keamanan

    Acara pelantikan itu ditetapkan sebagai National Special Security Event (NSSE), dengan perimeter keamanan terluas yang pernah dibuat dalam sejarah pelantikan, dengan pemasangan pagar sepanjang 48 kilometer mengelilingi gedung Capitol.

    Sekitar 25.000 personel keamanan, termasuk 7.800 anggota Garda Nasional dan 4.000 petugas Departemen Kepolisian Metropolitan, dikerahkan untuk mengamankan acara yang diperkirakan akan dihadiri oleh 250.000 tamu dengan undangan resmi.

    Bagian signifikan dari pusat kota Washington D.C., mencakup sekitar tiga kilometer dari Gedung Putih ke Capitol, ditutup untuk lalu lintas kendaraan umum.

    Pemeriksaan keamanan ketat dilakukan di sejumlah pos pemeriksaan bagi para tamu yang hadir.

    Polisi Capitol AS melarang keras barang-barang seperti senjata api, bahan peledak, pisau, dan pesawat nirawak (drone) di area Capitol.

    Beberapa stasiun metro akan tetap ditutup sepanjang hari sebagai bagian dari langkah pengamanan, sementara yang lainnya beroperasi dengan pengawasan ketat.

    Transportasi umum mulai dibuka pukul 4.00 pagi waktu setempat (09.00 GMT) dengan ratusan personel keamanan memantau sistem transportasi tersebut.

    Administrasi Penerbangan Federal (FAA) memberlakukan zona larangan terbang dengan radius 30 mil laut (55,5 kilometer) dari ibu kota, termasuk larangan penggunaan drone.

    Pengawasan udara dilakukan oleh sejumlah helikopter badan penegak hukum AS sepanjang acara berlangsung.

    Penjaga Pantai AS juga meningkatkan keamanan maritim secara signifikan dengan mengerahkan lebih dari 300 personel dari Coast Guard Sector Maryland-National Capital Region serta unit lainnya secara nasional untuk memantau dan mengamankan jalur air.

    Operasi keamanan komprehensif ini menjadi salah satu upaya penegakan hukum terkoordinasi terbesar dalam sejarah modern AS. Realitas ini mencerminkan ketegangan dan tantangan keamanan yang meningkat di sekitar acara tersebut.

  • Trump Tiba di Gedung Putih Jelang Pelantikan Presiden AS, Disambut Biden

    Trump Tiba di Gedung Putih Jelang Pelantikan Presiden AS, Disambut Biden

    Jakarta

    Presiden terpilih Donald Trump dan istrinya, Melania Trump, tiba di Gedung Putih usai kebaktian di Gereja St John, Washington D.C. Trump disambut langsung oleh Presiden Joe Biden dan ibu negara Jill Biden.

    Dilansir CNN, Senin (20/1/2025), setelah kebaktian pagi di gereja, presiden terpilih dan wakil presiden terpilih beserta masing-masing pasangan mereka biasanya mengunjungi Gedung Putih. Mereka akan bertemu dengan presiden dan wakil presiden yang masih menjabat.

    Tahun ini, Biden dan Trump, bersama pasangan mereka, diharapkan minum teh bersama di Gedung Putih. Secara tradisi, presiden yang akan lengser kemudian menemani presiden terpilih ke US Capitol untuk upacara pelantikan.

    Sementara itu, beberapa saat yang lalu, Wakil Presiden Kamala Harris dan asisten Doug Emhoff juga menyambut Wakil Presiden terpilih JD Vance dan istrinya Usha Vance di Gedung Putih setelah kebaktian di Gereja Episkopal St. John.

    Sebagai informasi, pada 2021 lalu, Trump sempat mengabaikan Biden dan tidak melanjutkan tradisi mengundang presiden terpilih ke Gedung Putih. Padahal, tradisi seperti ini sudah dimulai sejak tahun 1837 dengan Martin Van Buren dan Andrew Jackson.

    (maa/taa)