Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Merespons Rencana Trump, Presiden Palestina Mahmoud Abbas Tolak Keras Upaya AS Ambil Alih Jalur Gaza – Halaman all

    Merespons Rencana Trump, Presiden Palestina Mahmoud Abbas Tolak Keras Upaya AS Ambil Alih Jalur Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak keras usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk “mengambil alih” dan “memiliki” Jalur Gaza.

    Penolakan keras Presiden Palestina itu sebagaimana disampaikan oleh kantor Mahmoud Abbas dalam sebuah pernyataan, Rabu (5/2/2025).

    “Presiden Mahmoud Abbas dan para pemimpin Palestina menyatakan penolakan keras mereka terhadap seruan untuk merebut Jalur Gaza dan mengusir warga Palestina dari tanah air mereka,” kata kantor Abbas, seraya menambahkan bahwa “hak-hak Palestina yang sah tidak dapat dinegosiasikan.”

    Saat membacakan pernyataan di televisi publik Palestina, juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeina, menekankan bahwa Jalur Gaza “merupakan bagian integral dari Negara Palestina.”

    Organisasi Pembebasan Palestina, aliansi faksi yang dipimpin oleh Abbas, juga mengecam usulan Trump untuk merelokasi warga Gaza ke Mesir atau Yordania.

    “Menolak semua seruan untuk memindahkan warga Palestina dari Tanah Air mereka,” kata sekretaris jenderalnya, Hussein al-Sheikh.

    Kata Utusan Palestina untuk PBB

    Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, juga menanggapi rencana Donald Trump tersebut.

    “Para pemimpin dunia dan rakyat harus menghormati keinginan Palestina untuk tetap tinggal di Gaza,” katanya, Selasa (4/2/2025), dilansir Arab News.

    “Tanah Air kami adalah Tanah Air kami, jika sebagian darinya hancur, Jalur Gaza, rakyat Palestina memilih untuk kembali ke sana,” tegas Riyad Mansour.

    “Dan saya pikir para pemimpin dan rakyat harus menghormati keinginan rakyat Palestina,” lanjutnya.

    Di PBB, Mansour tidak menyebut nama Trump tetapi tampaknya menolak usulan Presiden AS tersebut.

    “Negara dan rumah kami adalah Jalur Gaza, itu bagian dari Palestina,” katanya.

    “Kami tidak punya rumah. Bagi mereka yang ingin mengirim mereka ke tempat yang bahagia dan menyenangkan, biarkan mereka kembali ke rumah asal mereka di dalam Israel, ada tempat-tempat bagus di sana, dan mereka akan senang untuk kembali ke tempat-tempat ini,” paparnya.

    Pada hari Selasa, Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

    Pemimpin AS tersebut mengatakan bahwa ia yakin warga Palestina harus meninggalkan Gaza setelah serangan Israel yang telah menghancurkan wilayah tersebut dan membuat sebagian besarnya hancur menjadi puing-puing.

    Berbicara menjelang pertemuan tersebut, Trump mengatakan bahwa ia menginginkan solusi yang melihat “daerah yang indah untuk memukimkan kembali orang-orang secara permanen di rumah-rumah yang bagus di mana mereka dapat merasa bahagia.”

    Respons Hamas

    Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan pernyataan Donald Trump tentang pengambilalihan Jalur Gaza adalah konyol dan tidak masuk akal, serta dapat mengganggu stabilitas Timur Tengah.

    “Pernyataan Trump tentang keinginannya untuk menguasai Gaza adalah konyol dan tidak masuk akal, dan ide-ide semacam ini dapat memicu kerusuhan di kawasan tersebut,” kata Abu Zuhri kepada Reuters, Rabu (5/2/2025).

    Sementara itu, Hamas siap untuk menjalin kontak dan mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan Donald Trump.

    Hal ini sebagaimana diberitakan kantor berita negara Rusia RIA mengutip seorang pejabat senior Hamas dalam pernyataan yang diterbitkan pada Rabu pagi.

    “Kami siap untuk melakukan kontak dan pembicaraan dengan pemerintahan Trump,” lapor RIA mengutip pernyataan anggota senior Politbiro Hamas, Mousa Abu Marzouk.

    “Di masa lalu, kami tidak keberatan dengan kontak dengan pemerintahan (mantan Presiden AS Joe) Biden, Trump atau pemerintahan AS lainnya, dan kami terbuka untuk berunding dengan semua pihak internasional,” jelasnya.

    Tidak jelas kapan RIA mewawancarai Marzouk, yang mengunjungi Moskow pada Senin (3/2/2025), untuk mengadakan pembicaraan dengan kementerian luar negeri Rusia.

    MASA DEPAN GAZA – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025), menampilkan Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers bersama PM Israel Benjamin Netanyahu setelah pertemuan mereka di Gedung Putih pada Selasa (4/2/2025). Dalam pengumuman yang mengejutkan, Trump mengatakan AS akan mengambil alih dan memiliki Jalur Gaza. (Tangkapan layar YouTube White House)

    Marzouk mengatakan kepada RIA, pembicaraan dengan AS telah menjadi semacam kebutuhan bagi Hamas, mengingat Washington merupakan pemain kunci di Timur Tengah.

    “Itulah sebabnya kami menyambut baik perundingan dengan Amerika dan tidak keberatan dengan masalah ini,” tambahnya.

    Diketahui, perang di Gaza meletus setelah serangan kelompok bersenjata Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan kematian 1.210 orang di pihak Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

    Respons pembalasan Israel telah menewaskan sebanyak 47.518 orang di Gaza, mayoritas warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas itu.

    PBB menganggap angka-angka ini dapat diandalkan.

    PBB mengatakan lebih dari 1,9 juta orang — atau 90 persen dari populasi Gaza — telah mengungsi akibat serangan Israel, dengan kampanye pengeboman telah meratakan sebagian besar bangunan di wilayah itu, termasuk sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur sipil dasar.

    Dimulainya kesepakatan gencatan senjata, yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan Hamas dan tahanan yang ditahan Israel pada 19 Januari 2025, membuat warga Palestina bersuka cita, dengan banyak yang kembali ke rumah yang tidak lagi layak huni.

    Dikutip dari Al Jazeera, Presiden AS Donald Trump mengatakan dia ingin AS mengambil alih Jalur Gaza yang hancur akibat perang setelah warga Palestina mengungsi ke negara-negara tetangga, dan mengembangkan wilayah tersebut sehingga “masyarakat dunia” akan tinggal di sana.

    Trump juga mengatakan kepada wartawan, AS telah menarik diri “dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang anti-Semit dan mengakhiri semua dukungan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA)”.

    Sepanjang hari, Trump memicu kontroversi dengan menyarankan warga Palestina akan “senang meninggalkan” Gaza, yang memicu ketakutan, ia akan mendukung kampanye pembersihan etnis.

    Hamas merilis pernyataan sebagai tanggapan terhadap Trump, dengan mengatakan bahwa rencananya adalah “resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di wilayah tersebut. Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini terlaksana”.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di Washington, DC, untuk mengecam kunjungan Netanyahu, menuduh Trump mengundang “penjahat perang” ke Gedung Putih.

    Netanyahu menggambarkan Trump sebagai “sahabat terbaik Israel di Gedung Putih” dan memujinya atas “keinginannya untuk berpikir di luar kotak”.

    Arab Saudi mengatakan dukungannya terhadap pembentukan negara Palestina tidak tergoyahkan dan menolak segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.

    Komentar Trump juga menuai kecaman dari kelompok hak asasi manusia dan anggota parlemen AS, termasuk Anggota Kongres Rashida Tlaib, yang menuduhnya “secara terbuka menyerukan pembersihan etnis”.

    Tim penyelamat telah menemukan mayat 19 warga Palestina di kuburan massal yang ditemukan di Jalan al-Thawra, di Kota Gaza di utara Jalur Gaza.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Bisa-bisanya Trump Klaim Warga Palestina Akan Senang Dipindah dari Gaza

    Bisa-bisanya Trump Klaim Warga Palestina Akan Senang Dipindah dari Gaza

    Jakarta

    Bisa-bisanya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim warga Palestina akan senang dipindah dari Gaza. Pernyataan itu pun menuai kecaman keras dari kelompok Hamas.

    Pernyataan kontroversial Trump itu disampaikan ketika dia berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat, sebelum bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang berkunjung ke Washington DC untuk membahas isu Timur Tengah, termasuk gencatan senjata Gaza.

    Dalam pernyataannya, Trump mengklaim warga Palestina akan “dengan senang hati meninggalkan Gaza”. Dia juga menyebut warga Gaza tidak memiliki alternatif lain saat ini ketika ditanya wartawan AFP apakah relokasi sama saja dengan menggusur mereka secara paksa.

    “Mereka tidak memiliki alternatif lainnya sekarang,” sebut Trump.

    “Mereka ada di sana karena mereka tidak memiliki alternatif. Apa yang mereka miliki? Saat ini, itu adalah tumpukan puing besar-besaran… Saya rasa mereka akan sangat senang melakukannya. Saya pikir mereka akan dengan senang hati meninggalkan Gaza. Apa itu Gaza?” ucapnya.

    Pernyataan ini disampaikan setelah Trump sebelumnya melontarkan gagasan yang menuai kritikan banyak pihak, yakni “membersihkan” Gaza dan mencetuskan warga Palestina di Jalur Gaza untuk direlokasi ke Mesir atau Yordania.

    Baik Kairo maupun Amman telah menolak mentah-mentah gagasan Trump tersebut. Pada Selasa (4/2) kemarin, para pemimpin Mesir dan Yordania menekankan “perlunya berkomitmen pada posisi persatuan Arab” yang akan membantu mencapai perdamaian.

    Hamas Kecam Keras Trump

    Foto: Donald Trump (Getty Images via AFP/CHIP SOMODEVILLA)

    Kelompok Hamas mengecam keras pernyataan Donald Trump yang mengklaim warga Palestina akan “dengan senang hati” meninggalkan Gaza karena mereka tidak memiliki alternatif lainnya. Hamas menyebut pernyataan semacam itu sebagai “resep untuk menciptakan kekacauan” di Timur Tengah.

    “Kami menganggapnya sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di kawasan. Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini terwujud,” tegas pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam pernyataan seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (5/2).

    “Apa yang diperlukan adalah diakhirinya pendudukan dan agresi terhadap rakyat kami, bukan pengusiran mereka dari tanah mereka,” ujar Zuhri menegaskan.

    Kritikan terhadap Trump juga disampaikan seorang pejabat senior Hamas lainnya, Izzat al-Rishq, yang menegaskan warga Gaza tidak akan menerima skema apa pun yang bertujuan mengusir mereka dari tanah mereka sendiri.

    “Rakyat kami di Gaza telah menggagalkan rencana pengungsian dan deportasi akibat pengeboman selama lebih dari 15 bulan,” kata al-Rishq dalam pernyataannya.

    “Mereka berakar pada tanah mereka dan tidak akan menerima skema apa pun yang bertujuan untuk mengusir mereka dari Tanah Air mereka,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/taa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • ‘Palestina Tidak Dijual’, Warga AS Berdemo Serbu Gedung Putih saat Netanyahu Berkunjung – Halaman all

    ‘Palestina Tidak Dijual’, Warga AS Berdemo Serbu Gedung Putih saat Netanyahu Berkunjung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ratusan pengunjuk rasa berdemonstrasi di depan Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), Selasa (4/2/2025) malam.

    Mereka menolak rencana Presiden AS Donald Trump mengambil alih Jalur Gaza dan menjadikan wilayah itu “milik AS”.

    Aksi demonstrasi itu bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ke Gedung Putih untuk bertemu Trump.

    Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan “merdeka Palestina” dan “Palestina tidak dijual”. Di samping itu, mereka meminta AS untuk berhenti mengirim senjata ke Israel.

    Michael Schritzer, seorang pengunjuk rasa, mengatakan warga AS menolak uang pajak mereka digunakan untuk membunuh rakyat Palestina.

    Dia juga mengecam rencana Trump untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan warga Palestina dari sana. Menurutnya, rencana itu adalah rencana “gila”.

    “Rakyat Palestina tak akan pergi ke mana-mana. Mereka orang pribumi di negeri itu,” katanya kepada Al Jazeera.

    “Berkata bahwa kalian akan akan mengusir masyarakat adalah suatu mentalitas penjajah.”

    Sebelumnya, Trump mengklaim warga Palestina akan meninggalkan Gaza dengan senang hati jika diberi kesempatan.

    Klaim itu menuai kecaman dari negara-negara Arab dan kelompok HAM. Para pengkritik menyebut rencana Trump itu sebagai tindakan pembersihan etnis.

    DONALD TRUMP – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025) menunjukkan Presiden AS menggelar konferensi pers dengan PM Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu (5/2/2025) (White House)

    Sofia Ahmad, seorang pengunjuk rasa lainnya, bahkan mengaku kesusahan mencari kata-kata untuk menggambarkan sikap Trump itu.

    “Bahwa dia (Trump) seorang presiden adalah fakta yang menjijikkan,” kata Sofia.

    “Dia seorang fasis, psikopat, narsisis.”

    Lalu, mengenai Netanyahu, Sofia menegaskan PM Israel itu seorang penjahat yang diburu oleh Mahkamah Pidana Internasional karena dugaan kejahatan perang di Gaza.

    “Washington dipenuhi penjahat perang, tetapi yang paling buruk dari yang terburuk berada di sini, seorang yang menjadi arsitek genosida.”

    Sementara itu, Mohammad Qasim yang berasal dari Gerakan Mudah Palestina mengatakan para pengunjuk rasa marah besar karena Netanyahu diundang ke Gedung Putih.

    “Kini kami di jalanan untuk memprotes dan menjelaskan bahwa dia tidak disambut di kota kami,” kata Qasim.

    “Kami sudah melihat keteguhan dan ketangguhan dan rasa cinta kepada Gaza yang diperlihatkan warga Palestina di Gaza selama 15 hingga 16 bulan terakhir.”

    Dalam aksi unjuk rasa itu para demonstran membawa poster yang menampilkan wajah Netanyahu dan tulisan “dicari”. Mereka juga membawa bendera Palestina.

    Trump ingin AS ambil alih Gaza

    Trump sudah menyampaikan rencana AS untuk menguasai Gaza.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kita akan melakukan pekerjaan dengannya pula. Kita akan memilikinya,” kata Trump, dikutip dari The Times of Israel.

    Trump menyatakan rakyat Palestina tak punya alternatif selain meninggalkan “puing-puing besar” atau Gaza setelah Israel melancarkan serangan selama lebih dari 15 bulan.

    Menurut Trump, rakyat Palestina harus dipindahkan dari “lubang neraka” di Gaza ke negara-negara yang “berhati kemanusiaan”.

    Dia juga pernah meminta Mesir, Yordania, dan negara Arab lainnya agar bersedia menampung lebih banyak warga Gaza. Namun, permintaan itu juga ditolak.

    Sementara itu, Utusan AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan Palestina tak perlu terikat dengan negeri mereka saat ini demi mendapatkan hidup yang lebih baik.

    “Hidup yang lebih baik itu tentang kesempatan yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih baik, aspirasi yang lebih baik untuk kalian dan keluarga kalian,” kata Witkoff.

    “Hal itu tidak bisa terjadi karena kalian mendirikan tenda di Gaza dan kalian dikelilingi oleh 30.000 amunisi yang bisa meledak kapan pun.”

    Witkoff mengklaim Gaza saat ini tak bisa ditinggali dan bahkan tak bisa ditinggal hingga 10 atau 15 tahun mendatang.

    Adapun Trump sudah mengaku akan berupaya membersihkan semua bom di Gaza.

    “Kita akan bertanggung jawab menyingkirkan semua bom berbahaya yang tidak meledak dan senjata lain di tempat itu, menyingkirkan bangunan-bangunan hancur, meratakannya, menciptakan perkembangan ekonomi yang akan menyediakan jumlah pekerjaan dan perumahan yang tak terbatas bagi masyarakat di sana,” kata Trump.

    “Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda. Kalian tak bisa kembali. Jika kalian kembali, akan berakhir seperti yang sudah terjadi selama 100 tahun.”

    Trump menyebut “masyarakat dunia” akan menjadi penduduk yang tinggal di Gaza setelah daerah itu selesai dibangun kembali oleh AS. Menurut Trump, warga Palestina juga bisa menjadi salah satunya.

    (*)

  • Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina    
        Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina

    Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina Menteri Kontroversial Israel Bersumpah ‘Kubur’ Gagasan Negara Palestina

    Tel Aviv

    Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Smotrich bersumpah akan “mengubur secara definitif” gagasan pembentukan negara Palestina, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan gagasan untuk mengambil alih dan menguasai Jalur Gaza.

    Smotrich, seperti dilansir AFP, Rabu (5/2/2025), menyebut gagasan Trump itu sebagai “jawaban sebenarnya” terhadap serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza.

    “Rencana yang disampaikan kemarin (Selasa — 4/2) oleh Presiden Trump adalah jawaban sebenarnya terhadap 7 Oktober,” sebut Smotrich dalam pernyataannya via akun Telegram miliknya.

    “Kami sekarang akan berupaya mengubur secara definitif… gagasan berbahaya tentang negara Palestina,” cetusnya.

    Belum ada tanggapan Otoritas Palestina atas pernyataan tersebut.

    Smotrich, yang memimpin Partai Religius Zionisme yang beraliran ultranasionalis dan merupakan bagian dari pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu ini, gemar menuai kontroversi dengan komentar-komentarnya dalam beberapa bulan terakhir.

    Pada Agustus lalu, dia memicu kemarahan internasional dengan mengatakan bahwa dibenarkan untuk membuat dua juta warga Gaza kelaparan, demi membebaskan sandera-sandera Israel yang ditahan di daerah kantong Palestina tersebut.

    Dia menolak keras kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang dikecamnya sebagai “kesalahan yang sangat serius” dan sama saja “menyerah kepada Hamas”.

    Trump Akan Ambil Alih Gaza, Cetuskan Relokasi Permanen Warganya

    Trump kembali menuai kontroversi ketika secara mengejutkan mencetuskan bahwa AS akan menguasai Jalur Gaza dan mengembangkannya secara ekonomi. Gagasan ini disampaikan Trump dalam konferensi pers bersama Netanyahu yang sedang berkunjung ke Gedung Putih.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan terhadapnya. Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk menjinakkan semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut,” cetus Trump.

    “Meratakan area tersebut, dan membersihkan semua bangunan yang hancur. Meratakannya, menciptakan pembangunan ekonomi,” imbuhnya.

    “Jika diperlukan, kami akan melakukan itu, kami akan mengambil alih area itu, kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah,” sebut Trump.

    “Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang dan saya melihat hal itu membawa stabilitas besar di kawasan Timur Tengah,” kata Trump, yang menyebut dirinya telah membahas hal ini dengan para pemimpin regional dan mereka mendukung gagasan itu.

    Saat ditanya siapa yang akan tinggal di sana nantinya, Trump mengatakan tempat itu bisa menjadi rumah bagi “warga dunia”. Trump tidak menjelaskan lebih lanjut soal mekanisme dan dasar hukum apa yang akan digunakan AS dalam mengambil alih Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Xi Jinping Respons Trump Usir Warga Gaza ke Negara Lain, Teriak Ini

    Xi Jinping Respons Trump Usir Warga Gaza ke Negara Lain, Teriak Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – China menentang “pemindahan paksa” warga Palestina dari Jalur Gaza. Proposal ini sebelumnya diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang juga mengusulkan rencana “mengambil alih” wilayah tersebut di bawah Washington.

    “China selalu menyatakan bahwa pemerintahan Palestina atas warga Palestina adalah prinsip dasar pemerintahan Gaza pascaperang,” tegas pemerintah Presiden Xi Jinping, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian, Rabu (5/2/2025).

    “Kami menentang pemindahan paksa penduduk Gaza,” tambahnya.

    Sebelumnya, Trump mengatakan warga Palestina akan “senang” meninggalkan tanah air mereka yang dilanda perang di Gaza. Mereka, kata dia, pasti bahagia tinggal di tempat lain jika diberi pilihan.

    “Mereka akan senang meninggalkan Gaza,” katanya kepada wartawan saat menandatangani serangkaian inisiatif di Gedung Putih, Selasa, dikutip AFP.

    “Saya kira mereka akan senang,” tambahnya.

    “Saya tidak tahu bagaimana mereka bisa ingin tinggal. Itu adalah lokasi pembongkaran.”

    Ini bukan kali pertama Trump membuat kalimat yang “mengusir” warga Palestina dari Gaza. Sebelumnya, ia menggembar-gemborkan rencana untuk “membersihkan” Gaza, dengan menyerukan warga Palestina untuk pindah ke Mesir atau Yordania.

    Kedua negara tersebut dengan tegas menolak hal ini. Bahkan Selasa para pemimpin Arab menekankan perlunya berkomitmen untuk mencapai perdamaian.

    “Ya, mereka mungkin mengatakan itu, tetapi banyak orang telah mengatakan hal-hal kepada saya,” kata Trump lagi.

    “Jika kita dapat menemukan sebidang tanah yang tepat, atau banyak sebidang tanah, dan membangun tempat-tempat yang benar-benar bagus untuk mereka, pasti ada banyak uang di daerah itu, saya pikir itu akan jauh lebih baik daripada kembali ke Gaza, yang baru saja mengalami kematian selama puluhan tahun,” ujarnya.

    Ia menyinyalir, warga Gaza akan hidup lebih baik di tanah negara lain. Ia pun menyebut pemindahan bisa dibayar oleh negara-negara Arab termasuk Arab Saudi.

    Bendungan Sungai Nil

    Di sisi lain, AS dilaporkan akan menggunakan kasus sengketa Bendungan Nil untuk menekan Mesir agar menerima rencana pemindahan paksa warga Palestina di Gaza. Hal ini terkuak setelah kunjungan pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump ke Kairo akhir Januari lalu.

    Laporan The New Arab menyebut seorang pejabat senior pemerintahan Trump mengadakan pertemuan terpisah dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty dan Kepala Intelijen Umum Hassan Rashad.

    Mereka dilaporkan menggelar diskusi terkait rencana pemindahan yang kontroversial dan sengketa yang sedang berlangsung atas Bendungan Grand Renaissance di Ethiopia.

    Menurut sumber, utusan AS tersebut menyatakan bahwa keterlibatan AS dalam menyelesaikan krisis bendungan dapat bergantung pada kerja sama Mesir dalam merelokasi penduduk Gaza ke Mesir dan Yordania. Meskipun mendapat tekanan, pejabat Mesir dengan tegas menolak saran Trump bahwa Gaza harus “dibersihkan” dan dipindahkan ke negara-negara tetangga.

    Pejabat Mesir dilaporkan menyuarakan kekhawatiran atas usulan tersebut. Pihaknya memperingatkan tantangan dan konsekuensinya yang signifikan sambil menekankan kesulitan penerapannya.

    Utusan AS tersebut juga bertemu dengan tokoh masyarakat dan dua pemimpin partai politik untuk menilai sikap Mesir terhadap usulan tersebut. Selain itu, utusan AS tersebut secara terbuka membahas protes tersebut, yang menunjukkan bahwa protes tersebut diorganisir sebagai tanggapan langsung terhadap rencana Amerika.

    (sef/sef)

  • Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza    
        Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza

    Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza Palestina: Pemimpin Dunia Harus Hormati Keinginan Warga Tetap di Gaza

    New York

    Utusan Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Riyad Mansour, mengatakan bahwa para pemimpin dan komunitas dunia seharusnya menghormati keinginan warga Palestina untuk tetap tinggal di Jalur Gaza.

    Pernyataan Mansour itu, seperti dilansir AFP, Rabu (5/2/2025), disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan keyakinannya bahwa penduduk Gaza harus dimukimkan kembali atau direlokasi ke tempat lainnya “secara permanen”.

    Namun Mansour tidak menyebut nama Trump secara langsung dalam pernyataannya.

    “Tanah air kami adalah tanah air kami, jika sebagian hancur, Jalur Gaza, rakyat Palestina telah memilih pilihan untuk kembali ke sana,” ucap Mansour dalam pernyataannya.

    “Dan saya pikir para pemimpin dan masyarakat harus menghormati keinginan rakyat Palestina,” tegasnya.

    Trump bertemu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Selasa (4/2) waktu setempat. Dalam konferensi pers usai pertemuan tersebut, Trump mengatakan dirinya meyakini warga Palestina harus meninggalkan Gaza setelah serangan Israel menghancurkan sebagian besar wilayah itu.

    Sementara dalam pernyataan kepada wartawan sebelum pertemuan dengan Netanyahu, Trump mengatakan dirinya menginginkan solusi yang menyediakan “daerah yang indah untuk memukimkan kembali orang-orang secara permanen di rumah-rumah yang bagus di mana mereka bisa bahagia”.

    Di forum PBB, Mansour tidak menyebut nama Trump, namun tampaknya dia menolak gagasan Presiden AS tersebut.

    “Negara kami dan rumah kami adalah Jalur Gaza, itu bagian dari Palestina,” ucapnya menegaskan.

    “Kami tidak memiliki rumah. Bagi mereka yang ingin mengirimkan mereka ke tempat yang bahagia dan menyenangkan, biarkan mereka kembali ke rumah asli mereka di dalam Israel, ada tempat-tempat yang bagus di sana, dan mereka akan dengan senang hati kembali ke tempat-tempat ini,” ujar Mansour.

    PBB melaporkan bahwa lebih dari 1.9 juta orang — sekitar 90 persen dari total populasi Gaza — terpaksa mengungsi akibat rentetan serangan Israel sejak perang dimulai pada Oktober 2023 lalu. Perang antara Israel dan Hamas meratakan sebagian besar bangunan di Gaza, termasuk sekolah, rumah sakit dan infrastruktur sipil.

    Sejak gencatan senjata terbaru diberlakukan pada 19 Januari lalu, warga Gaza yang mengungsi itu berbondong-bondong kembali ke rumah-rumah mereka, meskipun sudah hancur.

    “Dalam dua hari, dalam waktu beberapa jam, sebanyak 400.000 warga Palestina berjalan kaki kembali ke bagian utara Jalur Gaza. Saya pikir kita harus menghormati pilihan dan keinginan rakyat Palestina, dan rakyat Palestina pada akhir akan mengambil keputusan, tekad mereka,” ucap Mansour.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hamas Buka Suara Trump Sebut AS Bakal Caplok Jalur Gaza

    Hamas Buka Suara Trump Sebut AS Bakal Caplok Jalur Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok Palestina Hamas mengecam pernyataan mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump soal Jalur Gaza, Selasa malam. Hal ini terkait pengambilalihan Jalur Gaza oleh AS dan pemindahan warga Palestina ke negara lain.

    Trump sebelumnya membuat pengumuman tersebut selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, yang ia undang di Gedung Putih untuk berunding. Meski tidak merinci bagaimana ia akan memindahkan lebih dari dua juta warga Palestina atau mengendalikan Gaza, Trump mengatakan akan Gaza menjadi “luar biasa” dengan menyingkirkan bom dan puing-puing serta membangun kembali ekonominya.

    Hamas, yang menguasai wilayah tersebut sejak 2007 menegakkan penolakannya pada proposal Trump. Hamas bahkan men-capnya sebagai ide “rasis” yang bertujuan untuk “melenyapkan” perjuangan Palestina.

    “Sikap rasis Amerika sejalan dengan posisi ekstrem kanan Israel dalam menggusur rakyat kami dan melenyapkan tujuan kami,” kata juru bicara Hamas Abdel Latif al-Qanou dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Rabu (5/2/2025).

    Trump sendiri mengatakan di bawah kendali AS, Gaza akan menjadi “Riviera Timur Tengah”. Ia berujar “kepemilikan jangka panjang” oleh AS, akan menjadikannya Gaza sesuatu yang “sangat luar biasa”.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami juga akan bekerja di sana. Kami akan memilikinya,” kata Trump.

    Trump juga mengatakan akan berkunjung ke Gaza. Namun, ia mengisyaratkan bahwa pembangunan kembali itu tak akan dinikmati warga Palestina.

    “Gaza tidak boleh melalui proses pembangunan kembali dan pendudukan oleh orang-orang yang sama yang telah… tinggal di sana dan meninggal di sana dan menjalani kehidupan yang menyedihkan di sana,” katanya.

    Ini bukan pertama kalinya mantan taipan properti tersebut berbicara tentang wilayah Palestina, di mana ia mengaitkannya dengan bisnis real estat. Di Oktober lalu, ia mengatakan bahwa wilayah itu bisa “lebih baik daripada Monako”.

    (sef/sef)

  • Tolak Gaza Dikuasai AS, Utusan Palestina: Tanah Air Kami Tetaplah Tanah Air Kami – Halaman all

    Tolak Gaza Dikuasai AS, Utusan Palestina: Tanah Air Kami Tetaplah Tanah Air Kami – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Utusan Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Riyad Mansour menolak rencana Amerika Serikat (AS) untuk mengambil alih Jalur Gaza.

    Rencana itu disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump hari Selasa, (4/2/2025), di tengah kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di AS.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kita akan melakukan pekerjaan dengannya pula. Kita akan memilikinya,” kata Trump dikutip dari The Times of Israel.

    Mansour menyebut jutaan warga Gaza tak akan rela tanah airnya dikuasai oleh AS.

    “Tanah air kami tetaplah tanah air kami,” ujar Mansour.

    “Dan saya pikir para pemimpin dan masyarakat harus menghormati keinginan rakyat Palestina.”

    Seperti Mansour, Hamas menolak mentah-mentah gagasan Trump itu.

    “Kami menolak pernyataan Trump yang menyebutkan bahwa rakyat Gaza tak punya pilihan kecuali pergi, dan kami menganggap pernyataan Trump itu sebagai resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di Gaza,” kata Hamas dalam pernyataannya.

    Sebelumnya, Trump menyatakan rakyat Palestina tak punya alternatif selain meninggalkan “puing-puing besar” atau Gaza setelah Israel melancarkan serangan selama lebih dari 15 bulan.

    DONALD TRUMP – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025), memperlihatkan Presiden AS Donald Trump sedang menunjukkan perintah eksekutif di Ruang Oval, Gedung Putih, yang telah ia tandatangani pada Selasa (4/2/2025). (Tangkapan layar YouTube White House)

    Menurut Trump, rakyat Palestina harus dipindahkan dari “lubang neraka” di Gaza ke negara-negara yang “berhati kemanusiaan”.

    Dia juga pernah meminta Mesir, Yordania, dan negara Arab lainnya agar bersedia menampung lebih banyak warga Gaza. Namun, permintaan itu juga ditolak.

    Sementara itu, Utusan AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan Palestina tak perlu terikat dengan negeri mereka saat ini demi mendapatkan hidup yang lebih baik.

    “Hidup yang lebih baik itu tentang kesempatan yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih baik, aspirasi yang lebih baik untuk kalian dan keluarga kalian,” kata Witkoff.

    “Hal itu tidak bisa terjadi karena kalian mendirikan tenda di Gaza dan kalian dikelilingi oleh 30.000 amunisi yang bisa meledak kapan pun.”

    Witkoff mengklaim Gaza saat ini tak bisa ditinggali dan bahkan tak bisa ditinggal hingga 10 atau 15 tahun mendatang.

    Adapun Trump sudah mengaku akan berupaya membersihkan semua bom di Gaza.

    “Kita akan bertanggung jawab menyingkirkan semua bom berbahaya yang tidak meledak dan senjata lain di tempat itu, menyingkirkan bangunan-bangunan hancur, meratakannya, menciptakan perkembangan ekonomi yang akan menyediakan jumlah pekerjaan dan perumahan yang tak terbatas bagi masyarakat di sana,” kata Trump.

    “Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda. Kalian tak bisa kembali. Jika kalian kembali, akan berakhir seperti yang sudah terjadi selama 100 tahun.”

    Trump menyebut “masyarakat dunia” akan menjadi penduduk yang tinggal di Gaza setelah daerah itu selesai dibangun kembali oleh AS. Menurut Trump, warga Palestina juga bisa menjadi salah satunya.

    Dia mengatakan Gaza punya potensi untuk menjadi kawasan Riviera versi Timur Tengah. “Gaza bisa menjadi sesuatu yang sangat hebat.

    Pada bulan Oktober 2024 Trump juga menyebut Gaza nantinya bisa “lebih baik daripada Monako”.

    Ketika ditanya apakah pasukan AS akan dikirim ke Gaza, dia mengatakan hal itu mungkin saja terjadi.

    “Sepanjang menyangkut Gaza, kita akan melakukannya jika diperlukan. Jika itu dibutuhkan, kita akan melakukannya.”

    Sebelumnya, AS di bawah Presiden Joe Biden pernah mengirimkan pasukan ke pantai Gaza. Pasukan itu bertugas membangun pelabuhan darurat untuk keperluan penyaluran bantuan.

    (*)

  • Intelijen AS: Iran Jajaki Cara Lebih Cepat Kembangkan Senjata Nuklir    
        Intelijen AS: Iran Jajaki Cara Lebih Cepat Kembangkan Senjata Nuklir

    Intelijen AS: Iran Jajaki Cara Lebih Cepat Kembangkan Senjata Nuklir Intelijen AS: Iran Jajaki Cara Lebih Cepat Kembangkan Senjata Nuklir

    Washington DC

    Informasi intelijen terbaru Amerika Serikat mengenai program nuklir Iran telah membuat para pejabat Amerika Serikat meyakini bahwa tim rahasia, yang terdiri atas para ilmuwan Teheran, sedang menjajaki pendekatan yang lebih cepat dalam mengembangkan senjata nuklir.

    Informasi intelijen yang dikumpulkan pada bulan-bulan terakhir pemerintahan mantan Presiden Joe Biden itu, seperti dilaporkan New York Times (NYT) dan dilansir Al Arabiya, Rabu (5/2/2025), telah diteruskan kepada tim keamanan nasional Presiden Donald Trump selama masa transisi.

    Menurut sumber para pejabat dan mantan pejabat AS, informasi intelijen itu memperingatkan bahwa para ilmuwan senjata Iran sedang mencari semacam jalan pintas yang memungkinkan mereka mengubah persediaan bahan bakar nuklir mereka, yang terus bertambah, menjadi bom yang bisa digunakan dalam waktu hanya beberapa bulan, bukan satu tahun atau lebih.

    Namun, menurut informasi intelijen tersebut, hal itu hanya akan terwujud jika Teheran memutuskan untuk mengubah pendekatannya saat ini. Iran telah berulang kali menegaskan program nuklirnya bukan untuk tujuan militer.

    AS sejauh ini masih meyakini Iran belum mengambil keputusan untuk mengembangkan senjata nuklir. Namun para pejabat Washington melihat indikasi bahwa Teheran sedang menjajaki cara untuk mencegah potensi serangan AS atau Israel, terutama setelah rentetan kemunduran sejak perang Gaza dimulai.

    Informasi intelijen soal program nuklir Iran itu diperkirakan turut dibahas dalam pembicaraan antara Trump dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang bertemu di Gedung Putih, Washington DC, pada Selasa (4/2) waktu setempat.

    Jika Iran memilih untuk membuat bom nuklir, negara itu dilaporkan dapat memperkaya uranium hingga level senjata — dengan kemurnian 90 persen — hanya dalam beberapa hari. Namun, pengayaan uranium saja tidak cukup.

    Para pejabat AS memperkirakan masih diperlukan waktu sekitar 12 bulan hingga 18 bulan untuk mengembangkan hulu ledak canggih yang mampu dipasang ke dalam sebuah rudal balistik.

    Iran yang menyadari bahwa jangka waktu pengembangan yang panjang telah menjadikan proses itu rentan, diperkirakan sedang mempertimbangkan strategi yang berbeda.

    Para pejabat AS, menurut laporan NYT, meyakini Iran sudah memiliki pengetahuan untuk membuat perangkat nuklir yang lebih sederhana dan model lama — yang bisa dirakit jauh lebih cepat dibandingkan desain yang lebih canggih yang pernah dieksplorasi Teheran.

    Senjata mentah semacam itu, sebut NYT dalam laporannya, tidak cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam sebuah rudal, dan kemungkinan besar kurang dapat diandalkan dibandingkan hulu ledak modern.

    Namun demikian, dikatakan oleh para pejabat AS dalam laporan NYT, senjata mentah semacam itu merupakan jenis perangkat yang bisa diproduksi dengan cepat oleh Teheran, diuji coba dan diumumkan kepada dunia bahwa Iran telah menjadi negara dengan kekuatan nuklir.

    Meskipun perangkat semacam itu akan sulit digunakan untuk melawan Israel, keberadaannya dapat berfungsi sebagai alat pencegah, sehingga membuat calon penyerang Iran berpikir dua kali.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Akan Ambil Alih Jalur Gaza, Hamas: Konyol dan Tidak Masuk Akal, Dapat Memicu Kerusuhan – Halaman all

    AS Akan Ambil Alih Jalur Gaza, Hamas: Konyol dan Tidak Masuk Akal, Dapat Memicu Kerusuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan AS akan mengambil alih kendali Jalur Gaza yang dilanda perang.

    Donald Trump mengklaim AS akan mengembangkan Jalur Gaza secara ekonomi setelah warga Palestina dimukimkan kembali di tempat lain.

    Namun, tindakan tersebut dinilai akan menghancurkan kebijakan AS selama puluhan tahun terhadap konflik Israel-Palestina dan membuat marah negara-negara Arab.

    Pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan pernyataan Donald Trump tentang pengambilalihan Jalur Gaza adalah konyol dan tidak masuk akal, serta dapat mengganggu stabilitas Timur Tengah.

    “Pernyataan Trump tentang keinginannya untuk menguasai Gaza adalah konyol dan tidak masuk akal, dan ide-ide semacam ini dapat memicu kerusuhan di kawasan tersebut,” kata Abu Zuhri kepada Reuters, Rabu (5/2/2025).

    Sementara itu, Hamas siap untuk menjalin kontak dan mengadakan pembicaraan dengan pemerintahan Donald Trump.

    Hal ini sebagaimana diberitakan kantor berita negara Rusia RIA mengutip seorang pejabat senior Hamas dalam pernyataan yang diterbitkan pada Rabu pagi.

    “Kami siap untuk melakukan kontak dan pembicaraan dengan pemerintahan Trump,” lapor RIA mengutip pernyataan anggota senior Politbiro Hamas, Mousa Abu Marzouk.

    “Di masa lalu, kami tidak keberatan dengan kontak dengan pemerintahan (mantan Presiden AS Joe) Biden, Trump atau pemerintahan AS lainnya, dan kami terbuka untuk berunding dengan semua pihak internasional,” jelasnya.

    Tidak jelas kapan RIA mewawancarai Marzouk, yang mengunjungi Moskow pada Senin (3/2/2025), untuk mengadakan pembicaraan dengan kementerian luar negeri Rusia.

    Marzouk mengatakan kepada RIA, pembicaraan dengan AS telah menjadi semacam kebutuhan bagi Hamas, mengingat Washington merupakan pemain kunci di Timur Tengah.

    “Itulah sebabnya kami menyambut baik perundingan dengan Amerika dan tidak keberatan dengan masalah ini,” tambahnya.

    Pernyataan Trump

    Pada Selasa (4/2/2025), Donald Trump berjanji, AS akan mengambil alih Jalur Gaza yang hancur akibat perang setelah warga Palestina dipindahkan ke tempat lain dan mengembangkannya secara ekonomi.

    Trump juga berencana untuk mengunjungi Gaza, Israel, dan Arab Saudi selama perjalanan mendatang ke Timur Tengah.

    “Saya cinta Israel. Saya akan berkunjung ke sana, saya akan mengunjungi Gaza, saya akan mengunjungi Arab Saudi, dan saya akan mengunjungi tempat-tempat lain di seluruh Timur Tengah,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, tanpa menyebutkan jadwalnya, dilansir Arab News.

    Diketahui, Trump mengungkap rencananya yang mengejutkan, tanpa memberikan rincian, pada konferensi pers bersama pada Selasa, dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sedang berkunjung ke AS.

    “AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana,” kata Trump kepada wartawan.

    “Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi itu.”

    “Jika diperlukan, kami akan melakukannya, kami akan mengambil alih bagian itu, kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan dan ribuan lapangan pekerjaan, dan itu akan menjadi sesuatu yang bisa membuat seluruh Timur Tengah bangga,” lanjut Trump.

    “Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang dan saya melihatnya membawa stabilitas besar ke bagian Timur Tengah tersebut,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia telah berbicara dengan para pemimpin regional dan mereka mendukung gagasan tersebut.

    Di sisi lain, Pemerintah Saudi, dalam sebuah pernyataan, menegaskan penolakannya terhadap segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka dan mengatakan tidak akan menjalin hubungan dengan Israel tanpa berdirinya negara Palestina.

    MASA DEPAN GAZA – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025), menampilkan Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers bersama PM Israel Benjamin Netanyahu setelah pertemuan mereka di Gedung Putih pada Selasa (4/2/2025). Dalam pengumuman yang mengejutkan, Trump mengatakan AS akan mengambil alih dan memiliki Jalur Gaza. (Tangkapan layar YouTube White House)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dikutip dari Al Jazeera, Presiden AS Donald Trump mengatakan dia ingin AS mengambil alih Jalur Gaza yang hancur akibat perang setelah warga Palestina mengungsi ke negara-negara tetangga, dan mengembangkan wilayah tersebut sehingga “masyarakat dunia” akan tinggal di sana.

    Trump juga mengatakan kepada wartawan, AS telah menarik diri “dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang anti-Semit dan mengakhiri semua dukungan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA)”.

    Sepanjang hari, Trump memicu kontroversi dengan menyarankan warga Palestina akan “senang meninggalkan” Gaza, yang memicu ketakutan, ia akan mendukung kampanye pembersihan etnis.

    Hamas merilis pernyataan sebagai tanggapan terhadap Trump, dengan mengatakan bahwa rencananya adalah “resep untuk menciptakan kekacauan dan ketegangan di wilayah tersebut. Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini terlaksana”.

    Para pengunjuk rasa berkumpul di Washington, DC, untuk mengecam kunjungan Netanyahu, menuduh Trump mengundang “penjahat perang” ke Gedung Putih.

    Netanyahu menggambarkan Trump sebagai “sahabat terbaik Israel di Gedung Putih” dan memujinya atas “keinginannya untuk berpikir di luar kotak”.

    Arab Saudi mengatakan dukungannya terhadap pembentukan negara Palestina tidak tergoyahkan dan menolak segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.

    Komentar Trump juga menuai kecaman dari kelompok hak asasi manusia dan anggota parlemen AS, termasuk Anggota Kongres Rashida Tlaib, yang menuduhnya “secara terbuka menyerukan pembersihan etnis”.

    Tim penyelamat telah menemukan mayat 19 warga Palestina di kuburan massal yang ditemukan di Jalan al-Thawra, di Kota Gaza di utara Jalur Gaza.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 61.700 orang, menurut jumlah korban yang direvisi oleh Kantor Media Pemerintah Gaza, yang menyatakan ribuan orang yang hilang kini diduga tewas.

    Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel