Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Trump Minta MA Pecat Kepala Badan yang Lindungi Pegawai Federal

    Trump Minta MA Pecat Kepala Badan yang Lindungi Pegawai Federal

    Washington DC

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Mahkamah Agung (MA) untuk memecat kepala badan AS yang melindungi para pegawai federal dan whistleblower di negara tersebut.

    Ini menjadi momen pertama kalinya Trump melibatkan pengadilan yang didominasi kaum konservatif ketika upayanya memangkas pengeluaran pemerintah dan membubarkan badan-badan federal mendapat tantangan hukum. Demikian seperti dilansir AFP, Senin (17/2/2025).

    Gedung Putih memecat Hampton Dellinger dari jabatannya sebagai Kepala Kantor Penasihat Khusus AS pada 7 Februari lalu. Namun Dellinger menggugat Trump secara hukum dan pengadilan distrik AS telah memerintahkan agar dia dikembalikan pada jabatannya tersebut.

    Pengadilan Banding AS, pada Sabtu (15/2) waktu setempat, menolak permintaan pemerintahan Trump untuk membatalkan putusan pengadilan distrik itu.

    Langkah selanjutnya yang ditempuh pemerintahan Trump adalah mengajukan banding darurat ke Mahkamah Agung terkait hal tersebut pada Minggu (16/2) waktu setempat.

    Menurut salinan dokumen yang dipublikasikan secara online oleh sejumlah surat kabar AS, pemerintahan Trump berargumen bahwa putusan pengadilan sebelumnya merupakan “serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pemisahan kekuasaan yang memerlukan penyelesaian segera”.

    “Sampai saat ini, sejauh yang kami ketahui, tidak ada pengadilan dalam sejarah Amerika yang memberikan perintah untuk memaksa Presiden mempertahankan seorang kepala badan yang menurut Presiden tidak seharusnya dipercayai dengan kekuasaan eksekutif dan untuk mencegah Presiden mengandalkan penggantinya,” sebut dokumen permohonan banding yang diajukan pemerintahan Trump.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Dokumen itu juga memperingatkan bahwa intervensi pengadilan di New York “mencontohkan tren yang lebih luas dan berlangsung selama berminggu-minggu”, dan menyatakan bahwa Mahkamah Agung seharusnya “tidak membiarkan lembaga peradilan memerintah dengan perintah sementara dan menggantikan akuntabilitas politik yang ditetapkan oleh Konstitusi”.

    Trump yang memulai masa jabatan keduanya bulan lalu, telah meluncurkan kampanye yang dipimpin oleh sekutu dan donatur utamanya, miliarder Elon Musk, untuk merampingkan atau membongkar sebagian besar pemerintahan AS.

    Namun dia menghadapi penolakan yang semakin besar dari pengadilan AS, dengan sekitar belasan perintah pengadilan dikeluarkan terhadap pemerintahannya dari sekitar 50 gugatan hukum yang diajukan terkait kebijakannya itu.

    Hal ini mencakup upaya untuk membekukan dana hibah federal dan pinjaman pemerintah sebesar US$ 3 triliun, penundaan program pengunduran diri pegawai pemerintah, dan rencana pemindahan narapidana perempuan transgender ke penjara untuk laki-laki.

    Trump juga berselisih dengan hakim AS atas kebijakannya menghapus hak kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, pengiriman migran Venezuela ke Teluk Guantanamo, pemotongan dana untuk Institut Kesehatan Nasional, dan cuti administrasi bagi para pekerja Badan Pembangunan Internasional AS atau USAID.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bisakah China Gantikan AS sebagai Pemimpin Dunia?

    Bisakah China Gantikan AS sebagai Pemimpin Dunia?

    Jakarta

    Kehadiran Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance minggu lalu di Munich Security Conference (MSC) tahun ini menarik begitu banyak perhatian dan menjadi sorotan internasional, terutama dari para pemimpin Eropa.

    Kembalinya Presiden AS Donald Trump ke Gedung Putih membuat para pemimpin negara-negara Uni Eropa cukup gelisah, dan ketidakpastian begitu terasa dalam konferensi tahun ini. Oleh karena itu, semua mata kini tertuju pada Vance untuk melihat bagaimana ia akan meredakan kekhawatiran itu.

    Namun, pidato Vance di Konferensi Keamanan München pada Jumat (14/02) pekan lalu itu justru memperburuk keadaan. Kritik tajamnya terhadap Eropa membuat banyak peserta kesal.

    Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius bahkan menyebut pernyataan Vance itu “tidak dapat diterima.” Komentar Vance tentang perang Rusia-Ukraina juga membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, “hubungan yang terjalin selama puluhan tahun antara Eropa dan AS kini harus berakhir.”

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, yang juga berbicara di Konferensi Keamanan München itu menyampaikan pidatonya dengan lebih ramah dan bersahabat, saat merujuk Eropa. Ia mengatakan, negaranya melihat Eropa sebagai mitra bukan pesaing, dan menawarkan untuk memainkan “peran konstruktif” dalam dialog perdamaian Ukraina-Rusia.

    Wang Yi mengatakan kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz bahwa Cina siap memperdalam “kerja sama secara utuh” dengan Jerman sebagai bagian dari upaya bilateral positif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas global.

    Kesempatan bagi Cina

    Sementara AS menarik diri dari forum dan perjanjian internasional serta mengancam untuk keluar dari NATO di bawah kepemimpinan Trump, Cina tampaknya justru semakin aktif terlibat dalam urusan global.

    Apakah ini berarti Beijing siap menggantikan Washington sebagai pemimpin global?

    “Tidak diragukan lagi bahwa sebagai kekuatan yang sedang naik daun, Cina ingin menjadi yang terbaik,” kata Graham Allison, profesor politik internasional di Universitas Harvard dan pakar Cina, kepada DW di sela-sela Konferensi Keamanan München.

    “Jika AS menarik diri dari perjanjian dagang, negara-negara yang menginginkan perjanjian dagang agar berkembang secara ekonomi, misalnya Cina, akan mengisi kekosongan ini,” tambahnya.

    Allison menegaskan, jika Trump terus meninggalkan badan-badan internasional, “Cina akan menjadi juaranya. Presiden Cina Xi Jinping telah melihat ada banyak peluang di luar sana, dan jika AS memainkan kartunya dengan buruk, itu memudahkan Beijing untuk lebih sukses.”

    Cina telah berinvestasi secara besar-besaran di banyak bagian dunia, termasuk Asia dan Afrika, yang meningkatkan pengaruhnya di kawasan-kawasan itu dalam beberapa dekade terakhir. Baik itu di Afganistan maupun Timur Tengah, Cina telah menggunakan pengaruhnya untuk menengahi konflik-konflik di sana.

    Bisakah Eropa dan Cina jadi lebih erat?

    Yao Yang, direktur Pusat Riset Ekonomi Cina di Universitas Peking, mengatakan kepada DW bahwa Eropa perlu mengadopsi kebijakan independen terhadap Cina, jika ingin menjalin hubungan yang lebih erat.

    “Jika AS (di bawah kepemimpinan Trump) ingin memberi lebih banyak prioritas pada masalah domestiknya, maka Eropa seharusnya melakukan hal yang sama,” kata Yao. “Eropa harus melakukannya untuk pertahanan, keamanan, dan kebijakan luar negeri mereka. Ada banyak ruang bagi Cina dan Eropa untuk berkolaborasi.”

    Namun, hubungan erat Cina dengan Rusia bisa menjadi hambatan. Beijing baru-baru ini menyambut langkah Trump untuk menjalin kontak dengan rekannya, Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk mengakhiri perang di Ukraina dan mengatakan bahwa Cina siap memainkan perannya.

    “Cina ingin mempresentasikan dirinya sebagai pembawa perdamaian, bahwa mereka tidak mendukung perang, dan mereka ingin terlibat dalam upaya menghentikan perang,” menurut Allison.

    Yao juga meyakini bahwa mengakhiri perang Rusia di Ukraina adalah kepentingan ekonomi Cina. “Cina berdagang dengan Rusia dan Ukraina. Jadi Beijing pasti ingin mendorong perdamaian di wilayah itu,” tegasnya.

    Namun, agar Eropa dapat mempercayai Cina, akan sangat penting jika Presiden Xi tidak mendukung kesepakatan yang bertentangan dengan kepentingannya sendiri.

    Wang Yi juga berusaha meyakinkan para pemimpin Eropa di München bahwa Cina dapat dipercaya, dan perdamaian di Ukraina bisa tercapai jika semua pihak yang terlibat berpartisipasi dalam negosiasi.

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Cuaca Buruk Melanda AS, Banjir Bandang Tewaskan 8 Orang hingga Ancaman Badai Salju dan Tornado

    Cuaca Buruk Melanda AS, Banjir Bandang Tewaskan 8 Orang hingga Ancaman Badai Salju dan Tornado

    PIKIRAN RAKYAT – Hujan lebat dan banjir bandang melanda AS bagian Tenggara, sedangkan sebagian besar wilayah Timur negara itu mengalami cuaca buruk. Setidaknya sembilan orang dipastikan tewas akibat badai tersebut.

    Wilayah Kentucky mencatat jumlah korban tewas tertinggi pada Minggu, 16 Februari 2025 waktu setempat. Gubernur Andy Beshear mengonfirmasi sedikitnya delapan korban tewas terkait badai, termasuk seorang ibu dan seorang anak berusia 7 tahun yang berada di dalam mobil yang terjebak di air tinggi. Pada konferensi pers, Beshear mengatakan ia yakin jumlah korban akan bertambah.

    “Jadi, teman-teman, jangan berada di jalan sekarang dan tetaplah hidup,” katanya.

    “Ini adalah fase pencarian dan penyelamatan, dan saya sangat bangga dengan semua warga Kentucky yang berada di luar sana, mempertaruhkan nyawa mereka,” ia menambahkan.

    Dampak Badai di Tenggara AS

    Beshear mengatakan telah ada 1.000 penyelamatan di seluruh negara bagian sejak badai dimulai pada hari Sabtu. Badai tersebut memutus aliran listrik ke sekitar 39.000 rumah, tetapi Beshear memperingatkan bahwa angin kencang di beberapa daerah dapat memperparah pemadaman listrik.

    Seorang pria berusia 73 tahun ditemukan tewas di tengah banjir di Clay County, Kentucky. Wakil Direktur Manajemen Darurat Clay County Revelle Berry mengonfirmasi kematian tersebut tetapi tidak memberikan rincian tambahan.

    Departemen Perikanan dan Satwa Liar Kentucky mengatakan ada penyelidikan atas kematian tersebut dan operasi penyelamatan sedang berlangsung di Hart County. Stasiun tersebut melaporkan seorang remaja meninggal dan korban kedua hilang dalam banjir Sabtu malam. Departemen Perikanan dan Satwa Liar dan Kantor Sheriff Hart County tidak segera menanggapi permintaan informasi lebih lanjut.

    Air merendam mobil dan bangunan di Kentucky dan tanah longsor memblokir jalan-jalan di Virginia. Kedua negara bagian tersebut berada di bawah peringatan banjir, bersama dengan Tennessee dan Arkansas. Layanan Cuaca Nasional memperingatkan warga untuk tidak berada di jalan.

    Orang kesembilan ditemukan tewas di Atlanta, Georgia setelah angin kencang menumbangkan pohon yang kemudian menabrak rumah pria itu. Pohon menimpa kamar tidur pria itu saat ia sedang berbaring di tempat tidur, dan ia meninggal karena luka-lukanya.

    Badai Salju hingga Tornado

    Peramal cuaca juga meramalkan badai salju akhir pekan di Timur Laut AS dan ancaman tornado di Lembah Mississippi. Badan Manajemen Darurat Mississippi mengonfirmasi dua tornado menghantam negara bagian itu minggu lalu, melukai dua orang dan merusak sedikitnya 53 rumah dan 6 bisnis.

    Gubernur Virginia Barat Patrick Morrisey mengeluarkan keadaan darurat di 10 daerah selatan karena hujan lebat dan banjir, yang memungkinkan negara bagian itu menggunakan sumber dayanya untuk membantu pemerintah daerah.

    Kentucky, Tennessee, Virginia Barat, dan Arkansas berada di bawah peringatan banjir, dan penduduk diperingatkan oleh Layanan Cuaca Nasional untuk tidak berada di jalan. Beberapa bagian Kentucky barat menghadapi hujan lebat.

    Beshear secara preemptif mengumumkan keadaan darurat di Kentucky. Banjir bandang melanda beberapa jalan di Bowling Green.

    “Kami ingin menempatkan aset secara khusus di tempat-tempat yang banjir dan pernah banjir di masa lalu,” kata Beshear di media sosial.

    Beshear kemudian menggunakan media sosial untuk memberi tahu warga tentang daerah-daerah yang terancam banjir, termasuk Jackson County, dan mengatakan petugas Kepolisian Negara Bagian Kentucky sedang melakukan pemeriksaan kesehatan sementara tempat penampungan dibuka di Pike County dan Jenny Wiley State Resort Park di Prestonsburg.

    Beshear mengatakan dalam sebuah unggahan Sabtu malam bahwa ia telah menulis surat ke Gedung Putih untuk meminta deklarasi bencana darurat dan dana federal untuk daerah-daerah yang terkena dampak.

    Banjir bandang juga diprediksi terjadi di lembah Mississippi, Tennessee, dan Ohio. Di Tennessee, peringatan banjir bandang dikeluarkan untuk sebagian besar wilayah tengah negara bagian tersebut hingga malam hari.

    Layanan Cuaca Nasional AS menyebut hujan yang diperkirakan akan turun sebagai peristiwa banjir bandang besar yang berpotensi bersejarah.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Ukraina Tak Diundang AS dan Rusia dalam Perundingan Perdamaian

    Ukraina Tak Diundang AS dan Rusia dalam Perundingan Perdamaian

    Jakarta

    Kyiv tidak diundang dalam pembicaraan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia mengenai perang di Ukraina. Perundingan ini hanya dilakukan pihak AS dan Rusia.

    Dilansir BBC, Senin (17/2/2025), informasi ini disampaikan oleh sumber di pemerintahan Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya sudah memperingatkan AS agar Ukraina dilibatkan dalam perundingan perdamaian.

    Utusan Khusus AS untuk Ukraina Keith Kellog mengatakan Kyiv akan terlibat dalam pembicaraan hari Senin di Arab Saudi, namun sumber tersebut mengatakan tidak ada delegasi yang akan hadir.

    Para pemimpin Eropa juga belum diminta untuk bergabung dalam diskusi tersebut, dan malah akan bertemu pada Senin di Paris pada pertemuan puncak yang diatur secara tergesa-gesa oleh Presiden Perancis, karena khawatir benua tersebut tidak bisa ikut dalam perundingan.

    Pertemuan terpisah tersebut dilakukan setelah minggu yang penuh gejolak di mana Washington mengisyaratkan perubahan drastis dalam pendekatannya terhadap perang di Ukraina.

    Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah Steve Witkoff membenarkan bahwa dia melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk bicara tatap muka pertama antara as dan Rusia. Pertemuan itu untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

    Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengungkapkan Witkoff sudah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin “untuk jangka waktu yang sangat lama, sekitar tiga jam”.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz juga akan bertemu dengan perunding Rusia di Arab Saudi, kurang dari seminggu setelah Trump melakukan panggilan telepon dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin. Percakapan telepon ini mengakhiri pembekuan kontak langsung antara Moskow dan Washington selama tiga tahun.

    Zelensky diketahui telah berulang kali menolak menerima perjanjian perdamaian yang dinegosiasikan tanpa Ukraina. Zelensky mengatakan kepada jaringan televisi AS NBC bahwa ia “tidak akan pernah menerima keputusan apa pun antara Amerika Serikat dan Rusia mengenai Ukraina, tidak akan pernah”.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump-Putin ‘Main Belakang’ di Perang Ukraina, Eropa Uring-uringan

    Trump-Putin ‘Main Belakang’ di Perang Ukraina, Eropa Uring-uringan

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampaknya mengubah arah diplomasi global dengan mengutamakan negosiasi langsung dengan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina, sebuah langkah yang membuat para pemimpin Eropa dan pejabat Ukraina khawatir akan tersingkir dari proses tersebut.

    Dilansir The Associated Press, sejumlah pejabat tinggi pemerintahan Trump, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz, dan utusan khusus Steve Witkoff, dikabarkan akan bertolak ke Arab Saudi dalam waktu dekat untuk melakukan pembicaraan dengan perwakilan Rusia.

    Namun, belum jelas sejauh mana pejabat Ukraina atau Eropa akan dilibatkan dalam perundingan yang direncanakan berlangsung di Riyadh.

    Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan bahwa Washington masih melihat negosiasi ini sebagai tahap awal dan formatnya masih dapat berubah.

    “Presiden Zelensky akan terlibat dalam negosiasi,” kata Trump kepada wartawan pada Minggu (16/2/2025), tetapi ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Langkah ini muncul setelah pernyataan dari sejumlah penasihat utama Trump, termasuk Wakil Presiden JD Vance, yang menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan berbagai ibu kota Eropa.

    Eropa Merasa Tersingkir dari Proses Negosiasi

    Dalam pidatonya di Munich Security Conference pada Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan kekecewaannya terhadap pendekatan baru AS yang cenderung mengabaikan Eropa dalam proses perdamaian.

    “Dekade hubungan lama antara Eropa dan Amerika telah berakhir,” ujar Zelensky. “Mulai sekarang, segalanya akan berbeda, dan Eropa harus menyesuaikan diri dengan perubahan ini.”

    Meskipun Gedung Putih membantah bahwa Eropa tidak diajak berkonsultasi, berbagai pertemuan tingkat tinggi yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan Trump masih meninggalkan banyak tanda tanya.

    Dalam kunjungannya ke Eropa, Vance telah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, serta Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.

    Namun, banyak pejabat Eropa yang tetap merasa bahwa mereka hanya menjadi penonton dalam strategi baru Trump ini.

    “Mereka mungkin tidak menyukai urutan negosiasi yang sedang berlangsung, tetapi mereka tetap dikonsultasikan,” ujar Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz dalam wawancara dengan Fox News Sunday. “Pada akhirnya, negosiasi ini berada di bawah kepemimpinan Presiden Trump untuk mengakhiri perang ini.”

    Rencana Negosiasi AS-Rusia: Ukraina di Posisi Lemah?

    Laporan terbaru menunjukkan bahwa Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah berbicara melalui telepon minggu lalu, di mana keduanya menyepakati dimulainya pembicaraan tingkat tinggi untuk mengakhiri perang.

    Awalnya, perundingan ini dipresentasikan sebagai dialog dua arah antara Washington dan Moskow, tetapi Trump kemudian mengklarifikasi bahwa Ukraina juga akan terlibat-meskipun tidak dijelaskan di tahap mana mereka akan berpartisipasi.

    Tidak jelas apakah ada perwakilan Ukraina yang akan bergabung dalam pembicaraan di Riyadh. Namun, seorang pejabat Ukraina mengatakan bahwa delegasi Kyiv saat ini sedang berada di Arab Saudi untuk membuka jalan bagi kemungkinan kunjungan Zelensky.

    Sementara itu, Trump mengeklaim bahwa Putin sebenarnya ingin mengakhiri perang tetapi mengingatkan bahwa Rusia tetaplah kekuatan militer yang tangguh.

    “Saya pikir dia ingin menghentikan pertempuran,” kata Trump. “Mereka memiliki mesin perang yang besar dan kuat. Anda tahu, mereka mengalahkan Hitler dan Napoleon. Mereka telah bertempur selama waktu yang sangat lama.”

    Pendekatan baru ini membuat beberapa mantan pejabat AS angkat bicara. Heather Conley, mantan Wakil Asisten Menteri Luar Negeri untuk Eropa Tengah di era Presiden George W. Bush, mengatakan bahwa strategi Trump ini seolah menghidupkan kembali pendekatan geopolitik abad ke-19 dan awal abad ke-20.

    “AS tampaknya berusaha menciptakan pendekatan baru berdasarkan konsep kekuatan besar,” ujar Conley. “Seperti dalam sejarah, hanya negara-negara besar yang memutuskan nasib bangsa lain dan mengambil alih apa yang menguntungkan kepentingan ekonomi serta keamanan mereka, baik melalui pembelian maupun paksaan.”

    Pendekatan ini juga menimbulkan perdebatan internal di dalam pemerintahan Trump sendiri. Beberapa pejabat mendukung rekonsiliasi cepat dengan Rusia, sementara yang lain khawatir bahwa Putin hanya ingin memecah belah aliansi transatlantik dan meningkatkan pengaruh Rusia di Eropa.

    Trump Dorong Rusia Kembali ke G7, Eropa Berang

    Dalam pernyataannya pekan lalu, Trump juga menyebut bahwa ia ingin melihat Rusia kembali bergabung dengan kelompok negara-negara maju G7 (sebelumnya G8 sebelum Rusia dikeluarkan pada 2014).

    “Saya ingin mereka kembali. Saya pikir itu adalah kesalahan untuk mengeluarkan mereka,” ujar Trump. “Ini bukan soal apakah saya suka atau tidak suka Rusia, tetapi saya rasa Putin akan sangat senang jika bisa kembali.”

    Pernyataan ini memicu kemarahan di kalangan pejabat Eropa, yang selama bertahun-tahun telah memberlakukan sanksi terhadap Moskow atas aneksasi Krimea.

    Kesepakatan “Mineral Langka” dengan Ukraina

    Selain itu, ada juga ketegangan yang muncul terkait proposal AS agar Ukraina memberikan akses ke cadangan mineral langka sebagai imbalan atas bantuan militer senilai US$66 miliar yang telah diberikan Washington kepada Kyiv sejak perang dimulai.

    Presiden Zelensky sendiri dikabarkan menolak menandatangani kesepakatan ini untuk saat ini, karena merasa bahwa kesepakatan tersebut terlalu menguntungkan AS dan tidak memberikan jaminan keamanan yang cukup bagi Ukraina.

    Gedung Putih menilai penolakan Zelensky sebagai langkah yang tidak bijaksana dan menegaskan bahwa perjanjian itu justru akan mempererat hubungan ekonomi antara AS dan Ukraina, sesuatu yang tidak diinginkan oleh Moskow.

    Eropa Bersiap Menghadapi Era Baru

    Dalam menghadapi pendekatan baru Trump ini, para pemimpin Eropa mulai menyesuaikan strategi mereka. Presiden Prancis Emmanuel Macron telah mengumumkan bahwa ia akan mengumpulkan pemimpin Eropa di Paris pada Senin untuk mengadakan pertemuan darurat guna membahas langkah selanjutnya terkait Ukraina.

    “Angin persatuan sedang bertiup di Eropa, seperti yang belum pernah kita rasakan sejak masa pandemi Covid-19,” ujar Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot kepada media nasional.

    Langkah ini menandakan bahwa Eropa tidak akan tinggal diam menghadapi perubahan kebijakan Washington dan berusaha mencari cara untuk tetap memiliki suara dalam penyelesaian konflik di Ukraina.

    (luc/luc)

  • Eropa Bikin Pertemuan Sendiri soal Ukraina Gara-gara Tak Diajak Trump

    Eropa Bikin Pertemuan Sendiri soal Ukraina Gara-gara Tak Diajak Trump

    London

    Pejabat Amerika Serikat (AS) dan Rusia akan bertemu di Arab Saudi untuk membahas perang Ukraina. Sejumlah negara Eropa pun membuat pertemuan sendiri lantaran tak diajak oleh Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir Reuters dan CNN, Minggu (16/2/2025), informasi itu disampaikan oleh seorang anggota parlemen AS dan sumber yang mengetahui rencana tersebut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance di Jerman mengatakan Ukraina tidak diundang ke perundingan di Saudi dan Kyiv tidak akan bekerja sama dengan Rusia sebelum berkonsultasi dengan mitra strategis.

    Perwakilan AS Michael McCaul mengatakan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, penasihat keamanan nasional AS Mike Waltz, dan utusan Timur Tengah Gedung Putih Steve Witkoff akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Namun, tidak ada penjelasan siapa pihak Rusia yang akan mereka temui.

    Di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, McCaul mengatakan tujuan perundingan tersebut adalah untuk mengatur pertemuan antara Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Zelensky demi membawa perdamaian dan mengakhiri konflik.

    Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait rencana perundingan di Saudi. Trump sendiri telah berulang kali berjanji untuk segera mengakhiri perang Ukraina.

    Apa rencana negara-negara Eropa dalam pertemuan tersebut? Baca halaman selanjutnya.

    Upaya Trump Damaikan Ukraina-Rusia

    Foto: Presiden Donald Trump berbicara kepada wartawan di sela-sela menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih (REUTERS/Kevin Lamarque Purchase Licensing Rights)

    Trump juga telah melakukan panggilan telepon terpisah kepada Putin dan Zelenskiy. Hal itu membuat sekutu-sekutu Washington di Eropa khawatir mereka akan disingkirkan dari proses perdamaian.

    Ketakutan tersebut sebagian besar dikonfirmasi ketika utusan Trump untuk Ukraina mengatakan Eropa tidak akan memiliki tempat di meja perundingan. AS juga mengirimkan kuesioner ke ibu kota-ibu kota Eropa untuk menanyakan apa yang dapat mereka kontribusikan sebagai jaminan keamanan bagi Kyiv.

    Sebelumnya, Menlu AS Rubio juga telah berbicara dengan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, pada Sabtu (15/2). Mereka sepakat untuk melakukan kontak rutin guna mempersiapkan pertemuan antara Putin dan Trump.

    Zelensky mengatakan dia akan mengunjungi Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Turki, tetapi tidak mengatakan kapan. Namun, pemimpin Ukraina itu mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk bertemu dengan pejabat AS atau Rusia selama kunjungan tersebut.

    Moskow menguasai seperlima wilayah Ukraina dan telah maju perlahan di wilayah timur selama berbulan-bulan, sementara pasukan Kiev yang lebih kecil bergulat dengan kekurangan tenaga kerja dan mencoba untuk mempertahankan sebagian wilayah di Rusia barat.

    Rusia telah menuntut Kiev untuk menyerahkan wilayah dan menjadi netral secara permanen berdasarkan kesepakatan damai apa pun. Ukraina menuntut Rusia untuk menarik diri dari wilayah yang direbutnya dan menginginkan keanggotaan NATO atau jaminan keamanan yang setara untuk mencegah serangan oleh Moskow.

    AS dan Eropa telah memberikan bantuan militer puluhan miliar dolar kepada Ukraina sejak perang dimulai. Trump mengatakan bahwa dia mendukung Ukraina tetapi sedang mencari jaminan untuk pendanaan AS bagi Kyiv.

    AS dan Ukraina saat ini sedang merundingkan kesepakatan yang dapat membuka kekayaan alam Ukraina yang melimpah bagi investasi AS. Tiga sumber mengatakan AS mengusulkan mengambil alih kepemilikan 50% mineral penting Ukraina. Zelensky mengatakan rancangan kesepakatan tersebut tidak memuat ketentuan keamanan yang dibutuhkan Kyiv.

    Harapan Presiden Ukraina

    Foto: Tim Penyelamat Ukraina Berjibaku Padamkan Api Usai Serangan Rudal Rusia (State Emergency Service of Ukraine via REUTERS)

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ingin utusan khusus Donald Trump, Keith Kellogg, mengunjungi garis depan Ukraina timur. Hal itu untuk melaporkan realitas di lapangan kepada presiden AS.

    “Sangat penting bagi saya bahwa ia melihat ini. Saya benar-benar ingin ia menyampaikan semua ini kepada Presiden Trump. Untuk menunjukkan kepadanya, memberi tahu dia,” kata Zelensky di Munich seperti dilansir AFP, Sabtu (16/2/2025).

    Zelensky berharap setelah melihat situasi di lokasi, dia berharap pihak Trump memahami apa yang terjadi. Dia menilai AS membutuhkan pengetahuan tersebut.

    “Dan saya pikir setelah itu kita mungkin akan lebih dekat untuk memahami bagaimana kita melihatnya. Itulah tujuan saya untuk masa depan yang dekat,” kata dia.

    “Pihak Amerika membutuhkan lebih banyak pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi,” imbuhnya.

    Eropa Gelar Pertemuan Sendiri

    Foto: PM Inggris Keir Starmer (AFP/OLI SCARFF)

    Para pemimpin Eropa pun berinisiatif untuk menggelar pertemuan darurat soal perang di Ukraina. Sebab, Eropa tak ikut dilibatkan oleh AS.

    Dilansir BBC, Minggu (16/2/2025), Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan pertemuan darurat di Paris itu menjadi ‘momen sekali dalam satu generasi untuk keamanan nasional kita’. Dia mengatakan Eropa harus mengambil peran yang lebih besar di NATO.

    Eropa masih dihantui oleh perjanjian Minsk, yakni kesepakatan gencatan senjata yang gagal antara Ukraina dan Rusia yang dicapai pada tahun 2015. Pembicaraan tersebut, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman, berupaya untuk mengakhiri pertempuran di wilayah Donbas di Ukraina timur.

    Keir Starmer mengaku melihat peran Inggris sebagai upaya menyatukan AS dan Eropa. Dia mengaku ingin untuk memastikan pendekatan yang bersatu untuk perdamaian di Ukraina. Starmer akan mengunjungi Trump di Gedung Putih pada akhir bulan ini.

    Pertemuan lebih lanjut para pemimpin Eropa bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diharapkan terjadi setelah Starmer kembali dari Washington. Starmer menyatakan dirinya ‘berusaha untuk memastikan AS dan Eropa tetap bersatu’ sambil menambahkan keduanya tidak dapat membiarkan perpecahan apa pun dalam aliansi mengalihkan perhatian dari ‘musuh eksternal’.

    “Ini adalah momen sekali dalam satu generasi untuk keamanan nasional kita di mana kita terlibat dengan realitas dunia saat ini dan ancaman yang kita hadapi dari Rusia. Jelas Eropa harus mengambil peran yang lebih besar di NATO saat kita bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengamankan masa depan Ukraina dan menghadapi ancaman yang kita hadapi dari Rusia,” ujarnya.

    Menteri luar negeri Polandia Radoslaw Sikorski mengatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memanggil para pemimpin Eropa untuk mengadakan pertemuan.

    “Presiden Trump memiliki metode operasi, yang oleh Rusia disebut pengintaian melalui pertempuran. Anda menekan dan melihat apa yang terjadi, lalu Anda mengubah posisi, taktik yang sah. Dan kita perlu merespons,” kata Sikorski.

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Lagi-Lagi Bikin Keributan, Jaksa Terkenal di AS Jadi Korban

    Trump Lagi-Lagi Bikin Keributan, Jaksa Terkenal di AS Jadi Korban

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memantik kontroversi atas kebijakannya. Langkahnya kali ini memicu pengunduran diri seorang jaksa federal yang dielukan kalangan konservatif.

    Mengutip Reuters, seorang jaksa federal Danielle Sassoon yang sebelumnya menjadi asisten mendiang Hakim Agung Antonin Scalia, mengundurkan diri pada Kamis lalu. Keputusan itu diambil setelah ia menolak perintah Departemen Kehakiman untuk membatalkan kasus korupsi terhadap Wali Kota New York dari Partai Demokrat, Eric Adams.

    Departemen Kehakiman beralasan bahwa pemilihan wali kota yang akan digelar pada November mendatang menjadi faktor utama pembatalan kasus. Mereka menilai bahwa proses hukum dapat mengganggu peran Adams dalam membantu kebijakan imigrasi yang menjadi prioritas Trump.

    Trump membantah telah menginstruksikan langsung pembatalan dakwaan terhadap Adams. Namun, pengunduran diri Sassoon memperlihatkan ketegangan antara gerakan hukum konservatif tradisional dan keinginan Trump untuk mengendalikan pemerintahan federal secara lebih langsung.

    Selain melakukan perubahan dalam sistem peradilan pidana, Trump juga berencana membubarkan beberapa kementerian. Ia juga berhasil menunjuk menteri pertahanan melalui margin suara yang tipis di Senat dan menantang hak-hak konstitusional yang telah berlaku selama lebih dari 150 tahun.

    Kebijakan eksekutif Trump yang agresif kemungkinan besar akan berujung pada perdebatan di Mahkamah Agung Amerika Serikat. Meski mayoritas hakim memiliki pandangan konservatif, belum jelas sejauh mana mereka akan membatasi kewenangan presiden.

    Sassoon, yang berusia 38 tahun dan anggota Federalist Society, diangkat sebagai Jaksa Amerika Serikat di Manhattan pada 21 Januari. Ia adalah satu dari setidaknya enam pegawai Departemen Kehakiman yang mengundurkan diri akibat kebijakan terkait kasus Adams.

    Foto: Presiden AS Donald Trump menunjuk tamu undangan selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 13 Februari 2025. (REUTERS/Kevin Lamarque)
    Presiden AS Donald Trump menunjuk tamu undangan selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Gedung Putih di Washington, D.C., AS, 13 Februari 2025. (REUTERS/Kevin Lamarque)

    Asisten Jaksa Amerika Serikat, Hagan Scotten, juga ikut mundur karena alasan serupa. Scotten sendiri dikenal memiliki latar belakang hukum konservatif dan pernah menjadi asisten Hakim Agung John Roberts serta Brett Kavanaugh sebelum diangkat ke Mahkamah Agung pada masa jabatan pertama Trump.

    Akademisi hukum libertarian, Ilya Somin, menilai perintah Deputi Jaksa Agung Emil Bove untuk menghentikan kasus Adams mencerminkan pergeseran konservatisme di Amerika Serikat. Menurutnya, nilai-nilai supremasi hukum kini semakin dikesampingkan demi kepentingan politik.

    “Ada perbedaan antara mereka yang peduli pada supremasi hukum dan mereka yang lebih mementingkan faktor lain,” kata Somin, profesor di Universitas George Mason. Ia juga memperingatkan bahwa langkah ini bisa menjadi preseden berbahaya di masa mendatang.

    Jaksa Agung pilihan Trump, Pam Bondi, menegaskan bahwa setiap jaksa yang menolak kebijakan pemerintahan bisa dipecat. Bove, yang sebelumnya merupakan pengacara pribadi Trump, menuduh Sassoon dan jaksa lainnya melanggar sumpah jabatan karena tidak mengikuti perintah atasan.

    “Tidak ada alasan konstitusional yang membenarkan pembangkangan terhadap kebijakan presiden yang terpilih secara sah,” tulis Bove dalam pernyataannya. Pernyataan ini semakin mempertegas dominasi Gedung Putih terhadap sistem peradilan federal.

    Dalam surat pengunduran dirinya kepada Bondi, Sassoon menegaskan bahwa tugasnya sebagai jaksa adalah menegakkan hukum secara adil. Ia menilai bahwa membatalkan dakwaan demi kepentingan politik merupakan tindakan yang tidak dapat diterima.

    Skandal ini mengingatkan pada “Saturday Night Massacre” pada tahun 1973. Saat itu, sejumlah pejabat Departemen Kehakiman mengundurkan diri karena menolak perintah Presiden Richard Nixon untuk memecat jaksa khusus yang menyelidiki skandal Watergate.

    Profesor hukum dari Universitas Georgetown, Randy Barnett, menilai bahwa keputusan Bove untuk menghentikan kasus Adams memiliki justifikasi yang cukup. Menurutnya, Sassoon hanya menolak menjalankan perintah yang sah dari atasannya, sehingga konsekuensinya sudah bisa diperkirakan.

    Adams, yang telah menyatakan tidak bersalah atas tuduhan menerima suap dari pejabat Turki, belakangan menunjukkan sikap lebih dekat dengan Trump. Namun, pengacaranya, Alex Spiro, membantah adanya kesepakatan politik antara kliennya dan Gedung Putih.

    Dalam suratnya kepada Bondi, Sassoon juga mengkritik Bove yang masih membuka peluang untuk menghidupkan kembali kasus Adams di masa depan. Ia menganggap langkah tersebut sebagai ancaman terselubung agar Adams mendukung kebijakan imigrasi Trump.

    Bove menanggapi pengunduran diri Sassoon dengan melaporkan dirinya, Scotten, dan satu jaksa lainnya untuk diperiksa atas dugaan pelanggaran etika. Langkah ini semakin memperkuat kesan bahwa Departemen Kehakiman kini sepenuhnya berada di bawah kendali politik Trump.

    Sejumlah mantan jaksa menilai bahwa Departemen Kehakiman di bawah Trump tengah menguji batas hukum dengan ancaman terhadap pejabat yang menentang kebijakannya. Paul Tuchmann, mantan jaksa federal yang menangani kasus korupsi, mengatakan bahwa langkah Bove mengirim pesan jelas kepada para jaksa.

    “Jika Anda tidak melakukan persis seperti yang dia inginkan, maka Anda akan dihukum, terlepas dari apakah permintaan itu sesuai etika atau tidak,” ujar Tuchmann. Ia menambahkan bahwa situasi ini membuat semua pegawai Departemen Kehakiman berada di bawah tekanan politik yang besar.

    Dampak dari kasus Adams ini diperkirakan masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Pemerintahan Trump telah menyatakan niatnya untuk menuntut pejabat negara bagian dan kota yang mencoba menghambat kebijakan imigrasi mereka.

    Dalam suratnya kepada Sassoon, Bove menyatakan bahwa Departemen Kehakiman di Washington, D.C., akan mengambil alih kasus dari Kejaksaan Manhattan. Sebelumnya, kantor ini dikenal memiliki independensi yang tinggi dan pernah menangani kasus-kasus besar yang melibatkan orang-orang terdekat Trump.

    Untuk sementara, jabatan Sassoon akan diisi oleh wakilnya, Matthew Podolsky. Namun, para pakar hukum memperingatkan bahwa kemungkinan besar akan ada lebih banyak pengunduran diri di jajaran kejaksaan sebagai bentuk protes atas intervensi pemerintahan Trump.

    “Ini adalah momen penentuan bagi para jaksa karier di Manhattan,” kata mantan jaksa federal Michael Weinstein. “Saya tidak yakin ini akan menjadi akhir dari gelombang pengunduran diri atau protes di Departemen Kehakiman.”

    (wur)

  • Beraninya Zelensky Tolak Trump soal Jatah Mineral, AS dan Rusia Berunding di Arab Saudi – Halaman all

    Beraninya Zelensky Tolak Trump soal Jatah Mineral, AS dan Rusia Berunding di Arab Saudi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM -Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam pertemuan tertutup hari Rabu, menolak tawaran pemerintahan Trump untuk melepaskan setengah dari sumber daya mineral negara itu dengan imbalan dukungan AS.

    Kesepakatan yang tidak biasa itu akan memberikan Amerika Serikat 50 persen saham di semua sumber daya mineral Ukraina, termasuk grafit, litium, dan uranium, sebagai kompensasi atas dukungan masa lalu dan masa depan dalam upaya perang Kyiv melawan Rusia, menurut dua pejabat Eropa.

    Seorang pejabat Ukraina dan seorang pakar energi yang diberi pengarahan tentang proposal tersebut mengatakan bahwa pemerintahan Trump juga mengupayakan sumber daya energi Ukraina.

    Negosiasi terus berlanjut, menurut pejabat Ukraina lainnya, yang, seperti pejabat lainnya, berbicara dengan syarat anonim mengingat sensitivitas pembicaraan tersebut, seperti diberitakan Miami Herald.

    Namun, perluasan proposal dan negosiasi yang menegangkan di sekitarnya, menunjukkan jurang yang semakin lebar antara Ukraina dan Amerika Serikat mengenai dukungan AS yang berkelanjutan dan potensi berakhirnya perang. Permintaan setengah dari mineral Ukraina diajukan pada hari Rabu, ketika Menteri Keuangan AS Scott Bessent bertemu dengan Zelenskyy di ibu kota, Kyiv, yang merupakan kunjungan pertama pejabat pemerintahan Trump ke Ukraina.

    Departemen Keuangan menolak berkomentar tentang negosiasi apa pun.

    Setelah melihat usulan tersebut, Ukraina memutuskan untuk meninjau rinciannya dan memberikan usulan balasan ketika Zelenskyy mengunjungi Konferensi Keamanan Munich pada hari Jumat dan bertemu dengan Wakil Presiden JD Vance, menurut pejabat tersebut.

    Tidak jelas apakah usulan balasan diajukan. Zelenskyy, yang berbicara kepada wartawan di Munich pada hari Sabtu, mengakui bahwa ia telah menolak usulan dari pemerintahan Trump.

    Ia tidak menyebutkan secara rinci apa saja ketentuan kesepakatan tersebut, selain mengatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak mencakup jaminan keamanan dari Washington.

    “Saya tidak melihat adanya hubungan ini dalam dokumen tersebut,” katanya.

    “Menurut saya, dokumen itu belum siap untuk melindungi kami, kepentingan kami.”

    Jaminan keamanan adalah kuncinya, karena Ukraina yakin Amerika Serikat dan Inggris telah gagal memenuhi kewajiban mereka untuk melindungi negara berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada akhir Perang Dingin, ketika Ukraina menyerahkan senjata nuklir Rusia di wilayahnya.

    Diplomat Eropa punya keberatan lain. Mereka mengeluh bahwa negosiasi itu berbau kolonialisme, era ketika negara-negara Barat mengeksploitasi negara-negara yang lebih kecil atau lebih lemah untuk mendapatkan komoditas.

    Di Munich, jurang pemisah juga muncul antara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa mengenai rencana pemerintahan Trump untuk mengakhiri perang. Banyak dari mereka mengatakan mereka lebih bingung daripada sebelum mereka tiba.

    Seorang pejabat Ukraina dan seorang pakar energi yang diberi pengarahan tentang tawaran Bessent mengatakan tawaran itu tidak hanya mencakup setengah dari mineral Ukraina, tetapi juga sumber daya alam lainnya seperti minyak dan gas.

    Pejabat itu juga mengatakan proposal tersebut memberi Amerika Serikat hak atas setengah dari pendapatan Ukraina dari ekstraksi sumber daya dan penjualan lisensi ekstraksi baru.

    Menyetujui tuntutan ini akan membuat pemerintah Ukraina kehilangan pendapatan jutaan dolar yang saat ini hampir seluruhnya diinvestasikan untuk pertahanan negara.

    Pada paruh pertama tahun lalu, Naftogaz, perusahaan minyak dan gas milik negara Ukraina, melaporkan laba yang melebihi $500 juta. 

    Gagasan untuk memanfaatkan sumber daya mineral Ukraina mulai terbentuk musim panas lalu. Pemerintah Zelenskyy, yang mencoba menarik pendekatan bisnis Presiden Donald Trump dan khawatir Trump akan menepati janjinya untuk menghentikan bantuan militer dan keuangan ke Ukraina, memutuskan untuk mengajukan kesepakatan yang pada dasarnya akan menukar mineral penting Ukraina dengan bantuan Amerika.

    Presiden Ukraina menyampaikan gagasan tersebut kepada Trump selama pertemuan di New York pada bulan September, dan usulan tersebut mendapat dukungan dari tokoh politik berpengaruh, termasuk Senator Lindsey Graham, RS.C.

    Usulan tersebut juga muncul setelah sejumlah pengusaha AS — termasuk Ronald S. Lauder, seorang teman Trump yang kaya — menunjukkan minat untuk berinvestasi di sumber daya mineral Ukraina. 

    Ukraina selalu menyatakan bahwa akses ke sumber daya alamnya akan diperoleh dengan imbalan jaminan keamanan yang kuat dari Amerika Serikat. 

    Namun, salah satu pejabat Ukraina mengatakan bahwa proposal tersebut tidak memuat komitmen semacam itu, dan malah menganggap akses ke sumber daya Ukraina sebagai pembayaran yang terlambat untuk bantuan militer dan keuangan Amerika di masa lalu.

    Ukraina memiliki 109 endapan mineral penting, termasuk endapan yang mengandung bijih titanium, litium, dan uranium, menurut daftar yang disusun oleh Sekolah Ekonomi Kyiv, selain ladang minyak dan gas alam.

    Namun, beberapa di antaranya berada di wilayah yang sudah diduduki Rusia atau dekat dengan garis depan. Nilainya tidak pasti.

    Selain risiko invasi Rusia yang berulang setelah gencatan senjata — risiko yang ingin dikurangi melalui kesepakatan dengan Amerika Serikat — masalah yang mengakar dalam iklim bisnis Ukraina telah menghambat investasi selama sebagian besar sejarah pascakemerdekaan negara itu. Ini termasuk regulasi yang rumit dan transaksi orang dalam oleh pengusaha dan politisi Ukraina, yang dapat membatasi keuntungan dari pengaturan tersebut.

    Bahkan sebelum perang, hanya sedikit investor yang berminat pada transaksi pertambangan Ukraina. Namun, ada preseden bagi Ukraina untuk mencampuradukkan keamanan dan bisnis dengan Amerika Serikat di bawah Trump. 

    Dalam masa jabatan pertamanya, pada tahun 2017, ia membuat kesepakatan bagi Ukraina untuk membeli batu bara dari Pennsylvania guna menggantikan batu bara dari tambang-tambang di Ukraina yang hilang akibat pendudukan Rusia setelah invasi tahun 2014.

    Kostiantyn Yelisieiev, mantan diplomat dan wakil kepala staf di bawah presiden Ukraina pada saat kesepakatan itu dibuat, mengingat bahwa kesepakatan itu telah memungkinkan Trump untuk menyatakan bahwa ia telah menyelamatkan lapangan pekerjaan di Pennsylvania, negara bagian yang masih belum jelas arah politiknya.

    Bagi Kyiv, kesepakatan itu membuka pintu bagi Trump untuk memberikan bantuan militer yang mematikan kepada Ukraina dengan persetujuan penjualan rudal anti-tank Javelin. Saat itu, pejabat Ukraina menganggapnya sebagai sebuah keberhasilan, kata Yelisieiev.

    “Hal itu menegaskan bahwa Trump bukanlah orang yang menghargai nilai-nilai, tetapi orang yang mementingkan kepentingan dan uang,” dan bahwa Ukraina dapat menemukan cara untuk bekerja sama dengannya dalam hal keamanan, katanya. 

    Namun kesepakatan yang sedang dibahas sekarang, katanya, meningkatkan pendekatan tersebut dengan cara yang dapat memberikan kemenangan propaganda bagi Rusia dengan menggambarkan perang sebagai pertempuran untuk sumber daya alam, bukan kemerdekaan atau demokrasi Ukraina.

    “Lebih penting untuk mengatakan ini tentang melindungi demokrasi dan mengalahkan Putin,” katanya, mengacu pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

    AS dan Rusia Berunding

    Para pejabat AS dan Rusia akan bertemu di Arab Saudi dalam beberapa hari mendatang untuk memulai pembicaraan yang bertujuan mengakhiri perang Moskow yang telah berlangsung hampir tiga tahun di Ukraina, kata seorang anggota parlemen AS dan seorang sumber yang mengetahui perencanaan tersebut pada hari Sabtu (15 Februari).

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, yang bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance di Jerman pada hari Jumat, mengatakan Ukraina tidak diundang ke pembicaraan di Arab Saudi dan Kyiv tidak akan terlibat dengan Rusia sebelum berkonsultasi dengan mitra strategis, dikutip dari Asia One.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, penasihat keamanan nasional Mike Waltz, dan utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah Steve Witkoff akan berkunjung ke Arab Saudi, kata Perwakilan AS Michael McCaul kepada Reuters. Belum jelas siapa yang akan mereka temui dari Rusia.

    Di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, McCaul mengatakan tujuan pembicaraan itu adalah untuk mengatur pertemuan antara Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Zelenskiy “untuk akhirnya membawa perdamaian dan mengakhiri konflik ini”.

    Sebuah sumber yang mengetahui rencana tersebut mengonfirmasi rencana pembicaraan di Arab Saudi antara pejabat AS dan Rusia. Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Trump, yang mulai menjabat pada 20 Januari, telah berulang kali berjanji untuk segera mengakhiri perang Ukraina. Ia melakukan panggilan telepon terpisah kepada Putin dan Zelenskiy pada hari Rabu, membuat sekutu-sekutu Washington di Eropa khawatir bahwa mereka akan disisihkan dari proses perdamaian apa pun.

    Ketakutan tersebut sebagian besar terbukti pada hari Sabtu ketika utusan Trump untuk Ukraina mengatakan Eropa tidak akan memiliki tempat di meja perundingan, setelah Washington mengirimkan kuesioner ke ibu kota Eropa untuk menanyakan kontribusi apa yang dapat mereka berikan untuk jaminan keamanan bagi Kyiv.

    Sebelumnya pada hari Sabtu, Rubio berbicara dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov. Mereka sepakat untuk melakukan kontak rutin guna mempersiapkan pertemuan antara Putin dan Trump, kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

    Zelenskiy mengatakan pada hari Jumat bahwa ia akan mengunjungi Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Turki, tetapi tidak menyebutkan kapan. Namun, pemimpin Ukraina itu mengatakan bahwa ia tidak berencana untuk bertemu dengan pejabat AS atau Rusia selama kunjungan tersebut.

    Moskow menguasai seperlima wilayah Ukraina dan telah perlahan maju ke arah timur selama berbulan-bulan, sementara tentara Kyiv yang lebih kecil bergulat dengan kekurangan tenaga kerja dan mencoba mempertahankan sebagian wilayah di Rusia bagian barat.

    Rusia menuntut Kyiv menyerahkan wilayahnya dan menjadi negara netral secara permanen berdasarkan kesepakatan damai apa pun. Ukraina menuntut Rusia menarik diri dari wilayah yang direbutnya dan menginginkan keanggotaan NATO atau jaminan keamanan yang setara untuk mencegah serangan oleh Moskow.

    Amerika Serikat dan Eropa telah memberikan bantuan militer puluhan miliar dolar kepada Ukraina sejak perang dimulai. Trump mengatakan bahwa ia mendukung Ukraina tetapi sedang mencari jaminan untuk pendanaan AS bagi Kyiv.

    AS dan Ukraina saat ini tengah merundingkan kesepakatan yang dapat membuka peluang bagi investasi AS untuk kekayaan alam Ukraina yang melimpah. Tiga sumber mengatakan AS mengusulkan untuk mengambil alih kepemilikan 50 persen mineral penting Ukraina.

    Zelenskiy mengatakan pada hari Sabtu bahwa rancangan kesepakatan tersebut tidak memuat ketentuan keamanan yang dibutuhkan Kyiv.

     (Tribunnews.com/ Chrysnha)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1089: AS dan Rusia Berunding di Arab Saudi, Tak Undang Ukraina? – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1089: AS dan Rusia Berunding di Arab Saudi, Tak Undang Ukraina? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina hampir memasuki peringatan tiga tahun pekan depan.

    Per hari ini, Minggu (16/2/2025), perang Rusia di Ukraina telah berlangsung selama 1089 hari.

    The Guardian mencatat, pejabat Amerika dan Rusia akan mengadakan perundingan di Arab Saudi minggu depan.

    Mereka tampaknya bakal membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina, Reuters dan AFP melaporkan mengutip pejabat AS.

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, penasihat keamanan nasional, Mike Waltz, dan utusan Timur Tengah, Steve Witkoff menjadi delegasi AS pada pertemuan itu.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina tidak diundang ke pembicaraan itu.

    “Kyiv tidak akan terlibat dengan Rusia sebelum berkonsultasi dengan mitra strategis,” tegas Zelensky.

    Simak peristiwa lainnya yang dirangkum Tribunnews.com berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1089:
    Menlu AS dan Rusia Rundingkan Situasi Ukraina Lewat Telepon

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov membahas situasi di Ukraina melalui panggilan telepon pada Sabtu (15/2/2025).

    “Kedua pihak menyatakan kesediaan bersama mereka untuk berinteraksi dalam isu-isu internasional yang mendesak, termasuk penyelesaian di sekitar Ukraina,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.

    Moskow mengatakan bahwa keduanya sepakat untuk melakukan kontak rutin guna mempersiapkan pertemuan antara presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump.

    Zelensky Serukan Pembentukan Tentara Eropa

    Presiden Ukraina menyerukan pembentukan tentara Eropa saat berbicara di konferensi Muncih.

    “Tentara kami saja tidak cukup, kami butuh dukungan Anda,” ucap Zelensky, Sabtu (15/2/2025).

    AS Berniat “Rampas” Mineral Tanah Langka Ukraina

    Pemerintahan Trump mengusulkan kepada Ukraina agar AS diberi 50 persen mineral tanah langka negara yang dilanda perang itu, demikian dilaporkan NBC.

    Trump mendesak Ukraina membayar bantuan yang Gedung Putih gelontorkan dengan sumber daya alam atau SDA yang mereka miliki.

    Akan tetapi Zelensky menilai perjanjian tersebut tidak memiliki jaminan keamanan untuk Ukraina dan tidak melindungi kepentingan negara.

    Ukraina memiliki cadangan titanium dan litium terbesar di Eropa, serta deposit besar berilium, mangan, galium, uranium, zirkonium, grafit, apatit, fluorit, dan nikel.

    Banyak dari mineral ini yang dapat menjadi sangat penting untuk industri pertahanan, teknologi tinggi, dan energi hijau.

    Drone Jatuhkan Peledak di Grayvoron

    Dikutip dari Suspilne, drone menjatuhkan peledak di Grayvoron, Belgorod, Ukraina.

    “Kota Grayvoron di wilayah Belgorod diserang oleh pesawat tak berawak,” tulis Gubernur Vyacheslav Gladkov di saluran Telegramnya.

    “Tidak ada yang terluka,” katanya.

    Menurut gubernur, satu pesawat tak berawak menjatuhkan alat peledak ke sebuah truk, kemudian terbakar tetapi segera dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran.

    “Pesawat tak berawak lain menjatuhkan alat peledak di kawasan permukiman: jendela-jendela pecah di dua rumah pribadi, fasad dan pagar terpotong,” tulis Gladkov.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Tak Diajak Trump Damaikan Rusia-Ukraina, Eropa Bakal Gelar Pertemuan Darurat

    Tak Diajak Trump Damaikan Rusia-Ukraina, Eropa Bakal Gelar Pertemuan Darurat

    London

    Para pemimpin Eropa akan melakukan pertemuan darurat pekan depan terkait perang di Ukraina. Hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas kekhawatiran mereka Amerika Serikat (AS) yang terus maju terkait perundingan damai Rusia dan Ukraina.

    Dilansir BBC, Minggu (16/2/2025), Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan pertemuan darurat di Paris itu menjadi ‘momen sekali dalam satu generasi untuk keamanan nasional kita’. Dia mengatakan Eropa harus mengambil peran yang lebih besar di NATO.

    Rencana pertemuan darurat ini terjadi setelah utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, mengatakan para pemimpin Eropa hanya dimintai konsultasi. Namun, katanya, Trump tidak membuat para pemimpin Eropa mengambil bagian dalam perundingan apa pun antara AS dan Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Tokoh-tokoh senior Gedung Putih juga akan bertemu dengan negosiator Rusia dan Ukraina di Arab Saudi dalam beberapa hari mendatang. Dalam pernyataan yang mungkin menimbulkan kekhawatiran di Ukraina dan di antara sekutu Eropa, utusan khusus Keith Kellogg mengatakan bahwa perundingan sebelumnya telah gagal karena terlalu banyak pihak yang terlibat.

    “Ini mungkin seperti kapur di papan tulis, mungkin sedikit menyakitkan, tetapi saya memberi tahu Anda sesuatu yang sebenarnya cukup jujur,” kata Kellogg, Sabtu (15/2).

    Eropa masih dihantui oleh perjanjian Minsk, yakni kesepakatan gencatan senjata yang gagal antara Ukraina dan Rusia yang dicapai pada tahun 2015. Pembicaraan tersebut, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman, berupaya untuk mengakhiri pertempuran di wilayah Donbas di Ukraina timur.

    Keir Starmer mengaku melihat peran Inggris sebagai upaya menyatukan AS dan Eropa. Dia mengaku ingin untuk memastikan pendekatan yang bersatu untuk perdamaian di Ukraina. Starmer akan mengunjungi Trump di Gedung Putih pada akhir bulan ini.

    Pertemuan lebih lanjut para pemimpin Eropa bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diharapkan terjadi setelah Starmer kembali dari Washington. Starmer menyatakan dirinya ‘berusaha untuk memastikan AS dan Eropa tetap bersatu’ sambil menambahkan keduanya tidak dapat membiarkan perpecahan apa pun dalam aliansi mengalihkan perhatian dari ‘musuh eksternal’.

    “Ini adalah momen sekali dalam satu generasi untuk keamanan nasional kita di mana kita terlibat dengan realitas dunia saat ini dan ancaman yang kita hadapi dari Rusia. Jelas Eropa harus mengambil peran yang lebih besar di NATO saat kita bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengamankan masa depan Ukraina dan menghadapi ancaman yang kita hadapi dari Rusia,” ujarnya.

    Menteri luar negeri Polandia Radoslaw Sikorski mengatakan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memanggil para pemimpin Eropa untuk mengadakan pertemuan.

    “Presiden Trump memiliki metode operasi, yang oleh Rusia disebut pengintaian melalui pertempuran. Anda menekan dan melihat apa yang terjadi, lalu Anda mengubah posisi, taktik yang sah. Dan kita perlu merespons,” kata Sikorski.

    Sebelumnya, Zelensky menyerukan pembentukan ‘pasukan Eropa’ di tengah meningkatnya kekhawatiran AS mungkin tidak lagi membantu benua itu. Berbicara di Konferensi Keamanan Munich, dia mengatakan pidato Wakil Presiden AS JD Vance di acara tersebut telah memperjelas bahwa hubungan lama antara Eropa dan Amerika telah ‘berakhir’ dan benua itu perlu menyesuaikan diri dengan hal itu.

    Namun, Zelensky juga mengatakan Ukraina tidak akan pernah menerima kesepakatan yang dibuat di belakangnya usai Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin setuju untuk memulai perundingan damai. Awal minggu ini, Trump mengumumkan dia telah melakukan percakapan telepon yang panjang dengan Putin dan menyebut negosiasi untuk menghentikan ‘perang konyol’ di Ukraina segear dimulai.

    Trump kemudian memberi tahu Zelensky tentang rencananya. Trump tampak yakin gaya kepemimpinannya dapat membuka jalan bagi kesepakatan damai di Ukraina.

    Pemulihan hubungannya dengan Putin mengakhiri lebih dari tiga tahun keheningan antara Moskow dan Washington. Selain itu, pejabat senior pemerintahan Trump akan memulai perundingan damai dengan negosiator Rusia dan Ukraina di Arab Saudi dalam beberapa hari mendatang. Pertemuan antara pejabat AS dan Rusia itu juga akan membahas rencana pertemuan Trump, Putin dan Zelensky untuk mengakhiri perang.

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu