Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Trump Sebut Korea Utara sebagai ‘Kekuatan Nuklir’, Beri Pengakuan?

    Trump Sebut Korea Utara sebagai ‘Kekuatan Nuklir’, Beri Pengakuan?

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Korea Utara (Korut) sebagai “semacam kekuatan nuklir” saat dia bertolak ke Asia, dalam kunjungan yang kemungkinan mencakup pertemuan dengan pemimpin Pyongyang, Kim Jong Un.

    Saat ditanya wartawan di pesawat kepresidenan AS Air Force One soal apakah dirinya terbuka terhadap tuntutan Korut untuk diakui sebagai negara nuklir sebagai prasyarat dialog dengan AS, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/10/2025), Trump menjawab: “Ya, saya pikir mereka semacam kekuatan nuklir.”

    “Ketika Anda mengatakan mereka harus diakui sebagai kekuatan nuklir, ya, mereka punya banyak senjata nuklir, saya akan mengatakan demikian,” ujar Trump.

    Trump diperkirakan berada di Korea Selatan (Korsel) pada Rabu (29/10) pekan depan untuk menghadiri Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).

    Laporan media-media AS menyebut para pejabat dari pemerintahan Trump telah secara tertutup membahas pengaturan untuk pertemuan antara sang Presiden AS dan pemimpin tertinggi Korut. Keduanya terakhir kali bertemu dan berbicara pada tahun 2019 lalu.

    Saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih sebelum terbang ke Asia, Trump mengakui dirinya ingin bertemu dengan Kim Jong Un, ketika ditanya apakah pertemuan antara dirinya dan pemimpin Korut mungkin dilakukan selama dia berkunjung ke Korsel.

    “Saya ingin melakukannya, dia mengetahui kita akan ke sana,” kata Trump. “Saya tidak tahu, kita akan memberitahu dia, dia mengetahui saya akan pergi,” ucapnya.

    Dia menambahkan soal kedekatan dirinya dengan Kim Jong Un. “Saya sangat akrab dengannya,” sebut Trump.

    Pernyataan Trump itu disampaikan setelah Menteri Unifikasi Korsel Chung Dong Young mengatakan dirinya meyakini ada peluang yang “cukup besar” untuk pertemuan antara Trump dan Kim Jong Un saat sang Presiden AS berkunjung ke Semenanjung Korea pekan depan.

    Namun, seorang pejabat senior AS menanggapi laporan itu pada Jumat (24/10) dengan menegaskan bahwa Trump sejauh ini tidak dijadwalkan untuk bertemu Kim Jong Un saat berada di Korsel pekan depan.

    “Presiden, tentu saja, telah menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan Kim Jong Un di masa mendatang. Pertemuan itu tidak ada dalam jadwal untuk perjalanan ini,” kata pejabat senior AS yang berbicara kepada wartawan via telepon, namun meminta untuk tidak disebut namanya tersebut.

    Bulan lalu, Kim Jong Un mengatakan dirinya memiliki “kenangan indah” tentang Trump dan terbuka untuk berunding jika AS membatalkan tuntutan “khayalan” mereka agar Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya.

    Trump dan Kim Jong Un terakhir bertemu tahun 2019 di area Panmunjom yang masuk dalam kompleks Area Keamanan Bersama (JSA) di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea — satu-satunya tempat di mana tentara dari kedua negara saling berhadapan secara rutin.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Presiden Brasil Kritik PBB ‘Tak Lagi Berfungsi’ Hadapi Genosida di Gaza

    Presiden Brasil Kritik PBB ‘Tak Lagi Berfungsi’ Hadapi Genosida di Gaza

    Kuala Lumpur

    Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva melontarkan kritikan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga multilateral lainnya, yang disebutnya “tidak lagi berfungsi” dan gagal melindungi korban perang Gaza.

    Kritikan itu, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/10/2025), dilontarkan Lula da Silva saat berada di Malaysia setelah melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim pada Sabtu (25/10), menjelang pertemuan puncak (KTT) ASEAN.

    “Siapa yang bisa menerima genosida yang telah berlangsung begitu lama di Jalur Gaza?” kata Lula da Silva kepada wartawan di Putrajaya, setelah pertemuan bilateral untuk mempererat hubungan antara Brasil dan Malaysia.

    “Lembaga-lembaga multilateral yang dibentuk untuk mencegah hal-hal itu terjadi telah berhenti berfungsi. Hari ini, Dewan Keamanan PBB dan PBB tidak lagi berfungsi,” kritiknya.

    Dalam pernyataannya, Luka da Silva juga melontarkan sindiran untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang juga akan menghadiri KTT ASEAN di Kuala Lumpur. Lula da Silva dan Trump ada kemungkinan untuk bertemu di sela-sela KTT ASEAN

    “Bagi seorang pemimpin, berjalan dengan kepala tegak lebih penting daripada Hadiah Nobel,” ucapnya.

    Trump telah bertolak menuju ke Asia pada Jumat (24/10) malam waktu AS. Dia akan mengunjungi Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Selain menghadiri KTT ASEAN, Trump juga akan menghadiri KTT APEC di Korsel dan melakukan pembicaraan penting dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT APEC.

    Sejak kembali ke Gedung Putih untuk masa jabatan kedua pada Januari lalu, Trump telah berulang kali menegaskan bahwa dirinya pantas menerima Nobel Perdamaian atas perannya dalam menyelesaikan berbagai konflik. Klaim Trump itu, oleh para pengamat, dinilai terlalu dibesar-besarkan.

    Ketika Komite Nobel Norwegia pada bulan ini menganugerahkan Nobel Perdamaian kepada pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado, Gedung Putih memberikan kecamannya untuk komite tersebut.

    Sementara itu, Lula da Silva dan Trump mulai memperbaiki perbedaan mereka setelah berbulan-bulan berseteru terkait persidangan dan vonis terhadap mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, sekutu Trump.

    Trump telah memberlakukan tarif 50 persen terhadap banyak produk Brasil dan menjatuhkan sanksi kepada beberapa pejabat tinggi Brasilia, termasuk seorang hakim Mahkamah Agung, untuk menghukum Brasil atas apa yang disebutnya sebagai “perburuan penyihir” terhadap Bolsonaro.

    Mahkamah Agung Brasil menjatuhkan hukuman 27 tahun penjara kepada Bolsonaro pada September lalu, atas perannya dalam upaya kudeta yang gagal setelah kekalahan dari Lula da Silva dalam pemilu tahun 2022.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Daftar Harga Emas Pegadaian Hari Ini 25 Oktober 2025: UBS dan Galeri24 Melonjak – Page 3

    Daftar Harga Emas Pegadaian Hari Ini 25 Oktober 2025: UBS dan Galeri24 Melonjak – Page 3

    Pelaku pasar hampir sepenuhnya mengantisipasi penurunan suku bunga pada pertemuan bank sentral AS minggu depan, dengan penurunan lainnya diperkirakan terjadi pada Desember.

    Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang aset non-imbal hasil seperti emas.

    Sementara itu, Gedung Putih mengonfirmasi pada Kamis kalau Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping minggu depan, menjelang batas waktu 1 November untuk tarif tambahan AS atas impor China.

    “Jika (harga emas) turun di bawah USD 4.000, kita akan terus melihat penurunan pasar yang lebih dramatis, mungkin hingga USD 3.850, level support utama berikutnya,” UJAR Chief Market Strategiest Blue Line Futures, Phillip Streible.

    Harga emas batangan telah naik 55% tahun ini, didorong oleh ketegangan geopolitik dan perdagangan, pembelian yang kuat oleh bank sentral, dan ekspektasi penurunan suku bunga AS, di antara faktor-faktor lainnya.

    Sementara itu, platinum tergelincir 1,33% menjadi USD 1.603,94 dan paladium turun 1,43% menjadi USD 1.436,19.

  • Google Ikut Setor Rp 365 M Buat Pembangunan Ruang Dansa Trump

    Google Ikut Setor Rp 365 M Buat Pembangunan Ruang Dansa Trump

    Google dilaporkan turut menyumbang dana Rp 365 M dalam proyek pembongkaran Sayap Timur Gedung Putih untuk pembangunan ruang dansa dan ballroom Donald Trump.

    Selain Google, ada beberapa nama-nama donatur lain yang turut menyumbang dalam proyek yang memakan dana sekitar Rp 4,1 T tersebut.

    Sebagaimana diketahui, proyek pembangunan tersebut tengah menuai pro dan kontra di masyarakat AS lantaran Sayap Timur Gedung Putih merupakan bangunan bersejarah yang dibangun pada 1942 di masa pemerintahan Franklin D. Roosevelt.

  • Google Setor Rp 365 Miliar Buat Ruang Dansa Trump

    Google Setor Rp 365 Miliar Buat Ruang Dansa Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Induk perusahaan Google, Alphabet ikut menyumbang proyek pembuatan ruang dansa di sayap timur Gedung Putih. Kabarnya uang itu berjumlah US$22 juta atau Rp 365 miliar dan mewakili hampir 10% total pembangunan.

    Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dana pembangunan ruangan itu akan berasal dari dirinya dan para donatur swasta. Tak ada keterangan lebih lanjut siapa saja para donatur dan jumlahnya.

    Dalam laporan CNBC Internasional, nama Alphabet disebut jadi salah satu yang ikut menyumbang berdasarkan penyelesaian hukum dengan Trump bulan lalu. Kasus itu terkait larangan penggunaan YouTube setelah kerusuhan Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Trump.

    CNBC Internasional mencatat kontribusi perusahaan mencapai hampir 10% dari perkiraan biaya konstruksi. Uang penyelesaian akan disumbangkan atas nama Trump pada badan bebas pajak Trust for the National Mall untuk memulihkan, melestarikan, dan mengangkat National Mall, serta membantu pembangunan White House State Ballroom.

    Selain itu, Lockheed Martin mengonfirmasi ikut memberikan uangnya. Namun menolak mengungkapkan besaran sumbangan.

    Nama lain yang ikut menyumbang adalah RJ Reynolds, Booz Allen Hamilton Palanir dan NextEra Energy. Sementara perusahaan induk CNBC Internasional, Comcast juga masuk dalam daftar donatur utama, tidak disebutkan berapa jumlah uang yang disumbangkan.

    Saat ini, proses pembongkaran tengah berlangsung dan harus diselesaikan dalam minggu ini.

    Rencananya ruang dansa itu akan dibangun di kawasan seluas 90 ribu kaki persegi dengan nilai US$250 juta (Rp 4,1 triliun). Trump sebenarnya sempat berjanji tak akan melakukannya.

    Bulan Juli lalu, dia mengatakan ruang dansa akan dibangun di sebelah East Wings. Menurutnya hal ini jadi penghormatan pada bangunan yang sudah ada.

    Namun ternyata rencana itu berubah. Gambar pembongkaran itu tersebar dan memicu kemarahan publik.

    Seorang pejabat Gedung Putih kepada CNBC Internasional menyatakan rencana berubah. Dia mengatakan sayap timur akan dibuat lebih modern dan akan dinimati presiden dan ibu negara di masa depan.

    “Ini mencakup sebuah ruang dansa yang besar dan indah,” kata pejabat itu.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak melonjak lebih dari 5% pada perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025 waktu setempat. Kenaikan harga minyak terjadi setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap dua perusahaan minyak mentah terbesar Rusia. Hal ini dengan alasan kurangnya komitmen serius Moskow terhadap proses perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Mengutip CNBC, Jumat (24/10/2025), harga minyak Brent naik USD 3,4 atau 5,43% ditutup ke posisi USD 65,99 per barel. Harga minyak mentah AS bertambah USD 3,29 atau 5,62% ditutup menjadi USD 61,79 per barel.

    “Sekaranglah saatnya untuk menghentikan pembunuhan dan untuk gencatan senjata,” ujar Menteri Keuangan Scott Bessent saat mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil.

    “Departemen Keuangan siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump untuk mengakhir perang lainnya,” ujar Bessent.

    “Kami mendorong sekutu kami untuk bergabung dengan kami dan mematuhi sanksi ini,” ia menambahkan.

    Departemen Keuangan mengatakan, sanksi baru tersebut akan merugikan kemampuan Kremlin untuk mengumpulkan penghasilan guna mendanai perangnya melawan Ukraina.

    Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News, sanksi baru tersebut terkait dengan rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Rusia Vladimir Putin di Budapest yang gagal.

    Trump juga telah berupaya menekan India untuk berhenti membeli minyak Rusia. New Delhi adalah salah satu pembeli terbesar ekspor minyak mentah Rusia.

    Harga minyak mentah AS telah turun 16% tahun ini dan Brent turun hampir 14%. OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah meningkatkan produksi selama berbulan-bulan.

    Sementara itu, ketegangan perdagangan yang disebabkan oleh tarif Trump juga telah menimbulkan kekhawatiran di pasar minyak.

  • Putin Emosi Lihat Kelakuan Trump, Sebut Sudah Lancarkan Perang!

    Putin Emosi Lihat Kelakuan Trump, Sebut Sudah Lancarkan Perang!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia menanggapi manuver Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyaknya, Rosneft dan Lukoil, dengan serius. Respons ini disampaikan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dan mantan presiden, Dmitry Medvedev, Kamis (23/10/2025).

    Dalam pengumumannya di Telegram yang dikutip Reuters, Medvedev menuduh AS telah sepenuhnya memilih jalan perang melawan Rusia. Ia juga mengkritik manuver Presiden AS Donald Trump yang selama ini memposisikan diri sebagai “pembawa perdamaian”.

    “Jika salah satu dari banyak komentator masih menyimpan ilusi-ini dia. AS adalah musuh kita, dan ‘pembawa perdamaian’ mereka yang banyak bicara kini telah sepenuhnya memilih jalan menuju perang dengan Rusia,” kata anak buah Presiden Vladimir Putin itu.

    “Trump telah sepenuhnya berpihak pada Eropa gila,” tambahnya.

    Sebelumnya, dalam sebuah langkah mengejutkan pada Rabu, Gedung Putih mengumumkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia-Rosneft dan Lukoil-sebagai upaya untuk menekan Moskow agar kembali ke meja perundingan. Sanksi ini diumumkan sesaat setelah Trump membatalkan rencana pertemuan tatap muka dengan Putin di Hungaria, dengan alasan ia tidak menginginkan “pertemuan yang sia-sia”.

    Di sisi lain, Uni Eropa mengumumkan paket sanksi ke-19 terhadap Rusia, menargetkan pendapatan energi Moskow, lembaga keuangan, dan “armada bayangan” kapal tanker minyak Rusia yang berlayar dan menghindari sanksi di seluruh dunia. Secara resmi, respons pemerintah Rusia sejauh ini singkat, dengan Kementerian Luar Negeri Moskow menyebut sanksi tersebut “kontraproduktif.”

    Dari segi yang berseberangan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik sanksi AS tersebut. Menurutnya, hal ini akan terus menjatuhkan tekanan pada Moskow agar berkomitmen dalam pemenuhan perdamaian.

    “Sanksi itu merupakan langkah yang adil dan benar-benar layak yang akan membantu memberikan tekanan pada Rusia dalam negosiasi,” ujarnya.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bandar Kripto Diampuni Presiden, Masuk Penjara Cuci Uang

    Bandar Kripto Diampuni Presiden, Masuk Penjara Cuci Uang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Changpeng Zhao, pendiri platform perdagangan aset kripto terbesar di dunia Binance, diberikan ampunan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Zhao yang dikenal juga dengan nama CZ sebelumnya telah mengaku bersalah di pengadilan atas tuduhan mendukung aktivitas pencucian uang.

    CNBC International menyatakan pengumuman pengampunan CZ dipublikasikan oleh Gedung Putih pada Kamis (23/10/2025) waktu setempat.

    Amnesti untuk Zhao dikait-kaitkan dengan bisnis kripto keluarga Trump, yang dikelola oleh dua anaknya yaitu Donald Trump Jr. dan Eric Trump. Laporan Wall Street Journal yang terbit 2 bulan lalu menyatakan bahwa Binance diam-diam adalah pengelola platform perdagangan kripto mitra perusahaan kripto keluarga Trump.

    Bisnis kripto keluarga Trump telah mendulang cuan lebih dari US$ 4,5 miliar sejak pemilihan presiden 2024 yang dimenangi oleh Trump.

    “Presiden Trump menggunakan kekuasaan konstitusionalnya dengan mengampuni Zhao, yang dituntut oleh pemerintahan Joe Biden dalam perang kripto mereka,” kata Juru Bicara Gedung Putih Karonline Leavitt. “Dalam ambisi menghukum industri kripto, pemerintahan Biden mengejar Zhao meskipun tak ada tuduhan penipuan atau korban.”

    Beberapa waktu setelah pengumuman tersebut, Trump sempat menjawab pertanyaan tentang alasannya mengampuni CZ.

    “Saya tidak tahu, dia direkomendasikan oleh banyak orang. Banyak yang bilang dia tidak bersalah atas apa pun. Saya memberikannya ampunan atas permintaan dari banyak sekali orang baik,” kata Trump.

    Zhao mengucapkan rasa terima kasihnya lewat media sosial X.

    “Sangat bersyukur atas pengampunan ini dan kepada Presiden Trump yang menjunjung komitmen AS atas fairness, inovasi, dan keadilan,” kata Zhao.

    Changpeng Zhao menjalani hukuman penjara 4 bulan setelah mengaku bersalah atas tindakan kriminal pencucian uang. Hukuman yang dijatuhkan kepada pria yang namanya sering disingkat menjadi CZ tersebut, lebih lunak dari gugatan jaksa. Jaksa federal AS sebelumnya meminta agar hakim untuk menjatuhkan hukuman 3 tahun penjara.

    Otoritas AS telah menyelidiki Binance selama bertahun-tahun. Zhao dituduh dengan sengaja melanggar UU anti-pencucian uang karena membiarkan Binance memproses transaksi keuangan terkait aktivitas kriminal, baik antara warga AS maupun dengan transaksi yang melibatkan orang dari wilayah yang dikenai sanksi oleh pemerintah AS.

    Binance dikenai denda US$ 4,3 miliar, sedangkan Zhao harus membayar denda US$ 50 juta.

    Selain berhadapan dengan jaksa federal, Binance juga harus membela diri dari tuduhan oleh Komisi Saham dan Bursa AS (SEC) dan Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka (CFTC) dalam kasus penyalahgunaan aset milik pelanggan dan penyelenggaraan bursa tak berizin.

    Hukuman yang dijatuhkan kepada Changpeng Zhao jauh lebih ringan dibanding hukuman 25 tahun penjara yang dijatuhkan kepada pendiri bursa kripto FTX, Sam Bankman-Fried.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ketegangan Dagang AS-China Memuncak Jelang Pertemuan Trump-Xi Jinping

    Ketegangan Dagang AS-China Memuncak Jelang Pertemuan Trump-Xi Jinping

    Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan dagang AS-China kembali tegang sepekan jelang pertemuan kedua pemimpinnya, Donald Trump dan Xi Jinping, yang dipicu oleh langkah Beijing memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang.

    Ketegangan yang telah lama membara memuncak pada awal Oktober, setelah Beijing memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth) sebagai respons terhadap keputusan AS menambah daftar perusahaan yang dilarang membeli teknologi asal Negeri Paman Sam.

    Langkah China memperketat kendali atas mineral penting, termasuk di luar wilayahnya, dinilai sebagai ekspansi besar terhadap instrumen kebijakan perdagangannya dan menunjukkan niat Beijing untuk memanfaatkan dominasinya dalam rantai pasok global.

    China, yang memproduksi lebih dari 90% pasokan logam tanah jarang dunia, merancang pembatasan tersebut dengan meniru aturan AS yang sebelumnya membatasi ekspor produk semikonduktor ke negara Asia tersebut.

    “Ini merupakan perluasan besar dari yurisdiksi ekstrateritorial. Bahasanya sangat eksplisit, secara khusus menargetkan sejumlah chip,” ujar Cory Combs, analis di lembaga konsultasi Trivium China dikutip dari Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Menurut dua sumber yang mengetahui pembahasan internal, pemerintahan Trump terkejut oleh langkah balasan China. Sumber lain menyebut pejabat AS kini tengah menanyakan dampak kebijakan itu terhadap perusahaan-perusahaan Amerika.

    Para analis menilai, meski Beijing berupaya menggambarkan kebijakan ekspornya bersifat terbatas, kerangka aturan tersebut telah disiapkan lama dan kemungkinan besar akan tetap diterapkan.

    Washington menuduh Beijing melancarkan perang ekonomi, sementara Trump memperingatkan pertemuan puncak dengan Xi bisa saja batal. Kedua pihak pun saling menuding sebagai penyebab eskalasi mendadak hubungan bilateral.

    Padahal, hanya beberapa pekan sebelumnya Trump sempat memuji adanya kemajuan dalam pembahasan sejumlah isu — mulai dari perdagangan dan aplikasi TikTok hingga penyelundupan fentanyl dan perang di Ukraina — setelah pembicaraan di Madrid dan panggilan telepon dengan Xi pada September lalu.

    Para analis menilai, sekalipun pertemuan antara Trump dan Presiden Xi Jinping tetap berlangsung, keyakinan masing-masing pihak bahwa mereka berada di posisi lebih kuat — ditambah sikap Beijing yang semakin tegas — membuat kemungkinan tercapainya kesepakatan hanya terbatas pada sejumlah isu kecil.

    “China menilai negosiasi saja tidak cukup dan langkah tandingan yang efektif terhadap AS diperlukan untuk mencegah tekanan lebih lanjut,” kata Wu Xinbo, Direktur Pusat Kajian Amerika di Universitas Fudan, Shanghai.

    Wu menambahkan, langkah terbaru China mencerminkan perubahan pendekatan dalam negosiasi ekonomi dan perdagangan dengan AS selama masa jabatan kedua Trump.

    Trump Ancam Tarif 100%

    Trump menegaskan masih berencana bertemu Xi di Korea Selatan pada akhir Oktober, di sela-sela pertemuan APEC, dan berharap dapat mencapai kesepakatan. Namun, dia kembali mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100% jika pembicaraan gagal.

    Sebagai upaya terakhir meredam ketegangan, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dijadwalkan bertemu di Malaysia dalam beberapa hari ke depan.

    Pertemuan tersebut mengikuti serangkaian negosiasi keras di berbagai ibu kota Eropa — mulai dari Jenewa hingga Stockholm — yang mencakup isu perdagangan, fentanyl, akses pasar, dan komitmen ekonomi. Kedua pihak saling menuding gagal menepati janji setelah pembicaraan itu.

    Seorang sumber yang memahami kebijakan Gedung Putih menyebut para pejabat senior Trump memandang langkah China terhadap ekspor logam tanah jarang sebagai perang ekonomi terbuka.

    “Potensi eskalasinya sangat serius. “Tidak ada solusi cepat seperti jeda 90 hari yang pernah dilakukan sebelumnya,” ujar sumber tersebut.

    Sama-sama Percaya Diri

    Michael Hart, Presiden Kamar Dagang AS di China, mengatakan salah satu tantangan utama adalah keyakinan masing-masing pihak bahwa kedua negara memiliki posisi tawar yang lebih kuat.

    “Pejabat China merasa percaya diri terhadap perekonomian mereka dan melihat AS sedang dilanda kekacauan ekonomi dan politik. Karena itu, mereka merasa berada di posisi yang kuat,” ujarnya.

    Namun, di sisi lain, pejabat AS justru merasa yakin kondisi ekonomi mereka lebih solid dan menilai ekonomi China sedang melemah.

    Ketidakselarasan kebijakan AS terhadap China disebut semakin memperumit upaya meredakan ketegangan, di tengah kombinasi langkah hukuman dan pelonggaran terbatas terhadap ekspor chip serta kesepakatan aplikasi media sosial TikTok.

    “Orang-orang yang saya temui di Washington mengatakan kebijakan pemerintahan Trump terhadap China cukup keras. Namun mereka juga mengakui, Presiden Trump sendiri terkadang lebih fleksibel dan pragmatis,” kata Hart.

    Meski kedua pihak bersiap melanjutkan pembicaraan, Washington dan Beijing juga mulai memperluas strategi diversifikasi ekonomi serta menyiapkan langkah baru untuk mengurangi ketergantungan satu sama lain.

    Pada awal pekan ini, Trump menandatangani pakta mineral strategis dengan Australia guna mengimbangi peran dominan China di sektor tersebut. Di sisi lain, AS juga tengah mempertimbangkan kebijakan baru untuk membatasi ekspor produk berbasis perangkat lunak.

    Pejabat AS juga menyatakan pemerintah sedang menyiapkan tarif sektoral tambahan yang mencakup industri semikonduktor, farmasi, dan sektor strategis lainnya.

    Sebaliknya, China diperkirakan dapat mengambil langkah balasan dengan memperketat penerapan aturan ekspor logam tanah jarang, meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap perusahaan AS, atau meningkatkan tarif seperti yang dilakukan pada April lalu.

    Di tengah ketidakpercayaan yang kian dalam, sebagian pejabat AS menilai skenario paling optimistis adalah kesepakatan lanjutan dari Phase One Deal tahun 2020. Kesepakatan yang mencakup pembelian kedelai atau produk pertanian lain dinilai lebih mudah dicapai.

    “Skenario terbaik adalah langkah-langkah membangun kepercayaan dan arahan untuk melanjutkan negosiasi kesepakatan baru yang bisa diluncurkan pada paruh pertama tahun depan,” ujar Peter Harrell, mantan pejabat ekonomi internasional di pemerintahan Biden.

  • Rusia Tanggapi Santai Sanksi AS terhadap 2 Raksasa Minyaknya

    Rusia Tanggapi Santai Sanksi AS terhadap 2 Raksasa Minyaknya

    Jakarta

    Pemerintah Rusia menanggapi santai sanksi-sanksi baru yang dijatuhkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap dua raksasa minyak Rusia. Ditegaskan bahwa Rusia kebal terhadap sanksi yang dijatuhkan akibat serangan berkelanjutannya terhadap Ukraina tersebut.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, bahkan mengingatkan Amerika Serikat untuk tidak mengikuti contoh pemerintahan sebelumnya yang menantang Moskow dengan sanksi-sanksi. Dia menekankan bahwa hal itu akan berakhir dengan “kegagalan.”

    “Negara kita telah mengembangkan kekebalan yang kuat terhadap pembatasan Barat dan akan terus dengan percaya diri mengembangkan potensi ekonominya, termasuk potensi energinya,” kata Zakharova, dalam sebuah briefing mingguan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/10/2025).

    Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia pada hari Rabu (22/10) waktu setempat. Trump mengeluh bahwa pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang Ukraina “tidak membuahkan hasil.”

    Uni Eropa juga mengumumkan rangkaian sanksi baru untuk menekan Rusia agar mengakhiri invasi tanpa henti selama tiga setengah tahun terhadap Ukraina, negara tetangganya, yang bersekutu dengan Washington.

    Trump sebelumnya telah menunda penerapan sanksi terhadap Rusia selama berbulan-bulan. Namun, kesabarannya habis setelah rencana pertemuan dengan Putin di Budapest gagal.

    “Setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, percakapan saya lancar, dan setelah itu tidak ada kelanjutannya,” kata Trump menanggapi pertanyaan dari wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih pada Rabu (22/10) waktu setempat.

    Sanksi AS tersebut merupakan peningkatan besar dalam tindakan AS terhadap Rusia dan mencerminkan rasa frustrasi Trump yang semakin besar karena tidak dapat membujuk Putin untuk mengakhiri konflik.

    Sanksi tersebut mencakup pembekuan semua aset perusahaan minyak Rosneft dan Lukoil di Amerika Serikat, sekaligus melarang semua perusahaan AS berbisnis dengan kedua raksasa minyak Rusia tersebut.

    “Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak terbesar Rusia yang mendanai mesin perang Kremlin,” kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam sebuah pernyataan.

    Bessent mengatakan bahwa sanksi tersebut merupakan “salah satu sanksi terbesar yang telah kami terapkan terhadap Federasi Rusia.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)