Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Trump Jual Visa Emas ke Orang Asing yang Ingin Jadi Warga AS, Bisa Mulai Dibeli 2 Minggu Lagi – Halaman all

    Trump Jual Visa Emas ke Orang Asing yang Ingin Jadi Warga AS, Bisa Mulai Dibeli 2 Minggu Lagi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump baru saja mengumumkan kebijakan imigrasi baru.

    Trump menjual Gold Card atau Visa Emas kepada orang asing kaya raya yang ingin menjadi warga negara Amerika.

    “Kami akan menjual Visa Emas,” kata Trump dalam pidatonya di Ruang Oval Gedung Putih pada Selasa (25/2/2025), dikutip dari AFP.

    Visa Emas ini bisa menjadi jalan pintas bagi mereka yang ingin mendapatkan kewarganegaraan AS, mulai dari individu biasa hingga oligarki internasional.

    Dengan membeli visa ini seharga US$5 juta (sekitar Rp81,8 miliar), pemegangnya akan mendapatkan hak tinggal dan bekerja di AS serta jalur menuju kewarganegaraan, 

    “Ada visa hijau dan ini adalah Visa Emas,” ucapnya.

    “Kami akan menetapkan harga sekitar US$5 juta untuk visa ini, yang memberikan hak yang sama seperti visa hijau, ditambah jalur menuju kewarganegaraan,” paparnya.

    “Orang kaya akan datang ke negara kita dengan membeli visa ini,” jelasnya.

    Trump mengatakan penjualan visa ini akan dimulai dalam dua minggu ke depan.

    Ia sangat optimis bahwa ratusan Visa Emas akan terjual.

    Ketika ditanya apakah ia akan mempertimbangkan untuk menjual visa ini kepada oligarki Rusia, Trump menjawab, “Ya, mungkin saja. Saya mengenal beberapa oligarki Rusia yang merupakan orang-orang baik.”

    Pernyataan ini muncul di tengah kekhawatiran sekutu Eropa terhadap kedekatan Trump dengan Rusia, terutama terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.

    Visa Emas Gantikan Visa EB-5

    Dikutip dari NPR, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjelaskan visa emas ini akan menggantikan program visa investor EB-5 yang telah ada sejak 1992.

    Visa EB-5 memungkinkan imigran untuk mendapatkan green card setelah berinvestasi minimal US$1.050.000 dalam proyek yang menciptakan lapangan kerja di AS, atau US$800.000 di area dengan tingkat pengangguran tinggi atau daerah ekonomi terpuruk.

    Ia menekankan pelamar visa emas akan melalui pemeriksaan ketat.

    “Mereka tentu akan melalui proses penyaringan untuk memastikan bahwa mereka adalah warga dunia kelas atas yang luar biasa,” kata Lutnick seperti dikutip dari CNN.

    Lutnick, yang mendukung visa emas, menyebut program EB-5 penuh dengan “omong kosong, kepura-puraan, dan penipuan”.

    Program visa EB-5 selama ini banyak dimanfaatkan oleh bisnis-bisnis yang terkait dengan Trump dan keluarganya untuk mendanai proyek properti besar.

    Program EB-5 sempat mendapat kritik, terutama di masa jabatan Trump.

    Sebagian pihak mengingatkan program ini menyimpang dari tujuan aslinya.

    Pihak lainnya bahkan meminta reformasi terhadap program tersebut.

    Potensi Keuntungan Gold Card atau Visa Emas

    Menurut Trump, visa emas ini juga bertujuan untuk mengurangi utang nasional AS.

    “Satu juta visa akan bernilai US$5 triliun.

    “Jika Anda menjual 10 juta visa, itu akan menjadi US$50 triliun. Kami memiliki utang US$35 triliun. Itu akan sangat membantu,” ujarnya optimis.

    Program ini juga diharapkan dapat mendatangkan orang-orang kaya dan sukses yang akan berinvestasi, membayar pajak, serta menciptakan lapangan kerja.

    “Mereka akan menghabiskan banyak uang dan membayar banyak pajak, dan kami pikir ini akan sangat sukses,” kata Trump.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump akan Jual Visa Emas Senilai 5 Juta Dolar, Pemiliknya Bisa Jadi Permanent Resident di AS – Halaman all

    Trump akan Jual Visa Emas Senilai 5 Juta Dolar, Pemiliknya Bisa Jadi Permanent Resident di AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan AS akan menjual Golden Visa atau Visa Emas senilai lima juta dolar.

    Kartu izin tinggal tersebut akan memberikan status permanent resident (penduduk tetap) bagi pemiliknya di AS.

    Visa tersebut berbeda dengan Visa EB-5 berwarna hijau yang diluncurkan pada tahun 1990 bagi individu yang berinvestasi di AS.

    “Kami akan menjual kartu (Visa) emas,” kata Donald Trump kepada wartawan di Ruang Oval, Gedung Putih, pada Selasa (25/2/2025).

    “Anda memiliki kartu hijau (Visa EB-5), ini adalah kartu emas. Kami akan mematok harga kartu ini sekitar 5 juta dolar,” lanjutnya.

    Donald Trump menekankan pemegang Visa Emas tetap akan membayar pajak di Amerika Serikat.

    “Orang-orang kaya akan datang ke negara kita dengan membeli kartu ini, mereka akan menjadi kaya dan sukses, dan mereka akan menghabiskan banyak uang dan membayar banyak pajak dan mempekerjakan banyak orang,” kata Trump.

    Presiden AS menjelaskan proses penjualan Visa Emas ini diharapkan akan dimulai dalam waktu dua minggu.

    “Ini seperti kartu hijau tetapi pada tingkat kecanggihan yang lebih tinggi,” katanya, seperti diberitakan Axios.

    Donald Trump mengatakan Visa Emas dapat berfungsi sebagai salah satu jalur menuju kewarganegaraan AS.

    “Kartu emas ini akan memungkinkan pemegangnya untuk memperoleh kewarganegaraan Amerika dalam jangka panjang,” tambahnya.

    Para oligarki Rusia, yang sebagian besar telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat sejak dimulainya perang Rusia di Ukraina, mungkin dapat mengajukan permohonan visa ini.

    “Saya kenal beberapa oligarki Rusia yang merupakan orang-orang yang sangat baik. Mereka mungkin memenuhi syarat untuk membelinya,” kata Trump.

    Donald Trump menekankan Visa Emas ini akan memungkinkan untuk menarik orang-orang ke sektor Teknologi Informasi (TI) yang mampu menciptakan lapangan kerja, orang-orang dengan level yang sangat tinggi.

    “Saya pikir perusahaan akan membayar untuk mendatangkan orang di bawah kartu baru,” katanya.

    “Apple dan semua perusahaan yang ingin orang datang dan bekerja untuk mereka akan dapat membeli kartu emas,” tambahnya.

    Ia yakin AS dapat menjual lebih dari satu juta Visa Emas.

    Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, telah mengindikasikan Visa Emas tersebut akan menggantikan visa EB-5 dalam waktu dua minggu, seperti diberitakan AP News.

    “Kartu emas, yang pada dasarnya adalah kartu penduduk tetap (kartu hijau), akan meningkatkan biaya visa bagi investor dan menghilangkan penipuan dan gangguan yang telah diciptakan oleh program EP-5. Seperti halnya kartu hijau lainnya, visa ini akan mencakup jalur menuju kewarganegaraan,” kata Howard Lutnick dalam pertemuannya dengan Trump pada Selasa kemarin.

    Program baru ini secara efektif akan memungkinkan orang kaya membeli jalan mereka ke AS tanpa harus menciptakan lapangan kerja atau membangun bisnis.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1099: Parlemen Ukraina Akui Legitimasi Zelensky untuk Tetap Menjabat – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1099: Parlemen Ukraina Akui Legitimasi Zelensky untuk Tetap Menjabat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.099 pada Rabu (26/2/2025).

    Pada tengah malam, Rusia menyerang Ukraina dengan pesawat tak berawak hingga ledakan terdengar di Kyiv, Kharkiv dan Sumy.

    Walikota Kharkiv, Igor Terekhov, melaporkan empat pendaratan pesawat tak berawak telah tercatat di Kharkiv pada pukul 01.00 waktu setempat.

    Di Kharkiv, dua orang terluka karena pesawat tanpa awak (drone) yang terbang ke gedung bertingkat pada pukul 03.00 waktu setempat, seperti diberitakan Telegraf.

    Eropa Semakin Gencar Cari Cara Manfaatkan Aset Rusia yang Disita

    Eropa sedang berupaya untuk menggunakan ratusan miliar kekayaan pemerintah Rusia yang dibekukan dalam sistem perbankan internasional untuk membantu pertahanan Ukraina.

    Eropa dan G7 telah menemukan cara untuk menggunakan bunga dari aset keuangan tersebut untuk membantu Ukraina dalam perang, tetapi ibu kotanya, Kyiv, tetap terkunci sejak invasi Februari 2022.

    “Eropa harus bertindak cepat, dan saya percaya kita harus beralih dari pembekuan aset menjadi penyitaan aset. Ini bukan masalah yang dapat ditangani sendiri oleh pemerintah mana pun,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy.

    “Kita harus bertindak dengan sekutu Eropa,” tegasnya, seperti diberitakan The Guardian.

    Perdana Menteri Ceko, Petr Fiala, juga mengatakan Barat harus menggunakan uang tersebut untuk membiayai perlengkapan militer bagi Ukraina.

    Sebelumnya, mereka gagal mencapai kesepakatan tentang cara menyita uang Rusia tanpa menghadapi tantangan hukum atau membuat preseden internasional yang bermasalah.

    Ceko: Ukraina Terima 500 Ribu Peluru Artileri pada Tahun 2024

    Perdana Menteri Ceko, Petr Fiala, mengatakan Ukraina menerima 500.000 peluru artileri yang dibeli di luar Eropa pada tahun 2024 berdasarkan inisiatif yang dijalankan oleh Republik Ceko.

    “Secara keseluruhan, Ceko mengoordinasikan pasokan sekitar 1,5 juta peluru secara total pada tahun 2024. Delapan belas negara termasuk Kanada, Jerman, dan Portugal mengumpulkan sekitar 1,8 miliar dolar hingga Juni 2024 untuk membeli peluru 155mm di bawah bendera inisiatif amunisi Ceko,” katanya, yang kemudian menegaskan Ceko terus mengirim puluhan ribu peluru setiap bulan. 

    Ini menandai peningkatan dari upaya Eropa untuk mengirim Ukraina satu juta peluru pada Maret 2024 – yang diperpanjang hingga Desember 2024 karena kekurangan produksi.

    Inggris akan Menjamu Sejumlah Negara

    Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris, mengatakan ia akan menjamu sejumlah pemimpin negara pada pekan ini.

    Rencana ini disampaikan setelah ia kembali dari menemui Donald Trump di Gedung Putih pada hari Kamis (27/2/2025).

    “Saya akan menjamu sejumlah negara di akhir pekan ini agar kita dapat terus membahas bagaimana kita bisa maju bersama sebagai sekutu mengingat situasi yang kita hadapi,” kata Keir Starmer pada Selasa (25/2/2025).

    Biaya Rekonstruksi Ukraina Diestimasi 524 Miliar Dolar

    Biaya rekonstruksi dan pemulihan di Ukraina setelah tiga tahun invasi skala penuh Rusia akan mencapai 524 miliar dolar selama dekade berikutnya.

    Estimasi ini berdasarkan laporan yang dirilis oleh Pemerintah Ukraina, Kelompok Bank Dunia, Komisi Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Serangan Rusia di Berbagai Wilayah Ukraina

    Serangan pesawat nirawak Rusia melukai seorang wanita berusia 19 tahun dan membakar sebuah rumah di Kyiv oblast, menurut laporan Mykola Kalashnyk, gubernur daerah tersebut.

    Kota tersebut, wilayah di sekitarnya, dan separuh timur Ukraina berada di bawah peringatan serangan udara sejak Selasa malam.

    Selain itu di Kramatorsk, tembakan Rusia menghantam kawasan permukiman, merusak 17 rumah.

    “Serangan Rusia terhadap kota Kramatorsk di Ukraina timur pada hari Selasa menewaskan satu orang dan melukai sedikitnya 14 orang, termasuk empat anak-anak,” kata polisi nasional Ukraina.

    Parlemen Ukraina Akui Legitimasi Zelensky untuk Tetap Menjabat

    Parlemen Ukraina dengan suara mayoritas menyetujui sebuah resolusi yang menegaskan legitimasi Presiden Volodymyr Zelenskyy  untuk tetap menjabat, dan menegaskan konstitusionalitas penundaan pemilihan presiden saat negara tersebut sedang berperang.

    Sebanyak 268 anggota parlemen yang hadir pada hari Selasa (25/2/2025) memberikan suara bulat untuk menyetujui resolusi tersebut, sementara 12 anggota parlemen lainnya tidak hadir selama sidang tersebut.

    Resolusi tersebut dirancang oleh pimpinan parlemen sebagai bentuk dukungan simbolis terhadap Zelensky, yang masa jabatannya sebagai presiden berakhir pada bulan Mei tahun 2024.

    Pemungutan suara tersebut terjadi setelah pekan lalu Presiden AS Donald Trump menyebut Zelensky sebagai diktaktor tanpa pemilu.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Trump Jual Visa Emas ke Orang Asing yang Ingin Jadi Warga AS, Bisa Mulai Dibeli 2 Minggu Lagi – Halaman all

    Trump Tegas Sebut AS Tak Akan Beri Bantuan Militer ke Ukraina, Singgung soal Pengembalian Uang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menegaskan bahwa Washington tidak akan memberikan bantuan militer lagi kepada Ukraina.

    Donald Trump bersikeras bahwa para pembayar pajak Amerika harus mendapatkan kembali uang mereka yang telah diinvestasikan.

    Sementara itu, Donald Trump menuntut negara-negara Eropa dan NATO untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk keamanan Ukraina.

    Dikutip dari Russia Today, Trump juga menuntut akses ke sumber daya alam Ukraina sebagai kompensasi atas bantuan yang telah diberikan kepada Kyiv selama perang.

    Ketika ditanya apa yang akan didapatkan Kyiv sebagai balasannya, Trump menyatakan bahwa Ukraina telah menerima $350 miliar dalam bentuk peralatan, perlengkapan militer, dan hak untuk terus bertempur, dan awalnya hak untuk bertempur.

    “Lihat… tanpa Amerika Serikat beserta uang dan peralatan militernya, perang ini akan berakhir dalam waktu yang sangat singkat,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

    “Tanpa peralatan Amerika, perang ini akan berakhir dengan cepat – uang Amerika juga, banyak sekali,” lanjutnya.

    Ketika ditanya tentang keberlanjutan pengiriman senjata dan amunisi ke Ukraina, Trump mengatakan pengiriman dapat terus berlanjut untuk sementara waktu, mungkin sampai mencapai kesepakatan dengan Rusia.

    “Lihat, kita perlu mencapai kesepakatan dengan Rusia, kalau tidak, ini akan terus berlanjut.”

    “Ini bisa berlangsung lama, atau bisa juga diselesaikan dengan cepat. Saya berbicara dengan Presiden Putin, dan saya pikir dia ingin menyelesaikannya,” tegas Trump.

    “Saya baru saja memberi tahu Anda. Saat ini, kami tidak menyediakan apa pun,” klaim Trump, saat didesak apakah AS akan mengirim pertahanan udara tambahan ke Kyiv.

    Saat ditanya apakah Washington akan melanjutkan dukungan militer di masa mendatang, ia menegaskan kembali bahwa “Eropa akan bertanggung jawab besar atas hal itu”.

    Kiev membantah perkiraan Trump soal bantuan sebesar $350 miliar, dengan bersikeras bahwa Washington sebenarnya telah memberikan kurang dari $100 miliar.

    Sejak Februari 2022, Kongres AS telah mengalokasikan $183 miliar untuk Ukraina, termasuk lebih dari $66 miliar dalam bentuk bantuan keamanan langsung, menurut Pentagon dan Pengawasan Ukraina, kelompok antarlembaga yang bertanggung jawab untuk menyampaikan laporan kepada Kongres.

    Pemerintahan Trump telah berulang kali mengisyaratkan niatnya untuk meminimalkan keterlibatan AS setelah gencatan senjata potensial tercapai, sebaliknya bertujuan untuk mentransfer beban keuangan dan logistik untuk mendukung Kiev ke sekutu regional.

    Zelensky Sepakat Soal Tanah Jarang

    Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi kepada Kyiv Independent bahwa kesepakatan soal logam tanah jarang dengan AS telah tercapai.

    Negosiasi seputar kesepakatan tersebut telah memicu ketegangan antara Trump dan Zelensky dalam seminggu terakhir.

    Financial Times melaporkan bahwa Ukraina telah mendapatkan persyaratan yang lebih menguntungkan selama negosiasi dan membingkai kesepakatan tersebut sebagai cara untuk memperkuat hubungan dengan AS.

    Kabinet Menteri Ukraina diperkirakan akan merekomendasikan pada Selasa (26/2/2025) agar kesepakatan tersebut ditandatangani, sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan kepada Bloomberg.

    Zelensky kemungkinan akan menuju Washington untuk menghadiri upacara penandatanganan dalam beberapa minggu mendatang, menurut Financial Times.

    Penandatanganan tersebut dapat dilakukan paling cepat pada 28 Februari 2025, menurut laporan seorang pejabat senior Ukraina kepada AFP.

    Trump mengatakan kepada wartawan pada tanggal 25 Februari 2025 bahwa Zelensky akan mengunjungi Gedung Putih untuk upacara penandatanganan pada tanggal 28 Februari 2025.

    Versi final perjanjian tersebut, tertanggal 24 Februari, menetapkan dana yang akan disumbangkan Ukraina sebesar 50 persen dari hasil “monetisasi masa depan” sumber daya mineral milik negara , termasuk minyak, gas, dan logistik terkait.

    Dana tersebut akan diinvestasikan dalam proyek-proyek di Ukraina.

    Kesepakatan itu mengecualikan sumber daya yang sudah berkontribusi pada anggaran negara Ukraina, yang berarti tidak akan mencakup operasi oleh Naftogaz dan Ukrnafta, produsen minyak dan gas terbesar di negara itu.

    Perjanjian tersebut tidak mencakup jaminan keamanan dari AS, yang awalnya ditekankan oleh Kyiv.

    Ketika ditanya apa yang Ukraina dapatkan dari kesepakatan tersebut, Trump mengatakan Ukraina menerima “peralatan militer dan hak untuk terus bertempur”.

    Tidak jelas apakah “peralatan militer” dalam hal ini merujuk pada senjata yang dikirim sebelumnya atau bantuan masa depan untuk Kyiv.

    Draf perjanjian terbaru tersebut membatalkan tuntutan AS sebelumnya atas klaim sebesar $500 miliar atas sumber daya alam Ukraina, yang telah menjadi titik kritis utama, menurut media Ukraina Economic Pravda, yang telah melihat perjanjian tersebut.

    Berdasarkan ketentuan yang direvisi, dana tersebut akan menerima 50 persen pendapatan dari infrastruktur terkait sumber daya alam Ukraina, termasuk pelabuhan.

    Kepemilikan bersama akan ditentukan berdasarkan kontribusi keuangan aktual, dan meskipun pengelolaan akan dibagi, AS akan memiliki kewenangan pengambilan keputusan berdasarkan hukumnya sendiri.

    Pertanyaan tentang saham AS dalam dana tersebut dan ketentuan “kepemilikan bersama” akan dibahas dalam perjanjian lanjutan, menurut Financial Times.

    Zelensky sebelumnya menolak usulan AS, dengan alasan kurangnya jaminan keamanan dan keberatan dengan struktur pembayaran 1:2, yang mengharuskan Ukraina mengembalikan dua dolar untuk setiap satu dolar bantuan yang diterima.

    Pemerintahan Trump telah meningkatkan tekanan pada Ukraina untuk menuntaskan kesepakatan tersebut dalam beberapa minggu terakhir, dengan Trump menyerang Zelensky secara terbuka, menyebutnya sebagai “diktator tanpa pemilu” dan mendesaknya untuk “bergerak cepat, atau dia tidak akan punya negara lagi”. (*)

  • Pakar Militer Rusia Peringatkan Moskow Harus Siap Perang dengan NATO – Halaman all

    Pakar Militer Rusia Peringatkan Moskow Harus Siap Perang dengan NATO – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia mungkin harus bersiap untuk berperang dengan NATO dalam dekade mendatang, menurut Igor Korotchenko, pakar militer Rusia dan Direktur Pusat Analisis Perdagangan Senjata Dunia yang berbasis di Moskow.

    Mengutip Newsweek, Korotchenko, yang sering membuat pernyataan kontroversial di media milik negara Rusia, meramalkan konflik masa depan antara Rusia dan Barat.

    Dalam opini yang diterbitkan di surat kabar Moskovsky Komsomolets, pada malam peringatan tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina, Korotchenko menyatakan bahwa Rusia harus bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi militer dengan NATO.

    “Tentara Rusia harus siap menghadapi setiap perkembangan situasi dalam jangka menengah, termasuk potensi konflik militer dengan NATO di Eropa dalam dekade mendatang,” tulisnya.

    Korotchenko menambahkan bahwa meskipun hubungan Rusia dengan Presiden AS Donald Trump saat ini stabil, ada kemungkinan perubahan besar setelah empat tahun, saat pemimpin baru AS terpilih.

    “Oleh karena itu, penilaian Rusia tentang tujuan strategis musuh geopolitiknya tidak boleh didasarkan hanya pada niat elit Barat saat ini, melainkan pada evaluasi kekuatan militer kolektif Barat secara keseluruhan,” tambahnya.

    Apa yang Melatarbelakangi Peringatan Korotchenko?

    Ketegangan antara Rusia dan Barat meningkat pesat sejak invasi yang dilakukan Vladimir Putin ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

    Saat AS dan Rusia berusaha melakukan pembicaraan rahasia untuk mengakhiri perang, anggota NATO mulai mengkhawatirkan keamanan negara-negara Eropa.

    NATO memperingatkan perlunya meningkatkan pertahanan untuk menghadapi potensi agresi Rusia yang bisa melampaui batas Ukraina.

    Rusia, di sisi lain, menuduh NATO terlibat dalam konfrontasi langsung dengan memberikan bantuan militer kepada Ukraina selama konflik berlangsung.

    Pejabat Rusia sering kali mengancam akan menyerang negara-negara anggota NATO karena mengirim peralatan dan senjata ke Ukraina.

    Pada saat yang sama, AS dan Rusia terus bernegosiasi untuk menjadi penengah dalam kesepakatan damai, meskipun Ukraina tidak dilibatkan dalam diskusi ini.

    Starmer Peringatkan Keamanan Eropa

    Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, dalam artikelnya untuk The Telegraph yang diterbitkan pada 16 Februari, menyatakan bahwa Eropa menghadapi momen penting untuk keamanan kolektif.

    “Kita menghadapi momen yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi untuk keamanan kolektif benua kita,” ujar Starmer.

    “Ini bukan hanya masalah masa depan Ukraina, tapi juga masalah eksistensial bagi Eropa.”

    Starmer menyatakan kesiapannya untuk mengerahkan pasukan Inggris di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai potensial, dengan tujuan menjamin perdamaian jangka panjang yang akan mencegah agresi lebih lanjut dari Putin.

    Ancaman Keamanan dari Rusia

    Sementara itu, dinas keamanan Latvia (SAB) memperingatkan bahwa jeda dalam konflik di Ukraina dapat memungkinkan Rusia membangun kembali kekuatan militernya.

    SAB melaporkan pada 17 Februari bahwa badan intelijen Rusia sedang mempersiapkan kemungkinan sabotase di Eropa sebagai bagian dari persiapan untuk konfrontasi jangka panjang dengan NATO.

    “Jika perang di Ukraina membeku, Moskow akan dapat meningkatkan kekuatan militernya di dekat perbatasan timur laut NATO, termasuk negara-negara Baltik, dalam lima tahun ke depan,” kata laporan tersebut.

    Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

    AS dan Rusia saat ini berdiskusi untuk mencapai kesepakatan damai, tetapi tanpa melibatkan Ukraina.

    Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pada 22 Februari bahwa Trump optimis bahwa kesepakatan tersebut dapat segera tercapai.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Trump Pantang Mundur, Blokir China Makin Ganas

    Trump Pantang Mundur, Blokir China Makin Ganas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump makin ganas ‘menghukum’ China dengan berbagai kebijakan. Tak cuma menaikkan tarif tambahan impor barang China 10%, meminta kepemilikan saham 50% atas TikTok, tetapi juga melancarkan pembatasan ekspor chip dan alat pembuat chip canggih.

    Pemblokiran akses chip ke China sudah digencarkan sejak pemerintahan Joe Biden. Namun, di tangan Trump, kebijakan ini terus diperketat.

    Terbaru, pemerintahan Trump berencana kembali memperketat pembatasan semikonduktor ke China yang melanjutkan upaya Biden. Tujuannya menghambat perkembangan industri teknologi China sejara keseluruhan, menurut laporan Bloomberg.

    Beberapa pejabat AS baru-baru ini dilaporkan bertemu dengan petinggi Jepang dan Belanda. Mereka mendiskusikan pembatasan engineer Tokyo Electron dan ASML untuk memelihara peralatan semikonduktor di China, menurut laporan tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa (25/2/2025).

    Beberapa pejabat pemerintahan Trump juga berencana melakukan pembatasan lebih jauh atas jumlah dan tipe chip Nvidia yang bisa diekspor ke China tanpa lisensi, menurut sumber dalam yang familiar dengan isu ini.

    Juru bicara Nvidia dan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, menolak berkomentar atas laporan Bloomberg.

    Tokyo Electron, ASML, Gedung Putih, dan Kementerian Perdagangan Luar Negeri Belanda, tidak segera merespons permintaan komentar dari Reuters.

    Ambisi Trump adalah mempersatukan sekutu-sekutu kunci untuk mendukung kebijakan AS membatasi akses teknologi ke China. Diharapkan para pemasok chip dan alat chip di negara sekutu bisa turut memblokir China, seperti yang dilakukan perusahaan AS, yakni Lam Research, KLA, dan Applied Materials.

    (fab/fab)

  • Media Barat Soroti Momen Jabat Tangan Antara Trump dan Presiden Prancis Macron: Tarik Tambang – Halaman all

    Media Barat Soroti Momen Jabat Tangan Antara Trump dan Presiden Prancis Macron: Tarik Tambang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah media Barat menyoroti momen jabat tangan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai canggung bahkan saling tarik menarik seperti sedang bermain tarik tambang.

    Kedua presiden tersebut bertemu di Gedung Putih pada Senin (24/2/2025), untuk membicarakan perang Rusia-Ukraina.

    Video jabat tangan mereka beredar luas di media sosial.

    Setelah keduanya menepuk pundak masing-masing beberapa kali, Donald Trump tampak menarik kuat tangan Macron dan menahannya selama beberapa detik.

    Macron kemudian mengalihkan pandangannya dari wajah Trump dan melambaikan tangan kepada orang-orang yang hadir untuk menyambutnya.

    USA Today mengulas momen itu dengan judul “Watch Donald Trump’s unusually long handshake with French President Emmanuel Macron,” menekankan kata jabat tangan yang aneh dan lama antar kedua pemimpin.

    New York Post menyebut jabat tangan itu layaknya tarik tambang (tug-of-war) melalui artikelnya yang berjudul “Trump, French President Macron engage in tug-of-war handshake at White House”.

    Serupa, media Inggris The Independent dan Telegraph menyebut jabatan tangan itu aneh, melalui artikelnya yang berjudul “Trump and Macron share awkward long handshake after White House snub” dan “In pictures: Trump and Macron’s awkward handshake diplomacy”.

    JABAT TANGAN CANGGUNG – Tangkap layar YouTube The Sun yang tayang pada 25 Februari 2025, memperlihatkan pertemuan Donald Trump dan Emmanuel Macron di Gedung Putih, Senin (24/2/2025). Momen jabat tangan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dinilai canggung. (Tangkap layar YouTube The Sun)

    Setelah keduanya melakukan percakapan, Trump dan Macron saling menyanjung satu sama lain.

    “Presiden Macron adalah orang yang sangat istimewa menurut saya,” kata Trump di Ruang Oval.

    “Kami adalah sahabat karib, karena kami bekerja sama dengan sangat baik,” kata Macron di Gedung Putih. 

    “AS dan Prancis selalu berdiri di pihak yang sama − pihak yang benar, menurut saya, dalam sejarah.”

    Macron Desak Trump Tidak Berpihak pada Rusia di Tengah Perang Ukraina

    Pada peringatan tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak mantan Presiden AS Donald Trump untuk tidak membuat kesepakatan terburu-buru yang dapat melegitimasi invasi Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Menurut laporan USA TODAY, sekutu Amerika Serikat terkejut dengan cepatnya pembicaraan antara Trump dan pemerintah Rusia.

    Bahkan, Gedung Putih menyarankan bahwa Rusia mungkin diizinkan untuk mempertahankan wilayah yang direbut secara ilegal, demi mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    Trump menuding Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai penyebab terjadinya invasi, menyebutnya sebagai “diktator tanpa pemilu.”

    Trump juga mendesak Zelenskyy untuk menandatangani kesepakatan mineral yang memungkinkan Amerika Serikat mendapatkan kembali dana yang telah dihabiskan untuk mendukung pertahanan Ukraina di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.

    Zelenskyy memang membatalkan pemilihan umum yang seharusnya digelar pada musim semi 2024 dengan alasan perang yang sedang berlangsung.

    Macron telah mengatur dua sesi darurat dan melakukan dua panggilan telepon dengan Trump sebelum kunjungannya pada hari Senin, yang menurutnya merupakan “titik balik” bagi peran Eropa dalam perundingan damai.

    Selain itu, Macron dan Trump juga berpartisipasi dalam panggilan telepon bersama para pemimpin Kelompok Tujuh (G7), termasuk Kanada, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris, untuk membahas situasi Ukraina.

    “Kami ingin perdamaian segera terwujud, namun tidak melalui kesepakatan yang lemah,” ujar Macron dalam konferensi pers pada hari Senin. “Presiden Putin telah melanggar perdamaian.”

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Donald Trump Pastikan Tarif Impor AS ke Kanada dan Meksiko Berlaku Sesuai Jadwal – Page 3

    Donald Trump Pastikan Tarif Impor AS ke Kanada dan Meksiko Berlaku Sesuai Jadwal – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memastikan tarif impor AS dari Kanada dan Meksiko akan diberlakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

    Dilaporkan, Trump sempat ditanya apakah tarif impor yang sempat ditunda atas Kanada dan Meksiko akan segera berlaku kembali.

    “Tarif diberlakukan tepat waktu, sesuai jadwal,” ungkap Donald Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dikutip dari CNBC International, Selasa (25/2/2025)

    “Jadi tarif akan diberlakukan, ya, dan kami akan menguasai banyak wilayah,” ucap dia.

    Pada 1 Februari 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif sebesar 25% atas produk dari Meksiko dan Kanada, serta bea masuk sebesar 10% atas impor sumber energi dari Kanada.

    Trump mendasarkan perintah eksekutif tersebut pada dugaan kegagalan Meksiko dan Kanada untuk menghentikan kejahatan dan perdagangan narkoba di perbatasan AS masing-masing.

    Sempat Ada Keputusan Penundaan

    Namun, Trump menghentikan tarif baru tersebut dua hari kemudian, setelah Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membuat janji terpisah untuk meningkatkan upaya pengawasan perbatasan mereka.

    Saat itu, Trump mengatakan tarif impor atas barang-barang Kanada akan dihentikan selama 30 hari, dan bea atas impor Meksiko juga akan ditunda dalam kurun waktu serupa.

    Ia mengatakan, selama kurun waktu tersebut, pemerintahannya akan terlibat dalam negosiasi dengan Meksiko dan mengejar kesepakatan ekonomi final dengan Kanada.

    Selain Kanada dan Meksiko, Trump juga mengenakan tarif 10% atas impor dari China dan mengumumkan rencana untuk mengenakan “tarif timbal balik” pada mitra dagang Amerika.

    China sendiri telah membalas dengan tarif yang ditargetkan pada impor AS, yang memicu kekhawatiran bahwa perang dagang antara kedua negara adikuasa itu dapat meningkat,

    Sebelum Trump menghentikan tarif impor pada dua negara tetangga AS itu, baik Trudeau maupun Sheinbaum mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif balasan pada impor Amerika.

     

     

  • Presiden Prancis Macron Tiba di Gedung Putih, Bakal Bahas Nasib Ukraina dengan Trump

    Presiden Prancis Macron Tiba di Gedung Putih, Bakal Bahas Nasib Ukraina dengan Trump

    JAKARTA – Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba di Gedung Putih untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden AS Donald Trump. Pertemuan  diharapkan membahas prospek mengakhiri perang Ukraina di tengah perbedaan pendapat mengenai cara melanjutkannya.

    Macron menjadi pemimpin Eropa pertama yang mengunjungi Trump sejak dia kembali berkuasa sebulan lalu.

    Dilansir Reuters, Senin, 24 Februari, kedua pemimpin akan berpartisipasi dalam panggilan G7, mengadakan pembicaraan bilateral dan kemudian memimpin konferensi pers bersama yang dijadwalkan pada pukul 14.00 waktu setempat, Senin, 24 Februari.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer akan mengunjungi Trump akhir pekan ini, di tengah kekhawatiran di Eropa atas sikap keras Trump terhadap Ukraina dan tawaran kepada Moskow mengenai konflik tiga tahun tersebut.

    Macron dan Starmer diperkirakan akan mencoba meyakinkan Trump untuk tidak terburu-buru mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan cara apa pun, tetap melibatkan Eropa, dan mendiskusikan jaminan militer kepada Ukraina.

    Trump dan timnya telah merundingkan perjanjian bagi hasil dengan Ukraina untuk mendapatkan kembali sebagian uang yang telah dikirim oleh pemerintahan Biden sebelumnya ke Kyiv dalam bentuk senjata untuk mengusir Rusia.

    Trump mengatakan pada akhir pekan, dia yakin kesepakatan akan segera tercapai.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu lalu menolak permintaan AS sebesar $500 miliar kekayaan mineral dari Ukraina untuk membayar kembali bantuan Washington pada masa perang.

    Kyiv mengatakan sejauh ini AS belum memberikan pasokan yang mendekati jumlah tersebut dan tidak menawarkan jaminan keamanan khusus dalam perjanjian tersebut.

    Macron mencoba memanfaatkan hubungan dengan Trump yang dibangun selama masa jabatan presiden pertama mereka. Ia mengatakan bahwa menyetujui kesepakatan yang buruk berarti menyerah pada Ukraina dan menandakan kelemahan musuh-musuh AS, termasuk Tiongkok dan Iran.

    “Saya akan mengatakan kepadanya: jauh di lubuk hati Anda tidak boleh lemah di hadapan Presiden (Putin). Itu bukan Anda, ini bukan apa yang Anda buat dan itu bukan demi kepentingan Anda,” katanya dalam sesi tanya jawab selama satu jam di media sosial menjelang kunjungan ke Gedung Putih pada Senin.

  • Eropa Usulkan Pasukan Perdamaian di Ukraina, Trump Bilang Putin Setuju

    Eropa Usulkan Pasukan Perdamaian di Ukraina, Trump Bilang Putin Setuju

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menerima gagasan Eropa untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata nantinya.

    Pernyataan itu, seperti dilansir Reuters, Selasa (25/2/2025), disampaikan Trump saat melakukan pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang berkunjung ke Gedung Putih, Washington DC, pada Senin (24/2) waktu setempat.

    Macron menambahkan bahwa Eropa siap untuk membantu mewujudkan gagasan tersebut.

    Trump dan Macron menguraikan upaya-upaya untuk menegosiasikan diakhirinya perang Ukraina dalam pembicaraan di Ruang Oval Gedung Putih, setelah keduanya melakukan video conference dengan para pemimpin G7 lainnya untuk menandai peringatan tiga tahun perang Ukraina, yang dipicu invasi militer Rusia.

    “Ya, dia akan menerimanya,” kata Trump ketika ditanya soal apakah Putin akan menerima kehadiran pasukan penjaga perdamaian di Ukraina.

    “Saya secara khusus menanyakan pertanyaan itu kepadanya. Dia tidak mempermasalahkannya,” ujar Trump.

    Meskipun berbeda pandangan, Trump dan Macron menyepakati untuk bekerja bersama dalam mewujudkan perdamaian di Ukraina. Macron menjadi pemimpin Eropa pertama yang mengunjungi Trump sejak dia kembali ke Gedung Putih bulan lalu.

    Dalam pertemuan itu, Macron mengatakan bahwa dirinya dan Trump sama-sama menginginkan “perdamaian jangka panjang yang solid”. Dia juga menyebut Eropa memiliki peran dalam memberikan jaminan keamanan.

    Menurut Macron, pertama-tama, gencatan senjata perlu dinegosiasikan, dan kemudian perjanjian damai yang didukung oleh jaminan keamanan diwujudkan.

    “Kami siap dan bersedia memberikan jaminan keamanan, yang mungkin mencakup pasukan, tapi mereka akan berada di sana untuk menjaga perdamaian,” cetus Macron saat menjawab pertanyaan wartawan bersama Trump di Ruang Oval Gedung Putih.

    “Pasukan itu tidak akan berada di garis depan. Mereka tidak akan menjadi bagian dari konflik apa pun. Mereka akan berada di sana untuk memastikan perdamaian dihormati,” tegasnya.

    Ditambahkan Marcon bahwa dirinya juga menginginkan keterlibatan AS yang “kuat” dalam rencana tersebut.

    “Saya kira kita bisa mengakhirinya dalam beberapa minggu — jika kita cerdas. Jika kita tidak cerdas, hal ini akan terus berlangsung,” ucap Trump dalam pertemuan dengan Macron tersebut, seperti dilansir AFP.

    Selain Macron, Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer juga mengatakan negaranya siap mengerahkan pasukan penjaga perdamaian di Ukraina jika ada kesepakatan. Starmer dijadwalkan berkunjung ke Gedung Putih dan bertemu Trump pada Kamis (27/2) mendatang.

    Baik Macron maupun Starmer dinilai berupaya meyakinkan Trump untuk tidak terburu-buru dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Putin dengan cara apa pun, juga untuk tetap melibatkan Eropa dan mendiskusikan jaminan militer untuk Ukraina.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu