Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Diawali Jabat Tangan, Trump-Zelensky Berakhir Cekcok di Gedung Putih

    Diawali Jabat Tangan, Trump-Zelensky Berakhir Cekcok di Gedung Putih

    Pertemuan luar biasa antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih awalnya berjalan baik. Namun kemudian Trump dan Zelensky terlibat adu mulut, dengan Wakil Presiden AS JD Vance, yang juga hadir, ikut terlibat.

  • Politisi Demokrat Tuding Trump Serang Zelensky-Memihak Putin

    Politisi Demokrat Tuding Trump Serang Zelensky-Memihak Putin

    Washington DC

    Para politisi Partai Demokrat menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance memihak Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah mereka terlibat adu mulut dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Gedung Putih.

    Zelensky, pada Jumat (28/2), terlibat adu mulut dengan Trump dan Vance. Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, serta menuduh Presiden Ukraina itu “sangat tidak menghormati negara ini”. Sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    Pemimpin minoritas Senat AS, Chuck Schumer, dari Partai Demokrat, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), menuduh Trump dan Vance melakukan “pekerjaan kotor” Putin setelah keduanya mencaci-maki Zelensky di depan banyak wartawan.

    “Trump dan Vance melakukan pekerjaan kotor Putin. Senat Demokrat tidak akan pernah berhenti memperjuangkan kebebasan dan demokrasi,” ucap Schumer dalam pernyataan via media sosial.

    Senator Maryland Chris Ven Holen dari Partai Demokrat dalam pernyataannya menyebut cekcok antara Trump dan Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih “sungguh memalukan”.

    “Apa yang kita lihat di Ruang Oval hari ini sungguh memalukan. Trump dan Vance mencaci-maki Zelensky — dengan menunjukkan kebohongan dan informasi keliru yang akan membuat Putin tersipu — adalah hal yang memalukan bagi Amerika dan pengkhianatan terhadap sekutu-sekutu kita,” kecamnya.

    Kecaman serupa disampaikan pemimpin minoritas DPR AS, Hakeem Jeffries, dari Partai Demokrat. “Presiden Trump dan pemerintahannya terus mempermalukan Amerika di panggung dunia,” sebutnya.

    “Pertemuan di Gedung Putih hari ini dengan Presiden Ukraina sangat mengerikan, dan hanya akan semakin menguatkan Vladimir Putin, seorang diktator brutal,” ucap Jeffries.

    Whip Minoritas Senat AS, Dick Durbin, dari Partai Demokrat yang juga salah satu Ketua Kaukus Ukraina menyampaikan permintaan maaf kepada Zelensky atas cekcok yang terjadi dengan Trump.

    “Kita tidak bisa membiarkan Presiden Trump menulis ulang sejarah atau mengubah kemitraan yang sudah terbukti dengan dukungan bipartisan selama puluhan tahun. Saya menyampaikan permintaan maaf yang tulus kepada Presiden Zelensky dan sekali lagi menegaskan kembali dukungan saya untuk teman-teman kita di Ukraina,” ucapnya.

    Politisi Partai Republik Memuji Trump

    Pujian dilontarkan para politisi Partai Republik kepada Trump yang terlibat cekcok dengan Zelensky. Partai Republik menilai Trump sudah benar jika menuduh Zelensky kurang berterima kasih terhadap dukungan AS selama perang berkecamuk melawan Rusia.

    “Terima kasih kepada Presiden Trump — hari-hari di mana Amerika dimanfaatkan dan tidak dihormati telah BERAKHIR… Apa yang kita saksikan di Ruang Oval hari ini adalah Presiden Amerika yang mengutamakan Amerika,” sebut Ketua DPR AS Mike Johnson dari Partai Republik.

    “Zelensky harus melakukan perubahan mendasar atau hengkang. Saya tidak percaya kebanyakan orang Amerika, setelah apa yang mereka lihat hari ini, ingin bermitra dengan Zelensky,” kata Senator South Carolina Lindsey Graham.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Dikabarkan Pertimbangkan Akhiri Bantuan Militer ke Ukraina Buntut Debat Panas dengan Zelenskyy

    Trump Dikabarkan Pertimbangkan Akhiri Bantuan Militer ke Ukraina Buntut Debat Panas dengan Zelenskyy

    JAKARTA – Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri semua pengiriman bantuan militer ke Ukraina. Kabar ini berembus usai debat panas Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan Trump dan Wapres JD Vance di Gedung Putih.

    Laporan ini ditulis The Washington Post yang mengutip sumber sebagaimana dilansir TASS, Sabtu, 1 Maret.

    Pasokan militer dapat dihentikan “sebagai respons atas pernyataan” Volodymyr Zelenskyy pada pertemuan dengan Trump di Gedung Putih dan “persepsinya terkait proses perdamaian,” menurut laporan tersebut.

    Keputusan tersebut, jika diambil, akan berlaku untuk radar, kendaraan, amunisi dan rudal senilai miliaran dolar yang menunggu pengiriman ke Ukraina melalui otoritas penarikan presiden, kata seorang pejabat, yang berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas topik sensitif.

    Terkait pertemuan di ruang Oval Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump menganggap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertindak berlebihan. Zelenskyy diminta memastikan niatnya untuk berdamai dengan Rusia.

    “Kami mengadakan pertemuan hari ini, seperti yang Anda tahu, dengan Presiden Zelenskyy, dan menurut saya pertemuan itu tidak berjalan dengan baik. Dari sudut pandangnya, saya pikir dia terlalu berlebihan. Kami menginginkan perdamaian,” kata Trump kepada wartawan usai pertemuan di Gedung Putih dilansir TASS, Sabtu, 1 Maret.

    Ketika ditanya apa yang harus dilakukan Zelenskyy agar perundingan dilanjutkan, Trump mengatakan: “Apa yang harus dia katakan, saya ingin berdamai. Dia tidak harus berdiri di sana dan mengatakan ini, Putin itu, semua hal negatif tentang (Presiden Rusia Vladimir) Putin. Dia harus mengatakan, saya ingin berdamai. Saya tidak ingin berperang lagi.”

    “Kami mencari perdamaian. Kami tidak mencari seseorang yang akan menunjukkan kekuatan yang kuat dan kemudian tidak berdamai karena mereka merasa berani, dan itulah yang saya lihat terjadi. Saya mencari perdamaian. Kami tidak ingin terlibat dalam perang sepuluh tahun dan bermain-main. Kami menginginkan perdamaian dan saya hanya mendapat kesan bahwa jika kami melakukan itu (perjanjian minerla), jika kami ikut serta, dia mencari sesuatu yang tidak saya cari. Dia ingin terus berjuang, berjuang, berjuang. Kami ingin mengakhiri kematian ini,” tegas Trump.

    “Tetapi dia menghadapi kartu yang sangat lemah. Jika kami menandatangani kontrak, dia mendapatkan kartu yang sangat kuat, dan kemudian dia tidak ingin berdamai. Sederhana sekali,” sambung Trump.

  • Adu Mulut Trump-Zelensky Kejutkan Pemimpin Dunia

    Adu Mulut Trump-Zelensky Kejutkan Pemimpin Dunia

    Brussels

    Pemimpin dunia dikejutkan oleh adu mulut yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih. Pemimpin negara-negara Eropa kompak memberikan dukungan kepada Zelensky.

    Zelensky, pada Jumat (28/2), terlibat adu mulut dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance. Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, serta menuduh Presiden Ukraina itu “sangat tidak menghormati negara ini”. Sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    Negara-negara Eropa dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), ramai-ramai memberikan dukungan kepada Zelensky. Kecuali Hungaria, yang merupakan sekutu Rusia, yang melontarkan pujian untuk Trump.

    Sementara Rusia tampak senang dengan cekcok yang terjadi.

    Berikut tanggapan yang diberikan pemimpin berbagai negara terhadap cekcok antara Trump dan Zelensky:

    Uni Eropa

    “Jadilah kuat, berani, jangan takut. Kami akan terus bekerja sama dengan Anda demi perdamaian yang adil dan abadi,” demikian pernyataan bersama dari Ketua Komisi dan Ketua Dewan Eropa tersebut.

    Prancis

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Rusia-lah yang menjadi “agresor” dalam perang Ukraina. Dia menegaskan Paris akan terus membantu Kyiv dalam perang melawan Rusia.

    “Ada agresor yaitu Rusia. Ada masyarakat yang menjadi target agresi yaitu Ukraina. Kita semua benar dengan membantu Ukraina dan memberikan sanksi kepada Rusia tiga tahun lalu dan terus melakukan hal yang sama,” ucap Macron kepada wartawan.

    “Jika ada yang bermain-main dalam Perang Dunia III, itu adalah Vladimir Putin,” sebut Macron merujuk pada tuduhan yang dilontarkan Trump kepada Zelensky saat cekcok.

    Jerman

    Calon Kanselir terbaru Jerman, Friedrich Merz, memastikan dukungan negara untuk Zelensky dalam komentar yang disampaikan usai cekcok terjadi di Gedung Putih.

    “Kita tidak seharusnya bingung antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini,” ujarnya dalam pernyataan via media sosial X.

    Dukungan untuk Zelensky juga disampaikan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock, yang mengatakan bahwa “perjuangan Kyiv untuk perdamaian dan keamanan adalah milik kita”.

    Inggris

    Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer menyatakan dirinya berdiri bersama pemimpin Eropa lainnya dalam mendukung Ukraina. Kantor PM Inggris menyebut Starmer “melakukan semua hal yang dia bisa untuk menemukan jalan menuju perdamaian abadi berdasarkan kedaulatan dan keamanan Ukraina”.

    Italia

    PM Italia Giorgia Meloni menyerukan AS, Eropa dan sekutu-sekutunya untuk berkumpul membahas perang Ukraina “tanpa penundaan”.

    “Perlu diadakan pertemuan puncak tanpa penundaan… untuk membicarakan secara jujur mengenai bagaimana kita berniat mengatasi tantangan-tantangan besar saat ini, dimulai dari Ukraina, yang bersama-sama telah kita bela dalam beberapa tahun terakhir,” cetusnya.

    Belanda

    PM Belanda Dick Schoof menegaskan dukungan untuk Ukraina usai Zelensky cekcok dengan Trump di Gedung Putih.

    “Dukungan Belanda terhadap Ukraina masih belum berkuang. Apalagi saat ini. Kami menginginkan perdamaian abadi dan diakhirinya perang agresi yang telah dimulai oleh Rusia,” tegasnya.

    Polandia

    Polandia yang merupakan sekutu setia Ukraina, menegaskan dukungan untuk rakyat Ukraina usai cekcok di Gedung Putih.

    “Teman-teman Ukraina yang terkasih, Anda tidak sendirian,” tegas PM Polandia Donald Trusk dalam pernyataan via media sosial X yang ditujukan kepada Zelensky.

    Spanyol

    PM Spanyol Pedro Sanchez mengatakan negaranya akan mendukung Ukraina usai cekcok terjadi antara Zelensky dan Trump.

    “Ukraina, Spanyol mendukung Anda,” tulis Sanchez dalam pernyataan via media sosial X.

    Hungaria

    PM Hungaria Viktor Orban, yang merupakan mitra terdekat Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, justru berterima kasih kepada sang Presiden AS karena “secara berani memperjuangkan perdamaian”.

    “Orang kuat membuat perdamaian, orang lemah membuat perang,” tulisnya via X.

    Australia

    PM Australia Anthony Albanese mengatakan negaranya akan “terus mendukung Ukraina” selama mungkin yang diperlukan.

    “Kami akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan karena ini adalah perjuangan negara demokratis melawan rezim otoriter yang dipimpin oleh Vladimir Putin, yang jelas-jelas memiliki rancangan imperialistik tidak hanya terhadap Ukraina, tapi juga terhadap seluruh kawasan,” ucap Albanese kepada wartawan.

    Kanada

    PM Kanada Justin Trudeau menegaskan negaranya akan mendukung Ukraina. Dia menyebut perjuangan Ukraina melawan Rusia sebagai pertahanan untuk demokrasi yang “penting bagi kita semua”.

    “Kanada akan terus mendukung Ukraina,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih, Rusia Bilang Begini

    Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih, Rusia Bilang Begini

    Moskow

    Rusia mengomentari cekcok yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih. Moskow yang tampak senang dengan cekcok itu, menyebut Zelensky telah “menggigit tangan yang memberinya makan”.

    Dalam cekcok pada Jumat (28/2) waktu setempat, Zelensky terlibat adu mulut dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance. Trump menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” dan “bertaruh dengan Perang Dunia III”, sedangkan Vance menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih”.

    “Saya pikir kebohongan terbesar Zelensky dari semua kebohongannya adalah pernyataannya di Gedung Putih bahwa rezim Kyiv pada tahun 2022 sendirian, tanpa dukungan,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataan via Telegram, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (1/3/2025).

    Zakharova menyebut Trump dan Vance mampu “menahan diri” dengan tidak memukul Zelensky dalam cekcok di Ruang Oval yang disaksikan banyak wartawan dan terekam kamera tersebut.

    “Bagaimana Trump dan Vance menahan diri untuk tidak memukuli b******n itu adalah sebuah keajaiban dalam menahan diri,” sebutnya.

    Zakharova menyebut Zelensky “tidak menyenangkan dengan semua orang” dan Presiden Ukraina itu telah “menggigit tangan yang memberinya makan”.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Komentar juga disampaikan oleh Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, yang juga mantan Presiden Rusia. Medvedev menyebut Zelensky telah menerima “tamparan keras yang pantas” dari Trump di Ruang Oval.

    “Teguran keras yang brutal di Ruang Oval,” sebut Medvedev dalam komentarnya via Telegram.

    Medvedev dalam postingannya menghina Zelensky dan mengatakan Presiden Ukraina itu akhirnya diberitahu kebenaran secara langsung. “Rezim Kyiv bermain-main dengan Perang Dunia III,” katanya.

    Dia menyerukan agar bantuan militer untuk Ukraina dihentikan — hal yang sejak lama didesak oleh Moskow.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Cekcok di Gedung Putih, Trump Sebut Zelensky Tak Siap untuk Perdamaian

    Cekcok di Gedung Putih, Trump Sebut Zelensky Tak Siap untuk Perdamaian

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky “tidak siap untuk perdamaian” setelah keduanya cekcok dalam pertemuan di Gedung Putih. Trump menuduh Zelensky tidak menghormati AS dalam pertemuan tersebut.

    Pertemuan antara Trump dan Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat (28/2) waktu setempat awalnya berjalan baik, sebelum situasi memanas dan adu mulut terjadi antara kedua kepala negara. Wakil Presiden AS JD Vance, yang hadir dalam pertemuan itu, juga terlibat dalam cekcok tersebut.

    Dalam cekcok itu, seperti dilansir Associated Press, Sabtu (1/3/2025), Trump menyebut Zelensky “mempertaruhkan nyawa jutaan orang” juga “bertaruh dengan Perang Dunia III”. Dia bahkan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Zelensky “sangat tidak menghormati negara ini”.

    “Kami melakukan pertemuan yang sangat berarti di Gedung Putih hari ini. Banyak hal yang dipelajari yang tidak akan pernah dipahami tanpa percakapan di bawah tekanan seperti itu. Sungguh menakjubkan apa yang keluar melalui emosi,” tulis Trump dalam pernyataan via media sosial, usai cekcok dengan Zelensky.

    Trump menyebut Zelensky tidak siap untuk perdamaian, dengan adanya keterlibatan AS dalam upaya mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

    “Saya telah menetapkan bahwa Presiden Zelensky tidak siap untuk perdamaian jika Amerika terlibat, karena dia merasa keterlibatan kita memberinya keuntungan besar dalam negosiasi. Saya tidak menginginkan keuntungan, saya menginginkan PERDAMAIAN,” tegas Trump dalam pernyataannya.

    “Dia tidak menghormati Amerika Serikat di Ruang Oval yang sangat berharga. Dia bisa kembali ketika dia siap untuk perdamaian,” ujar Trump.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Dalam pernyataan kepada wartawan sebelum terbang resort mewah Mar-a-Lago miliknya di Florida, Trump menegaskan dirinya menginginkan “gencatan senjata segera” antara Rusia dan Ukraina. Namun Trump mengakui ragu jika Zelensky siap untuk berdamai.

    “Saya menginginkan gencatan senjata sekarang,” ujarnya kepada wartawan, seperti dilansir AFP.

    Dalam cekcok di Gedung Putih, Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang berulang kali dilakukan Moskow selama bertahun-tahun di panggung global.

    Vance kemudian menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih” terhadap dukungan AS, dan menyebutnya “kurang ajar”.

    Trump, dalam adu mulut yang disaksikan banyak wartawan itu, menyatakan dirinya “berada di tengah-tengah” dan tidak memihak Ukraina atau pun Rusia. Dia menuduh Zelensky menolak berdamai dengan Rusia, dan mencemooh “kebencian” Zelensky terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penghalang menuju perdamaian.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Reaksi Para Pemimpin Dunia: Trump Bertengkar dengan Zelenskiy di Gedung Putih – Halaman all

    Reaksi Para Pemimpin Dunia: Trump Bertengkar dengan Zelenskiy di Gedung Putih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, AS – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertengkar dalam pertemuan di ruang oval Gedung Putih AS, Jumat (28/1/2025) waktu setempat.

    Adu mulut dan pertengkaran ini pun memicu curahan reaksi dari berbagai pemimpin dan pejabat dunia.

    PERDANA MENTERI KANADA JUSTIN TRUDEAU PADA X

    “Rusia secara ilegal dan tidak beralasan menginvasi Ukraina. Selama tiga tahun terakhir, rakyat Ukraina telah berjuang dengan keberanian dan ketangguhan. Perjuangan mereka untuk demokrasi, kebebasan, dan kedaulatan adalah perjuangan yang penting bagi kita semua. Kanada akan terus mendukung Ukraina dan rakyat Ukraina dalam mencapai perdamaian yang adil dan abadi.”

    KANSELIR JERMAN OLAF SCHOLZ

    “Tidak ada yang lebih menginginkan perdamaian daripada warga Ukraina! Itulah sebabnya kami bersama-sama mencari jalan menuju perdamaian yang langgeng dan adil. Ukraina dapat mengandalkan Jerman – dan Eropa.”

    PRESIDEN PRANCIS EMMANUEL MACRON KEPADA WARTAWAN DI PORTUGAL:

    “Rusia adalah agresor, dan Ukraina adalah orang-orang yang diserang. Saya pikir kita semua benar membantu Ukraina dan memberi sanksi kepada Rusia tiga tahun lalu, dan terus melakukannya. Kita, yaitu Amerika Serikat, Eropa, Kanada, Jepang, dan banyak lainnya. Dan kita harus berterima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan menghormati mereka yang telah berjuang sejak awal. Karena mereka berjuang untuk martabat mereka, kemerdekaan mereka, anak-anak mereka, dan keamanan Eropa. Ini adalah hal-hal sederhana, tetapi baik untuk diingat pada saat-saat seperti ini, itu saja.

    PERDANA MENTERI ITALIA GIORGIO MELONI

    “Setiap perpecahan di Barat membuat kita semua lebih lemah dan menguntungkan mereka yang ingin melihat kemunduran peradaban kita. Bukan karena kekuatan atau pengaruhnya, tetapi karena prinsip-prinsip yang mendasarinya, terutama kebebasan. Perpecahan tidak akan menguntungkan siapa pun. Yang dibutuhkan adalah pertemuan puncak segera antara Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan sekutu untuk berbicara terus terang tentang bagaimana kita bermaksud menghadapi tantangan besar saat ini, dimulai dengan Ukraina, yang telah kita bela bersama dalam beberapa tahun terakhir, dan tantangan yang akan kita hadapi di masa mendatang. Ini adalah usulan yang ingin disampaikan Italia kepada mitranya dalam beberapa jam mendatang.”

    JURU BICARA PERDANA MENTERI INGGRIS KEIR STARMER

    “Ia tetap memberikan dukungannya yang teguh terhadap Ukraina dan memainkan perannya untuk menemukan jalan menuju perdamaian abadi, yang didasarkan pada kedaulatan dan keamanan bagi Ukraina.”

    PERDANA MENTERI AUSTRALIA ANTHONY ALBANESE

    “Kami akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan, karena ini adalah perjuangan negara demokrasi melawan rezim otoriter yang dipimpin oleh Vladimir Putin, yang jelas-jelas memiliki rencana imperialis, bukan hanya terhadap Ukraina, tetapi juga di seluruh wilayah tersebut.”

    MENTERI LUAR NEGERI KANADA MELANIE JOLY PADA X

    “Kanada tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan yang diperlukan guna memastikan keamanan, kedaulatan, dan ketahanan Ukraina.”

    MENTERI LUAR NEGERI DENMARK LARS LOKKE RASMUSSEN DI FACEBOOK

    “Ini pukulan telak bagi Ukraina. … Harus ada ruang untuk perbincangan yang hangat – bahkan antarteman. Namun, jika hal itu terjadi di depan kamera seperti itu, hanya ada satu pemenang. Dan dialah yang duduk di Kremlin.”

    MANTAN PRESIDEN RUSIA DMITRY MEDVEDEV, WAKIL KETUA DEWAN KEAMANAN RUSIA, DALAM TELEGRAM

    “Teguran brutal di Ruang Oval.”

    PRESIDEN KOMISI EROPA URSULA VON DER LEYEN ON X

    “Kehormatan Anda menjunjung tinggi keberanian rakyat Ukraina. Jadilah kuat, jadilah pemberani, dan jangan takut. Anda tidak pernah sendirian, Presiden yang terhormat.
    “Kami akan terus bekerja sama dengan Anda demi perdamaian yang adil dan abadi.”

    PRESIDEN MOLDOVAN MAIA SANDU PADA X

    “Kebenarannya sederhana. Rusia menginvasi Ukraina. Rusia adalah agresor. Ukraina membela kebebasannya – dan kebebasan kita. Kami mendukung Ukraina.”

    PERDANA MENTERI SPANYOL PEDRO SANCHEZ PADA X

    “Ukraina dan Spanyol mendukung Anda.”

    PERDANA MENTERI HUNGARIA VIKTOR ORBAN PADA X

    “Orang kuat menciptakan perdamaian, orang lemah menciptakan perang. Hari ini Presiden @realDonaldTrump berdiri dengan berani demi perdamaian. Meskipun sulit bagi banyak orang untuk menerimanya. Terima kasih, Tuan Presiden!”

    PERDANA MENTERI NORWEGIA JONAS GAHR STOERE DALAM PERNYATAAN kepada TV2

    “Apa yang kita lihat dari Gedung Putih hari ini serius dan mengecewakan. Ukraina masih membutuhkan dukungan AS, dan keamanan serta masa depan Ukraina juga penting bagi AS dan Eropa. Presiden Volodymyr Zelenskiy memiliki dukungan kuat di Ukraina, dukungan luas di Eropa, dan ia telah memimpin rakyatnya melalui masa yang sangat sulit dan brutal, di bawah serangan Rusia. Tuduhan Trump terhadap Zelenskiy yang mempertaruhkan Perang Dunia III sungguh tidak masuk akal dan pernyataan yang saya hindari. Norwegia mendukung Ukraina dalam perjuangan mereka untuk kebebasan. Kami berharap pemerintahan Trump juga memahami pentingnya perdamaian yang adil dan abadi di Ukraina.”

    PRESIDEN CEKO PETR PAVEL PADA X

    “Kami mendukung Ukraina lebih dari sebelumnya. Saatnya bagi Eropa untuk meningkatkan upayanya.”

    PERDANA MENTERI BELANDA DICK SCHOOF

    “Belanda terus mendukung Ukraina. Terutama sekarang. Kami menginginkan perdamaian abadi dan mengakhiri perang agresi yang telah dimulai Rusia. Demi Ukraina, demi seluruh penduduknya, dan demi Eropa.”

    MENTERI LUAR NEGERI ESTONIA MARGUS TSAHKNA PADA X

    “Satu-satunya kendala bagi perdamaian adalah keputusan (Presiden Rusia Vladimir) Putin untuk melanjutkan perang agresinya. Jika Rusia berhenti berperang, tidak akan ada perang. Jika Ukraina berhenti berperang, tidak akan ada Ukraina. Dukungan Estonia terhadap Ukraina tetap teguh. Saatnya bagi Eropa untuk melangkah maju.”

    PERDANA MENTERI POLANDIA DONALD TUSK PADA X

    “Yang terhormat @ZelenskyyUa, teman-teman Ukraina yang terkasih, Anda tidak sendirian.”

    JOHANN WADEPHUL, WAKIL PARTAI-KELOMPOK KONSERVATIF DI PARLEMEN JERMAN, PARTAI KANSELIR BARU FRIEDRICH MERZ, PADA X

    “Pemandangan dari Gedung Putih sungguh mengejutkan. Bagaimana Anda bisa menusuk presiden negara yang dijajah dari belakang seperti ini? Eropa yang merdeka tidak akan mengkhianati Ukraina!”

    WAKIL PERDANA MENTERI ITALIA MATTEO SALVINI, PEMIMPIN PARTAI LIGA JAUH KANAN PADA X

    “Tujuan untuk PERDAMAIAN, hentikan perang ini! Ayo @realDonaldTrump”.

    Pertemuan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy   di ruang oval Gedung Putih AS, Jumat (28/1/2025) terkait perang Ukraina Vs Rusia yang tak kunjung berakhir.

    Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk meredakan hubungan pribadi yang tidak harmonis antara Trump dan Zelenskyy.

    Kedua pemimpin itu sedianya akan menandatangani perjanjian yang akan membagi keuntungan dari cadangan bahan baku penting Ukraina dengan Amerika Serikat.

    Namun, pertemuan dengan cepat berubah menjadi adu mulut sengit di depan kamera karena Trump tampaknya membuat Zelenskyy kesal dengan menolak mengutuk Rusia, yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina tiga tahun lalu dan menduduki sebagian wilayahnya sejak 2014.

    Sumber: Reuters

     

  • Zelensky Bilang Hormati Trump Usai Cekcok di Gedung Putih

    Zelensky Bilang Hormati Trump Usai Cekcok di Gedung Putih

    Washington DC

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dirinya menghormati Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan rakyat Amerika setelah cekcok terjadi dalam pertemuan di Gedung Putih. Zelensky meyakini bahwa hubungan dengan AS masih bisa diselamatkan meskipun cekcok terjadi.

    “Saya menghormati Presiden (Trump) dan saya menghormati rakyat Amerika,” kata Zelensky dalam wawancara dengan media terkemuka AS, Fox News, seperti dilansir AFP dan BBC, Sabtu (1/3/2025).

    Ketika ditanya apakah hubungan dengan Trump bisa diselamatkan usai cekcok terjadi, Zelensky menjawab: “Iya, tentu saja.”

    “Karena hubungan ini adalah lebih dari dua presiden,” katanya.

    Dia menekankan bahwa hal ini berkaitan dengan “hubungan historis” antara kedua negara, serta “hubungan kuat antara kedua bangsa”.

    “Itulah sebabnya saya mulai berterima kasih kepada rakyat Anda dari rakyat kami. Rakyat Anda telah membantu menyelamatkan rakyat kami,” ucapnya.

    Zelensky mengatakan dalam wawancara itu bahwa Ukraina dan Amerika “harus berada pada pihak yang sama” dalam melawan Rusia. menambahkan bahwa Ukraina sangat membutuhkan bantuan AS dalam perang melawan militer Rusia, yang memiliki lebih banyak pasukan dan persenjataan lebih baik.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Wawancara dengan Fox News ini dilakukan pada Jumat (28/2) malam, atau setelah Zelensky dan Trump terlibat adu mulut di Ruang Oval Gedung Putih.

    Zelensky menyebut perselisihan publik antara dirinya dan Trump, juga Wakil Presiden AS JD Vance, “tidak baik bagi kedua belah pihak”. Namun dia juga mengatakan bahwa Trump perlu memahami bahwa Ukraina tidak dapat mengubah sikapnya terhadap Rusia secara tiba-tiba.

    “Cekcok seperti ini tidak baik bagi kedua belah pihak. Saya sangat terbuka, tapi saya tidak bisa mengubah sikap Ukraina terhadap Rusia. Mereka adalah pembunuh,” kata Zelensky.

    Trump bersikeras mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin siap mengakhiri perang yang berlangsung selama tiga tahun terakhir. Tetapi, Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak akan melakukan perundingan damai dengan Moskow hingga Kyiv memiliki jaminan keamanan terhadap serangan berikutnya.

    “Ini sangat sensitif bagi rakyat kami. Hanya gencatan senjata tanpa jaminan keamanan, hal ini sensitif bagi rakyat kami. Dan mereka hanya ingin mendengar bahwa Amerika berada di pihak kami, bahwa Amerika akan tetap bersama kami. Bukan dengan Rusia, tetapi dengan kami, Itu saja” sebut Zelensky.

    Pada akhir wawancara, Zelensky mengatakan: “Kami berterima kasih, dan menyesal atas hal ini,” Dia menambahkan bahwa Ukraina hanya ingin memiliki hubungan yang kuat dengan AS.

    Lihat juga Video: Berdebat Panas, Trump Sebut Zelensky Berjudi dengan Perang Dunia III

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Politisi Demokrat Tuding Trump Serang Zelensky-Memihak Putin

    Diawali Jabat Tangan, Pertemuan Trump-Zelensky Diakhiri Adu Mulut

    Washington DC

    Pertemuan luar biasa antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih awalnya berjalan baik. Namun kemudian Trump dan Zelensky terlibat adu mulut, dengan Wakil Presiden AS JD Vance, yang juga hadir, ikut terlibat.

    Hanya dalam hitungan menit, kesempatan foto diplomatis di Ruang Oval yang dimaksudkan sebagai langkah menuju perdamaian antara Ukraina daN Rusia berubah menjadi perselisihan yang membuat nasib Kyiv berada dalam bahaya.

    Meskipun ada ketegangan setelah Trump melakukan pendekatan dengan Rusia, musuh bebuyutan Ukraina, dan pekan lalu dia menyebut Zelensky sebagai “diktator”, kedua kepala negara berhasil menyampaikan keterangan dengan nada ramah kepada wartawan yang hadir di Ruang Oval selama 40 menit pertama.

    Sebagai dua mantan sosok yang berpengalaman tampil di televisi, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3/2025), Trump dan Zelensky sama-sama mengetahui cara bermain di depan kamera. Mereka berjabat tangan, dengan Trump yang mantan bintang reality show ini sempat memuji pakaian yang dikenakan Zelensky.

    Trump dan Zelensky berjabat tangan saat bertemu di Gedung Putih, sebelum cekcok terjadi Foto: AFP/HANDOUT

    Zelensky yang mantan komedian ini juga menjaga suasana tetap tenang saat keduanya duduk di kursi bersebelahan dan menjawab pertanyaan wartawan.

    Namun tiba-tiba, suasananya meledak. Apa yang terjadi selanjutnya mungkin merupakan salah satu pemandangan luar biasa yang pernah terjadi di Ruang Oval, jantung suci kepresidenan di mana para pemimpin AS sejak lama menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu asing mereka.

    Wapres Vance Tuding Zelensky Tak Tahu Berterima Kasih-Kurang Ajar

    Wapres Vance, yang turut hadir mendampingi Trump dalam pertemuan di Ruang Oval itu, dinilai menjadi pemicu cekcok yang terjadi antara Trump dan Zelensky, yang disaksikan banyak wartawan.

    Vance, yang dijuluki “anjing penyerang” bagi Trump, menuduh Zelensky “tidak tahu berterima kasih” terhadap dukungan AS, ketika Presiden Ukraina itu mempertanyakan seruan yang disampaikan sang Wapres AS soal “diplomasi” dengan Rusia.

    “Saya pikir kurang ajar jika Anda datang ke Ruang Oval dan memperkarakan hal ini di depan media Amerika,” ucap Vance yang duduk di sofa dekat kedua pemimpin itu.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Saat situasi mulai memanas, Zelensky melipat kedua tangannya dan bertanya kepada Vance apakah dia pernah ke Ukraina, yang dijawab oleh sang Wapres AS itu dengan menuduh Zelensky memimpin “tur propaganda”.

    Namun kemudian giliran Trump terlibat dalam adu mulut itu. Ketika Zelensky mengatakan bahwa meskipun AS terletak sangat jauh dari Eropa, namun “Anda akan merasakannya di masa depan” jika Washington tidak membantu Kyiv.

    Kalimat ini membuat Trump marah dan berbicara sambil meninggikan suaranya. “Jangan beritahu kami apa yang akan kami rasakan,” ucapnya kepada Zelensky.

    “Anda tidak dalam posisi untuk mendikte apa yang akan kami rasakan. Kami akan merasa sangat baik dan sangat kuat,” tegas Trump dengan suara meninggi.

    Zelensky berupaya menyela Trump, namun sang Presiden AS itu terus berbicara, sehingga kedua kepala negara terdengar berbicara pada saat bersamaan.

    “Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda bertaruh dengan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara ini,” ucap Trump kepada Zelensky.

    Trump yang marah dengan wajahnya memerah, berbicara dengan mengarahkan telunjuknya kepada Zelensky dengan suara meninggi. Bahkan pada satu momen, Trump sempat secara ringan mendorong lengan atas Zelensky dengan tangannya saat dia menyampaikan maksud perkataannya.

    Bagi Zelensky, yang terlibat adu mulut dengan Trump dan Vance, situasi ini berubah menjadi semacam penyergapan. Dia terus berusaha menyampaikan pendapatnya sementara Trump terus mengomelinya.

    Situasi ini berlangsung selama lima menit, dengan wartawan terus merekam dan melaporkan hal ini kepada kantor masing-masing. Sementara seorang diplomat Ukraina yang mendampingi Zelensky tampak meletakkan tangan di atas kepalanya melihat cekcok yang terjadi.

    “Anda akan membuat kesepakatan atau kami keluar,” tegas Trump memperjelas posisi AS dalam perang antara Ukraina dan Rusia.

    Akhirnya Trump meminta perdebatan dihentikan dan para wartawan diminta keluar dari Ruang Oval. Sekitar satu jam kemudian, Zelensky tiba-tiba meninggalkan Gedung Putih, dan seremoni penandatanganan perjanjian mineral dibatalkan.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Jengkel, Trump Minta Presiden Ukraina Zelensky Angkat Kaki dari Gedung Putih – Halaman all

    Jengkel, Trump Minta Presiden Ukraina Zelensky Angkat Kaki dari Gedung Putih – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berujung pada perdebatan panas.

    Dalam pertemuan yang berlangsung pada hari Jumat, 28 Februari 2025, Trump dilaporkan meminta Zelensky untuk meninggalkan Gedung Putih setelah terjadi obrolan panas mengenai perang Ukraina-Rusia.

    Dalam diskusi tersebut, Wakil Presiden AS J.D. Vance berargumen bahwa keterlibatan AS dalam diplomasi adalah kunci untuk mendamaikan Rusia dengan Ukraina.

    Vance menegaskan bahwa kedatangan Zelensky ke Ruang Oval untuk menyerang pemerintahan Trump di depan media AS adalah tindakan yang tidak sopan.

    “Apakah Anda tidak setuju bahwa Anda kesulitan mendatangkan orang-orang ke dalam militer Anda? Dan apakah Anda berpikir bahwa datang ke Ruang Oval dan menyerang pemerintahan yang berusaha mencegah kehancuran negara Anda adalah hal yang sopan?” tanya Vance kepada Zelensky dikutip dari Fox News.

    Zelensky membalas dengan menyatakan bahwa setiap pihak, termasuk AS, memiliki masalahnya sendiri dalam situasi perang ini.

    Namun, Trump segera menanggapi, menegaskan bahwa Zelensky tidak berada dalam posisi untuk mendikte kebijakan AS.

    Setelah perdebatan yang semakin memanas, Trump menyatakan, “Negara Anda berada dalam masalah besar. Anda mempertaruhkan hidup jutaan orang. Anda berjudi dengan Perang Dunia Ketiga.”

    Trump menekankan bahwa Zelensky harus membuat perjanjian dengan AS untuk memperbaiki situasinya.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Trump meminta Zelensky untuk angkat kaki dari Gedung Putih, dan konferensi pers yang dijadwalkan juga dibatalkan.

    Trump menulis di akun media sosialnya, Truth Social, bahwa Zelensky belum siap untuk perdamaian.

    Pertemuan ini berlangsung setelah Trump menyatakan bahwa perang Ukraina-Rusia kini berada dalam tahap akhir.

    Namun, perjanjian mengenai akses AS terhadap mineral Ukraina sebagai imbalan atas bantuan AS belum ditandatangani sehngga menambah ketegangan di antara kedua negara.