Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1105: Trump Beri Sinyal Lanjutkan Kesepakatan Mineral tapi Stop Bantuan – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1105: Trump Beri Sinyal Lanjutkan Kesepakatan Mineral tapi Stop Bantuan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-1105 pada Selasa (4/3/2025).

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lagi-lagi bikin heboh.

    Pada Selasa (4/3/2025), Trump mengisyaratkan bahwa kesepakatan mineral antara AS dan Ukraina masih akan dilanjutkan.

    Di saat bersamaan, pemerintahan Trump baru saja menyatakan kalau bantuan militer AS ke Ukraina dihentikan.

    Bantuan-bantuan tersebut, mencakup senjata yang sedang dalam perjalanan atau di Polandia, akan dihentikan sementara hingga Ukraina menunjukkan komitmen lebih kuat terhadap negosiasi perdamaian.

    Selengkapnya simak situasi terkini perang Rusia-Ukraina yang Tribunnews.com rangkum berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1105: 

    Trump sebelumnya mengisyaratkan bahwa kesepakatan mineral dengan Ukraina belum berakhir.

    Kesepakatan tersebut, tidak ditandatangani pada Jumat (28/2/2025) gara-gara Trump dan JD Vance debat panas dengan Zelenskyy di Gedung Putih.

    Penangguhan Bantuan Militer AS ke Ukraina

    Pemerintahan Trump mengumumkan penangguhan bantuan militer AS ke Ukraina beberapa jam setelah Keir Starmer, Perdana Menteri Inggris, mengatakan bahwa negara-negara Barat harus terus menyalurkan bantuan tersebut.

    Perdana Menteri Inggris menyatakan kepada anggota parlemen pada Senin, bahwa Ukraina akan membutuhkan uang dan senjata dari negara-negara sekutu bahkan setelah kesepakatan damai tercapai.

    Pada Selasa malam, Gedung Putih mengatakan, jeda ini akan berlangsung hingga Trump memutuskan bahwa para pemimpin Ukraina menunjukkan komitmen yang tulus terhadap perdamaian.

    “Ini bukan penghentian bantuan secara permanen, ini jeda,” kata seorang pejabat pemerintahan Trump, yang dikutip oleh Fox News.

    Bantuan sedang ditinjau untuk “memastikan bahwa bantuan tersebut berkontribusi pada solusi.”

    Demokrat mengkritik Trump karena memblokir bantuan yang telah disetujui oleh Kongres secara bipartisan.

    Negara-Negara Eropa Sepakat untuk Menyita Aset Rusia Senilai €200 Miliar

    Kekuatan-kekuatan besar Eropa tengah mempertimbangkan untuk menyita lebih dari €200 miliar aset Rusia yang dibekukan.

    Langkah ini diambil bersamaan dengan upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Ukraina, seperti yang dilaporkan oleh Financial Times.

    Prancis dan Jerman, yang sebelumnya menentang penyitaan penuh aset yang disimpan di Uni Eropa, kini sedang berdiskusi dengan Inggris dan negara-negara lain mengenai kemungkinan opsi untuk menggunakan aset-aset tersebut.

    Menurut tiga sumber yang mengetahui jalannya negosiasi, pejabat Prancis sedang mempertimbangkan proposal yang memungkinkan negara-negara Eropa menyita aset Rusia jika Moskow melanggar perjanjian gencatan senjata di masa depan.

    Langkah ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menciptakan mekanisme jaminan keamanan bagi Ukraina setelah perang berakhir.

    Ukraina Mungkin Kehilangan 30 persen Persenjataannya akibat Penghentian Bantuan AS

    Jika bantuan militer dari Amerika Serikat benar-benar dihentikan, Ukraina berisiko kehilangan hingga 30 persen dari seluruh persenjataan yang saat ini digunakan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina.

    Oleg Katkov, pemimpin redaksi portal analisis militer Defence Express, menyatakan hal tersebut dalam komentarnya kepada Suspilny.

    Katkov menjelaskan, sekitar 40 persen senjata di gudang senjata Angkatan Bersenjata Ukraina merupakan senjata buatan Ukraina atau senjata yang sudah ada sebelum dimulainya invasi Rusia.

    Sedikit lebih dari 10 persen dari senjata yang berasal langsung dari Amerika Serikat, baik yang dikirimkan langsung maupun melalui sekutu Eropa dengan izin Washington.

    Sementara hampir 30 persen lainnya merupakan persenjataan yang dipasok oleh negara-negara Eropa, yang sebagian besar juga bergantung pada izin ekspor ulang dari Amerika Serikat.

    Katkov menekankan bahwa dalam skenario terburuk, ketika Amerika Serikat sepenuhnya memblokir pasokan senjata dan melarang ekspor ulang, Ukraina dapat kehilangan hingga sepertiga dari persenjataan yang mereka miliki.

    Hal ini tidak hanya akan memengaruhi peralatan asal Amerika, tetapi juga sebagian besar senjata Eropa yang dikirimkan dengan persetujuan Washington.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Pukul Gong Perang Dagang! Tarif Baru Resmi Berlaku

    Trump Pukul Gong Perang Dagang! Tarif Baru Resmi Berlaku

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif 25% bagi barang-barang impor dari Meksiko dan Kanada. Trump telah mengatakan tidak ada lagi ruang barang impor dari kedua negara itu untuk membanjiri AS.

    Trump memutuskan kebijakan itu berlaku mulai hari ini, 4 Maret 2025. Hal ini disampaikan langsung oleh Trump di Gedung Putih, Senin (3/3) waktu setempat.

    “Tidak ada ruang tersisa untuk Meksiko atau Kanada. Tarif-tarif itu, semuanya sudah ditetapkan. Tarif-tarif itu akan mulai berlaku besok (hari ini),” kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari BBC, Selasa (4/3/2025).

    Tak hanya itu, penerapan tarif impor juga berlaku untuk China. Trump sebelumnya menetapkan tarif 10%. Namun kini ditambah 10% lagi, sehingga total tarif yang dikenakan 20%.

    Tarif tambahan 10% itu berlaku untuk obat-obatan opioid fentanil karena pasokannya selalu membanjiri AS.

    Merespons kebijakan tersebut, Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly menyatakan siap menghadapi kebijakan tersebut. Dia mengancam Kanada akan memberikan balasan kepada AS.

    “Mari kita perjelas, jika Trump memberlakukan tarif, kami siap,” tegasnya.

    Meksiko dan China diketahui juga mengatakan akan membalas tarif AS, yang meningkatkan prospek perang dagang semakin meluas.

    Lihat juga Video: Trump akan Kenakan Tarif 25% untuk Impor dari Meksiko dan Kanada

    (ada/fdl)

  • Bantuan Militer yang Dihentikan AS untuk Ukraina Termasuk Senjata yang Sedang Dalam Perjalanan – Halaman all

    Bantuan Militer yang Dihentikan AS untuk Ukraina Termasuk Senjata yang Sedang Dalam Perjalanan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Donald Trump memerintahkan penangguhan semua bantuan militer ke Ukraina, ujar seorang pejabat senior Departemen Pertahanan kepada Bloomberg.

    Menurut pejabat tersebut, seluruh bantuan militer AS ke Ukraina ditangguhkan hingga Trump yakin bahwa para pemimpin Ukraina telah melakukan upaya sungguh-sungguh untuk mencapai perdamaian.

    Arahan ini berlaku segera, dan berdampak pada lebih dari 1 miliar dolar AS dalam bentuk senjata dan amunisi.

    Seorang pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times bahwa keputusan tersebut diambil setelah serangkaian pertemuan antara Trump dan para penasihat keamanan nasional seniornya.

    “Presiden Trump telah menegaskan bahwa fokusnya adalah pada perdamaian. Kami juga membutuhkan mitra kami untuk berkomitmen pada tujuan itu. Kami menghentikan sementara dan meninjau bantuan kami untuk memastikan bahwa bantuan tersebut berkontribusi pada solusi,” kata seorang pejabat Gedung Putih pada Senin (3/3/2025) malam waktu setempat, seperti yang dilaporkan oleh CNN.

    Penangguhan sementara bantuan militer ini tidak hanya memengaruhi bantuan di masa mendatang, tetapi juga senjata yang sedang dalam perjalanan, termasuk pengiriman melalui pesawat dan kapal, serta peralatan yang sedang transit di Polandia.

    AS telah memberikan bantuan senilai 119,8 miliar dolar AS sejak dimulainya invasi skala penuh Rusia pada tahun 2022.

    Bantuan tersebut mencakup 67,1 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan militer, 49 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan keuangan, dan 3,6 miliar dolar AS dalam bentuk bantuan kemanusiaan, menurut Kiel Institute for the World Economy.

    Keputusan ini diambil setelah pertemuan yang penuh ketegangan antara Trump dan Zelensky, di mana ketidaksepakatan mengenai bantuan militer dan sikap strategis Ukraina memicu ketegangan.

    Setelah pertemuan tersebut, Trump mengatakan bahwa Zelensky “belum siap untuk perdamaian.”

    “Dia tidak menghormati Amerika Serikat di Ruang Oval yang disayanginya. Dia bisa kembali ketika dia siap untuk perdamaian,” tulis Trump di Truth Social pada 28 Februari.

    Gedung Putih belum menentukan langkah apa yang harus diambil Ukraina untuk memulihkan aliran bantuan militer, sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai jadwal dan ketentuan untuk dimulainya kembali bantuan tersebut.

    Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Associated Press bahwa Trump mengharapkan Zelensky untuk “berkomitmen” untuk merundingkan kesepakatan damai guna mengakhiri perang.

    Selain itu, AS menunda dan meninjau bantuan militernya untuk memastikan bahwa bantuan tersebut memberikan kontribusi pada solusi.

    AS Berupaya Libatkan Rusia dalam Perundingan Damai

    Setelah laporan penghentian sementara bantuan ke Ukraina, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengisyaratkan bahwa langkah tersebut terkait dengan upaya diplomatik terhadap Rusia, dilansir Financial Times.

    “Kami ingin membawa Rusia ke meja perundingan. Kami ingin menjajaki kemungkinan terwujudnya perdamaian,” ujarnya dalam sebuah pernyataan, tanpa secara langsung menyebutkan penangguhan bantuan tersebut.

    Keputusan Presiden Trump ini diperkirakan akan meningkatkan urgensi upaya di berbagai ibu kota Eropa untuk memperkuat dukungan militer mereka untuk Ukraina. 

    Pasalnya, jeda yang berkepanjangan dalam bantuan AS berpotensi memberikan keuntungan signifikan bagi pasukan Rusia di medan perang.

    Institut Studi Perang (ISW) mengeluarkan peringatan bahwa keputusan untuk menghentikan bantuan AS secara langsung akan merusak tujuan yang dinyatakan oleh Trump, yaitu mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Ukraina.

    “Rusia akan memanfaatkan penghentian bantuan AS ke Ukraina untuk merebut lebih banyak wilayah Ukraina dan berusaha melemahkan dukungan Eropa—pendekatan yang telah digariskan oleh Putin dalam teorinya tentang kemenangan,” tambah ISW.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Populer Internasional: Sosok 4 Capres Ukraina Pilihan AS – Ribuan Orang Israel Demo di Tel Aviv – Halaman all

    Populer Internasional: Sosok 4 Capres Ukraina Pilihan AS – Ribuan Orang Israel Demo di Tel Aviv – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

    Buntut pertengkarannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden AS Donald Trump meminta Zelensky untuk mundur.

    Trump juga menyodorkan 4 sosok capres Ukraina pilihannya sendiri.

    Sementara itu di Tel Aviv, ribuan warga Israel turun ke jalanan menuntut kelanjutan pertukaran sandera.

    Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

    1. Sosok 4 Capres Ukraina yang Disodorkan AS Usai Zelensky Bertengkar dengan Donald Trump

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertengkar dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di ruang oval gedung putih AS pada Jumat, 28 Februari 2025.

    Trump yang tersulut emosi menuduh pemimpin Ukraina itu tidak berterima kasih dan tidak menghormati Amerika Serikat.

    Pertemuan Trump dengan Zelensky terkait penyelesaian perang Ukraina dengan Rusia yang sudah berlangsung 3 tahun.

    AS minta Zelensky diganti

    Buntut dari pertengkaran Zelensky dengan Trump, AS lalu meminta diadakan pemilihan calon presiden (capres) yang baru pengganti Zelensky.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Ribuan Orang Israel di Tel Aviv Unjuk Rasa Menuntut agar Kesepakatan Pertukaran Sandera Dilanjutkan

    Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv kemarin untuk menuntut dilanjutkannya gencatan senjata Gaza dan proses pertukaran sandera, Anadolu Agency melaporkan.

    Para pengunjuk rasa menyerukan agar warga Israel yang ditahan di Gaza dipulangkan, dan mendesak pihak berwenang untuk memprioritaskan negosiasi.

    Tahap pertama perjanjian gencatan senjata Gaza, yang dimulai pada 19 Januari, berakhir kemarin. 

    Negosiasi untuk tahap kedua dijadwalkan akan dimulai pada 3 Februari. 

    Namun, Israel belum memulai negosiasi.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Serangan Presisi Sukhoi Su-34 Rusia Sapu Bersih Kantong Pertahanan Ukraina di Gulyaypole

    Angkatan Udara Rusia melakukan serangan udara presisi di titik penempatan dan konsentrasi pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina di Gulyaypole, Oblast Zaporizhzhia, Senin (3/3/2025).

    Operasi yang dilakukan oleh pesawat tempur-pembom Su-34 tersebut menggunakan bom udara FAB-1500 dan FAB-500 yang dilengkapi dengan modul perencanaan dan koreksi universal.

    Kementerian Pertahanan Rusia merilis rekaman video serangan tersebut, yang menyoroti penempatan amunisi ini dalam konflik yang sedang berlangsung antara kedua negara.

    FAB-1500, bom berdaya ledak tinggi seberat 1.500 kilogram, merupakan salah satu yang terberat dalam seri FAB rancangan Soviet, yang juga mencakup FAB-500.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Buntut Cekcok Trump-Zelensky, Pemimpin Eropa Ambil Alih Negosiasi Perdamaian Perang Ukraina

    Para pemimpin di Uni Eropa sepakat untuk mengambil alih penyusunan rencana negosiasi perdamaian perang Ukraina usai menggelar pertemuan di London, Inggris

    Rencana tersebut, diungkap Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dua hari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat cekcok dengan Presiden AS Donald Trump.

    Trump yang tersulut emosi menuduh pemimpin Ukraina itu tidak berterima kasih dan tidak menghormati Amerika Serikat.

    Ketegangan ini yang kemudian mendorong para pemimpin di Eropa untuk mengambil kendali negosiasi perang Rusia-Ukraina dari Amerika Serikat di tengah memburuknya hubungan antara Kyiv dan Washington.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • Alasan Trump Suka dengan Putin Tapi Tidak dengan Zelensky

    Alasan Trump Suka dengan Putin Tapi Tidak dengan Zelensky

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan ketidaksukaan ke Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Hal ini setidaknya terlihat dari pertengkaran verbal keduanya di Ruang Oval, Gedung Putih, pekan lalu.

    Awalnya, pertemuan berjalan cukup baik selama 23 menit pertama. Terlihat pertemuan yang sopan meskipun kaku antara seorang presiden Amerika dan seorang pemimpin asing.

    Situasi kemudian memanas 39 menit. Bahkan ada kesan Trump lebih menyukai Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Ya, mengutip tulisan khusus New York Times, Trump memang tampaknya benar-benar kesal selama diskusi dengan Zelensky karena kata-kata kasar mantan komedian itu ke Putin. Trump, yang tidak mengatakan apa-apa selain hal-hal baik tentang penguasa Kremlin itu, tampak tersinggung atas namanya dan memarahi Zelensky karena bersikap bermusuhan terhadap orang yang telah menginvasi negaranya.

    “Dia membenci kita,” kata Zelensky kepada Trump, mencoba menjelaskan bahwa Putin adalah agresor, bukan korban.

    “Ini bukan tentang saya. Dia membenci orang Ukraina. Dia pikir kita bukan sebuah negara.”

    Zelensky pun menjelaskan pernyataan Trump pekan lalu yang menyebut Ukraina memulai perang salah besar. Ia menegaskan “Putin memulai perang ini”.

    Trump kemudian tidak setuju. Ia mulai menegur Zelensky karena bersikap jahat.

    “Sangat menyenangkan berbicara buruk tentang orang lain,” kata Trump, nadanya mencemooh.

    “Tetapi saya ingin masalah ini segera diselesaikan,” katanya.

    “Ini bukan cinta,” tegasnya menjelaskan bahwa ia menganggap Zelensky sebagai pihak yang bersalah.

    “Itulah sebabnya Anda berada dalam situasi ini.”

    Lalu mengapa Trump sepertinya lebih suka Putin dibanding Zelensky?

    Mengutip Carnegie Politika, publikasi digital yang menampilkan analisis soal Rusia dan Ukraina, Putin pintar mengambil hati Trump. Ini terjadi saat pembebasan Marc Fogel seorang warga negara AS yang ditahan di Rusia atas tuduhan narkoba terjadi pekan lalu.

    Trump berbicara dengan Putin secara langsung. Putin pun memanfaatkan keinginan Trump itu, memperlakukan pria 78 tahun itu sesuai keinginannya “dianggap cepat dan tegas”.

    Komunikasi untuk memberikan Trump kesan keberhasilan dan kesuksesan yang dilakukan Putin. Putin hanya perlu membebaskan Fogel.

    Kasus yang sama juga terjadi di Ukraina. Putin siap memberi Trump kemenangan dengan perdamaian dengan Ukraina.

    “Ia memulai perang dan akan menghentikannya jika kondisi tertentu terpenuhi dan kata-kata yang tepat diucapkan,” ujar analisis lembaga itu, dikutip Selasa (4/3/2025).

    “Selama seperempat abad berkuasa, Putin telah mengusulkan agar Rusia dan Amerika Serikat bekerja sama untuk mengalahkan musuh bersama, mulai dari teroris Islam dan perompak Somalia hingga COVID-19 dan bahkan pemanasan global,” tambahnya.

    “Ia percaya bahwa kemenangan seperti itu akan membawa kedua negara lebih dekat, melampaui hambatan politik dan ideologis, perbedaan antara kekuatan yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah, dan bahkan penindasan domestik Rusia, seperti yang berhasil dilakukan Stalin dan Roosevelt pada tahun 1940-an.”

    Hal ini berbeda dengan Zelensky. Dimuat Politico, Zelenskyy melakukan kesalahan fatal dengan terlibat dalam debat di depan kamera dengan Trump dan wakilnya JD Vance di Gedung Putih. Itu memalukan buat Trump dan menimbulkan kemarahannya.

    Kebencian Pribadi Trump ke Zelensky sejak 2019

    Indian Express juga mencoba membedah ini. Laman itu mengatakan tampaknya Trump memendam ketidaksukaan pribadi terhadap Zelensky.

    “Trump membenci Ukraina. Dia dan orang-orang di sekitarnya percaya bahwa Ukraina adalah penyebab semua masalah Trump..,” kata seorang pengusaha Ukraina-Amerika yang pernah bekerja dengan pengacara Trump, Rudy Giuliani, Lev Parnas.

    “Dia membenci Zelensky dengan penuh semangat, dan Zelensky mengetahuinya,” tambahnya.

    Trump dan Zelensky memang punya sejarah yang sudah terjalin setidaknya lima tahun lalu, sekitar 2019. Saat itu, Zelensky tidak melakukan sesuatu yang Trump inginkan.

    Ini terkait kasus pemakzulan Trump di masa dirinya menjabat di periode pertama. Kala itu muncul isu bahwa pemilu AS 2016 yang dimenangkan Trump terkait campur tangan Rusia.

    “Penyelidikan oleh otoritas Amerika mengklaim bahwa Rusia telah meretas email Partai Demokrat dan merilisnya. Dokumen yang bocor menunjukkan bahwa pimpinan Partai Demokrat lebih memilih Hillary Clinton sebagai kandidat Presiden daripada Bernie Sanders, yang merusak reputasi Clinton,” tulis laman itu, yang juga bersumber dari Politico.

    “Namun, Trump mengatakan peretasan itu dilakukan oleh Ukraina untuk mencemarkan nama baik Rusia. Begitu ia menjadi Presiden, dalam panggilan telepon yang menentukan pada tahun 2019, ia bahkan meminta Zelensky untuk menyelidiki masalah tersebut dan mengembalikan server yang ia yakini berada di Ukraina. Zelensky menyetujui hal ini akan memperkuat teori campur tangan Ukraina.”

    Namun, ini bukan satu-satunya bantuan yang Trump minta. Ia juga meminta Zelensky untuk menyelidiki putra Joe Biden, Hunter Biden, terkait perusahaan migas di sana.

    Ia bahkan membuat kunjungan ke Gedung Putih untuk Zelensky. Di mana Trump berjanji akan memberikan bantuan militer senilai hampir US$400 juta untuk Ukraina dengan syarat bantuan ini diberikan.

    Namun permintaan itu justru menjadi masalah. Ini dibawa ke Kongres AS dan Trump dimakzulkan atas tindakannya meminta penyelidikan Hunter.

    (sef/sef)

  • Kremlin Anggap Sia-sia Resolusi London Summit Dukungan ke Ukraina, Permusuhan Dianggap Bisa Berlanjut

    Kremlin Anggap Sia-sia Resolusi London Summit Dukungan ke Ukraina, Permusuhan Dianggap Bisa Berlanjut

    JAKARTA  – Kremlin mengatakan janji yang dibuat oleh para pemimpin Eropa pada pertemuan puncak di London mengenai Ukraina akhir pekan lalu untuk meningkatkan pendanaan ke Kyiv, tidak akan membantu mewujudkan resolusi damai atas konflik tersebut.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan para pemimpin Barat lainnya pada Minggu, 2 Maret.

    Mereka sepakat untuk menyusun rencana perdamaian Ukraina untuk disampaikan ke Amerika Serikat dua hari setelah Zelenskyy berselisih hebat dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan hasil pertemuan puncak tersebut – termasuk kesepakatan rudal pertahanan udara senilai $2 miliar dari Inggris – akan memungkinkan permusuhan terus berlanjut.

    Dilansir Reuters, Senin, 3 Maret, Kremlin menegaskan sangat penting bagi Zelenskyy untuk dipaksa mengubah posisinya dan mencari perdamaian.

  • Investor Grab-GoTo Ketahuan Pinjam Uang Rp 263 Triliun Buat Ini

    Investor Grab-GoTo Ketahuan Pinjam Uang Rp 263 Triliun Buat Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO SoftBank Group Masayoshi Son berencana meminjam uang senilai US$16 miliar (Rp263 triliun) untuk berinvestasi di sektor kecerdasan buatan (AI). Hal tersebut diungkap eksekutif perusahaan ke pihak bank pada pekan lalu, menurut laporan The Information, berdasarkan beberapa sumber dalam.

    Investor teknologi asal Jepang tersebut juga akan meminjam dana tambahan sebesar US$8 miliar (Rp131 triliun) pada awal 2026 mendatang, menurut laporan The Information, dikutip dari Reuters, Senin (3/3/2025).

    Pada Januari lalu, Reuters melaporkan SoftBank sedang dalam diskusi untuk menambah investasi senilai US$25 miliar ke OpenAI, perusahaan di balik layanan populer ChatGPT. Investasi itu di luar komitmen SoftBank senilai US$15 miliar untuk Stargate.

    Laporan The Information sebelumnya menyebut SoftBank berencana menginvestasikan total US$40 miliar ke Stargate dan OpenAI. Untuk itu, SoftBank sudah mulai berdiskusi untuk meminjam dana senilai US$18,5 miliar, dibekingi aset publik perusahaan.

    Stargate merupakan joint venture yang dibentuk Oracle, OpenAI dan SoftBank. Lembaga itu berencana mengumpulkan US$500 miliar (Rp8.240 triliun) untuk membantu AS mengalahkan China dalam dominasi AI.

    Presiden Donald Trump secara langsung mengumumkan pembentukan Stargate di Gedung Putih pada Januari lalu. Namun, Elon Musk sempat sesumbar bahwa Trump telah tertipu. Pasalnya, Son dkk tak memiliki uang untuk Stargate.

    Sejak awal booming teknologi AI, Son menjadi salah satu figur publik yang blak-blakan mendukung adopsi teknologi canggih tersebut. Ia juga menilai AI akan lebih banyak membawa manfaat ketimbang risiko, seperti yang dikhawatirkan banyak pihak.

    SoftBank sendiri diketahui sebagai salah satu perusahaan modal ventura kawakan yang banyak mendanai startup-startup kawakan, termasuk GoJek dan Grab yang populer di Indonesia.

    (fab/fab)

  • Zelensky Disebut Kena Smackdown Trump, AS Bisa Keluar dari NATO jika Eropa Sembrono – Halaman all

    Zelensky Disebut Kena Smackdown Trump, AS Bisa Keluar dari NATO jika Eropa Sembrono – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdebatan panas antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung Putih tempo hari masih disorot.

    Fox News menyebut perdebatan itu berakhir setelah Trump mengusir Zelensky dari Gedung Putih.

    Sementara itu, media terkenal Rusia bernama Sputnik menyebut cekcok Trump dengan Zelensky itu membuat para sekutu AS kaget.

    Dalam artikel yang terbit Sabtu pekan lalu, media itu mengatakan Zelensky telah terkena “smackdown” Trump.

    Smackdown itu menjadi peringatan bagi Barat yang terlalu terbiasa dengan political correctness atau kesantunan politik.

    “Zelensky datang jauh-jauh ke Washington untuk menandatangani perjanjian yang terbatas secara finansial, tanpa jaminan keamanan, yang dipasarkan di negaranya sendiri sebagai kebalikannya,” kata jurnalis kenamaan Turki bernama Ceyda Karan kepada Sputnik.

    “Trump dan [Wakil Presiden AS J.D.] Vance secara terbuka telah menyatakan dia (Zelensky) kalah, bertaruh dengan nyawa rakyatnya sendiri, bahwa dia tidak tidak punya personel yang tersisa dan perdamaian harus dibuat.”

    Dalam perbicangan panas di Gedung Putih, Trump dan Vance menuding Zelensky ingin menyeret dunia ke dalam Perang Dunia Ketiga. Menurut Karan, dua pejabat tinggi AS itu memang berkata yang sebenarnya.

    “Apa yang mencolok di sini adalah bahwa Trump menyodorkan kebenaran kepada dunia Barat, yang sudah terbiasa dengan kesantunan politk,” katanya.

    Karan mengatakan Zelensky mencoba bermain menjadi “pahlawan yang sedang dianiaya” oleh Trump.

    Permintaan Trump akan sumber daya mineral Ukraina diperlihatkan kepada dunia seolah-olah Zelensky adalah korban. Padahal, Zelensky sendiri yang menawarkan mineral itu.

    AS bisa keluar dari NATO

    Jika AS berhenti membantu Ukraina, negara-negara Eropa akan kesulitan mempertahankan jumlah bantuan militer untuk Ukraina.

    Mikael Valtersson, veteran militer sekaligus politikus Swedia, mengatakan Eropa setidaknya harus menambah bantuannya hingga dua kali lipat jika ingin menggantikan bantuan AS.

    Jika hal itu terjadi, Eropa akan menanggung beban yang sangat berat.

    Sementara itu, Charles Ortel, seorang analis di Wall Street, mengatakan sepanjang AS masih menggelontorkan bantuan besar untuk pertahanan Eropa, para elite oligarki di Eropa masih bisa meneruskan bisnis dan kehidupan mewah mereka seperti biasanya.

    “Rekan Eropa kita tampaknya menginginkan perang dengan segala cara, meyakini bahwa Amerika yang akan membayarnya dan orang Amerika yang akan sekarat,” katanya.

    Ortel mengklaim Inggris dan Uni Eropa merasa bebas memprovokasi Rusia karena meyakini keamanan Eropa telah dijamin dengan Pasal 5 dalam perjanjian NATO.

    Dalam Pasal 5 disebutkan bahwa serangan terhadap salah satu negara anggota NATO dianggap sebagai serangan terhadap NATO. AS sebagai anggota NATO diharuskan membela Eropa jika Eropa diserang Rusia.

    Keterlibatan AS dalam konflik Ukraina-Rusia membuat makin banyak pajak yang dibayarkan oleh warga AS berakhir di Eropa.

    Ortel meyakini AS mungkin tak punya pilihan selain keluar dari NATO jika Eropa terus melakukan tindakan sembrono, yakni mengobarkan perang.

    “AS tak punya urusan mensubsidi Eropa dan membelanya,” kata Ortel.

    “Saya meyakini kami punya kewajiban kepada warga negara kami untuk mengurangi komitmen pertahanan kami terhadap Eropa secara drastis dan mencabut jaminan perjanjian NATO, jika tidak keluar dari NATO karena situasi saat ini.”

    (*)

  • Apple Dijegal, Trump Langsung Turun Gunung Lakukan Ini

    Apple Dijegal, Trump Langsung Turun Gunung Lakukan Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Donald Trump turun gunung merespons pemerintah Inggris yang meminta Apple menyerahkan akses data beberapa pengguna. Trump menyebut upaya Inggris mirip dengan yang dilakukan China.

    “Meminta akses data pengguna Apple adalah sesuatu yang biasa terdengar [datang] dari China,” kata Trump dalam wawancara dengan The Spectator, dikutip dari Reuters, Senin (3/3/2025).

    Trump mengatakan pihaknya telah mengatakan kepada Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer bahwa mereka tak bisa meminta akses data pengguna.

    Keduanya bertemu di Gedung Putih pada Kamis (27/2) pekan lalu. Mereka turut mendiskusikan soal Ukraina dan negosiasi bilateral untuk kesepakatan dagang.

    Saat diminta konfirmasi, juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, “kami memiliki hubungan intelijen yang dekat dengan AS, dan kami menjaga kemitraan ini dengan serius”.

    Namun, juru bicara itu tak mengomentari secara spesifik terkait kasus data pengguna Apple. Raksasa Cupertino juga tidak merespons permintaan komentar Reuters.

    Pada pekan lalu, Apple menyetop fitur enkripsi canggih untuk data cloud di Inggris. Hal ini dikatakan merespons permintaan pemerintah untuk mengakses data pengguna.

    Dalam surat tertanggal 25 Februari 2025, dua otoritas hukum AS mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apakah pemerintah Inggris telah melanggar aturan CLOUD. Aturan itu melarang pemerintah Inggris meminta akses data ke warga AS, begitu juga sebaliknya.

    (fab/fab)

  • AS Kirimi Israel Senjata ‘Pemungkas’ Lawan Iran, Netanyahu Happy

    AS Kirimi Israel Senjata ‘Pemungkas’ Lawan Iran, Netanyahu Happy

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas pengiriman amunisi yang sempat tertahan oleh pemerintahan sebelumnya.

    Netanyahu menegaskan bahwa bantuan ini akan memungkinkan Israel untuk “menyelesaikan tugas melawan poros teror Iran” yang mencakup kelompok-kelompok militan yang didukung oleh Teheran.

    “Donald Trump adalah sahabat terbesar yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video berbahasa Inggris yang dirilis pada Minggu (2/3/2025), sebagaimana dikutip AFP.

    “Dia telah membuktikannya dengan mengirimkan semua amunisi yang sebelumnya tertahan. Dengan cara ini, dia memberi Israel alat yang kami butuhkan untuk menyelesaikan tugas melawan poros teror Iran.”

    Adapun Netanyahu telah lama menyuarakan oposisi kerasnya terhadap Iran, terutama terkait program nuklir Teheran dan dukungan negara itu terhadap kelompok-kelompok militan di kawasan, termasuk Hamas yang berkonflik dengan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.

    Pernyataan Netanyahu ini mempertegas sikapnya yang sebelumnya telah ia ungkapkan dalam konferensi pers bulan lalu bersama Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.

    Dalam kesempatan tersebut, Netanyahu menegaskan bahwa dengan dukungan dari Amerika Serikat, Israel akan “menyelesaikan tugas” dalam menghadapi ancaman Iran.

    “Sejak perang di Gaza dimulai, Israel telah memberikan pukulan besar terhadap poros teror Iran,” kata Netanyahu, merujuk pada aliansi kelompok militan yang didukung Teheran, termasuk Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman.

    Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, seperti yang ia lakukan pada masa jabatan pertamanya. Langkah ini bertujuan untuk menekan ekonomi Iran dan membatasi kemampuan negara itu dalam mendukung kelompok-kelompok militan di Timur Tengah.

    Trump juga menunjukkan dukungan kuatnya kepada Israel dengan mengundang Netanyahu sebagai kepala negara pertama yang berkunjung ke Gedung Putih setelah ia kembali menjabat sebagai presiden.

    Sebelumnya, Rubio mengumumkan bahwa ia telah menandatangani deklarasi untuk mempercepat bantuan militer senilai sekitar US$4 miliar kepada Israel. Rubio menambahkan bahwa embargo senjata parsial yang sebelumnya diberlakukan oleh mantan Presiden Joe Biden telah dicabut, memungkinkan Israel mendapatkan persenjataan yang lebih cepat dan lebih banyak.

    Langkah ini disambut positif oleh Netanyahu yang menilai bahwa dukungan penuh AS terhadap Israel akan semakin memperkuat posisinya dalam menghadapi ancaman Iran dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Teheran.

     

    (luc/luc)