Tempat Fasum: Gedung Putih

  • AS Tak Beri Data Intelijen, Ukraina Gagal Gunakan HIMARS untuk Serangan Jarak Jauh ke Rusia – Halaman all

    AS Tak Beri Data Intelijen, Ukraina Gagal Gunakan HIMARS untuk Serangan Jarak Jauh ke Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) berhenti memberi Ukraina data intelijen yang diperlukan untuk mengoperasikan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) untuk melakukan serangan jarak jauh terhadap Rusia.

    “Amerika memutus sambungan intelijen penting untuk peringatan pada pukul 2 siang di Kyiv. Sebelumnya menargetkan data untuk HIMARS,” tulis jurnalis Oliver Carroll dari The Economist di media sosial pada Kamis (6/3/2025).

    Menurut laporan tersebut, Ukraina tidak lagi menerima informasi real time untuk serangan jarak jauh menggunakan HIMARS.

    Sementara itu, surat kabar The Washington Post melaporkan bahwa selama sebulan terakhir, setidaknya satu tim Ukraina yang bertanggung jawab untuk meluncurkan roket HIMARS belum menerima koordinat untuk serangan dengan jarak sekitar 64 km melewati garis depan antara pasukan Rusia dan Ukraina.

    Militer Ukraina menambahkan dalam beberapa minggu terakhir bahwa transmisi koordinat tersebut telah berhenti, yang mengisyaratkan penghentian de facto dalam pertukaran informasi intelijen antara AS dan Ukraina.

    AS Tangguhkan Sharing Info Intelijen dan Bantuan Militer ke Ukraina

    Sebelumnya Direktur CIA John Ratcliffe mengonfirmasi informasi bahwa AS telah menangguhkan pengiriman senjata dan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina.

    “(Penangguhan) Ini akan mencakup segalanya mulai dari laporan manusia hingga penilaian rencana dan niat serta distribusi pasukan Rusia, hingga citra satelit, yang menyatakan Rusia memiliki sejumlah tank di balik bukit ini atau kami perkirakan mereka akan memindahkan satu peleton ke sini pada waktu tertentu,” kata John Ratcliffe kepada Fox Business Network pada Rabu (5/3/2025).

    Sementara itu Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz mengisyaratkan penangguhan itu untuk memberikan tekanan kepada Ukraina.

    “AS telah mengambil langkah mundur dalam berbagi informasi intelijen dengan Ukraina,” katanya seraya menambahkan AS dan Ukraina terlibat dalam pembicaraan untuk memajukan kesepakatan perjanjian mineral yang sebelumnya gagal ditandatangani.

    HIMARS merupakan sistem roket artileri yang dapat menembakkan roket berpemandu jarak jauh dan dapat meluncurkan hingga enam roket sekaligus atau satu rudal balistik ATACMS.

    Masih belum jelas berapa lama pembekuan pembagian intelijen ini akan berlangsung, seperti diberitakan RBC Ukraina.

    Keputusan AS untuk membekukan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina menyusul penghentian bantuan militer AS untuk Ukraina pada Senin (3/3/2025).

    Pemerintahan Donald Trump dikabarkan mengambil langkah tersebut untuk menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar bekerja sama dengan Trump untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Rusia.

    Zelensky dan Donald Trump sebelumnya berdebat sengit dalam pertemuan mereka di Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025) yang mengakibatkan kegagalan kedua negara untuk menandatangani perjanjian mineral.

    Menyusul penangguhan bantuan militer AS, Zelensky pada Selasa (4/3/2025) mengirimkan surat kepada Donald Trump yang menyatakan ia siap membicarakan perdamaian dan menandatangani perjanjian mineral.

    Perjanjian mineral tersebut merupakan upaya Donald Trump yang meminta imbalan kepada Ukraina atas bantuan AS selama perang melawan Rusia.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Menlu AS: Invasi Putin ke Ukraina adalah Perang Proksi AS vs Rusia – Halaman all

    Menlu AS: Invasi Putin ke Ukraina adalah Perang Proksi AS vs Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, mengklaim invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina sebenarnya adalah perang proksi antara AS yang mempersenjatai Ukraina dalam melawan Rusia.

    “Sejujurnya, ini adalah perang proksi antara kekuatan nuklir: Amerika Serikat, yang membantu Ukraina, dan Rusia. Dan ini harus diakhiri,” kata Marco Rubio dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis (6/3/2025).

    Menurutnya, tidak seorang pun punya ide atau rencana untuk mengakhirinya.

    Marco Rubio yakin rencana Ukraina dan sekutunya di Eropa selama ini adalah meneruskan perang, bukan mengakhirinya.

    “Saya yakin rencana Ukraina dan sekutunya adalah ‘mari kita terus memberi mereka (Ukraina) sebanyak yang mereka butuhkan selama diperlukan’. Itu bukan strategi,” katanya.

    Ia mengatakan, Presiden AS, Donald Trump, sejak awal telah memandang hal ini sebagai perang yang berlarut-larut dan tak kunjung usai.

    Menteri Luar Negeri AS menjelaskan, Trump berupaya mencari tahu apakah ada jalan menuju perdamaian untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak tahun 2022.

    “Kita harus melibatkan kedua belah pihak – Rusia dan Ukraina. Dan kami meminta Ukraina untuk tidak menyabotasenya,” katanya.

    “Ketika wakil presiden AS (JD Vance) menyatakan bahwa diplomasi diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti ini, sayangnya Presiden Zelenskyy memutuskan untuk menantang wakil presiden dan mulai mempertanyakan apakah diplomasi mungkin dilakukan (dengan Rusia),” lanjutnya, merujuk pada pertemuan Zelensky dengan Trump dan JD Vance pekan lalu.

    Namun, ia senang Zelensky telah mempertimbangkan kembali posisinya setelah bertengkar dengan Donald Trump pada pekan lalu.

    “Saya benar-benar yakin bahwa ini adalah konflik yang perlu kita cari jalan keluarnya. Ini akan membutuhkan konsesi dari kedua belah pihak, tetapi kita harus mengajak mereka berdua ke meja perundingan,” katanya, seperti diberitakan Pravda.

    “Ukraina harus hadir – jelas, ini negara mereka – dan Rusia harus hadir di meja perundingan. Dan hanya Presiden Trump yang dapat mewujudkannya,” pungkas Rubio.

    Sebelumnya, Zelensky bertengkar dengan Donald Trump dan JD Vance dalam pertemuan mereka di Ruang Oval, Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025) lalu.

    Setelah perdebatan sengit dengan Trump dan JD Vance, Zelensky gagal menandatangani perjanjian mineral antara Ukraina dan AS yang dijadwalkan pada hari itu.

    Pada Senin (3/3/2025), pemerintahan Donald Trump berupaya membekukan bantuan militer ke Ukraina setelah pertengkaran itu.

    Zelensky kemudian mengirim surat kepada Donald Trump pada Selasa (4/3/2025) dan menyatakan Ukraina siap untuk perdamaian.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • AS-Hamas Benarkan Pertemuan Rahasia di Qatar untuk Bahas Sandera, Israel Khawatir – Halaman all

    AS-Hamas Benarkan Pertemuan Rahasia di Qatar untuk Bahas Sandera, Israel Khawatir – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengonfirmasi pertemuan rahasia delegasi mereka di Doha, Qatar yang berlangsung dalam beberapa minggu terakhir.

    AS dan Hamas membahas upaya pertukaran sandera yang masih tersisa di Jalur Gaza, termasuk sandera yang memegang kewarganegaraan ganda Israel-Amerika.

    Juru bicara Gedung Putih, Caroline Levitt mengonfirmasi bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas.

    “Pembicaraan tersebut sedang berlangsung,” kata Carolnie Levitt dalam konferensi pers, Rabu (5/3/2025).

    “Jika menyangkut negosiasi yang Anda maksud, yang pertama dan terutama, utusan khusus yang terlibat dalam negosiasi tersebut memiliki kewenangan,” katanya.

    Ia mengatakan Israel telah diberitahu mengenai pembicaraan yang diusulkan oleh AS tersebut.

    “Israel telah diajak berkonsultasi,” ujarnya.

    Juru bicara tersebut menjelaskan bahwa dialog yang dilakukan oleh AS dengan berbagai pihak di seluruh dunia untuk mencapai kepentingan terbaik rakyat AS seperti apa yang ditekankan oleh Trump.

    “Ini adalah upaya dengan itikad baik untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika,” tambahnya.

    Selain AS, seorang pemimpin perlawanan Palestina mengonfirmasi pertemuan delegasi AS dan Hamas di Qatar.

    “Pertemuan itu dilakukan atas permintaan Amerika dan Israel terkejut karenanya,” kata sumber tersebut kepada Al-Mayadeen, Rabu malam.

    “Utusan Amerika hanya berbicara tentang pertukaran tahanan dan tidak membahas masalah yang terkait dengan gencatan senjata di Jalur Gaza dan berakhirnya perang,” jelasnya.

    Ia juga menjelaskan delegasi AS tidak mengajukan proposal pertukaran khusus.

    “Pihak Amerika tidak mengajukan formula khusus untuk pertukaran tahanan, tetapi mendengarkan sudut pandang Hamas,” katanya.

    “Utusan Amerika meninggalkan kesan positif dari pertemuannya dengan delegasi kami,” lanjutnya.

    Pernyataan AS dan Hamas mengonfirmasi berita yang dilaporkan oleh surat kabar AS, Axios, yang mengatakan pemerintahan Donald Trump mengadakan pembicaraan langsung dan rahasia dengan Hamas mengenai sandera di Jalur Gaza.

    Koresponden politik Axios, Barak Ravid, mengatakan pembicaraan yang dilakukan oleh utusan Donald Trump, Adam Boehler, adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya karena AS tidak pernah berurusan langsung dengan Hamas.

    Israel Khawatir dengan Pertemuan AS dan Hamas

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pihaknya mengetahui pertemuan delegasi AS dan Hamas secara langsung di Qatar.

    “Israel telah menyampaikan pendapatnya kepada Amerika mengenai pembicaraan tersebut,” kata kantor Netanyahu dalam pernyataannya.

    Sementara itu, kedutaan Israel di AS menulis pernyataan bahwa mereka senang jika pembicaraan tersebut berhasil mengembalikan semua sandera.

    “Jika perundingan AS-Hamas menghasilkan pengembalian semua tahanan, kami akan senang,” kata kedutaan Israel dalam pernyataannya, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Di sisi lain, surat kabar Israel Today mengutip sumber pejabat Israel yang mengatakan, “Israel sangat khawatir dengan pembicaraan langsung pemerintahan Trump dengan Hamas.”

    Pertemuan delegasi AS dan Hamas yang diadakan di Qatar berlangsung dalam beberapa minggu terakhir, namun belum ada kesepakatan yang dicapai.

    Pertukaran sandera gelombang ke-7 pada pertengahan Februari lalu sekaligus mengakhiri tahap pertama perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas yang dimulai pada 19 Januari 2025.

    Kedua pihak diharapkan segera mencapai kesepakatan tahap kedua perjanjian tersebut untuk kembali melakukan pertukaran tahanan.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Pertemuan Rahasia antara Amerika dan Hamas di Doha, Tersiar Bahas soal Sandera dan Perang Gaza – Halaman all

    Pertemuan Rahasia antara Amerika dan Hamas di Doha, Tersiar Bahas soal Sandera dan Perang Gaza – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden Donald Trump diam-diam mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas untuk membahas sandera Amerika yang ditahan oleh kelompok tersebut di Gaza.

    Pertemuan AS-Hamas berlangsung di ibu kota Qatar, Doha, dipimpin oleh utusan khusus Presiden Amerika Serikat, Adam Boehler, yang bertanggung jawab dalam urusan penyanderaan.

    Sumber diplomatik senior mengungkapkan informasi ini kepada Al Arabiya English pada Rabu (5/3/2025).

    Pembicaraan tersebut berfokus pada dua hal utama: pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan di Gaza dan kemungkinan upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama di wilayah tersebut.

    Pertemuan ini berfokus pada pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan oleh Hamas, namun pembicaraan juga membahas kemungkinan kesepakatan yang lebih luas, termasuk gencatan senjata jangka panjang.

    Pertemuan rahasia Amerika dan Hamas di Doha ini pertama kali dilaporkan oleh Axios.

    Gedung Putih menyatakan Israel sudah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini, meskipun tidak terlibat langsung dalam perundingan.

    Negosiasi langsung dengan Hamas tanpa persetujuan Israel adalah langkah yang belum pernah diambil oleh pemerintahan AS sebelumnya.

    Sementara itu, masih ada 59 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.

    Pasukan Pertahanan Israel mengonfirmasi bahwa 35 sandera telah tewas, sementara intelijen Israel meyakini bahwa 22 sandera lainnya masih hidup.

    Di antara sandera yang tersisa, terdapat lima warga Amerika, termasuk Edan Alexander yang berusia 21 tahun, yang diyakini masih hidup.

    Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan dialog ini adalah bagian dari upaya Amerika untuk melindungi kepentingan rakyatnya, sebuah prinsip yang telah diterapkan Presiden Donald Trump dalam berbagai situasi sebelumnya.

    Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang semula dijadwalkan untuk mengunjungi Doha guna bertemu Perdana Menteri Qatar terkait gencatan senjata, membatalkan perjalanannya setelah tidak ada kemajuan yang tercapai dalam pembicaraan.

    Pendekatan yang Berbeda antara Trump dan Biden

    Pendekatan yang diambil oleh pemerintahan Trump sangat berbeda dengan kebijakan yang dijalankan oleh Presiden Biden.

    Trump tidak hanya mengancam keras Hamas, tetapi juga mengusulkan kemungkinan “pengambilalihan” Gaza oleh AS.

    Gencatan senjata 42 hari, yang merupakan bagian dari fase pertama kesepakatan Gaza, berakhir pada Sabtu (1/3/2025) setelah para pihak gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya.

    Meski pertempuran belum berlanjut, Israel menghentikan semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang kini tengah menghadapi krisis kemanusiaan besar.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1107: Macron, Zelensky, dan Starmer Mau ke Amerika untuk Temui Trump – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1107: Macron, Zelensky, dan Starmer Mau ke Amerika untuk Temui Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik Rusia vs Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1107 pada Kamis (6/3/2025).

    Presiden Prancis Emmanuel Macron sedang mempertimbangkan untuk kembali ke Washington bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

    Hal ini disampaikan oleh juru bicara pemerintah Prancis, Sophie Primas, pada Rabu (5/3/2025), dikutip dari Al Arabiya.

    Primas memberikan keterangan tersebut setelah rapat mingguan Kabinet Prancis, yang menandakan upaya diplomatik untuk memfasilitasi pertemuan antara para pemimpin ini dan Presiden Trump.

    Simak rangkuman peristiwa yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1107:
    AS Setop Pembagian Informasi Intelijen dengan Ukraina

    Amerika Serikat menghentikan pembagian informasi intelijen dengan Ukraina.

    Langkah terbaru pemerintahan Presiden Donald Trump ini tampaknya berpotensi menghambat kemampuan militer Ukraina dalam menargetkan pasukan Rusia di medan perang.

    Keputusan ini diumumkan setelah Senin (3/3/2025) kemarin Gedung Putih mengumumkan membekukan sementara bantuan militer ke Ukraina, setelah pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Trump di Ruang Oval berujung debat pedas.

    Bagi militer Ukraina, dukungan intelijen AS sangat penting dalam mengidentifikasi dan menyerang target-target strategis Rusia, Financial Times melaporkan.

    Informasi intelijen yang diterima dari AS selama ini memungkinkan Ukraina untuk melaksanakan serangan presisi, termasuk terhadap pasukan yang bergerak atau sasaran yang sulit dijangkau.

    Dengan penghentian ini, Ukraina kehilangan salah satu keunggulan utama di medan perang.

    Keputusan AS untuk melarang sekutunya memberikan informasi intelijen kepada Ukraina pertama kali dilaporkan oleh Daily Mail.

    AS telah secara resmi memblokir sekutunya untuk berbagi intelijen dengan Ukraina.

    Beberapa pejabat menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki akses intelijen domestik kemungkinan akan tetap berbagi informasi yang relevan.

    Namun, ini tidak berlaku untuk data intelijen sensitif dan bernilai tinggi yang dibutuhkan Ukraina untuk menyerang target yang bergerak cepat, seperti pasukan Rusia yang dapat dipindahkan.

    Seorang pejabat senior di negara Barat mengatakan bahwa jika keputusan ini tidak segera dibalik, Ukraina akan menghadapi kesulitan besar.

    “Ini akan menghilangkan keunggulan mereka di medan perang,” katanya.

    Rudal Rusia Hantam Hotel di Kryvyi Rih, Dua Tewas dan 28 Terluka

    Sebuah rudal Rusia menghantam sebuah hotel di kota Kryvyi Rih, Ukraina bagian tengah, pada Rabu (5/3/2025) malam.

    Serangan tersebut menewaskan dua orang dan melukai 28 lainnya, menurut keterangan dari gubernur setempat, The Guardian melaporkan.

    Gubernur Dnipropetrovsk Serhiy Lysak menyampaikan informasi tersebut melalui Telegram.

    Di unggahan tersebut, ia juga menyebutkan bahwa seorang anak termasuk di antara yang terluka. Beberapa korban dilaporkan mengalami luka parah.

    Ledakan di Wilayah Kyiv, Pertahanan Udara Aktif

    Pertahanan udara beroperasi di wilayah Kyiv setelah adanya serangan, demikian laporan dari Otoritas Wilayah Kyiv (OVA).

    Peringatan udara telah diumumkan di wilayah tersebut, Suspilne melaporkan.

    Angkatan Udara Ukraina juga melaporkan adanya serangan pesawat tak berawak yang terjadi di daerah tersebut..

    Rusia Serang Sumy, Pesawat Tak Berawak Hantam Gudang

    Di Sumy, sebuah pesawat tak berawak Rusia menghantam sebuah gudang, seperti yang dilaporkan oleh penjabat walikota, Kobzar.

    Tim penyelamat saat ini sedang berusaha memadamkan api yang timbul akibat serangan tersebut

     Namun, hingga saat ini, tidak ada informasi terkait korban tewas atau terluka.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Kata Pakar soal Potensi Donald Trump Cabut Sanksi terhadap Rusia: Kemenangan Besar bagi Putin – Halaman all

    Kata Pakar soal Potensi Donald Trump Cabut Sanksi terhadap Rusia: Kemenangan Besar bagi Putin – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Presiden AS Donald Trump dilaporkan siap mencabut sanksi terhadap Rusia, yang dijatuhkan setelah dimulainya invasi skala penuh ke Ukraina.

    Langkah ini menandai titik balik kebijakan AS terhadap Rusia selama perang melawan Ukraina.

    Gedung Putih tengah mempersiapkan rencana untuk memberikan keringanan sanksi terhadap beberapa entitas dan warga negara Rusia.

    Rencana ini merupakan bagian dari negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina, seperti yang dilaporkan Reuters pada Senin (3/3/2025).

    Eropa dan negara-negara G7 juga memberlakukan sanksi untuk menekan ekonomi Rusia. 

    Namun, para analis berpendapat bahwa negara-negara Eropa mungkin tidak punya pilihan lain selain mengikuti langkah AS. 

    “Peluang peningkatan pendapatan yang besar bagi Rusia masih terkait dengan bisnis yang berhubungan dengan Eropa,” kata Tom Keatinge, Direktur Pusat Keuangan dan Keamanan di Royal United Services Institute (RUSI).

    “Eropa mungkin akan bertahan. Namun, mereka akan segera terisolasi.”

    Efektivitas sanksi mungkin masih diperdebatkan.

    Tetapi, jelas bahwa sanksi tersebut mengganggu Putin.

    Ia telah berulang kali menyerukan penghentiannya.

    Sanksi, khususnya terhadap industri minyak dan gas, telah menjadi masalah bagi Rusia. 

    Hal ini memaksa Rusia untuk menggunakan “armada bayangan” untuk menjual bahan bakar dengan harga diskon. Rusia juga menanggung biaya ekspor yang lebih tinggi.

    Sejauh ini, Eropa belum menyatakan sikapnya terkait pencabutan sanksi oleh AS.

    Komisioner sanksi Kyiv, Vladyslav Vlasiuk, meminta sekutu Eropa untuk tetap berkomitmen pada sanksi selama diperlukan.

    “Kemenangan Besar” Putin

    Jika AS secara sepihak mencabut sanksi, ini akan menjadi “kemenangan besar” bagi Putin, ini juga menjadi pertanda bahwa aliansi Barat sedang retak di tengah meningkatnya ketegangan, kata Keatinge kepada Kyiv Independent.

    Tujuan sanksi terhadap Rusia adalah agar sekutu Ukraina bekerja sama. Mereka menghalangi ekonomi perang Rusia dan menghukum Moskow atas invasinya.

    Pemerintahan Trump sebelumnya mengusulkan keringanan sanksi untuk membawa Moskow ke meja perundingan.

    Hal ini terjadi tak lama setelah mantan presiden Joe Biden bekerja sama dengan London untuk menetapkan sanksi terluas hingga saat itu pada bulan Januari, sebelum pelantikan Trump.

    Risiko Perpecahan

    Perpecahan yang semakin besar antara AS dan Eropa meningkatkan risiko Trump untuk bertindak sendiri, tanpa koordinasi dengan Eropa.

    Ia tidak lagi melihat perlunya berkoordinasi dengan sekutu Eropa. Ia juga tampaknya tidak tertarik untuk mempertahankan sanksi, kata Elisabeth Braw, peneliti senior di Transatlantic Security Initiative di Atlantic Council.

    Pelonggaran sanksi sepihak oleh AS akan menyebabkan kekacauan dalam ekonomi global, katanya.

    Perusahaan harus mematuhi aturan yang berbeda antara AS dan negara-negara G7 serta Uni Eropa.

    Hal ini menyebabkan tumpukan dokumen dan ketidakpastian di kalangan pelaku bisnis.

    “Kita belum pernah berada dalam situasi di mana sekutu Barat mengambil langkah yang berlawanan dalam mencabut sanksi,” katanya.

    “Bayangkan kekacauan yang akan terjadi jika negara-negara G7 dan Uni Eropa memiliki aturan yang bertentangan terkait Rusia.”

    AS dan Rusia tidak pernah menjadi mitra dagang yang signifikan.

    Total perdagangan sebelum perang hanya mencapai $6,4 miliar dalam bentuk impor Rusia dan $29,7 miliar dalam bentuk ekspor Amerika pada tahun 2021.

    Dalam konteks ekonomi murni, pencabutan sanksi AS tidak akan menghasilkan aliran uang besar ke mesin perang Rusia. Tetapi, pesan politiknya akan menjadi “bencana besar,” kata Jason McCue, mitra senior McCue Jury & Partners LLP.

    Perpecahan di antara sekutu Ukraina tidak hanya menguntungkan Rusia, tetapi juga membuat sanksi semakin sulit dipertahankan.

    Uni Eropa dan G7 telah memberikan sanksi yang signifikan, dan paket-paket selanjutnya tidak dapat mengimbangi jika AS mencabut sanksi, kata Braw.

    Negara-negara Eropa akan menghadapi dilema moral. Mereka harus memilih antara melonggarkan sanksi untuk meningkatkan ekonomi Eropa atau tetap menghukum Putin.

    Belgia dan Inggris akan kesulitan mencabut pembatasan. Mereka menetapkan bahwa Rusia harus memenuhi persyaratan seperti memberi kompensasi kepada Ukraina dan menghormati integritas teritorial Ukraina.

    Namun, tekanan dapat meningkat dari para pebisnis dan pemimpin pro-Rusia seperti Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, yang telah lama menentang sanksi.

    “Perusahaan-perusahaan Eropa akan mencoba mencari celah untuk mendapatkan lisensi agar mereka dapat bersaing dengan perusahaan Amerika,” kata Keatinge.

    Dampak Lebih Besar

    Jika Uni Eropa mencabut sanksi, ini akan menjadi dorongan yang jauh lebih besar bagi ekonomi Rusia.

    Rusia dan Uni Eropa merupakan mitra dagang utama sebelum perang, dengan perdagangan mencapai 257,5 miliar euro pada tahun 2021.

    Lebih dari 60 persen impor bahan bakar Rusia ke Uni Eropa berasal dari Rusia, yang merupakan sumber pendapatan terbesar Rusia.

    Pertanyaannya, apakah Putin akan mengizinkan perusahaan Eropa untuk kembali berbisnis di Rusia?

    Jika AS secara sepihak melonggarkan sanksi, Putin akan memiliki pengaruh untuk menuntut lebih banyak dari Eropa. Ini sebagai imbalan atas akses ke pasarnya, kata Keatinge.

    “Ini akan menjadi kemenangan besar bagi Putin karena ia akan meminggirkan Eropa dan berbisnis dengan Amerika,” katanya.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • AS dan Hamas Berunding Langsung soal Pembebasan Sandera di Gaza

    AS dan Hamas Berunding Langsung soal Pembebasan Sandera di Gaza

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) menggelar pembicaraan langsung dengan kelompok Hamas terkait pembebasan sandera yang ditahan di Gaza. Pihak Israel sudah diajak konsultasi mengenai pembicaraan dengan kelompok Hamas.

    Dilansir AFP, Gedung Putih mengonfirmasi bahwa seorang utusan AS berbicara langsung dengan Hamas untuk mengamankan sandera Amerika. Pemerintah AS merasa hal ini benar.

    “Israel telah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini, dan lihat, dialog dan berbicara dengan orang-orang di seluruh dunia untuk melakukan apa yang menjadi kepentingan terbaik rakyat Amerika adalah sesuatu yang menurut Presiden benar,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada wartawan.

    Ia mengatakan pihaknya mengutus utusan sandera AS, Adam Boehler. “Dia memiliki wewenang untuk berbicara dengan siapa pun,” imbuhnya.

    “Ada nyawa orang Amerika yang dipertaruhkan,” lanjut dia.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Sementara itu, Pejabat Hamas membenarkan bahwa pihaknya memang mengadakan pembicaraan langsung dengan utusan AS mengenai pembebasan sandera yang ditahan di Gaza.

    “Beberapa komunikasi terjadi antara Hamas dan berbagai saluran komunikasi Amerika, yang terakhir dengan utusan AS dan membahas masalah tahanan Israel yang memiliki kewarganegaraan Amerika, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal,” kata seorang pejabat Hamas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

    Pejabat senior Hamas yang kedua mengatakan telah terjadi “dua pertemuan langsung antara Hamas dan pejabat AS di Doha dalam beberapa hari terakhir.”

  • Perang Dagang Trump Siap Makan Korban Baru, Harga Mobil Bakal Meroket

    Perang Dagang Trump Siap Makan Korban Baru, Harga Mobil Bakal Meroket

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tarif baru sebesar 25% untuk impor dari Kanada dan Meksiko yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menyebabkan kenaikan harga mobil secara drastis. Hal ini disampaikan oleh Alliance for Automotive Innovation, sebuah kelompok dagang yang mewakili hampir semua produsen mobil dari merek besar.

    “Semua produsen mobil akan terkena dampak tarif ini terhadap Kanada dan Meksiko,” kata John Bozzella, yang mengepalai Alliance for Automotive Innovation pada Selasa (4/3/2025), seperti dikutip Reuters.

    Alliance for Automotive Innovation mewakili semua produsen mobil besar di AS kecuali Tesla. Anggotanya termasuk General Motors, Ford, Toyota, Volkswagen, Hyundai, dan Stellantis.

    “Sebagian besar mengantisipasi harga beberapa model kendaraan akan naik hingga 25% dan dampak negatif pada harga kendaraan dan ketersediaan kendaraan akan terasa segera,” tambahnya.

    Produsen mobil telah membunyikan peringatan bahwa tarif akan mengganggu rantai pasokan terpadu di seluruh Amerika Utara yang telah berlaku selama lebih dari 25 tahun. Beberapa suku cadang mobil dapat melintasi perbatasan enam kali atau lebih sebelum perakitan akhir.

    “Anda tidak bisa begitu saja memindahkan produksi otomotif dan rantai pasokan dalam semalam. Itulah tantangan dan dilemanya: tarif otomotif di Amerika Utara dapat meningkatkan biaya bagi konsumen sebelum lapangan kerja kembali ke negara ini,” ujar Bozzella.

    Stellantis memberi tahu para dealer pada Selasa bahwa produsen mobil tersebut terus bekerja sama dengan pemerintahan Trump terkait tarif yang akan menambah “beban biaya”, yang nantinya akan berdampak pada pelanggan.

    “Karena industri ini sangat terintegrasi di seluruh Amerika Utara, tarif ini akan menempatkan merek unggulan Stellantis Chrysler, Dodge, Jeep, dan Ram pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan importir Korea, Jepang, dan Eropa,” kata produsen mobil tersebut dalam email yang dilihat oleh Reuters.

    Pekan lalu, banyak produsen mobil bertemu dengan Menteri Perdagangan Howard Lutnick untuk mendesak pemerintah agar tidak melanjutkan kenaikan tarif secara besar-besaran.

    Bulan lalu, CEO Ford Jim Farley memperingatkan bahwa tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada akan “membuat lubang” di industri otomotif AS. “Apa yang kita lihat adalah banyaknya biaya, banyaknya kekacauan,” katanya bulan lalu.

    Serikat Pekerja Otomotif Amerika sebelumnya memuji Trump, dengan mencatat rencananya untuk tindakan tarif lebih lanjut pada April.

    “Kami senang melihat seorang presiden Amerika mengambil tindakan agresif untuk mengakhiri bencana perdagangan bebas yang telah menimpa kelas pekerja seperti bom,” kata serikat pekerja tersebut. “Kami berharap dapat bekerja sama dengan Gedung Putih untuk membentuk tarif otomotif pada bulan April untuk menguntungkan kelas pekerja.”

    Sementara itu, Asosiasi Dealer Mobil Internasional Amerika mencatat bahwa dealer sudah menghadapi kenaikan harga kendaraan dan suku cadang serta suku bunga yang tinggi. “Tarif dapat secara langsung berkontribusi pada ribuan dolar tambahan pada harga yang tertera,” kata kelompok tersebut.

    (luc/luc)

  • Trump akan Cabut Pembekuan Bantuan Militer jika Zelensky Teken Perjanjian Mineral Ukraina-AS – Halaman all

    Trump akan Cabut Pembekuan Bantuan Militer jika Zelensky Teken Perjanjian Mineral Ukraina-AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemungkinan akan mencabut larangan pengiriman bantuan militer AS ke Ukraina.

    AS tidak mengesampingkan hal tersebut jika Ukraina bersedia menandatangani perjanjian mineral dengan AS.

    Sebelumnya, Trump membekukan bantuan militer AS untuk Ukraina setelah ia dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat perselisihan dalam pertemuan di Gedung Putih pada Jumat (28/2/2025).

    Akibatnya, Ukraina dan AS gagal menandatangani perjanjian mineral dalam pertemuan tersebut.

    Beberapa hari setelah perselisihan itu, Zelensky mengirim surat kepada Trump dan mengisyaratkan Ukraina ingin mengakhiri perang dengan Rusia.

    “Presiden AS akan mencabut embargo bantuan terhadap Ukraina jika kesepakatan logam tercapai,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Michael Waltz, pada Rabu (5/3/2025).

    “Kami membekukan dan meninjau kembali bantuan kami untuk memastikan bantuan tersebut berkontribusi dalam mencapai solusi yang menghentikan perang antara Moskow dan Kyiv,” kata pejabat tersebut, seperti diberitakan Al Arabiya.

    Trump Terima Surat dari Zelensky

    Pada Selasa (4/3/2025), Trump mengatakan ia menerima surat dari Zelensky setelah mereka bertengkar pada Jumat pekan lalu.

    “Hari ini, saya menerima surat penting dari Presiden Zelensky dari Ukraina,” kata Trump saat berpidato di sidang gabungan Kongres di Washington, Selasa (4/3/2025).

    Surat tersebut berisi ungkapan terima kasih Zelensky atas bantuan yang diberikan AS kepada Ukraina selama ini.

    Zelensky juga mengisyaratkan kesiapannya untuk melanjutkan upaya perundingan perdamaian yang akan mengakhiri perang Rusia dan Ukraina.

    “Tim saya dan saya siap bekerja di bawah kepemimpinan kuat Presiden Trump untuk mencapai perdamaian yang langgeng,” kata Trump mengutip pernyataan Zelensky dalam surat tersebut, seperti diberitakan BBC.

    Presiden Ukraina juga mengatakan ia siap menandatangani perjanjian mineral dengan AS kapan pun Trump bersedia.

    Dalam pidatonya, Trump mengapresiasi Zelensky yang berinisiatif mengirim surat tersebut.

    Selain itu, Trump mengatakan ia telah memulai diskusi serius dengan Rusia.

    Sebelumnya, Trump drump dilaporkan memberikan tekanan pada Zelensky setelah pertemuan mereka yang membawa pertengkaran di Ruang Oval, Gedung Putih, pada pekan lalu.

    Trump berulang kali menginginkan perjanjian mineral antara Ukraina dan AS sebagai kompensasi atas bantuan yang diberikan AS kepada Ukraina sejak perang dengan Rusia.

    Perjanjian tersebut memungkinkan perusahaan-perusahaan AS untuk mengakses sumber daya mineral di Ukraina.

    Sementara itu, Zelensky bersikeras bahwa perjanjian semacam itu hanya dapat tercapai jika AS bersedia memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina, sebuah jaminan yang akan melindungi Ukraina jika ada ancaman keamanan di masa depan.

    Pada pertengahan Februari lalu, Trump mengungkapkan tekadnya untuk menengahi perundingan antara Rusia dan Ukraina yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang berlangsung sejak tahun 2022.

    Negara-negara Eropa yang mendukung Ukraina telah mengisyaratkan untuk memberikan jaminan keamanan, namun Zelensky mengatakan itu belum cukup tanpa jaminan keamanan dari AS.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Keki Usulan Mesir Soal Gaza, Israel: Selama 77 Tahun, Arab Jadikan Palestina Sebagai Pion Lawan Kami – Halaman all

    Keki Usulan Mesir Soal Gaza, Israel: Selama 77 Tahun, Arab Jadikan Palestina Sebagai Pion Lawan Kami – Halaman all

    Keki Usulan Mesir Bangun Gaza, Israel: Selama 77 Tahun Negara Arab Jadikan Palestina Sebagai Pion Lawan Kami

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dan Amerika Serikat (AS) menolak rencana dan usulan Mesir yang disajikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab, di Kairo, Mesir, Selasa (4/3/2025) terkait rekonstruksi, pembangunan kembali, Jalur Gaza yang hancur karena perang, agresi militer Israel.

    Berbeda dari Israel dan AS yang merasa keki, gerakan perlawanan Palestina, Hamas menyambut baik usulan Mesir tersebut.

    Secara garis besar, KTT Darurat negara-negara Arab tersebut, menentang usulan Presiden AS, Donald Trump yang menyerukan pemindahan massal (pengusiran paksa) warga Palestina di Gaza sementara wilayah kantung Palestina itu dibangun ulang.

    Israel justru mendukung rencana Trump ini yang dikutuk oleh para negara Arab yang menilai rencana itu justru menilai hal itu akan menimbulkan gelombang ketidakstabilan geopolitik dan keamanan di kawasan Timur Tengah.

    Pada gilirannya, KTT Arab ini mendukung usulan Mesir terkait rekonstruksi Gaza.

    Adapun Kementerian Luar Negeri Israel mengkritik tajam pernyataan yang dikeluarkan pada KTT Darurat KTT Arab Luar Biasa, menuduhnya mengabaikan kenyataan di lapangan menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

    Israel kesal bin dongkol, rapat tinggi negara-negara Arab tersebut tidak menyinggung soal Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan Hamas.

    Israel makin tidak senang, karena KTT tersebut juga tidak menyatakan kecaman atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 silam.

    “Pernyataan (KTT Arab) itu masih berakar pada perspektif yang sudah ketinggalan zaman,” kata kementerian itu, seraya menambahkan kalau pernyataan itu “gagal menyebutkan serangan Hamas, yang mengakibatkan ribuan orang Israel tewas dan ratusan orang diculik.”

    Israel juga mengecam pertemuan puncak itu karena gagal mengecam Hamas secara eksplisit.

    Sebagai catatan, Israel melabeli Hamas sebagai ‘organisasi teror’ dalam kritiknya terhadap KTT Arab tersebut. Sebaliknya, negara-negara Arab dinilai memandang Hamas sebagai organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

    Berikut pernyataan lengkap Israel soal tanggapannya atas hasil KTT Darurat Negara Arab tersebut:

    The statement issued at the Emergency Summit of the Extraordinary Arab Summit fails to address the realities of the situation following October 7th, 2023, remaining rooted in outdated perspectives. Notably, Hamas’ brutal terrorist attack, which resulted in thousands of Israeli deaths and hundreds of kidnappings, is not mentioned, nor is there any condemnation of this murderous terrorist entity, despite its well-documented atrocities and the threat it poses to Israel and the region.

    The statement continues to rely on the Palestinian Authority and UNRWA — Both have repeatedly demonstrated corruption, support for terrorism, and failure in resolving the issue.

    For 77 years, Arab states have used Palestinians as pawns against Israel, condemning them to eternal “refugee” status. 

    Now, with President Trump’s idea, there is an opportunity for the Gazans to have free choice based on their free will. This should be encouraged! Instead, Arab states have rejected this opportunity, without giving it a fair chance, and continue to level baseless accusations against Israel.

    Hamas’ attack on Israel has destabilized all of the region. Its terror regime in Gaza prevents any chance of security for Israel and its neighbors. Therefore, for the sake of peace and stability, Hamas can’t be left in power.

    Israel urges responsible regional states to break free from past constraints and  collaborate to create a future of stability and security in the region.

    Pernyataan itu dapat diartikan sebagai berikut:

    “Pernyataan yang dikeluarkan pada KTT Darurat KTT Arab Luar Biasa gagal mengatasi realitas situasi setelah 7 Oktober 2023, dan tetap berakar pada perspektif yang sudah ketinggalan zaman. Khususnya, serangan teroris brutal Hamas, yang mengakibatkan ribuan kematian warga Israel dan ratusan penculikan, tidak disebutkan, juga tidak ada kecaman terhadap entitas teroris pembunuh ini, meskipun kekejamannya terdokumentasi dengan baik dan ancaman yang ditimbulkannya terhadap Israel dan kawasan tersebut.

    Pernyataan tersebut terus bergantung pada Otoritas Palestina dan UNRWA — Keduanya telah berulang kali menunjukkan korupsi, dukungan terhadap terorisme, dan kegagalan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

    Selama 77 tahun, negara-negara Arab telah menggunakan warga Palestina sebagai pion melawan Israel, mengutuk mereka ke status “pengungsi” abadi.

    Sekarang, dengan gagasan Presiden Trump, ada peluang bagi warga Gaza untuk memiliki pilihan bebas berdasarkan keinginan bebas mereka. Ini harus didorong! Sebaliknya, negara-negara Arab telah menolak kesempatan ini, tanpa memberinya kesempatan yang adil, dan terus melontarkan tuduhan tak berdasar terhadap Israel.

    Serangan Hamas terhadap Israel telah membuat seluruh kawasan tidak stabil. Rezim terornya di Gaza mencegah peluang keamanan bagi Israel dan negara-negara tetangganya. Oleh karena itu, demi perdamaian dan stabilitas, Hamas tidak dapat dibiarkan berkuasa.

    Israel mendesak negara-negara regional yang bertanggung jawab untuk melepaskan diri dari kendala masa lalu dan bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang stabil dan aman di kawasan tersebut.”

    WARGA GAZA BUKBER. – Foto merupakan tangkap layar dari YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Minggu (2/3/2025), menunjukkan momen warga Gaza berbuka puasa di tengah reruntuhan. (Tangkap layar YouTube Al Jazeera English)

    Tak Percaya Lagi ke PA dan UNRWA, Tuding Negara Arab

    Kementerian Luar Negeri Israel juga menyoroti gaung usulan Mesir dalam rencana rekonstruksi Gaza yang menggemakan peran Otoritas Palestina (PA) dan Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).

    Israel secara jelas menyatakan menolak dua organisasi ikut serta dalam rencana pembangunan ulang Gaza.

    Mereka menuduh PA dan UNWRA melakukan korupsi, mendukung aksi Hamas, dan gagal menyelesaikan konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

    Israel justru menuding kalau rencana Mesir yang didukung negara-negara Arab tersebut sebagai ‘alat’ untuk melawan Israel dengan menggunakan warga Palestina itu sendiri.

    “Selama 77 tahun, negara-negara Arab telah menggunakan warga Palestina sebagai pion melawan Israel, mengutuk mereka ke dalam status ‘pengungsi’ abadi,” bunyi pernyataan itu.

    GAZA TRUMP – Tangkap layar video rekaan AI yang diunggah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Rabu (26/2/2025) menunjukkan sosok dirinya dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bertelanjang dada tengah bersantai di Tepi Pantai Gaza yang sudah dibangun kembali. Trump mengunggah video tersebut untuk menggambarkan usulannya membangun ulang Gaza, hal yang menuai kecaman warga Palestina dan Dunia Arab. (RNTV/TangkapLayar)

    Dorong Usulan Trump

    Di sisi lain, Israel justru merujuk pada usulan-usulan lain soal Gaza, termasuk gagasan-gagasan yang dipromosikan oleh Presiden AS Donald Trump. 

    “Ada peluang bagi warga Gaza untuk memiliki pilihan bebas berdasarkan keinginan bebas mereka. Ini harus didorong!” kata kementerian tersebut.

    Sebaliknya, kementerian itu menuduh negara-negara Arab menolak kesempatan ini secara langsung sambil terus melontarkan “tuduhan-tuduhan tak berdasar” terhadap Israel.

    Sebagai informasi, KTT Arab tersebut menilai ada upaya sistematis dari Israel untuk kembali melakukan ‘Nakba’, pengusiran besar-besaran warga Palestina dari rumah-rumah mereka.

    Pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel juga memperingatkan kalau tindakan Hamas telah membuat kawasan itu tidak stabil dan membiarkan kelompok itu berkuasa akan mencegah peluang terciptanya keamanan yang langgeng.

    “Demi perdamaian dan stabilitas, Hamas tidak dapat dibiarkan berkuasa,” kata kementerian tersebut.

    Israel meminta para pelaku regional untuk bergerak melampaui batasan-batasan masa lalu dan bekerja sama menuju masa depan yang aman dan stabil.

    “Kami mendesak negara-negara regional untuk bekerja sama dalam menciptakan masa depan yang stabil dan aman di kawasan ini,” pernyataan itu menyimpulkan.

    Gedung Putih: “Realitas Kalau Gaza Saat Ini Tidak Layak Huni Malah Diabaikan

    Senada Israel, AS juga mengkritik hasil KTT Arab yang mendukung proposal Mesir soal rekonstruksi Gaza tersebut.

    Gedung Putih mengatakan bahwa rencana rekonstruksi Gaza yang diajukan Kairo tidak mengatasi kenyataan pahit di lapangan saat ini.

    “Usulan saat ini tidak membahas kenyataan bahwa Gaza tidak dapat dihuni, dan penduduknya tidak dapat hidup di sana secara manusiawi ketika wilayah itu ditutupi puing-puing dan bom yang belum meledak,” kata Brian Hughes, juru bicara Dewan Keamanan Nasional.

    Hughes juga menegaskan kembali sikap Trump terhadap masa depan Gaza, dengan menyatakan, “Presiden Trump mendukung visinya untuk membangun kembali Gaza tanpa Hamas.”

    Meskipun rencana tersebut ditolak, ia menekankan bahwa Amerika Serikat tetap terbuka untuk “melanjutkan pembicaraan” mengenai masalah tersebut.

    Posisi Gedung Putih, dijelaskan, menggarisbawahi apa yang dilihat pemerintah AS sebagai kebutuhan kritis akan pendekatan baru untuk membangun kembali Gaza, pendekatan yang mencerminkan kondisi saat ini dan menjamin keamanan dan stabilitas kawasan.

    Usulan Trump  melibatkan pemukiman kembali penduduk Gaza selama pembangunan kembali daerah kantong itu menjadi pusat ekonomi global.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu  memuji  rencana Trump mengenai Gaza pada hari Senin, menyebutnya “visioner dan inovatif” dalam sebuah pesan ucapan terima kasih kepada presiden atas dukungannya selama perang Gaza.

    Hamas Sambut Baik Rencana Mesir

    Adapun Gerakan Hamas pada Selasa (4/3/2025) menyatakan dukungannya terhadap rencana Mesir, yang akan membentuk sebuah komite untuk mengawasi upaya pembangunan kembali dan pemerintahan di wilayah yang dilanda perang.

    Dalam sebuah pernyataan, kelompok perlawanan Palestina tersebut mengatakan, 

    “Kami menyambut baik rencana rekonstruksi Gaza yang diadopsi dalam pernyataan akhir KTT tersebut dan menyerukan untuk memastikan semua sumber daya yang diperlukan demi keberhasilannya.”

    Mereka juga menyuarakan dukungan mereka terhadap pembentukan “Komite Dukungan Masyarakat” yang akan mengawasi upaya bantuan, rekonstruksi, dan tata kelola di Gaza, sebagaimana yang diuraikan dalam badan administratif sementara yang diusulkan oleh KTT Liga Arab di Kairo.

    DUKUNG RENCANA MESIR – Para menteri luar negeri Liga Arab mengadakan pertemuan darurat di Kairo, Mesir, Selasa (4/3/2025). Negara-negara Arab mendukung proposal Mesir dalam hal rekonstruksi Gaza pasca-perang.

    Uni Eropa dan PBB Mendukung Rencana Mesir

    Pada pertemuan puncak di Kairo, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan dukungan kuatnya terhadap inisiatif yang dipimpin Arab tersebut, dengan menyatakan, “Saya sangat mendukung rencana ini. PBB siap bekerja sama sepenuhnya dalam upaya ini.”

    Presiden Dewan Uni Eropa Antonio Costa juga memuji rencana yang diajukan oleh Mesir dan negara-negara Arab lainnya, dengan mengatakan bahwa rencana tersebut “memberikan harapan kepada jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, dan di luar negeri” bahwa “penderitaan mengerikan yang kita semua saksikan selama satu setengah tahun terakhir” dapat berakhir.

    Pemimpin Arab Terima Rencana Mesir

    Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi menyampaikan pada sesi penutupan pertemuan puncak tersebut bahwa rencana yang disajikan “telah disetujui,” dan sebelumnya mengklaim bahwa “tidak akan ada perdamaian sejati tanpa berdirinya negara Palestina.”

    Setelah pertemuan puncak itu, el-Sissi menyatakan keterbukaannya terhadap segala usulan dan gagasan dari masyarakat internasional, seraya menambahkan kalau ia berharap dapat bekerja sama dengan Donald Trump.

    Seorang warga Palestina berjalan di jalanan berdebu dengan latar belakang kehancuran Gaza karena bombardemen buta Israel selama satu tahun sejak 7 Oktober 2023. (MNA)

    Rincian Proposal Mesir

    Rencana Mesir soal rekonstruksi Gaza ini terhimpun dalam draf dokumen setebal 112 halaman yang menguraikan rencana lima tahun Kairo untuk membangun kembali Gaza dengan biaya $53 miliar dengan pendekatan dua tahap.

    Tahap pemulihan enam bulan awal akan difokuskan pada pembersihan puing-puing dan pendirian perumahan sementara, dengan perkiraan biaya $3 miliar.

    Tahap pertama rencana tersebut bertujuan untuk membangun 200.000 unit rumah di Gaza selama dua tahun ke depan, diikuti oleh tahap kedua yang akan menambah 200.000 unit lagi.

    Pada tahun 2030, rencana tersebut memproyeksikan pembangunan ratusan ribu rumah baru, yang dapat menampung hingga 3 juta orang.

    Rencana tersebut juga mencakup rencana untuk membangun bandara, kawasan industri, hotel, dan taman.

    El-Sissi menyatakan kalau badan Palestina yang “independen” akan mengawasi pengelolaan Gaza di bawah rencana rekonstruksi, dengan kepala Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyatakan kesiapannya bagi PA untuk memainkan peran dalam upaya tersebut.

    Rencana tersebut, yang ditinjau oleh  Reuters , memproyeksikan lembaga bernama ‘Misi Bantuan Tata Kelola’ internasional berperan mengawasi bantuan kemanusiaan dan upaya rekonstruksi di Gaza.

    Pembukaan presentasi rancangan Mesir tersebut menekankan kalau tidak ada pendanaan internasional yang signifikan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza yang akan diberikan selama Hamas tetap menjadi kekuatan politik bersenjata dominan yang mengendalikan pemerintahan lokal.

    Rencana tersebut mengusulkan Pasukan Stabilisasi Internasional yang dipimpin oleh negara-negara Arab, pendanaan melalui konferensi donor, dan keterlibatan Palestina dalam upaya pembangunan kembali.

    “Rencana tersebut mengecualikan Hamas dan tidak menempatkan PA dalam peran sentral. Sebaliknya, dewan pengarah yang terdiri dari negara-negara Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, Amerika Serikat, dan Uni Eropa akan mengawasi pelaksanaannya,” tulis Reuters.

     

    (oln/jns/rtrs/*)