Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Catat! Ini Daftar Barang yang Tidak Kena Tarif Impor Trump

    Catat! Ini Daftar Barang yang Tidak Kena Tarif Impor Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru untuk semua negara mitra dagang mulai 5 April 2025 sebagai bagian dari upaya memperkuat posisi ekonomi AS di kancah internasional. 

    Kebijakan tersebut diambil berdasarkan kewenangan di bawah International Emergency Economic Powers Act of 1977 (IEEPA) dengan alasan adanya keadaan darurat nasional akibat defisit perdagangan yang terus berlanjut.

    Dalam perintah eksekutif yang dikutip dari laman resmi Kedutaan Besar AS untuk Republik Indonesia, Trump akan mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk semua negara. 

    Selanjutnya, tarif yang lebih tinggi akan diterapkan secara individual bagi negara-negara dengan defisit perdagangan terbesar terhadap AS, yang mulai berlaku pada 9 April 2025. Meski demikian, tidak semua barang terkena kebijakan tarif tersebut. 

    Mengacu pada laman resmi The White House, terdapat beberapa kategori produk yang mendapatkan pengecualian dari kebijakan tarif Trump.

    Berikut daftar barang yang tidak dikenakan tarif timbal balik Trump:

    Barang di bawah 50 U.S.C. 1702(b)
    Baja dan aluminium, termasuk barang turunannya yang sudah dikenakan bea masuk berdasarkan Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan 1962
    Mobil dan suku cadang mobil yang sudah dikenakan tarif tambahan berdasarkan Pasal 232
    Produk tembaga, farmasi, semikonduktor, beberapa jenis produk kayu, emas batangan, mineral penting tertentu, energi dan produk energi
    Barang dari mitra dagang yang dikenakan tarif berdasarkan Kolom 2 dari Jadwal Tarif Harmonisasi AS (HTSUS)
    Barang yang berpotensi dikenakan bea masuk di masa mendatang berdasarkan Pasal 232

    Sementara itu, AS tetap mempertahankan kebijakan tarif yang berbeda bagi Kanada dan Meksiko. Barang yang memenuhi ketentuan United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA) akan tetap mendapatkan tarif 0%, sedangkan barang yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif 25%. 

    Namun, energi dan kalium yang tidak sesuai dengan aturan USMCA hanya akan dikenakan tarif sebesar 10%. Trump menegaskan bahwa tarif ini akan tetap berlaku hingga defisit perdagangan dan praktik ekonomi non-timbal balik yang dianggap merugikan AS dapat dikendalikan.

    Selain itu, pemerintah AS juga berhak memodifikasi tarif, baik menaikkan maupun menurunkan, tergantung pada respons kebijakan ekonomi dari negara mitra dagangnya.

  • Pengumuman dari Dubes AS: Ini Daftar Barang Tidak Kena Tarif Trump

    Pengumuman dari Dubes AS: Ini Daftar Barang Tidak Kena Tarif Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia — Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan tarif impor baru ke banyak negara. Tarif ini lebih besar dibandingkan perkiraan sebelumnya.

    Secara umum, AS memberlakukan tarif bea impor dengan tarif dasar 10% pada semua impor ke Amerika Serikat, serta bea masuk yang lebih tinggi pada puluhan negara lainnya.

    Selain itu Trump juga memberlakukan tarif timbal balik khusus atau reciprocal tariff yang dibebankan kepada negara yang disebut memiliki defisit perdagangan besar dengan AS. Dengan demikian negara seperti China mendapatkan tarif impor berlapis sebesar 20%, dan 34% (tarif timbal balik), sedangkan total tarif yang dikenakan ke Indonesia mencapai 64%.

    Namun perlu diingat ada beberapa barang yang tidak dikenakan tarif timbal balik, mengutip lembar fakta dari Gedung Putih ada enam jenis barang yang tidak kenakan, antara lain :

    (1) barang yang dikenakan 50 USC 1702(b)
    (2) barang dari baja/aluminium dan mobil/suku cadang mobil yang sudah dikenakan tarif Section 232
    (3) barang terkait tembaga, farmasi, semikonduktor, dan kayu
    (4) semua barang yang mungkin dikenakan tarif Section 232 di masa mendatang
    (5) emas batangan
    (6) energi serta mineral tertentu lainnya yang tidak tersedia di Amerika Serikat.

    Adapun khusus Kanada dan Meksiko, menurut perintah International Emergency Economic Powers Act of 1977 (IEEPA) terkait migrasi yang ada tetap berlaku, dan tidak terpengaruh aturan baru ini.

    Artinya barang yang memenuhi ketentuan USMCA akan tetap dikenakan tarif 0%, barang yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif 25%, dan energi serta kalium yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif 10%.

    Namun jika perintah IEEPA terkait fentanyl/migrasi yang ada dihentikan, barang yang memenuhi ketentuan USMCA akan tetap mendapatkan perlakuan khusus, sedangkan barang yang tidak memenuhi ketentuan USMCA akan dikenakan tarif timbal balik sebesar 12%.

    Perlu diingat ketentuan tarif timbal balik akan tetap berlaku hingga Trump memutuskan ancaman yang ditimbulkan oleh defisit perdagangan dan perlakukan non timbal balik ini telah terpenuhi, diselesaikan atau dikurangi. Selain itu Trump juga bisa menaikan tarif jika mitra dagang melakukan tindakan balasan atau menurunkan tarif.

    (mkh/mkh)

  • Putin Ingin Rusia Menengahi Perundingan Perjanjian Nuklir Iran dan AS – Halaman all

    Putin Ingin Rusia Menengahi Perundingan Perjanjian Nuklir Iran dan AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Rusia siap membantu Amerika Serikat (AS) dan Iran untuk mencapai kesepakatan mengenai perjanjian nuklir yang baru.

    Ia mengatakan Rusia berupaya untuk melakukannya sebelum terlambat.

    “Rusia siap menawarkan jasa baik untuk membantu Amerika Serikat dan Iran mencapai kesepakatan yang wajar sebelum terlambat,” katanya pada hari Kamis (3/4/2025)

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengebom Iran jika Iran tidak bersedia untuk membicarakan perjanjian nuklir yang baru.

    “Penggunaan kekuatan militer terhadap Iran adalah tidak sah dan tidak dapat diterima,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Kamis.

    Kementerian tersebut juga mencatat Rusia berkomitmen untuk mencari solusi yang dinegosiasikan guna menyelesaikan program nuklir Iran.

    “Ancaman untuk mengebom infrastruktur energi nuklir Iran akan menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat diubah,” tambahnya seperti diberitakan Al Arabiya.

    Sementara itu, Kremlin mengatakan seorang pejabat Rusia tengah mengadakan pembicaraan di Washington atas instruksi Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai hal tersebut.

    Pejabat itu mengatakan rincian pembicaraan itu akan menyusul setelah kunjungan tersebut.

    Iran dan AS Saling Ancam

    Pernyataan Rusia muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengancam Iran dengan pemboman dan sanksi jika negara itu gagal mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya.

    Iran menjawab bahwa pihaknya tidak akan berunding dengan AS meskipun ada ancaman.

    Selain itu, Iran juga memperingatkan AS terhadap tindakan militer apa pun terhadapnya menyusul ancaman Trump untuk mengebom Iran dan berjanji akan memberikan tanggapan tegas.

    Sumber-sumber Iran menyatakan bahwa ancaman AS bertujuan untuk memaksa Iran bernegosiasi dan membuat konsesi ilegal.

    Kemarin surat kabar AS, Axios, melaporkan dengan mengutip sumber pejabat AS yang mengatakan Gedung Putih secara serius mempertimbangkan usulan Iran untuk mengadakan pembicaraan nuklir tidak langsung.

    Pejabat tersebut mengatakan Trump menerima tanggapan resmi Iran selama akhir pekan atas surat yang dikirimnya kepada Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei tiga minggu lalu, di mana ia mengusulkan pembicaraan langsung mengenai masalah nuklir Iran

    Ali Larijani, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, mengonfirmasi Senin (31/3/2025) lalu bahwa isi pesan presiden AS tidak berbeda dari pernyataannya sendiri, tetapi disampaikan dalam bahasa diplomatik.

    “Setiap kesalahan Amerika mengenai masalah nuklir Iran akan memaksa kita untuk mengambil jalan lain, dan mungkin memaksa kita, di bawah tekanan dari rakyat, untuk memproduksi senjata nuklir,” kata Ali Larijani dalam wawancara yang ditayangkan di televisi Iran.

    Sebelumnya pada masa jabatan pertamanya, Trump menarik AS dari perjanjian nuklir antara Iran dan negara-negara besar dunia pada tahun 2015.

    Perjanjian tersebut memberlakukan pembatasan pada aktivitas nuklir Teheran dengan imbalan keringanan sanksi.

    Setelah itu, Presiden AS juga menerapkan kembali sanksi komprehensif terhadap Iran.

    Sejak penarikan AS dari perjanjian tersebut, laporan-laporan Barat menuduh Iran melampaui batas-batas yang ditetapkan oleh perjanjian pengayaan uranium, sementara Iran membantah berusaha memiliki senjata nuklir.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • PM Jepang Tegas Sesalkan Tarif Dagang Donald Trump, Indonesia Masih Libur Lebaran?

    PM Jepang Tegas Sesalkan Tarif Dagang Donald Trump, Indonesia Masih Libur Lebaran?

    PIKIRAN RAKYAT – Donald Trump resmi menaikkan tarif impor untuk Indonesia, Jepang, dan negara lainnya. Presiden AS (Amerika Serikat) menyatakan hal itu merupakan upaya memajukan ekonomi Negeri Paman Sam tersebut.

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan ekonomi kami. Kami akan menggunakan uang yang dihasilkan dari tarif untuk mengurangi pajak dan membayar utang nasional kami. Mereka (China dan Uni Eropa) mengenakan biaya kepada kami, kami mengenakan biaya kepada mereka. Bagaimana mungkin ada orang yang marah?” ucap Donald Trump.

    “Jadi, tarif tersebut tidak akan berlaku secara timbal balik. Saya bisa saja melakukan itu, ya, tetapi akan sulit bagi banyak negara. Kami tidak ingin melakukan itu. Dalam hal perdagangan, terkadang kawan (lebih) buruk daripada lawan,” ujarnya.

    Jika Indonesia dikenakan tarif impor 32 persen untuk barang-barang menuju AS, Jepang dikenakan tarif serupa 24 persen. Apa respons Perdana Menteri Jepang dan Presiden Indonesia? Berikut selengkapnya:

    PM Jepang tegas sesalkan tarif dagang Donald Trump

    Perdana Menteri Jepang melalui Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi menggelar konferensi pers pada Kamis, 3 April 2025. Ia menyampaikan pemerintahnya menyesalkan kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat.

    “Kami sekali lagi telah menyampaikan kepada pemerintah AS bahwa kami menyesalkan langkah-langkah saat ini dan dengan tegas meminta agar langkah-langkah tersebut ditinjau kembali. Perdana Menteri telah menginstruksikan agar isi dari langkah-langkah tarif AS dan dampaknya terhadap negara kita diteliti secara menyeluruh, serta agar Jepang terus menuntut dengan tegas agar dikecualikan dari sasaran langkah-langkah tersebut,” katanya.

    Tak hanya itu, Negeri Matahari Terbit meminta agar pihaknya tidak diikutsertakan dalam kebijakan baru itu. Selain Jepang dan Indonesia, ada 56 negara lain yang terkena imbas seperti Uni Eropa (organisasi 27 negara di Eropa), Korea Selatan, Malaysia, Australia, Singapura, Vietnam, sampai Inggris.

    Tarif impor dagang Donald Trump untuk Jepang, Indonesia, dan negara lain. White House/BBC

    Prabowo dan Gibran belum beri tanggapan

    Sampai saat ini, Kamis 3 April 2025 pukul 19.45 WIB, belum ada tanggapan dari eksekutif Pemerintah Indonesia baik melalui Presiden Prabowo, Wakil Presiden Gibran, Kepala Kantor Komunikasi Presiden Hasan Nasbi, Sekretaris Kabinet Letkol Teddy, maupun para menteri. Sejauh ini, belum ada respons yang disampaikan baik melalui media massa atau akun media sosial resminya.

    Tanggapan justru datang dari legislatif seperti Anggota DPR Ahmad Najib, ada pula dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), lembaga riset Celios, dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Hipmi menekankan, melalui Sekretaris Jenderal Anggawira, tentang kerja sama dagang baru.

    “Percepat perjanjian dagang dengan Uni Eropa, Timur Tengah, dan Afrika agar ketergantungan kepada AS berkurang,” kata Sekjen Hipmi Anggawira.

    “Ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk meningkatkan tranformasi industri menuju compliance standard international, termasuk mempercepat hilirisasi industri yang sudah dirintis oleh pemerintah sebelumnya,” ujar Anggota DPR Najib dalam keterangan tertulis, Kamis, 3 April 2025.

    Kabar soal respons PM Jepang ini viral di media sosial Instagram (IG). Publik menilai sejumlah pemimpin Indonesia belum memberikan tanggapan karena masih Lebaran 2025. Hal ini diketahui lewat komentar di akun media massa nasional.

    “Pejabat kita masih pada libur,” kata akun IG @ayn***

    “Jepang langsung Konfrensi…Lha kita…masih pada Libur2,” ujar akun lainnya, @bil***

    “Pantes jepang maju karna tanggap gercep dengan demikian berarti cara berpikir mreka cepet,” tulis akun @hen***

    Demikian tanggapan tegas PM Jepang soal tarif impor baru dari Amerika Serikat. Sementara itu, belum ada respons resmi dari Pemerintah Indonesia.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Perusahaan Jeff Bezos dan Pendiri OnlyFans Saingan Beli TikTok

    Perusahaan Jeff Bezos dan Pendiri OnlyFans Saingan Beli TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia — Jelang batas akhir aplikasi TikTok untuk menemukan pembeli di Amerika Serikat semakin dekat. Kini terdapat berbagai pihak yang mengajukan penawaran untuk aplikasi tersebut.

    Seperti yang diketahui, TikTok punya waktu hingga 5 April 2025 untuk menemukan pembeli dari luar Tiongkok. Jika tidak, aplikasi tersebut akan dilarang dari AS.

    Melansir Reuters, Amazon serta Tim Stokely salah satu pendiri OnlyFans adalah dua pihak terbaru yang tertarik membeli aplikasi TikTok.

    Sebelumnya, pejabat AS mengkhawatirkan TikTok dapat membahayakan keamanan negara karena dimiliki oleh perusahaan China, ByteDance.

    Melalui startup bernama Zoop, Tim Stokely telah bekerja sama dengan perusahaan untuk mengajukan tawaran membeli TikTok.

    Sementara Amazon telah mengirim surat resmi kepada pemerintahan AS terkait ketertarikannya untuk membeli TikTok. Amazon pun telah lama ingin memiliki platform media sosialnya sendiri untuk menarik pengguna muda dan meningkatkan penjualan produknya.

    Sebagai informasi, Amazon telah membeli aplikasi streaming Twitch pada 2014 dan situs ulasan buku Goodreads pada 2013.

    Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengungkapkan bahwa ada empat pihak yang sedang bernegosiasi untuk membeli TikTok. Kendati demikian, ia tidak menjelaskan lebih lanjut siapa saja.

    Diberitakan sebelumnya, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pihaknya akan menggelar pertemuan untuk membahas permasalahan terkait TikTok.

    Melansir Reuters pada Rabu (2/4/2025), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mempertimbangkan proposal akhir terkait TikTok pada Rabu menjelang batas waktu 5 April bagi aplikasi tersebut untuk menemukan pembeli non-China atau menghadapi larangan.

    Pejabat tersebut, mengonfirmasi laporan CBS News, mengatakan akan ada pertemuan di Ruang Oval yang melibatkan Wakil Presiden JD Vance, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, penasihat keamanan nasional Mike Waltz, dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard.

    (mkh/mkh)

  • Trump Tetapkan Tarif 32% ke RI, Ini Dampak ke Penerimaan Negara

    Trump Tetapkan Tarif 32% ke RI, Ini Dampak ke Penerimaan Negara

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menetapkan tarif bea masuk sebesar 32% untuk produk asal Indonesia. Penerimaan negara pun bisa berdampak atas kebijakan tersebut.

    Manajer Riset Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar melihat perekonomian dalam negeri akan terdampak secara langsung maupun tidak langsung atas kebijakan tarif Trump tersebut.

    Dampak langsungnya, sektor tekstil, alas kaki, dan elektronik yang pangsa pasarnya besar di AS akan mengalami penurunan pendapatan. Sementara itu, dampak tidak langsung yakni pelemahan perekonomian negara mitra dagang utama Indonesia lain seperti China dan Jepang.

    Barang asal China sendiri dikenai tarif tambahan 34%, sedangkan Jepang sebesar 24%. Akibatnya, ekspor Indonesia ke dua negara tersebut juga berpotensi berkurang.

    “Dampak tidak langsung lainnya seperti pelemahan harga komoditas terutama energi. Padahal, penerimaan pajak kita dipengaruhi oleh harga komoditas,” ujar Fajry kepada Bisnis, Kamis (3/4/2025).

    Lebih lanjut, pelemahan ekspor berpotensi menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan semakin lemah. Akibatnya, terjadi penurunan keuntungan korporasi dalam bentuk rupiah. 

    Sejalan dengan itu, setoran pajak penghasilan korporasi (PPh Badan) berpotensi berkurang terutama dari sektor pengolahan. Oleh sebab itu, kebijakan tarif Trump akan turut berdampak negatif kepada penerimaan negara.

    Pertanyaannya kini, seberapa besar? Fajry melihat tidak terlalu signifikan.

    Dia beralasan, selama ini kontribusi perdagangan internasional ke produksi domestik bruto (PDB) cenderung sedikit. Pada 2024, Badan Pusat Statistik mencatat kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi berada di level kontraksi yaitu -0,01%.

    “Jadi saya kira dampaknya ke penerimaan pajak cukup terbatas. Namun semua akan tergantung pada seberapa besar dampak tidak langsung yang ditimbulkan terutama pada harga komoditas,” ujarnya.

    Sebagai informasi, Trump resmi menetapkan bahwa semua mitra dagang AS akan dikenakan tarif setidaknya 10% ke depannya, sedangkan negara-negara yang dianggap memiliki hambatan tinggi terhadap barang-barang AS akan menghadapi tarif lebih besar.

    Alasannya, seperti yang disampaikan dalam banyak pidatonya, Trump ingin mewujudkan anggaran berimbang (balance budget) alias defisit APBN nol persen terhadap produk domestik bruto dalam masa pemerintahannya.

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” kata Trump di Rose Garden, Gedung Putih dilansir dari Reuters.

    Produk-produk Indonesia sendiri dikenai tarif bea masuk sebesar 32%. Padahal, sebelumnya hanya 10%—bahkan beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk karena Indonesia menikmati fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.

  • Respons Pemerintah Indonesia terhadap Tarif 32% Trump, Siap Kirim Delegasi ke Washington

    Respons Pemerintah Indonesia terhadap Tarif 32% Trump, Siap Kirim Delegasi ke Washington

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia buka suara atas penerapan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu sore (2/4/2025) waktu setempat. Pemerintah siap mengirim delegasi untuk menemui pejabat pemerintah AS.

    Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam pernyataan resmi mengakui pengenaan tarif timbal balik Trump akan memberikan dampak signifikan terhadap daya saing ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

    Selama ini, sambungnya, ekspor utama Indonesia ke pasar AS mencakup produk elektronik, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, minyak sawit (palm oil), karet, furnitur, serta udang dan produk-produk perikanan laut.

    Susi menjelaskan pemerintah akan menghitung dampak pengenaan tarif baru terhadap sektor-sektor tersebut secara khusus dan perekonomian nasional secara umum. Dia menegaskan pemerintah juga akan mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatifnya.

    Contohnya, tim lintas kementerian dan lembaga, perwakilan Indonesia di AS, serta para pelaku usaha nasional telah berkoordinasi secara intensif untuk persiapan menghadapi tarif resiprokal AS. 

    “Pemerintah Indonesia akan terus melakukan komunikasi dengan pemerintah AS dalam berbagai tingkatan, termasuk mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Washington DC untuk melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah AS,” kata Susi dalam keterangannya, Kamis (3/4/2025).

    Sebagai bagian dari negosiasi, pemerintah akan menjawab berbagai permasalahan yang diangkat oleh pemerintah AS dalam laporan National Trade Estimate (NTE) 2025 yang diterbitkan Perwakilan Perdagangan AS (US Trade Representative/USTR).

    Susi juga mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan Kabinet Merah Putih untuk melakukan langkah strategis, perbaikan struktural, serta kebijakan deregulasi atau penghapusan regulasi yang menghambat, khususnya terkait dengan hambatan nontarif atau Non-Tariff Measures (NTMs).

    Dia melanjutkan bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen memperbaiki iklim investasi dan peningkatan pertumbuhan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja yang luas. Dia mencontohkan, pemerintah telah berkomunikasi dengan Malaysia selaku pemegang Keketuaan Asean untuk mengambil langkah bersama.

    “Mengingat 10 negara Asean seluruhnya terdampak pengenaan tarif AS,” jelasnya.

    Selain itu, pemerintah akan berupaya menjaga stabilitas imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) di tengah gejolak pasar keuangan global setelah Trump mengumumkan tarif baru ini.

    Dia mengemukakan bahwa pemerintah bersama Bank Indonesia juga terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan likuiditas valas tetap terjaga, sehingga tetap mendukung kebutuhan pelaku dunia usaha serta memelihara stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

    Kebijakan Trump

    Sebagai informasi, Trump resmi menetapkan tarif minimum sebesar 10% untuk seluruh mitra dagang AS, tak terkecuali negara dalam kategori miskin atau least developed countries (LDCs). Sementara itu, negara-negara yang dianggap menerapkan hambatan perdagangan tinggi bagi produk-produk AS akan menjadi sasaran tarif yang lebih besar.

    Trump dalam banyak pidatonya beralasan bahwa penerapan tarif tinggi ditujukan untuk mewujudkan anggaran yang berimbang (balance budget) alias defisit APBN nol persen terhadap produk domestik bruto dalam masa pemerintahannya.

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” kata Trump di Rose Garden, Gedung Putih dikutip dari Reuters.

    Produk-produk Indonesia sendiri dikenai tarif timbal balik sebesar 32%. Padahal, sebelumnya hanya 10%—bahkan beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk karena Indonesia menikmati fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.

    Mengutip data USTR, nilai total perdagangan Indonesia dan AS mencapai US$38,3 miliar sepanjang 2024 dengan ekspor AS ke Indonesia bernilai US$10,2 miliar dan impor sebesar US$28,1 miliar.

    Impor dari Indonesia yang lebih besar membuat AS membukukan defisit perdagangan sebesar US$17,9 miliar pada 2024. Defisit ini melebar 5,4% dibandingkan dengan 2023 yang berada di angka US$923 juta.

  • Strategi Indonesia Hadapi Kebijakan Tarif Resiprokal Amerika Serikat – Page 3

    Strategi Indonesia Hadapi Kebijakan Tarif Resiprokal Amerika Serikat – Page 3

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif baru yang luas dan mencakup banyak negara. Dalam pernyataannya, Trump menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk memastikan kesuksesan ekonomi Amerika Serikat. Tarif-tarif ini diberlakukan melalui perintah eksekutif dan diperkirakan akan berdampak besar pada ekonomi global.

    Melansir BBC, Kamis (3/4/2025), pemerintah AS merilis daftar sekitar 100 negara yang akan dikenai tarif baru, dengan skema tarif yang berbeda tergantung pada hubungan dagang masing-masing negara dengan AS.

    Tarif Dasar 10%

    Menurut seorang pejabat senior Gedung Putih dalam panggilan telepon sebelum pengumuman resmi, AS akan menerapkan tarif dasar sebesar 10% terhadap semua negara, yang mulai berlaku pada 5 April. Beberapa negara hanya akan dikenakan tarif ini tanpa tambahan sanksi lainnya. Negara-negara tersebut antara lain Inggris Raya, Singapura, Brasil, Australia, Selandia Baru, Turki, Kolombia, Argentina, El Salvador, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

    Tarif Khusus untuk Pelanggar Terburuk

    Selain tarif dasar, AS juga akan mengenakan tarif lebih tinggi terhadap sekitar 60 negara yang dianggap sebagai “pelanggar terburuk”. Negara-negara ini dinilai telah mengenakan tarif tinggi terhadap barang-barang AS, memberlakukan hambatan perdagangan non-tarif, atau melakukan tindakan yang dianggap merugikan kepentingan ekonomi AS.

    Tarif tambahan ini akan mulai berlaku pada 9 April, dengan rincian sebagai berikut:

    Uni Eropa: 20%
    Tiongkok: 54%
    Vietnam: 46%
    Thailand: 36%
    Jepang: 24%
    Kamboja: 49%
    Afrika Selatan: 30%
    Taiwan: 32%

  • Fakta-Fakta soal Tarif Trump: Alasan RI Kena 32% hingga Sektor Terdampak

    Fakta-Fakta soal Tarif Trump: Alasan RI Kena 32% hingga Sektor Terdampak

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengumumkan tarif timbal balik ke ratusan negara mitra dagangnya pada Selasa (2/4/2025) waktu setempat. Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak kebijakan tersebut.

    Kebijakan ini menetapkan bahwa semua negara akan dikenakan tarif setidaknya 10% ke depannya, sedangkan negara-negara yang dianggap memiliki hambatan tinggi terhadap barang-barang AS akan menghadapi tarif lebih besar.

    Alasannya, seperti yang disampaikan dalam banyak pidatonya, Trump ingin mewujudkan anggaran berimbang (balance budget) alias defisit APBN nol persen terhadap produk domestik bruto dalam masa pemerintahannya.

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” kata Trump di Rose Garden, Gedung Putih dilansir dari Reuters.

    Berikut Fakta-Fakta Kebijakan Tarif Trump:

    1. Indonesia Kena Tarif 32%

    Indonesia menjadi salah satu negara yang disoroti Trump. AS menganggap kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) kurang adil yang diterapkan pemerintah Indonesia tidak adil.

    “Indonesia menerapkan persyaratan konten lokal di berbagai sektor, rezim perizinan impor yang kompleks, dan mulai tahun ini akan mengharuskan perusahaan sumber daya alam untuk memindahkan semua pendapatan ekspor ke dalam negeri untuk transaksi senilai US$250.000 atau lebih,” tulis keterangan resmi Gedung Putih, dikutip Kamis (3/4/2025).

    Akibatnya, Trump memutuskan menetapkan tarif 32% atas barang-barang impor asal Indonesia.

    2. Lebih Rendah dari Vietnam, Lebih Tinggi dari Malaysia

    Untuk di kawasan Asean, tarif yang dikenakan ke Indonesia (32%) lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia (24%) dan Filipina (17%).

    Sementara itu, Kamboja (49%) menjadi negara dengan tarif timbal balik tertinggi di kawasan Asean, disusul Laos (48%), Vietnam (46%), Myanmar (44%), dan Thailand (36%). Adapun, Singapura menjadi negara di Asean dengan tarif terendah yang dikenakan oleh AS yaitu 10%.

    3. 10 Negara dengan Tarif Tertinggi

    Dari 60 negara lebih yang dikenai tarif Trump, ada sembilan negara yang dikenakan tarif impor jumbo di kisaran 40% hingga 50%. Berikut 10 negara dengan yang Trump kenakan tarif terbesar:

    Lesotho (50%), Kamboja (49%), Laos (48%), Madagaskar (47%), Vietnam (46%), Sri Lanka (44%), Myanmar (44%), Suriah (41%), Mauritius (40%) dan Irak (39%).

    4. Jadwal pemberlakuan

    Meski sudah resmi diumumkan, kebijakan tarif timbal balik Trump tersebut tidak langsung berlaku. Nantinya, kebijakan tarif baru mulai berlaku pada 9 April 2025 pukul 00.01 waktu setempat.

    Sementara itu, tarif dasar 10% ke semua negara akan mulai berlaku pada 5 April 2025 pukul 00.01 waktu setempat.

    “Tarif ini akan tetap berlaku sampai Presiden Trump menentukan bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh defisit perdagangan dan perlakuan nontimbal balik yang mendasarinya telah terpenuhi, diselesaikan, atau dikurangi,” tulis keterangan resmi Gedung Putih.

    5. Alasan RI kena tarif 32%

    Saat ini, produk Indonesia dikenakan tarif impor sekitar 10% di AS. Kendati demikian, beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk karena Indonesia menikmati fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.

    Oleh sebab itu, kenaikan tarif menjadi 32% untuk barang-barang Indonesia ke AS tentu akan berefek besar ke industri Tanah Air. Apalagi, AS merupakan penyumbang surplus perdagangan terbesar pada 2024 yaitu sebesar US$16,8 miliar.

    Belum lagi hampir semua ekspor komoditas utama Indonesia ke AS meningkat pada tahun 2024. Sebagian besar barang Indonesia yang diekspor ke AS adalah juga merupakan hasil manufaktur seperti peralatan listrik, alas kaki, hingga tekstil—bukan komoditas mentah.

    Sementara dari sisi AS, Indonesia merupakan penyumbang defisit terbesar ke-15.

    6. Sektor Terdampak

    Pemerintah Indonesia buka suara atas penerapan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu sore (2/4/2025) waktu setempat. Pemerintah disebut siap mengirim delegasi untuk menemui pejabat pemerintah AS.

    Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam pernyataan resmi mengakui pengenaan tarif timbal balik Trump akan memberikan dampak signifikan terhadap daya saing ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

    Selama ini, sambungnya, ekspor utama Indonesia ke pasar AS mencakup produk elektronik, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, minyak sawit (palm oil), karet, furnitur, serta udang dan produk-produk perikanan laut.

    Susi menjelaskan pemerintah akan menghitung dampak pengenaan tarif baru terhadap sektor-sektor tersebut secara khusus dan perekonomian nasional secara umum. Dia menegaskan pemerintah juga akan mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatifnya.

    Sementara itu, mengacu pada dokumen Komoditas Ekspor Utama Indonesia ke Amerika Kementerian Perdagangan (Kemendag) periode Januari – Maret 2023, tiga komoditas utama yang menyumbang surplus ialah mesin & perlengkapan listrik, pakaian bukan rajutan dan pakaian rajutan.

    Berikut daftar 10 produk yang paling banyak diekspor ke AS periode Januari – Maret 2023:   

    1. Mesin & perlengkapan listrik (HS 85) : US$1.002,8 juta (share 17,21%) 

    2. Pakaian bukan rajutan (HS 62) : US$552,5 juta (share 9,48%) 

    3. Pakaian rajutan (HS 61) : US$519,0 juta (share 8,91%) 

    4. Alas kaki (HS 64) : US$466,5 juta (share 8,01%) 

    5. Minyak hewani/nabati (HS 15) : US$455,2 juta (share 7,81%) 

    6. Karet dan produk karet (HS 40) : US$428,9 juta (share 7,36%) 

    7. Perabotan (HS 94) : US$338,7 juta (share 5,81%) 

    8. Ikan dan krustasea (HS 03) : US$284,0 juta (share 4,87%) 

    9. Olahan daging dan ikan (HS 16) : US$190,6 juta (share 3,27%) 

    10. Barang dari kulit samak (HS 42) : US$181,3 juta (share 3,11%)

  • Trump Teken Kebijakan Tarif Timbal Balik, Sektor IT Terdampak?

    Trump Teken Kebijakan Tarif Timbal Balik, Sektor IT Terdampak?

    Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics (CORE) menilai kebijakan kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariff yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat berdampak bagi seluruh sektor, salah satunya sektor teknologi atau IT.

    Direktur eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menuturkan kebijakan ini akan berdampak pada harga barang yang bakal masuk ke Amerika.

    “Artinya produk ekspor Indonesia yang masuk ke pasar Amerika itu ada kecenderungan, ada potensi bahwa pangsa pasarnya di Amerika diambil oleh produk-produk serupa dari Amerika,” kata Faisal kepada Bisnis, Kamis (3/4/2025).

    Namun, Faisal menyebut kebijakan ini dapat menguntungkan Indonesia. Sebab, dirinya menilai kebijakan ini diperuntukkan untuk China, Kanada, dan Meksiko.

    “Nah, kalau mereka dikenakan tarif yang lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, sebetulnya ini merupakan peluang bagi Indonesia karena artinya secara price,” ucapnya

    Pada sektor IT dalam negeri, Faisal berpandangan hambatan masuknya iPhone ke pasar Indonesia bakal menjadi salah satu faktor yang membuat sektor IT ikut terdampak.

    Maka dari itu, Faisal melihat akan ada kecendrungan pasar Indonesia untuk menyerap produk-produk dari negara lain, seperti China.

    “Impor dari negara alternatif seperti China yang produknya juga makin meningkat kualitasnya, sementara harganya jauh lebih rendah dibandingkan produk AS,” ujar Faisal.

    Di sisi lain, Pengamat Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan kebijkan ini bisa menguntungkan sekto IT Indonesia jika dapat memanfaatknya.

    “Tentu produk software aplikasi, game dan lainnya akan terdampak [kebijakan ini],” tuturnya.

    Diberitakan sebelummya, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia. Kebijakan itu menjadi serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil.

    Trump mengatakan dirinya akan menerapkan tarif minimum 10% pada semua produk impor yang masuk ke AS dan mengenakan bea masuk tambahan pada sekitar 60 negara yang menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan terbesar bagi AS.

    “Selama bertahun-tahun, warga negara Amerika yang bekerja keras dipaksa untuk duduk di pinggir lapangan ketika negara-negara lain menjadi kaya dan berkuasa, sebagian besar dengan mengorbankan kita. Namun kini giliran kita untuk makmur,” kata Trump dalam sebuah acara di Rose Garden, Gedung Putih pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat dikutip dari Bloomberg.

    Seperti diketahui, Kanada dan Meksiko sudah menghadapi tarif 25% yang terkait dengan perdagangan narkoba dan migrasi ilegal. Tarif tersebut akan tetap berlaku dan dua mitra dagang terbesar AS tersebut tidak akan terkena rezim tarif baru selama tarif terpisah masih berlaku.

    Pengecualian untuk barang-barang yang tercakup dalam perjanjian perdagangan Amerika Utara yang ditengahi oleh Trump pada masa jabatan pertamanya akan tetap ada.

    China akan dikenakan tarif sebesar 34%. Sementara Uni Eropa akan dikenakan pungutan 20% dan Vietnam akan dikenakan tarif 46%, menurut dokumen Gedung Putih.

    Negara-negara lain yang akan dikenakan tarif impor Trump yang lebih besar termasuk Jepang sebesar 24%, Korea Selatan sebesar 25%, India sebesar 26%, Kamboja sebesar 49%, dan Taiwan sebesar 32%.