Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Jakarta: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali mengambil langkah tegas soal perdagangan internasional. Kali ini, ia mengumumkan jeda tarif selama 90 hari bagi sebagian besar negara kecuali kepada Tiongkok, yang justru mengalami kenaikan tarif signifikan.
     
    Melansir The Guardian, Kamis, 10 April 2025, kemarin Trump menaikkan tarif impor untuk produk dari Tiongkok dari 34 persen menjadi 125 persen.
     
    Sementara untuk negara lain yang belum menerapkan balasan terhadap tarif dari AS, akan diberikan penangguhan dan hanya dikenakan tarif sebesar 10 persen hingga bulan Juli.

    Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kenaikan tarif terhadap Tiongkok diambil karena “Saat Amerika Serikat diserang, Presiden Trump akan membalas dengan lebih keras,”
     

    Tarif awal vs tarif baru sementara
    Berikut daftar lengkap tarif yang awalnya diancamkan Trump dan tarif terbaru yang diperbarui per negara:

    Tiongkok: dari 34% menjadi 125%
    Uni Eropa: dari 20% menjadi 10%
    Vietnam: dari 46% menjadi 10%
    Taiwan: dari 32% menjadi 10%
    Jepang: dari 24% menjadi 10%
    India: dari 26% menjadi 10%
    Korea Selatan: dari 25% menjadi 10%
    Thailand: dari 36% menjadi 10%
    Swiss: dari 31% menjadi 10%
    Indonesia: dari 32% menjadi 10%
    Malaysia: dari 24% menjadi 10%
    Kamboja: dari 49% menjadi 10%
    Inggris Raya: tetap 10%
    Afrika Selatan: dari 30% menjadi 10%
    Brasil: tetap 10%
    Bangladesh: dari 37% menjadi 10%
    Singapura: tetap 10%
    Israel: dari 17% menjadi 10%
    Filipina: dari 17% menjadi 10%
    Chile: tetap 10%
    Australia: tetap 10%
    Pakistan: dari 29% menjadi 10%
    Turki: tetap 10%
    Sri Lanka: dari 44% menjadi 10%
    Kolombia: tetap 10%
    Peru: tetap 10%
    Nicaragua: dari 18% menjadi 10%
    Norwegia: dari 15% menjadi 10%
    Kosta Rika: tetap 10%
    Yordania: dari 20% menjadi 10%
    Republik Dominika: tetap 10%
    Uni Emirat Arab: tetap 10%
    Selandia Baru: tetap 10%
    Argentina: tetap 10%
    Ekuador: tetap 10%
    Guatemala: tetap 10%
    Honduras: tetap 10%
    Madagaskar: dari 47% menjadi 10%
    Myanmar: dari 44% menjadi 10%
    Tunisia: dari 28% menjadi 10%
    Kazakhstan: dari 27% menjadi 10%
    Serbia: dari 37% menjadi 10%
    Mesir: tetap 10%
    Arab Saudi: tetap 10%
    El Salvador: tetap 10%
    Pantai Gading: dari 21% menjadi 10%
    Laos: dari 48% menjadi 10%
    Botswana: dari 37% menjadi 10%
    Trinidad dan Tobago: tetap 10%
    Maroko: tetap 10%
    Aljazair: dari 30% menjadi 10%
    Oman: tetap 10%
    Uruguay: tetap 10%
    Bahamas: tetap 10%
    Lesotho: dari 50% menjadi 10%
    Ukraina: tetap 10%
    Bahrain: tetap 10%
    Qatar: tetap 10%
    Mauritius: dari 40% menjadi 10%
    Fiji: dari 32% menjadi 10%
    Islandia: tetap 10%
    Kenya: tetap 10%
    Liechtenstein: dari 37% menjadi 10%
    Guyana: dari 38% menjadi 10%
    Haiti: tetap 10%
    Bosnia dan Herzegovina: dari 35% menjadi 10%
    Nigeria: dari 14% menjadi 10%
    Namibia: dari 21% menjadi 10%
    Brunei: dari 24% menjadi 10%
    Bolivia: tetap 10%
    Panama: tetap 10%
    Venezuela: dari 15% menjadi 10%
    Makedonia Utara: dari 33% menjadi 10%
    Ethiopia: tetap 10%
    Ghana: tetap 10%
    Moldova: dari 31% menjadi 10%
    Angola: dari 32% menjadi 10%
    Republik Demokratik Kongo: dari 11% menjadi 10%
    Jamaika: tetap 10%
    Mozambik: dari 16% menjadi 10%
    Paraguay: tetap 10%
    Zambia: dari 17% menjadi 10%
    Libanon: tetap 10%
    Tanzania: tetap 10%
    Irak: dari 39% menjadi 10%
    Georgia: tetap 10%
    Senegal: tetap 10%
    Azerbaijan: tetap 10%
    Kamerun: dari 11% menjadi 10%
    Uganda: tetap 10%
    Albania: tetap 10%
    Armenia: tetap 10%
    Nepal: tetap 10%
    Sint Maarten: tetap 10%
    Pulau Falkland: dari 41% menjadi 10%
    Gabon: tetap 10%
    Kuwait: tetap 10%
    Togo: tetap 10%
    Suriname: tetap 10%
    Belize: tetap 10%
    Papua Nugini: tetap 10%
    Malawi: dari 17% menjadi 10%
    Liberia: tetap 10%
    British Virgin Islands: tetap 10%
    Afghanistan: tetap 10%
    Zimbabwe: dari 18% menjadi 10%
    Benin: tetap 10%
    Barbados: tetap 10%
    Monako: tetap 10%
    Suriah: dari 41% menjadi 10%
    Uzbekistan: tetap 10%
    Republik Kongo: tetap 10%
    Jibouti: tetap 10%
    French Polynesia: tetap 10%
    Cayman Islands: tetap 10%
    Kosovo: tetap 10%
    Curaçao: tetap 10%
    Vanuatu: dari 22% menjadi 10%
    Rwanda: tetap 10%
    Sierra Leone: tetap 10%
    Mongolia: tetap 10%
    San Marino: tetap 10%
    Antigua and Barbuda: tetap 10%
    Bermuda: tetap 10%
    Eswatini: tetap 10%
    Marshall Islands: tetap 10%
    Saint Pierre and Miquelon: tetap 10%
    Saint Kitts and Nevis: tetap 10%
    Turkmenistan: tetap 10%
    Grenada: tetap 10%
    Sudan: tetap 10%
    Turks and Caicos Islands: tetap 10%
    Aruba: tetap 10%
    Montenegro: tetap 10%
    Saint Helena: tetap 10%
    Kirgistan: tetap 10%
    Yaman: tetap 10%
    Saint Vincent and the Grenadines: tetap 10%
    Niger: tetap 10%
    Saint Lucia: tetap 10%
    Nauru: dari 30% menjadi 10%
    Equatorial Guinea: dari 13% menjadi 10%
    Iran: tetap 10%
    Libya: dari 31% menjadi 10%
    Samoa: tetap 10%
    Guinea: tetap 10%
    Timor Leste: tetap 10%
    Montserrat: tetap 10%
    Chad: dari 13% menjadi 10%
    Mali: tetap 10%
    Maladewa: tetap 10%
    Tajikistan: tetap 10%
    Cabo Verde: tetap 10%
    Burundi: tetap 10%
    Guadalaraja: tetap 10%
    Bhutan: tetap 10%
    Martinique: tetap 10%
    Tonga: tetap 10%
    Mauritania: tetap 10%
    Dominica: tetap 10%
    Micronesia: tetap 10%
    Gambia: tetap 10%
    Guyana Prancis: tetap 10%
    Christmas Island: tetap 10%
    Andora: tetap 10%
    Republik Afrika Tengah: tetap 10%
    Kepulauan Solomon: tetap 10%
    Mayotte: tetap 10%
    Anguilla: tetap 10%
    Cocos (Keeling) Islands: tetap 10%
    Eritrea: tetap 10%
    Cook Islands: tetap 10%
    Sudan Selatan: tetap 10%
    Comoros: tetap 10%
    Kiribati: tetap 10%
    São Tomé and Príncipe: tetap 10%
    Norfolk Island: tetap 10%
    Gibraltar: tetap 10%
    Tuvalu: tetap 10%
    British Indian Ocean Territory: tetap 10%
    Tokelau: tetap 10%
    Guinea-Bissau: tetap 10%
    Svalbard and Jan Mayen: tetap 10%
    Heard and McDonald Islands: tetap 10%
    Réunion: tetap 10%

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Makin Panas dengan Houthi, Serangan AS di Yaman Tewaskan 3 Orang

    Makin Panas dengan Houthi, Serangan AS di Yaman Tewaskan 3 Orang

    Jakarta

    Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengatakan bahwa serangan udara Amerika Serikat menewaskan tiga orang di ibu kota Yaman yang dikuasai Houthi, Sanaa. Kelompok yang didukung Iran itu menuding Amerika Serikat melakukan serangan tersebut.

    Wilayah-wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman telah mengalami serangan hampir setiap hari, sejak Amerika Serikat pada tanggal 15 Maret mengintensifkan serangan udara terhadap kelompok tersebut. Serangan itu dilakukan AS untuk memaksa mereka berhenti mengancam kapal-kapal di rute-rute maritim utama.

    “Tiga warga tewas dalam agresi Amerika di kawasan Sabeen di ibu kota,” kata kantor berita Houthi, Saba pada Kamis (10/4), mengutip kementerian kesehatan, dilansir AFP, Kamis (10/4/2025).

    Media Houthi tersebut juga melaporkan serangan di Pulau Kamaran, di wilayah Hodeida, Yaman, setelah Houthi sebelumnya mengatakan serangan udara AS di Hodeida pada Selasa malam menewaskan 13 orang, termasuk wanita dan anak-anak.

    Sejak 15 Maret, Houthi juga telah melanjutkan serangan yang menargetkan kapal-kapal militer AS dan Israel. Houthi mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza.

    Houthi mulai menargetkan kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden, serta wilayah Israel, setelah perang Gaza dimulai pada Oktober 2023. Houthi menghentikan serangan mereka selama gencatan senjata di Gaza pada Januari.

    Israel memutus semua pasokan ke Gaza pada awal Maret, dan melanjutkan serangannya di wilayah Palestina itu pada 18 Maret, yang mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan.

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS), Pete Hegseth, telah mengatakan bahwa operasi gempuran AS terhadap Houthi yang sedang berlangsung “akan semakin buruk”.

    Setelah pertemuan di Gedung Putih dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (8/4/2025), Hegseth menegaskan kembali sikap tegas pemerintah AS, dengan mengatakan kepada wartawan: “Tiga pekan ini merupakan pekan yang buruk bagi Houthi, dan akan semakin buruk.”

    Dia menggambarkan operasi militer AS itu sebagai operasi yang “menghancurkan”, dengan menargetkan fasilitas-fasilitas bawah tanah, bunker produksi senjata, para petempur Houthi, dan sistem pertahanan udara.

    Hegseth juga melontarkan kritikan terhadap Iran, dengan memperingatkan Teheran agar tidak terus mendukung Houthi.

    “Kami memiliki lebih banyak pilihan dan lebih banyak tekanan untuk diberikan,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bikin Beijing Ngamuk, Trump Masih Yakin China Mau Jual TikTok

    Bikin Beijing Ngamuk, Trump Masih Yakin China Mau Jual TikTok

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim potensi kesepakatan penjualan aset TikTok di AS masih terbuka di tengah perang dagang yang makin panas dengan China.

    Platform video pendek TikTok adalah anak usaha ByteDance, perusahaan asal China. Pada awal 2024, Kongres AS didukung oleh Joe Biden menerbitkan undang-undang yang mengharuskan ByteDance menjual kepemilikan mayoritas di TikTok. Jika UU tersebut dilanggar, TikTok akan diblokir di AS. 

    Setelah Trump menjabat presiden menggantikan Biden, ia memperpanjang tenggat penjualan TikTok yang seharusnya jatuh pada akhir Januari.

    Trump juga menyebut beberapa proposal penjualan TikTok ke entitas milik warga AS. Namun, beberapa anggota Kongres AS mengkritik kesepakatan yang disuarakan Trump.

    “Kami sudah punya kesepakatan dengan orang-orang baik, beberapa perusahaan kaya raya bisa melakukannya. Namun, kita masih harus tunggu dan lihat, apa yang terjadi di China,” kata Trump di Gedung Putih. “Masih terbuka, masih sangat mungkin.”

    Tenggat penjualan TikTok diperpanjang untuk kedua kalinya oleh Trump pada Jumat pekan lalu. Jika TikTok belum dijual pada 19 Juni 2025, platform yang punya 170 pengguna di AS tersebut akan diblokir.

    Kesepakatan yang digaungkan Trump adalah mengalihkan TikTok ke perusahaan baru yang berbasis di AS dan dimiliki oleh investor AS. Setelah investor AS masuk, porsi kepemilikan entitas China di TikTok akan menyusut. 

    Mark Warner dan Ed Market, dua senator asal Partai Demokrat yang merupakan oposisi Trump, menyatakan bahwa Trump tak punya dasar hukum untuk memperpanjang tenggat penjualan. Mereka juga menuding kesepakatan yang diusulkan Trump, ilegal.

    Tom Cotton, senator lainnya, memperingatkan bahwa para investor AS yang ingin memiliki TikTok harus memutus segala hubungan mereka dengan China.

    Di sisi lain, pemerintah China diperkirakan tak akan menyetujui kesepakatan penjualan TikTok. Narasumber Reuters yang dekat dengan investor ByteDance, menyatakan Gedung Putih dan Beijing harus menyelesaikan sengketa tarif dulu.

    (dem/dem)

  • Trump Tunda Kebijakan Tarif untuk Indonesia dan Puluhan Negara

    Trump Tunda Kebijakan Tarif untuk Indonesia dan Puluhan Negara

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari untuk puluhan negara, termasuk Indonesia. Penundaan ini tidak berlaku untuk China yang mereka anggap menantang kebijakan AS.

    Merujuk data yang dikeluarkan Gedung Putih, Rabu (09/04), persentase tarif timbal balik untuk seluruh negara diturunkan ke angka 10%, terhitung per 5 April lalu.

    Bersamaan dengan pemberlakuan persentase terbaru ini selama 90 hari ke depan, AS akan bernegosiasi dengan berbagai negara.

    Penundaan dan penurunan tarif sementara ke angka 10% ini tak berlaku untuk China. Trump justru menaikkan tarif resiprokal untuk China dari 34% ke 125%.

    Alasannya, klaim otoritas Gedung Putih, adalah sikap “tidak hormat” pemerintah China yang membalas kebijakan Trump dengan menaikkan tarif hingga 84% pada komoditas AS yang masuk ke Tiongkok.

    Penurunan tarif ke angka 10% juga tidak berlaku untuk negara-negara yang dianggap Trump sebagai “penentang terburuk”. Trump menuduh negara-negara ini menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil dengan AS.

    Negara yang masuk kategori itu antara lain 27 negara anggota Uni Eropa, Vietnam, dan Afrika Selatan. Tarif resiprokal yang diterapkan Trump kepada negara kategori ini berkisar antara 11% hingga lebih dari 100%.

    Merujuk penangguhan kebijakan tarif resiprokal, seorang narasumber berkata kepada BBC bahwa “sikap tenang dapat membuahkan hasil”.

    BBC

    BBC News Indonesia .

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Saat mengumumkan rencana terbarunya di platform media sosial Truth Social, Trump menyebut penangguhan tarif selama 90 hari hanya berlaku bagi negara-negara yang tidak membalas kebijakannya.

    Di sisi lain, kata Trump, tarif tambahan untuk China akan segera dia terapkan.

    “Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari di mana mereka mengelabui AS dan negara-negara lain tidak dapat lagi dilakukan atau diterima begitu saja,” tulis Trump.

    Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, membuat klaim bahwa perubahan kebijakan tarif tidak dipengaruhi oleh kejatuhan pasar global. Namun politikus senior Partai Demokrat, Chuck Schumer, menyebut penangguhan tarif baru memperlihatkan posisi Trump yang “terhuyung-huyung”.

    Baca juga:

    Gejolak pasar saham terjadi pekan lalu tak lama setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal baliknya.

    Aksi jual saham yang masif memicu kerugian triliunan dolar di seluruh dunia. Di AS, muncul pula kekhawatiran tentang kenaikan harga berbagai komoditas dan potensi terjadinya resesi.

    Rabu kemarin, sebelum Gedung Putih mempublikasikan keputusan menunda kebijakan tarif resiprokal, suku bunga utang AS melonjak menjadi 4,5%, yang tertinggi sejak Februari 2025.

    Ketika penangguhan diumumkan, berbagai saham di AS meroket. S&P 500 melonjak 7% dalam perdagangan Rabu sore sebelum naik ke 9,5% ketika perdagangan ditutup. Sementara itu Dow Jones juga melonjak ke angka 7,8%.

    Potret Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan penundaan kenaikan tarif resiprokal, Rabu (09/04). (AFP)

    Berbicara di luar Gedung Putih, Rabu kemarin, Trump berkata bahwa dia harus mengubah kebijakan tarif resiprokal karena “banyak orang menjadi bergairah”.

    “Saya melakukan jeda 90 hari untuk orang-orang yang tidak membalas karena saya memberi tahu mereka ‘jika Anda membalas, kami akan menggandakannya’,” kata Trump.

    “Dan itulah yang saya lakukan terhadap China,” ujarnya.

    Trump berkata, “semuanya akan berjalan dengan luar biasa.”

    Presiden China Xi Jinping, menurut Trump, pada suatu titik “ingin mencapai kesepakatan dengan AS”.

    Kebuntuan diplomasi kini terjadi antara China dan AS, dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Situasi itu muncul ketika Trump mengumumkan tarif resiprokal baru pekan lalu.

    Pada awal kebijakan Trump itu, komoditas China yang masuk ke AS bakal dikenai tarif sebesar 34%. Angka itu lebih besar dari pungutan yang telah ditetapkan Trump pada awal 2025, yakni 20%.

    Ketika dikenai tarif 34%, Presiden Xi Jinping membalas dengan menetapkan tarif sebesar 34% atas terhadap komoditas AS yang masuk ke China.

    Trump lalu mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% kepada China, jika balasan itu tidak dibatalkan.

    Namun China tidak bergeming dan menyatakan akan “berjuang sampai akhir” jika AS “bersikeras memprovokasi perang tarif atau perang dagang”.

    Sebuah grafiti di London, Inggris, pada 9 April lalu. (Getty Images)

    Hanya beberapa jam setelah tarif 104% diberlakukan Trump, China juga menaikkan tarif resiprokal terhadap AS, dari 34% menjadi 84%, terhitung per 10 April ini.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa AS “terus mengenakan tarif pada negaranya dengan cara yang kasar”.

    Lin berkata, China menentang “praktik intimidasi” itu dan meminta AS menunjukkan “sikap yang setara, saling menghormati, dan timbal balik” jika berharap dapat menyelesaikan masalah melalui negosiasi.

    Hubungan yang memburuk antara kedua negara itu dapat menyebabkan perdagangan barang di antara mereka turun hingga 80% atau setara dengan Rp7.815 triliun, menurut perkiraan Organisasi Perdagangan Dunia.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 11 Fakta Baru Trump Tunda Tarif Dagang, AS-China Saling Balas Dendam

    11 Fakta Baru Trump Tunda Tarif Dagang, AS-China Saling Balas Dendam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali meluncurkan gebrakan baru terkait tarif timbal balik (resiprokal) yang ia gaungkan. Pada Rabu waktu setempat, Trump mengumumkan penundaan pemberian tarif tinggi terhadap puluhan negara selama 90 hari, persis beberapa jam setelah tarif diberlakukan.

    Namun ada satu negara yang tak ditunda. Ya, China malah dikenakan tarif makin tinggi hingga 125%.

     

    Lalu apa saja fakta-faktanya? Bagaimana AS dan China saling dekat?

    Berikut update CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Kamis (10/4/2025).

    1.China Kena Tarif Tambahan hingga 125%

    Berbeda dengan negara lain, Trump justru menaikkan tarif China hingga 125%. Hal ini terjadi setelah Beijing bereaksi, akan membalas tarif Trump dengan mengenakan tarif sebesar 84% pada impor AS, Rabu malam.

    “Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China kepada Pasar Dunia, dengan ini saya menaikkan Tarif yang dikenakan Amerika Serikat kepada China menjadi 125%, yang berlaku segera,” tulisnya di akun media sosial (medsos) Truth Social.

    “Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS dan negara-negara lain tidak lagi berkelanjutan atau dapat diterima,” tambahnya.

    “Sebaliknya, dan berdasarkan fakta bahwa lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan Amerika Serikat, termasuk Departemen Perdagangan, Keuangan, dan USTR, untuk merundingkan solusi terkait Perdagangan, Hambatan Perdagangan, Tarif, Manipulasi Mata Uang, dan Tarif Non Moneter… atas saran saya yang kuat, membalas dengan cara, bentuk, atau cara apa pun terhadap Amerika Serikat, saya telah mengesahkan PENGHENTIAN selama 90 hari.”

    2.75 Negara Resmi Dapat Penundaan Tarif Balasan Trump

    Trump secara resmi mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif balasan atau resiprokal selama 90 hari untuk semua negara terdampak, kecuali China yang justru dinaikkan menjadi 125%. Dalam pernyataan terbarunya, kebijakan tarif baru tersebut akan langsung berlaku.

    Trump menyatakan kebijakan ini merupakan langkah strategis untuk memberi ruang bagi puluhan negara yang ingin bernegosiasi dengan AS. Menurutnya, lebih dari 75 negara mitra dagang AS telah antre untuk menegosiasikan tarif.

    Gedung Putih menegaskan bahwa penundaan ini tidak mencakup seluruh tarif. Tarif umum sebesar 10% atas hampir seluruh barang impor ke AS masih tetap berlaku. Selain itu, tarif yang sudah lebih dahulu diterapkan terhadap mobil, baja, dan aluminium tidak akan diubah.

    Meski menurut Trump ada 75 negara, berdasarkan data Gedung Putih, CNBC Indonesia baru melihat penundaan ke 57 negara. Antara lain: 

    Aljazair 30%
    Angola 32%
    Bangladesh 37%
    Bosnia dan Herzegovina 35%
    Botswana 37%
    Brunei Darussalam 24%
    Kamboja 49%
    Kamerun 11%
    Chad 13%
    China 125% (dikecualikan)
    Pantai Gading (Ivory Coast) 21%
    Republik Demokratik Kongo 11%
    Equatorial Guinea 13%
    Uni Eropa 20%
    Kepulauan Falkland 41%
    Fiji 32%
    Guyana 38%
    India 26%
    Indonesia 32%
    Irak 39%
    Israel 17%
    Jepang 24%
    Yordania 20%
    Kazakhstan 27%
    Laos 48%
    Lesotho 50%
    Libya 31%
    Liechtenstein 37%
    Madagaskar 47%
    Malawi 17%
    Malaysia 24%
    Mauritius 40%
    Moldova 31%
    Mozambik 16%
    Myanmar 44%
    Namibia 21%
    Nauru 30%
    Nikaragua 18%
    Nigeria 14%
    Makedonia Utara 33%
    Norwegia 15%
    Pakistan 29%
    Filipina 17%
    Serbia 37%
    Afrika Selatan 30%
    Korea Selatan 25%
    Sri Lanka 44%
    Swiss 31%
    Suriah 41%
    Taiwan 32%
    Thailand 36%
    Tunisia 28%
    Vanuatu 22%
    Venezuela 15%
    Vietnam 46%
    Zambia 17%
    Zimbabwe 18%

    3.China Beri Tarif 84% ke Barang AS

    Tindakan balasan China terhadap AS mulai berlaku kini. Negeri itu menaikkan tarif pada semua impor AS menjadi 84% sebagai balasan terhadap kenaikan tarif Trump pada impor China hingga ratusan persen.

    Beijing telah berjanji untuk “berjuang sampai akhir” melawan Trump. Negeri Presiden Xi Jinping menolak untuk mundur dalam menghadapi upaya Trump untuk membawa pemerintah dunia ke meja perundingan.

    Angka tarif 84% ini, terjadi setelah sebelumnya China mengumumkan tarif timbal balik sebesar 34% sebagai balasan terhadap tarif resiprokal AS, yang diumumkan 2 April. Trump memperingatkan China untuk menariknya atau dia akan menaikkan tarif mereka lagi.

    Sebelumnya, Beijing juga telah menempatkan 18 perusahaan AS dalam daftar pembatasan perdagangan. Sebuah editorial China Daily yang diterbitkan tadi malam mengatakan “menyerah pada tekanan AS adalah hal yang mustahil bagi Beijing”.

    “Bukan berarti China tidak mengerti apa arti tarif yang sangat tinggi bagi ekspornya dan ekonomi secara umum. Keuntungan industri berorientasi ekspor akan terpukul dan penurunan investasi manufaktur serta sentimen konsumen yang diakibatkannya akan menghambat pertumbuhan ekonomi,” demikian laporan tersebut.

    “Tetapi China juga tahu bahwa tunduk pada intimidasi tarif AS tidak akan menguntungkannya, mengingat bukan rahasia lagi bahwa AS sekarang berniat menyingkirkan China dari pasar konsumennya dan membentuk kembali rantai pasokan global untuk melayani kepentingan sempitnya sendiri,” ujarnya.

    4.Wall Street Cetak Rekor

    Bursa saham Amerika Serikat (AS) melonjak tajam pada Rabu (9/4/2025) setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan tarif impor selama 90 hari untuk sebagian besar negara. Langkah ini memberi kejutan bagi investor yang khawatir karena ketegangan perang dagang.

    Melansir The Wall Street Journal, Indeks Nasdaq melesat 12%, ini menjadi rekor terbaiknya sejak Januari 2001. Sementara itu, S&P 500 naik 9,5%, pencapaian tertinggi sejak krisis keuangan 2008.

    Indeks Dow Jones juga tak kalah mencetak rekor, dengan kenaikan 7,9% atau 2.963 poin dalam sehari. Menurut data Dow Jones Market Data, kenaikan ini menjadi lonjakan poin terbesar dalam sejarah indeks tersebut. 

    5.Minyak Dunia Melonjak

    Harga minyak dunia melanjutkan reli kenaikan tajamnya pada perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis waktu Indonesia. Ini didorong oleh kabar positif dari sisi kebijakan perdagangan Amerika Serikat dan penurunan stok bahan bakar di Negeri Paman Sam.

    Mengutip Refinitiv, harga minyak mentah acuan Brent ditutup di posisi US$64,96 per barel, menguat dibandingkan penutupan sebelumnya di US$65,48. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di US$61,95 per barel, sedikit melemah dibandingkan sehari sebelumnya yang sempat ditutup tinggi di US$62,35.

    Namun secara mingguan, reli yang terjadi sejak awal bulan masih tergolong signifikan. Sejak 1 April, harga Brent sempat menyentuh US$74,49 dan terus berfluktuasi tajam hingga menyentuh titik terendah dalam empat tahun terakhir di kisaran US$58-64 pada awal pekan ini.

    Lonjakan harga minyak terjadi usai Trump mengumumkan kebijakan jeda tarif timbal balik selama 90 hari terhadap mayoritas negara mitra dagang. Kebijakan ini dinilai sebagai sinyal deeskalasi tensi dagang dan memberikan ruang bagi perbaikan prospek ekonomi global, terutama dari sisi permintaan energi.

    6.Pasar Asia Menguat

    Kenaikan juga terjadi dengan pasar Asia. Indeks Nikkei Jepang naik sekitar 8% pada pukul 11 pagi hari Kamis setelah Trump membatalkan sebagian besar tarif global.

    Indeks Kospi di Korea Selatan (Korsel) naik 5,5% sementara bursa Hang Seng Hong Kong naik lebih dari 4%. Komposit SSE Shanghai naik sekitar 1,6% sedangkan ASX 200 Australia naik 4% sesaat setelah pukul 12 siang waktu setempat.

    7.Trump “Kuasai” Pasar Modal

    Sebenarnya Trump sudah memberi tanda-tanda kenaikan bursa saham. Pada Rabu pagi waktu AS, beberapa menit sebelum pembukaan Wall Street, ia memosting sejumlah tanda di Truth Social.

    Pertama, ia menyebut slogannya “MAKE AMERICA GREAT AGAIN”. Lalu setelahnya ia menyinggung JPMorgan dengan postingan “Memperbaiki Perdagangan dan Tarif adalah hal yang baik!” Jamie Dimon, JPMorgan Chase, Chairman & CEO, di Maria B Show!”.

    Setelahnya, ia juga mengatakan “BE COOL! Semuanya akan berjalan dengan baik. AS akan menjadi lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya!”. Lalu ia mengatakan “THIS IS A GREAT TIME TO BUY!!!” alias “INI WAKTU YANG TEPAT UNTUK MEMBELI”.

    Postingan saatnya membeli bursa juga diberi tanda “DTJ”. Itu merupakan inisial presiden dan ticker untuk Trump Media & Technology, perusahaan induk Truth Social yang saham mayoritasnya dipegangnya.

    Secara teori, bagi siapa pun yang membeli saham di pasar pada menit itu atas desakan Trump, mereka memperoleh keuntungan besar. Saham melonjak dalam pembalikan historis dalam perdagangan sore setelah Trump mengumumkan penarikan kembali beberapa tarif, perubahan tajam setelah pengungkapan rencananya untuk mengenakan pajak impor minggu lalu menghancurkan pasar.

    David Wagner, manajer portofolio di Aptus Capital Advisors LLC, melihat unggahan Trump pada hari Rabu. Awalnya ia tidak percaya bahwa unggahan itu asli.

    “Apakah itu melanggar aturan? Saya tidak tahu, bukan berarti Trump mematuhi serangkaian aturan apa pun,” kata Wagner, seraya menambahkan bahwa hal itu mengubah aturan keterlibatan di pasar.

    “Jelas sekarang Anda akan melihat Trump untuk mendapatkan tanda apa pun,” tegasnya memberi sinyal ke investor untuk mulai mendengarkan Trump.

    “Hal serupa pada masa jabatan pertamanya adalah sesuatu yang mungkin tidak seharusnya kita lupakan. Dia melakukan hal-hal seperti itu,” jelasnya lagi.

    “Aturan telah berubah terkait pasar dan presiden yang secara langsung ikut campur.”

    8. Korsel Nego Tarif ke Trump

    Penjabat Presiden Korsel Han Duck-soo mengatakan negara itu harus bernegosiasi segera dengan AS. Ini dilakukan agar Seoul lepas dari tarif setelah Trump menghentikan sebagian besar pungutan pada hari Rabu.

    “Selama 90 hari ke depan, kita harus membuat kemajuan dalam semua negosiasi untuk terbebas dari beban tarif, dan kita harus berupaya lebih keras lagi,” kata Han dalam rapat Kabinet pada hari Kamis waktu setempat.

    “Sebagai negara seperti Korea Selatan, yang sangat bergantung pada perdagangan untuk pertumbuhan dan pembangunannya, saya mendesak semua menteri untuk melakukan upaya khusus dan menunjukkan tekad,” kata Han.

    9.Jepang Segera Tinjau Lebih Lanjut Penundaan Tarif Trump

    Kepala sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan pada hari Kamis bahwa pemerintah senang Trump menangguhkan tarif. Namun negeri itu mendesak peninjauan lanjutan.

    “Pertama-tama kami ingin memeriksa dengan saksama rincian tentang apa yang akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang,” kata Hayashi, seperti dikutip NBC News.

    “Kami telah menjelaskan kekhawatiran kami di berbagai tingkatan dan telah mendesak agar langkah-langkah ini dipertimbangkan kembali, dan oleh karena itu kami menanggapi pengumuman terbaru oleh pemerintah AS ini secara positif,” katanya kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.

    “Kami akan terus mendesak Amerika Serikat untuk meninjau kembali tarif timbal balik dan pungutannya terhadap produk baja dan aluminium, serta mobil dan suku cadang mobil.”

    10.Apple Sewa 5 Pesawat Borong Produk India-China karena Tarif Trump

    Perusahaan Apple dikabarkan menerbangkan lima pesawat. Ini untuk memboyong iPhone dari India dan China menuju AS untuk menghindari tarif Trump.

    Sebagian besar iPhone diketahui diproduksi di pabrik yang ada di India dan China. Kedua negara dikenakan tarif baru oleh AS, yang artinya bisa menaikkan harga jual lebih tinggi nantinya.

    Lima pesawat itu penuh dengan iPhone dan produk Apple lainnya diterbangkan ke AS dalam tiga hari selama minggu terakhir bulan Maret. Seorang pejabat senior India mengonfirmasi laporan tersebut.

    “Pabrik-pabrik di India dan China serta lokasi lainnya telah mengirimkan produk ke AS untuk mengantisipasi tarif yang lebih tinggi,” kata seorang sumber dikutip dari Times of India, Kamis.

    Menurut laporan, langkah ini dilakukan untuk mempertahankan harga produk untuk sementara. Apple mengangkut iPhone tersebut sebelum harga dengan tarif baru ditetapkan.

    Apple telah menganalisa struktur tarif yang berbeda pada tiap pabrik akan berdampak pada rantai pasoknya. Sumber itu juga mengatakan tiap kenaikan harga tidak hanya berdampak pada pasar AS, namun berlaku juga pada seluruh kawasan global.

    “Setiap kenaikan harga mengimbangi dampak tidak bisa terbatas hanya pada pasar AS, namun harus dilakukan untuk seluruh kawasan global termasuk India,” kata sumber itu.

    Sejak pengumuman tarif Trump, spekulasi bermunculan akan adanya kenaikan harga iPhone di AS. Salah satunya diungkapkan dari hasil perhitungan analis UBS, yakni harga iPhone produksi China akan naik 30% untuk ritel.

    11.Orang Dekat Prabowo

    Ray Dalio, pendiri dana lindung nilai terbesar di dunia, menyerukan kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dengan China terkait tarif. Hal ini terjadi di tengah makin panasnya perang dagang keduanya, di mana Washington menerapkan tarif 125% ke Beijing dan Beijing menaikkan tarif 84% ke Washington.

    Pesannya diberikan melalui akun media sosial X-nya, @RayDalio. Penasehat Danantara RI itu menegaskan saat ini adalah waktu yang tepat bagi semua pihak yang terlibat, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, untuk mempertimbangkan kembali pendekatan yang dipakai.

    “Ada cara yang lebih baik dan lebih buruk untuk menangani masalah kita (AS) dengan utang dan ketidakseimbangan (neraca perdagangan)…,” ujarnya, dilihat CNBC Indonesia.

    “Dan keputusan Presiden Trump untuk mundur dari cara yang lebih buruk (penundaan tarif) dan bernegosiasi tentang cara menangani ketidakseimbangan ini adalah cara yang jauh lebih baik,” ujarnya.

    “Saya berharap dan mengharapkan bahwa ia akan melakukan hal yang sama dengan China,” katanya lagi.

    “Ini akan menjadi situasi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.”

    Negosiasi keduanya bisa terkait kesepakatan yang menghargai RMB (yuan) terhadap dolar, yang dicapai dengan penjualan aset dolar China sekaligus melonggarkan kebijakan fiskal dan moneter mereka untuk merangsang permintaan. China kemudian bisa merestrukturisasi dan memonetisasi utang pemerintah daerah mereka yang berlebihan untuk mengatasi beban utang mereka.

    “Dengan satu atau lain cara, harus ada perubahan besar pada utang/perintah moneter untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan utang, perdagangan, dan modal,” ujarnya.

    “Langkah pemerintahan Trump berikutnya adalah menangani defisit dengan baik dengan memangkas defisit menjadi 3% dari PDB,” jelasnya lagi.

    Khusus untuk investor, ia mengatakan ini menjadi waktu yang tepat untuk mempertimbangkan kembali pendekatan dalam menyusun portofolio. Sehingga mereka tidak menghadapi risiko yang tidak dapat ditoleransi.

    “Saya dapat menjamin bahwa kasus terburuk lain dari pergerakan pasar yang membuat mereka takut akan terjadi pada akhirnya,” tambahnya.

    “Meskipun saya tidak dapat menjelaskan cara menyusun portofolio di sini, saya dapat mengarahkan mereka yang tertarik,” ujarnya.

    (sef/sef)

  • Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

    Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

    Jakarta

    Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menunda pengenaan tarif impor pada puluhan negara selama 90 hari membuat pasar saham global sedikit lega. Hal ini terlihat dari sejumlah indeks AS yang menguat pada Kamis (10/4/2025).

    Dikutip dari Reuters, indeks saham AS menguat setelah penundaan tarif tinggi diumumkan Trump. Indeks S&P 500 misalnya, ditutup menguat 9,5% pada Rabu (9/4/2025). Tren penguatan juga diikuti indeks saham milik Jepang N225 yang menguat lebih dari 8%.

    Selain penguatan pada pasar saham, harga komoditas berjangka di Eropa juga mengalami tren positif kendati menunjukkan reli jangka pendek dengan harga saham AS yang diperdagangkan lebih rendah. Namun, harga minyak terpantau menurun sekitar 1% yang dipicu oleh kekhawatiran atas ketegangan perdagangan yang dipercaya mendorong ekonomi global ke arah resesi.

    Sejak kembalinya Trump ke Gedung Putih pada bulan Januari, ia berulang kali mengancam akan memberikan serangkaian tindakan hukuman terhadap mitra dagang, tetapi kemudian mencabut beberapa di antaranya pada menit terakhir. Pendekatan yang kadang-kadang dilakukannya telah membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para eksekutif dilingkupi kekhawatiran.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan, perubahan penetapan tarif terhadap mitra dagang AS sebelumnya telah direncanakan sejak awal bagi yang mau bernegosiasi. Namun, Trump kemudian mengindikasikan kepanikan di pasar yang terjadi sejak pengumumannya pada tanggal 2 April telah menjadi faktor dalam pemikirannya.

    “Anda harus fleksibel,” kata Bessent dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Meski begitu, Bessent mengatakan negara tetap menerapkan tarif tinggi kepada China sebagai negara dengan ekonomi nomor 2 dunia dan pemasok impor AS terbesar kedua.

    Trump segera menaikkan tarif impor China menjadi 125% dari level 104% yang berlaku pada hari Rabu. Kemudian, perusahaan China yang menjual produk di Amazon bersiap untuk menaikkan harga untuk AS atau meninggalkan pasar tersebut karena tarif.

    Beijing mungkin akan membalas dengan cara yang sama setelah mengenakan tarif sebesar 84% pada impor AS pada hari Rabu untuk menyamai tarif yang sebelumnya diberlakukan Trump. Beijing telah berulang kali berjanji untuk memberikan perlawanan dalam perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi teratas dunia tersebut.

    “Kami tidak takut dengan provokasi. Kami tidak akan mundur,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning di X pada Kamis.

    Trump mengatakan bahwa resolusi dengan China terkait perdagangan juga mungkin terjadi. Namun, para pejabat mengatakan bahwa mereka akan memprioritaskan pembicaraan dengan negara-negara lain, termasuk Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan yang mengantre untuk mencoba mencapai kesepakatan.

    “China ingin membuat kesepakatan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya,” kata Trump.

    Di sisi lain, Beijing mengatakan pihaknya telah mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa dan Malaysia untuk memperkuat perdagangan sebagai respons atas ketegangan tersebut, meskipun Australia mengatakan telah menolak tawaran dari China, mitra dagang utamanya, untuk bekerja sama melawan tarif.

    “Kami tidak akan bergandengan tangan dengan China sehubungan dengan persaingan apapun yang terjadi di dunia,” kata Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News.

    Harapan akan dukungan negara membantu menopang saham Tiongkok pada hari Kamis, bahkan saat mata uang yuan jatuh ke level terlemah sejak krisis keuangan global. Bank investasi AS Goldman Sachs merevisi turun perkiraannya untuk pertumbuhan PDB Tiongkok menjadi 4% pada tahun 2025, dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,5%, dengan alasan efek negatif tarif.

    (kil/kil)

  • Trump Tunda Tarif Tinggi, Wanti-wanti Efek ke Industri Otomotif Indonesia

    Trump Tunda Tarif Tinggi, Wanti-wanti Efek ke Industri Otomotif Indonesia

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump memberikan jeda tiga bulan penuh atau sekitar 90 hari pada semua tarif impor tinggi yang ditetapkan kepada berbagai negara, tak terkecuali Indonesia yang terkena tarif 32%.

    Khusus China, Trump tetap mematok tarif bahkan menambahkan nilainya. Dia menegaskan tarif buat China akan dinaikkan menjadi 125% dari 104% setelah China mengumumkan tarif pembalasan tambahan terhadap AS pada Rabu pagi. Yang jelas kini semua negara selain China yang dikenakan tarif impor oleh Trump akan mengalami penurunan ke tarif universal sebesar 10%.

    “Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China kepada Pasar Dunia, dengan ini saya menaikkan tarif yang dibebankan ke China oleh Amerika Serikat menjadi 125%, berlaku segera,” kata Trump dalam unggahan media sosialnya dikutip dari CNN, Kamis (10/4/2025).

    “Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS dan negara-negara lain tidak lagi berkelanjutan atau dapat diterima,” tulisnya menambahkan.

    Selain China, Meksiko dan Kanada juga akan mendapatkan penanganan khusus. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan barang yang berasal dari kedua negara itu akan tetap dikenakan tarif 25%, kecuali jika mereka mematuhi Perjanjian AS-Meksiko-Kanada. Namun, itu tidak berlaku untuk tarif khusus sektor yang telah diberlakukan Trump.

    Indonesia belum mengekspor mobil ke Amerika Serikat. Namun efek tidak langsung dari kebijakan ini perlu diwanti-wanti.

    “Tidak ada ekspor kendaraan utuh ke US, yang ada beberapa perusahaan komponen otomotif. Jadi tidak ada direct impact,” ujar Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam kepada detikoto, Rabu (9/4/2025).

    “Yang kita harus cermati indirect impact terhadap makro ekonomi kita seperti suku bunga, kurs rupiah dan juga financing,” tambahnya lagi.

    Efek tidak langsung ini punya dampak domino terhadap kenaikan bunga kredit perbankan yang berujung pada melonjaknya harga produk dan jasa.

    Meksiko merupakan salah satu konsumen Toyota ‘made in Indonesia’. Pemerintah Meksiko bisa saja membatasi jumlah impor mobil CBU imbas tarif tinggi, yang berpotensi menghambat ekspor mobil buatan Indonesia ke negara tersebut.

    Sebab dalam konteks neraca komoditas, pengaturan kuota impor pada dasarnya bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara produksi nasional dan kebutuhan konsumsi nasional. Sehingga, impor hanya dilakukan untuk menutup selisih kekurangan dari produksi dalam negeri.

    “Kita belum lihat dampaknya saat ini,” ujar Bob.

    Toyota masih menjadi penyumbang terbesar ekspor mobil buatan Indonesia. Sepanjang tahun 2024, Toyota tercatat menyumbang sekitar 61 persen dari total ekspor CBU mobil Indonesia.

    Dalam data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia. Beberapa mobil Toyota yang diekspor utuh atau Completely Built Up (CBU) ke Meksiko antara lain, Avanza, Veloz, dan Raize.

    Indonesia belum memiliki Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan TransPasifik (CPTPP) atau Free Trade Agreement (FTA) dengan Meksiko, yang juga menjadi faktor penghambat ekspor mobil.

    (riar/rgr)

  • Apa Dampak Perang Dagang AS Melawan China yang Digaungkan Donald Trump Terhadap Ekonomi Dunia? – Halaman all

    Apa Dampak Perang Dagang AS Melawan China yang Digaungkan Donald Trump Terhadap Ekonomi Dunia? – Halaman all

    Apa Dampak Perang Dagang AS-China Terhadap Ekonomi Dunia?

    TRIBUNEWS.COM- Perang dagang total antara Amerika Serikat dengan China diperkirakan akan terjadi setelah Presiden Donald Trump mengenakan tarif lebih dari 125 persen pada impor barang China.

    Tiongkok mengatakan akan “berjuang sampai akhir” daripada menyerah pada apa yang dilihatnya sebagai paksaan Amerika Serikat.

    Dan akan menaikkan tarifnya sendiri atas barang-barang Amerika dari 34% menjadi 84% sebagai respons terhadap langkah terbaru Gedung Putih.

    Apa arti konflik perdagangan yang meningkat ini bagi ekonomi dunia? Berapa banyak perdagangan yang mereka lakukan?

    Perdagangan barang antara kedua kekuatan ekonomi tersebut berjumlah sekitar $585 miliar tahun lalu.

    Meskipun AS mengimpor jauh lebih banyak dari China ($440 miliar) dibandingkan China yang mengimpor dari Amerika ($145 miliar).

    Hal ini mengakibatkan AS mengalami defisit perdagangan dengan China – selisih antara barang yang diimpor dan diekspor – sebesar $295 miliar pada tahun 2024. Itu adalah defisit perdagangan yang cukup besar, setara dengan sekitar 1?ri ekonomi AS.

    Namun, jumlah tersebut kurang dari angka $1 triliun yang berulang kali diklaim Trump minggu ini.

    Trump telah memberlakukan tarif yang signifikan terhadap China pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden. Tarif tersebut tetap berlaku dan ditambah oleh penggantinya, Joe Biden.

    Secara bersama-sama hambatan perdagangan tersebut membantu menurunkan barang-barang yang diimpor AS dari China dari pangsa 21% total impor Amerika pada tahun 2016 menjadi 13% tahun lalu.

    Jadi ketergantungan AS terhadap China untuk perdagangan telah berkurang selama dekade terakhir.

    Namun para analis menunjukkan bahwa beberapa ekspor barang China ke AS telah dialihkan melalui negara-negara Asia Tenggara.

    Misalnya, pemerintahan Trump mengenakan tarif 30% pada panel surya impor Cina pada tahun 2018.

    Namun, Departemen Perdagangan AS menyajikan bukti pada tahun 2023 bahwa produsen panel surya China telah mengalihkan operasi perakitan mereka ke negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam, lalu mengirimkan produk jadi ke AS dari negara-negara tersebut, sehingga secara efektif menghindari tarif.

    Tarif “timbal balik” Trump yang baru yang dikenakan pada negara-negara tersebut karenanya akan menaikkan harga AS atas berbagai macam barang yang pada akhirnya berasal dari Tiongkok.

     

    Apa yang diimpor AS dan China satu sama lain?

    Pada tahun 2024, kategori barang ekspor terbesar dari AS ke Cina adalah kacang kedelai – yang terutama digunakan untuk memberi makan sekitar 440 juta babi di Cina.

    AS juga mengirim produk farmasi dan minyak bumi ke China.

    Sebaliknya, dari Tiongkok ke AS, sejumlah besar barang elektronik, komputer, dan mainan diekspor. Sejumlah besar baterai, yang sangat penting untuk kendaraan listrik, juga diekspor.

    Kategori impor AS terbesar dari Cina adalah telepon pintar, yang mencakup 9?ri total. Sebagian besar telepon pintar ini dibuat di Cina untuk Apple, perusahaan multinasional yang berbasis di AS.

    Tarif AS terhadap China telah menjadi salah satu kontributor utama penurunan nilai pasar Apple dalam beberapa minggu terakhir, dengan harga sahamnya turun sebesar 20% selama sebulan terakhir.

    Semua barang impor ke AS dari China tersebut telah ditetapkan menjadi jauh lebih mahal bagi warga Amerika karena tarif 20% yang telah dikenakan pemerintahan Trump terhadap Beijing.

    Sekarang tarifnya naik menjadi 104%, dampaknya bisa lima kali lebih besar.

    Dan impor AS ke China juga akan naik harganya karena tarif pembalasan China, yang pada akhirnya merugikan konsumen China dengan cara yang sama.

    Namun di luar tarif, ada cara lain bagi kedua negara ini untuk mencoba merugikan satu sama lain melalui perdagangan.

    China memiliki peran utama dalam memurnikan banyak logam penting untuk industri, dari tembaga dan litium hingga tanah jarang.

    Beijing dapat saja menempatkan rintangan untuk menghalangi logam-logam ini mencapai AS.

    Ini adalah sesuatu yang telah dilakukan dalam kasus dua bahan yang disebut germanium dan galium , yang digunakan oleh militer dalam pencitraan termal dan radar.

    Adapun AS, mereka dapat mencoba memperketat blokade teknologi terhadap China yang dimulai oleh Joe Biden dengan mempersulit China mengimpor jenis microchip canggih – yang vital untuk aplikasi seperti kecerdasan buatan – yang hingga kini belum dapat diproduksi sendiri.

    Penasihat perdagangan Donald Trump, Peter Navarro, telah menyarankan minggu ini bahwa AS dapat memberikan tekanan pada negara lain, termasuk Kamboja, Meksiko, dan Vietnam, untuk tidak berdagang dengan China jika mereka ingin terus mengekspor ke AS.

     

    Bagaimana hal ini dapat memengaruhi negara lain?

    AS dan China bersama-sama menyumbang porsi yang sangat besar dalam ekonomi global, sekitar 43% tahun ini menurut Dana Moneter Internasional.

    Jika mereka terlibat dalam perang dagang habis-habisan yang memperlambat pertumbuhan mereka, atau bahkan mendorong mereka ke dalam resesi, hal itu kemungkinan akan merugikan ekonomi negara lain dalam bentuk pertumbuhan global yang lebih lambat.

    Investasi global kemungkinan besar juga akan menderita.

     

    Ada konsekuensi potensial lainnya.

    China merupakan negara manufaktur terbesar di dunia dan memproduksi jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi penduduknya di dalam negeri.

    Negara ini sudah mengalami surplus barang hampir $1 triliun – yang berarti negara ini mengekspor lebih banyak barang ke seluruh dunia daripada yang diimpornya.

    Dan sering kali memproduksi barang-barang tersebut di bawah biaya produksi sebenarnya karena subsidi dalam negeri dan dukungan keuangan negara, seperti pinjaman murah, untuk perusahaan-perusahaan yang disukai.

    Baja adalah contohnya.

    Terdapat risiko bahwa jika produk tersebut tidak dapat masuk ke AS, perusahaan China dapat berupaya untuk “membuangnya” ke luar negeri.

    Meskipun hal itu mungkin menguntungkan bagi sebagian konsumen, hal itu juga dapat merugikan produsen di negara-negara yang mengancam lapangan pekerjaan dan upah.

    Kelompok lobi UK Steel telah memperingatkan bahaya kelebihan baja yang berpotensi dialihkan ke pasar Inggris.

    Dampak limpahan perang dagang habis-habisan antara Tiongkok dan AS akan terasa secara global, dan sebagian besar ekonom menilai bahwa dampaknya akan sangat negatif.

     

     

    SUMBER: BBC

  • Daftar 56 Negara Dapat Penundaan Tarif Trump 90 Hari, Ada Indonesia?

    Daftar 56 Negara Dapat Penundaan Tarif Trump 90 Hari, Ada Indonesia?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan menunda sementara selama 90 hari atas kebijakan tarif impor “balasan” terhadap puluhan negara mitra dagang. 

    Dikutip melalui Bloomberg, keputusan yang telah berjalan sejak diumumkan pada Rabu (9/5/2025) waktu setempat ini terjadi hanya kurang dari 24 jam setelah tarif tersebut diberlakukan.

    Dalam pernyataan resminya, Trump menyebut penundaan ini sebagai strategi untuk memberikan ruang negosiasi bagi negara-negara yang terkena dampak. 

    Dari total 75 negara mitra dagang AS yang disebutnya mengajukan permintaan pembicaraan ulang, sebanyak 56 negara secara spesifik tercantum dalam daftar Gedung Putih sebagai pihak yang dikenai tarif balasan atau tarif resiprokal dengan besaran bervariasi.

    Indonesia termasuk salah satu negara yang menerima tarif resiprokal sebesar 32%. Namun, selama masa penundaan, tarif yang berlaku sementara turun ke level tarif dasar, yakni 10% 

    Berbeda dengan negara-negara lain, China justru mengalami peningkatan tarif secara signifikan hingga 125%. Kenaikan tarif untuk China diumumkan langsung oleh Trump yang kesal dengan sikap Beijing. Kenaikan tajam ini memperkuat indikasi memburuknya hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut. 

    Kebijakan dadakan ini langsung disambut positif oleh pelaku pasar. Bursa saham utama AS melonjak tajam, menandai pemulihan dari ketegangan pasar yang sebelumnya diwarnai volatilitas tinggi—terburuk sejak awal pandemi Covid-19.

    Kendati memberikan kelonggaran sementara, Gedung Putih menegaskan bahwa tidak semua kebijakan tarif terdampak oleh penundaan ini. Tarif dasar sebesar 10% terhadap sebagian besar produk impor tetap diberlakukan. Selain itu, tarif khusus yang telah lebih dahulu dikenakan terhadap mobil, baja, dan aluminium tidak mengalami perubahan.

    Langkah Trump ini dinilai sebagai bagian dari manuver diplomasi ekonomi yang tengah ia bangun, di tengah tekanan global dan domestik terkait arah kebijakan perdagangannya.

    Berikut daftar 56 negara dan kawasan yang dapat penundaan tarif resiprokal oleh AS

    Aljazair 30%
    Angola 32%
    Bangladesh 37%
    Bosnia dan Herzegovina 35%
    Botswana 37%
    Brunei Darussalam 24%
    Kamboja 49%
    Kamerun 11%
    Chad 13%
    Pantai Gading 21%
    Republik Demokratik Kongo 11%
    Equatorial Guinea 13%
    Uni Eropa 20%
    Kepulauan Falkland 41%
    Fiji 32%
    Guyana 38%
    India 26%
    Indonesia 32%
    Irak 39%
    Israel 17%
    Jepang 24%
    Yordania 20%
    Kazakhstan 27%
    Laos 48%
    Lesotho 50%
    Libya 31%
    Liechtenstein 37%
    Madagaskar 47%
    Malawi 17%
    Malaysia 24%
    Mauritius 40%
    Moldova 31%
    Mozambik 16%
    Myanmar 44%
    Namibia 21%
    Nauru 30%
    Nikaragua 18%
    Nigeria 14%
    Makedonia Utara 33%
    Norwegia 15%
    Pakistan 29%
    Filipina 17%
    Serbia 37%
    Afrika Selatan 30%
    Korea Selatan 25%
    Sri Lanka 44%
    Swiss 31%
    Suriah 41%
    Taiwan 32%
    Thailand 36%
    Tunisia 28%
    Vanuatu 22%
    Venezuela 15%
    Vietnam 46%
    Zambia 17%
    Zimbabwe 18%

  • Reaksi Negara-Negara Asia usai Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

    Reaksi Negara-Negara Asia usai Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah negara-negara di seluruh Asia bereaksi terhadap penangguhan tarif yang lebih tinggi selama 90 hari oleh Presiden AS Donald Trump untuk puluhan mitra dagang. Reaksi dari negara-negara tersebut merupakan campuran kelegaan, kehati-hatian, dan sedikit ejekan.

    Melansir Bloomberg pada Senin (10/4/2025), beberapa negara — seperti Vietnam yang menghadapi pungutan sebesar 46%, dan Jepang dengan pajak tambahan sebesar 24% — terus maju dengan upaya untuk memastikan penangguhan tersebut menjadi permanen bagi ekonomi mereka.

    People’s Daily, surat kabar utama Partai Komunis China, memuat komentar yang menyerukan AS untuk membatalkan tarif sepihaknya dan menggembar-gemborkan manfaat dari hubungan ekonomi dan perdagangan yang “saling menguntungkan”. 

    Trump menaikkan pungutannya atas impor dari China sekali lagi menjadi 125% setelah Beijing mengumumkan rencana untuk membalas dengan bea masuk sebesar 84% atas barang-barang Amerika yang akan dimulai pada hari Kamis.

    Wakil Perdana Menteri Vietnam Ho Duc Phoc bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer di Washington dan setuju untuk memulai negosiasi tentang perjanjian perdagangan “timbal balik”, menurut sebuah posting di situs web pemerintah. Saham-saham negara itu melonjak pada perdagangan awal hari Kamis.

    Sementara itu, Jepang akan terus mendesak Trump untuk meninjau kembali langkah-langkah tarifnya, menurut Ryosei Akazawa, perwakilan perdagangan utama negara itu. 

    “Tidak ada perubahan dalam kebijakan Jepang,” kata Menteri Revitalisasi Ekonomi Akazawa pada Kamis.

    Adapun, Perdana Menteri Australia berhaluan kiri-tengah Anthony Albanese, yang berada di tengah-tengah kampanye pemilihan yang ketat menjelang pemungutan suara pada tanggal 3 Mei, mengatakan bahwa rezim tarif pemerintahan Trump adalah “tindakan merugikan diri sendiri” yang merusak ekonomi AS dan itulah sebabnya presiden memilih untuk menunda.

    Tarif Penguin

    Albanese juga mengejek beberapa langkah tarif pemerintahan AS, termasuk pengenaan bea masuk pada Pulau Heard dan Kepulauan McDonald, wilayah luar Australia yang sebagian besar tandus yang dihuni oleh penguin.

    “Saya tidak yakin apa yang mereka perdagangkan,” katanya tentang pulau-pulau Antartika, sambil menambahkan dengan lebih serius “ini adalah dunia yang sangat tidak pasti tempat kita tinggal.” Albanese, dalam sebuah wawancara radio.

    Albanese juga menegaskan bahwa Australia tidak mengenakan tarif kepada AS dan bahwa Washington tidak boleh melakukannya terhadap produk-produk Australia 

    “Karena itulah yang tercantum dalam perjanjian perdagangan bebas kami,” ujarnya.

    Perubahan Sikap

    Perubahan sikap Trump terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku, yang memicu kekacauan pasar dan ketakutan akan resesi. Trump menghadapi tekanan besar dari para pemimpin bisnis dan investor untuk mengubah arahnya. 

    Negara-negara yang terkena bea masuk timbal balik yang lebih tinggi yang mulai berlaku Rabu sekarang akan dikenakan pajak pada tarif dasar 10% sebelumnya yang diterapkan untuk negara-negara lain, kecuali China, menurut seorang pejabat Gedung Putih. 

    Jepang diperkirakan akan menjadi salah satu negara yang diprioritaskan dalam negosiasi perdagangan dengan Washington. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan dia akan berbicara dengan pejabat dari Jepang, Vietnam, India, dan Korea Selatan dalam beberapa hari mendatang. 

    Jepang masih menghadapi tarif 25% untuk mobil, suku cadang mobil, baja, dan aluminium, sementara barang-barang lainnya tetap dikenakan tarif pajak tetap 10% yang diterapkan untuk semua negara. 

    Akazawa menyebut, Jepang melihat jeda pada beberapa tarif timbal balik sebagai perkembangan positif sementara akan terus menyerukan peninjauan ulang tarif yang masih berlaku.

    Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon mengusulkan pembentukan blok perdagangan berbasis aturan sebagai tanggapan terhadap tarif Trump. 

    Luxon mengatakan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, perjanjian perdagangan bebas antara 12 negara termasuk Selandia Baru, Jepang, Kanada, dan Inggris, dapat menjadi dasar untuk perjanjian yang lebih luas dengan Uni Eropa yang berupaya untuk mempromosikan perdagangan bebas sebagai jalan menuju kemakmuran.