Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Kenapa Trump Incar China dalam Perang Dagang dan Apa yang Akan Terjadi?

    Kenapa Trump Incar China dalam Perang Dagang dan Apa yang Akan Terjadi?

    Jakarta

    Tiba-tiba fokus perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin mengerucut. Alih-alih membuka front perang dengan seluruh dunia, Trump membawa ketegangan ini pada teritori yang lebih familiar: AS melawan China.

    Puluhan negara bisa bernapas karena Trump menunda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari pada Kamis (10/04). Kendati begitu, negara-negara tersebut masih dikenakan tarif universal sebesar 10%.

    Tapi China yang mengekspor mulai dari iPhone sampai mainan anak dan menyumbang 14% dari total impor Amerika jadi satu-satunya negara yang dikenakan tarif ‘gila-gilaan’ sebesar 125%.

    Trump mengatakan kenaikan ini akibat sinyal Beijing yang bersiap membalas dengan tarif 84% untuk barang-barang ekspor dari Amerika. Trump bilang aksi ini “kurang menghormati.”

    Menurut politikus yang melenggang ke Gedung Putih dengan kampanye anti-China ini, ini bukanlah sekedar aksi balasan biasa.

    Buatnya, ini adalah urusan yang belum kelar pada masa kepresidenannya yang pertama.

    “Kita belum sempat melakukan hal yang benar, dan itulah yang kita lakukan sekarang sekarang,” katanya kepada para wartawan.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Untuk memahami motif utama presiden AS ini, kita perlu kembali ke momen sebelum semua orang berpikir Trump punya kesempatan buat jadi kandidat presiden, apalagi sebagai pemenangnya.

    Pada 2012, saat saya menulis laporan pertama dari Shanghai, ibukota bisnis China, hampir semua orang pemimpin bisnis global, pejabat-pejabat China, delegasi pemerintah, delegasi bisnis, koresponden asing, ekonom berpendapat meningkatkan perdagangan dengan China adalah keputusan yang tidak perlu dipikirkan lagi.

    Kerja sama ini akan meningkatkan pertumbuhan global, menyediakan suplai barang tanpa batas dan murah, pasokan tenaga kerja untuk pabrik dalam rantai suplai global, dan menyediakan kesempatan yang menarik buat perusahaan-perusahaan multinasional untuk menjual produk mereka kepada kelas menengah yang baru.

    ReutersSaat ini China memproduksi 60% mobil-mobil listrik di dunia sebagian besar adalah produksi jenama dalam negeri.

    Beberapa tahun setelah kedatangan saya, China telah melampaui AS dan menjadi pasar terbesar di dunia untuk produk Rolls Royce, General Motors, dan Volkswagen

    Lantas ada justifikasi yang lebih mendalam juga.

    Ketika China semakin kaya, kalau menurut teori, rakyat China akan mulai menginginkan reformasi politik.

    Kebiasaan belanja mereka juga akan membantu transisi China menjadi masyarakat yang konsumtif.

    Tapi prediksi pertama itu tidak pernah terjadi. Partai Komunis China yang berkuasa memegang erat-erat kekuasaan mereka.

    Baca juga:

    Sementara prediksi yang kedua ternyata tidak terjadi dengan cepat. China tidak cuma bergantung pada ekspor, tapi secara terbuka juga berencana untuk jadi semakin dominan.

    Cetak biru kebijakan yang terkenal dan diterbitkan pada 2015, “Made in China 2025”, pemerintah China mencanangkan visi besar yang ditopang negara untuk jadi pemimpin global dalam beberapa sektor manufaktur, dari kedirgantaraan, produksi kapal, hingga kendaraan listrik.

    Setahun berikutnya, seorang di luar sistem yang tak begitu paham politik memulai pencalonannya sebagai presiden AS.

    Retorika kampanyenya berulang kali memuat pesan kebangkitan China yang telah menggembosi ekonomi Amerika, membuat industri berat Amerika mundur, dan merugikan kehidupan para pekerja kerah biru.

    Baca juga:

    Perang Dagang Trump pada periode pemerintahan pertamanya segera menghancurkan segala konsensus.

    Penerusnya, Presiden Joe Biden, mempertahankan sebagian besar tarifnya pada China.

    Meski telah menyebabkan China sakit kepala, tapi aksi-aksi ini tidak mengubah banyak model ekonomi.

    Saat ini China memproduksi 60% mobil-mobil listrik di dunia sebagian besar diproduksi jenama lokal dan 80% baterai yang menggerakkannya.

    Dan sekarang Trump kembali, dengan kenaikan tarif.

    Bisa dibilang, ini akan jadi kejutan terbesar yang menggoncang sistem perdagangan dunia yang telah mapan yang pernah dikeluarkan presiden AS.

    Apa yang akan terjadi berikutnya bergantung pada dua pertanyaan.

    Pertama, apakah China akan menerima tawaran untuk negosiasi.

    Kedua, dengan asumsi China menerima tawaran negosiasi, apakah China bersedia membuka konsesi besar seperti yang diinginkan AS, termasuk perombakan total model ekonominya yang berorientasi pada ekspor.

    Jawabannya, yang paling pokok adalah kita berada di wilayah yang sama sekali belum terpetakan.

    Jadi kita harus mencurigai siapa pun yang mengaku tahu bagaimana Beijing akan bereaksi.

    Tetapi tentu ada alasan untuk waspada.

    Visi China mengenai kekuatan ekonominya yang berbasis pada kekuatan ekspor dan perlindungan pasar domestik sekarang terkait erat dengan ide kebangkitan nasional dan supremasi sistem satu partai.

    Kontrol ketatnya terhadap informasi tampaknya masih akan jadi hambatan yang sulit ditembus oleh perusahaan-perusahaan teknologi Amerika, sebagai contohnya.

    Tapi ada pertanyaan berikutnya yang harus dijawab AS.

    Apakah AS masih ingin perdagangan bebas? Donald Trump kerap kali menyebut tarif adalah hal perkara yang bagus, bahkan meski tarif tidak memiliki tujuan tertentu.

    Trump kerap bicara tentang keuntungan proteksionisme bagi AS untuk merangsang investasi domestik, mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk membawa rantai suplai mereka kembali ke dalam negeri, dan meningkatkan pajak pendapatan.

    Dan kalau Beijing percaya hal-hal itu yang menjadi tujuan pengenaan tarif, mungkin saja mereka memutuskan tidak ada yang perlu dinegosiasikan.

    Alih-alih mendorong kerja sama ekonomi, kedua kekuatan super ekonomi dunia ini akan terjebak dalam situasi perang di mana pemenang mendapatkan semua keuntungan ekonomi.

    Jika demikian, itu akan menjadi penanda hancurnya tatanan lama, dan akan membuat masa depan yang mungkin tidak hanya berbeda, tapi juga berbahaya.

    Lihat juga Video Trump soal Perang Tarif dengan China: Saya Menghormati Xi Jinping, Dia Teman

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Mulai Melunak, Kini ‘Ngarep’ Bisa Nego soal Tarif dengan China

    Trump Mulai Melunak, Kini ‘Ngarep’ Bisa Nego soal Tarif dengan China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali mencapai puncaknya, Presiden Donald Trump ‘melunak’ dan menyatakan tetap optimistis bahwa kedua negara masih bisa mencapai kesepakatan tarif.

    Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam konferensi pers, hanya beberapa jam setelah Tiongkok menaikkan tarif atas produk-produk asal AS menjadi 125%, dari sebelumnya 84%.

    Langkah terbaru Beijing ini merupakan bentuk retaliasi paling tajam sejauh ini terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun eskalasi ini meningkatkan ketegangan, Gedung Putih menegaskan bahwa pintu negosiasi tetap terbuka.

    “Presiden telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa beliau terbuka untuk mencapai kesepakatan dengan China,” ujar Leavitt, dikutip dari Fox Business. “Presiden sangat optimistis bahwa kesepakatan dapat tercapai.”

    Menurut Leavitt, Trump siap memberikan sikap terbuka dan ramah jika Beijing bersedia menyusun langkah konkret menuju kompromi dagang. Namun, ia juga menekankan bahwa langkah balasan yang terus berlanjut dari pihak China tidak akan menguntungkan mereka sendiri.

    “Presiden … akan bersikap bijak jika China berniat membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat. Namun, jika China terus melakukan retaliasi, itu bukan langkah yang baik bagi China,” lanjutnya.

    “Amerika Serikat adalah ekonomi terkuat dan terbaik di dunia, seperti yang terbukti dari lebih dari 75 negara yang langsung menghubungi pemerintahan ini untuk menjalin kesepakatan yang menguntungkan.”

    Leavitt menambahkan bahwa tujuan utama Presiden Trump adalah memperjuangkan kepentingan rakyat Amerika dan menciptakan praktik perdagangan yang adil di seluruh dunia.

    Ketika ditanya apakah Trump menunggu langkah pertama dari China dalam pembicaraan dagang ini, Leavitt menolak memberikan pernyataan spesifik.

    “Saya tidak akan mengomentari komunikasi yang sedang atau mungkin tidak sedang berlangsung,” katanya.

    Namun demikian, ia menegaskan bahwa tim keamanan nasional AS siap untuk memfasilitasi dimulainya diskusi bilateral antara kedua negara. Leavitt juga menjanjikan bahwa pihak Gedung Putih akan menyampaikan perkembangan terbaru secara terbuka.

    “Seperti biasa, demi keterbukaan, kami akan memberikan pembaruan seiring dengan berjalannya proses ini,” ucapnya.

    Ketegangan antara AS dan China terkait tarif impor telah berlangsung sejak masa jabatan pertama Presiden Trump, dan semakin membara dalam beberapa bulan terakhir setelah ia menerapkan tarif timbal balik yang menyasar produk-produk China dengan tarif hingga 145%. Langkah itu menuai kekhawatiran global atas dampak terhadap rantai pasok internasional dan stabilitas ekonomi.

    Sementara itu, berbagai negara lain juga tengah berupaya menavigasi ketidakpastian perdagangan global dengan memperkuat diplomasi ekonomi mereka. Namun bagi pemerintahan Trump, tekanan terhadap China tampaknya merupakan bagian dari strategi lebih luas untuk memaksa perubahan dalam praktik dagang yang dianggap tidak adil.

    (luc/luc)

  • Perundingan Nuklir Iran-AS di Oman Berakhir Positif, Sepakat Bertemu Lagi

    Perundingan Nuklir Iran-AS di Oman Berakhir Positif, Sepakat Bertemu Lagi

    Tehran

    Delegasi dari Amerika Serikat (AS) dan Iran sepakat untuk menggelar pembicaraan lanjutan pekan depan setelah menyelesaikan negosiasi nuklir secara ‘tidak langsung’ di ibu kota Oman, Muscat. Kementerian Luar Negeri Iran menggambarkan pertemuan tersebut berlangsung dalam suasana yang konstruktif dan saling menghormati.

    Dilansir Aljazeera, Minggu (13/4/2025), Utusan Khusus Steve Witkoff memimpin delegasi AS, sementara delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi. Abbas didampingi oleh wakil menteri urusan politik Majid Takht-Ravanchi, wakil menteri urusan internasional Kazem Gharibabadi, serta juru bicara Kementerian Luar Negeri Esmail Baghaei.

    Gedung Putih mengeluarkan pernyataan bahwa pembicaraan tersebut ‘positif dan konstruktif’. Kedua pihak sepakat untuk bertemu kembali pada pekan depan.

    “Isu-isu ini sangat rumit, dan komunikasi langsung yang dilakukan oleh Utusan Khusus Witkoff hari ini merupakan langkah maju untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan,” bunyi pernyataan tersebut.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dan para pejabatnya sebelumnya menegaskan bahwa pembicaraan akan dilakukan secara ‘langsung’ dan ‘dalam ruangan yang sama’, namun Teheran menekankan bahwa negosiasi akan tetap berlangsung secara tidak langsung.

    Editor diplomatik Al Jazeera, James Bays, mengutip sumber yang dekat dengan proses negosiasi, menyebut bahwa kedua pihak diminta untuk menyiapkan dokumen posisi yang merinci area-area yang dianggap penting untuk dibahas serta garis merah mereka masing-masing.

    Sesaat sebelum pembicaraan dimulai, Presiden AS Donald Trump kembali memperingatkan Teheran mengenai kemungkinan aksi militer jika kesepakatan tidak tercapai.

    “Saya ingin mereka tidak memiliki senjata nuklir. Saya ingin Iran menjadi negara yang luar biasa, hebat, dan bahagia, tetapi mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir,” kata Trump kepada wartawan di atas pesawat Air Force One dalam perjalanannya menuju Florida pada Jumat malam.

    “Kami telah sangat jelas bahwa Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir, dan saya pikir itulah yang mendorong pertemuan ini,” kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada hari Kamis.

    (knv/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hadapi Tarif 32%, Taiwan Mulai Negosiasi dengan AS – Page 3

    Hadapi Tarif 32%, Taiwan Mulai Negosiasi dengan AS – Page 3

    Sebelumnya, ponsel pintar dan komputer termasuk di antara banyak perangkat dan komponen teknologi yang akan dikecualikan dari tarif timbal balik atau resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal itu berdasarkan panduan baru dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

    Mengutip CNBC, Sabtu (12/4/2025), panduan tersebut yang dikeluarkan pada Jumat malam waktu setempat muncul setelah Trump awal bulan ini mengenakan tarif 145% pada produk dari China. Hal ini langkah yang mengancam akan merugikan raksasa teknologi seperti Apple yang membuat iPhone dan sebagian besar produk lainnya di China.

    Panduan tersebut juga mencakup pengecualian untuk perangkat dan komponen elektronik lainnya, termasuk semikonduktor, sel surya, layar TV panel datar, flash drive, dan kartu memori.

    Produk-produk ini pada akhirnya dapat dikenakan bea tambahan, tetapi kemungkinan besar akan jauh lebih rendah daripada tarif 145% yang diberlakukan Trump pada barang-barang dari Tiongkok.

    Pengecualian tersebut merupakan kemenangan bagi perusahaan teknologi seperti Apple, yang membuat sebagian besar produknya di China. Negara tersebut memproduksi 80% iPad dan lebih dari setengah komputer Mac yang diproduksi, menurut Evercore ISI.

    “Ini adalah skenario impian bagi para investor teknologi,” kata Kepala Riset Wedbush Securities, Dan Ives, kepada CNBC.

    “Ponsel pintar dan chip yang dikecualikan merupakan skenario pengubah permainan dalam hal tarif China.”

    Ia menambahkan, tarif telah menjadi “awan hitam bagi teknologi sejak hari pembebasan, karena tidak ada sektor yang akan lebih dirugikan daripada teknologi besar.”

    “Saya pikir pada akhirnya para CEO teknologi besar berbicara dengan lantang, dan Gedung Putih harus memahami dan mendengarkan situasi bahwa ini akan menjadi bencana bagi teknologi besar jika diterapkan,” kata Ives.

    Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar CNBC.

  • Trump Bebaskan Smartphone dan Chip dari Tarif Impor China, Apple hingga Nvidia Akhirnya Nafas Lega? – Page 3

    Trump Bebaskan Smartphone dan Chip dari Tarif Impor China, Apple hingga Nvidia Akhirnya Nafas Lega? – Page 3

    Sejumlah analis teknologi menyambut keputusan ini sebagai agin segar para investor, khususnya di bidang teknologi. Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, mengatakan, langkah ini sebagai “skenario impian” bagi sektor teknologi.

    “Ponsel pintar dan chip yang dikecualikan merupakan skenario pengubah permainan dalam hal tarif China,” tulis Dan Ives di akun X pribadinya.

    Pihak Gedung Putih menjelaskan, pengecualian ini bukan berarti melemahkan kebijakan kemandirian teknologi, melainkan sebagai masa transisi.

    “Presiden Trump telah menegaskan, Amerika tidak dapat bergantung pada Tiongkok untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, telepon pintar, dan laptop,” ujar Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataan resmi.

    Ia juga menambahkan, perusahaan-perusahaan teknologi telah didorong untuk segera memindahkan lini produksinya ke dalam negeri.

  • Apple-NVIDIA Bisa Napas, Smartphone-Chip dari China Tak Kena Tarif 145%

    Apple-NVIDIA Bisa Napas, Smartphone-Chip dari China Tak Kena Tarif 145%

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Donald Trump memberikan pengecualian dari tarif resiprokal atau “tarif balasan” 145% untuk produk smartphone, barang elektronik, hingga chip yang diimpor dari China. 

    Keputusan itu memberikan angin segar bagi perusahaan teknologi seperti Apple, Dell, dan NVIDIA yang bergantung pada produk impor, terutama dari China dan Taiwan. 

    Dilansir dari Reuters pada Minggu (13/4/2025), Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menerbitkan daftar kode tarif yang dikecualikan dari pajak impor. Pengecualian ini berlaku surut hingga 5 April 2025 pukul 12:01 pagi EDT (0401 GMT). 

    CBP AS mencantumkan 20 kategori produk, termasuk kode 8471 yang luas untuk semua komputer, laptop, drive disk, dan pemrosesan data otomatis. Daftar tersebut juga mencakup perangkat semikonduktor, peralatan, chip memori, dan layar panel datar.

    Pemberitahuan tersebut tidak memberikan penjelasan atas langkah tersebut, tetapi pengecualian pada tengah malam itu memberikan kelegaan bagi perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Dell Technologies, dan banyak importir lainnya.

    Tindakan Trump juga mengecualikan barang-barang elektronik tertentu dari tarif “dasar” 10% untuk barang-barang dari sebagian besar negara selain China, mengurangi biaya impor untuk semikonduktor dari Taiwan dan iPhone yang diproduksi di India.

    Analis Wedbush Securities Dan Ives menyebut pengumuman tersebut sebagai berita paling bullish yang bisa didengar akhir pekan ini.

    “Masih ada ketidakpastian dan volatilitas yang jelas di depan dengan negosiasi-negosiasi China ini. Namun, erusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Nvidia, Microsoft, dan industri teknologi yang lebih luas dapat bernapas lega pada akhir pekan ini hingga hari Senin,” kata Ives dikutip dari Reuters. 

    Banyak CEO perusahaan teknologi telah merangkul Trump saat ia memulai masa jabatan keduanya, menghadiri pelantikannya pada tanggal 20 Januari 2024 di Washington DC dan merayakannya bersama Trump.

    CEO Apple Tim Cook bahkan menjadi tuan rumah pesta pra-pelantikan dan mengunjungi Trump di rumahnya di Florida.

    Pengecualian produk impor China hanya berlaku untuk tarif resiprokal, yang naik menjadi 125% minggu ini, menurut seorang pejabat Gedung Putih. Bea masuk 20% sebelumnya yang diberlakukan Trump untuk semua impor China, yang menurutnya, terkait dengan krisis fentanil AS tetap berlaku.
    Namun, pejabat tersebut mengatakan bahwa Trump akan segera meluncurkan investigasi perdagangan keamanan nasional baru terhadap semikonduktor yang dapat mengarah pada tarif baru lainnya.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Trump telah menjelaskan bahwa AS tidak dapat bergantung pada China untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, ponsel pintar, dan laptop.
    Namun dia mengatakan bahwa atas arahan Trump, perusahaan teknologi besar, termasuk Apple dan pembuat chip Nvidia dan Taiwan Semiconductor.

    “Mereka harus bergegas untuk melakukan produksi di Amerika Serikat sesegera mungkin,” ujarnya. 

  • Di balik mencla-mencle DonaldTrump dalam perang tarif

    Di balik mencla-mencle DonaldTrump dalam perang tarif

    Dia (Trump) juga menghadapi bayangan mengerikan dari fakta bahwa investor kini tak ragu mencampakkan US Treasury.

    Jakarta (ANTARA) – Obligasi atau surat utang adalah sertifikat yang menunjukkan pemiliknya telah meminjamkan uang kepada peminjam tertentu yang akan dibayar kembali pada periode tertentu.

    Seperti perusahaan menerbitkan obligasi untuk meminjam uang, pemerintah pun menerbitkan surat utang guna membayar investasi dan pengeluaran-pengeluaran lain.

    Investor akan mendapatkan yield atau imbal hasil, yang kasarnya adalah jumlah uang sebagai bunga untuk obligasi yang dimilikinya.

    Obligasi merupakan safe haven atau instrumen investasi teraman ketika produk-produk investasi lain bergolak karena banyak faktor.

    Di antara obligasi yang dianggap paling aman dan paling dipercaya investor global, adalah surat utang pemerintah AS atau “US Treasury”, karena dijamin oleh sebuah perekonomian terbesar di dunia.

    Ketika terjadi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, investor biasanya meninggalkan aset-aset berisiko seperti saham untuk mereka alihkan ke obligasi, khususnya “US Treasury”.

    Ketika kecenderungan itu terjadi, yield turun. Tapi belakangan hari ini, pergerakan yield US Treasury malah menolak keumuman.

    Terutama sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump melancarkan perang tarif ke banyak negara, US Treasury menunjukkan perilaku ganjil. Bukannya turun, malah naik.

    Trump pada awalnya percaya pasar obligasi bakal tenang. Ternyata, Trump salah menaksir reaksi pasar, karena yang terjadi kemudian perang tarif justru memicu kekhawatiran resesi di AS.

    Ini karena tarif impor yang besar kepada puluhan negara yang juga eksportir ke AS, seketika menaikkan harga barang di AS, yang sudah sangat tergantung kepada impor, sehingga inflasi pun meninggi. Dalam kata lain, prakarsa tarif Trump malah meminta tumbal dari pasar dan konsumen domestik AS.

    Kekhawatiran resesi juga membuat investor menjadi ragu mengutangi pemerintah AS, sehingga minat memiliki US Treasury pun berkurang. Mereka tak lagi menganggap US Treasury aman dan terpercaya, melainkan instrumen asset yang berisiko tinggi.

    “Jika US Treasury bukan lagi tempat aman untuk menyimpan uang kita, di mana lagi kita harus menyimpan uang kita? Apakah ada obligasi lain yang lebih likuid?”, kata Brian Rehling, kepala strategi pendapatan tetap Wells Fargo Investment Institute, seperti dikutip AP.

    Perang dagang berkepanjangan antara AS dan China, yang berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi global dan menciptakan resesi, membuat risiko itu bertambah tinggi.

    Maka, yang terjadi kemudian adalah aksi jual US Treasury malah membesar.

    Tak ragu campakkan US Treasury

    Ada dugaan Jepang dan China, yang menjadi dua negara asing pemilik terbesar US Treasury, melepas obligasi pemerintah AS itu sebagai balasan atas tarif yang dijatuhkan Trump kepada mereka.

    Akibat aksi jual yang masif itu, nilai US Treasury turun dan sebaliknya, yield-nya naik, sehingga utang pemerintah AS mendatang menjadi lebih mahal untuk diterbitkan.

    Fakta pasar obligasi pemerintah AS yang senilai 29 triliun dolar AS itu merupakan fondasi sistem keuangan global dan AS, membuat tekanan jual yang besar pada obligasi berpengaruh buruk ke semua sendi perekonomian AS, termasuk perbankan.

    Jika bank tertular demam risiko investasi yang meninggi, maka mereka berisiko gagal bayar untuk kemudian membawa AS ke krisis keuangan.

    Akibat lebih jauhnya adalah kewajiban AS untuk membayar bunga menjadi lebih tinggi daripada utangnya sendiri.

    Dengan demikian, alih-alih memangkas defisit, tarif malah memicu defisit anggaran yang besar yang membuat utang pemerintah makin menggunung hingga berisiko gagal bayar.

    Hal yang juga muncul dari perang tarif adalah performa dolar AS yang tergerus. Mengapa? Karena, defisit perdagangan AS yang terpangkas oleh tarif impor ke sejumlah negara, khususnya China, justru mengurangi kebutuhan negara-negara untuk memarkir cadangan devisa mereka dalam aset berdenominasi dolar AS.

    Semua skenario itu sangat mengganggu pikiran investor, pebisnis, politisi dan elemen-elemen pemerintahan Presiden Trump.

    Kekhawatiran itulah yang diyakini sebagai alasan sebenarnya di balik keputusan Trump mengurangi tarif ke sejumlah negara menjadi flat 10 persen dan pelaksanaan tarif ditunda sampai 90 hari ke depan.

    Trump sesumbar dia melakukan hal itu karena banyak pemimpin dunia menghubunginya untuk menegosiasi ulang perdagangan dengan AS. Tapi, sejumlah media massa di AS dengan mengutip sejumlah sumber Gedung Putih, mengungkapkan fakta lain bahwa kekhawatiran akibat tekanan jual US Treasury yang semakin luas yang membuat Trump berubah pikiran.

    Trump memang berhasil menenangkan pasar, tapi sepertinya itu untuk sementara waktu. Dia juga menghadapi bayangan mengerikan dari fakta bahwa investor kini tak ragu mencampakkan US Treasury.

    Menurut laporan AP, yield obligasi bertenor 10 tahun masih 4,01 persen pada pekan lalu. Tapi sampai Jumat pekan ini telah melonjak menjadi 4,58 persen.

    Bagi pasar obligasi yang pergerakannya diukur dalam basis seperseratus poin persentase, pergerakan yield seperti itu sudah teramat besar yang semestinya mengusik banyak sistem kebijakan.

    Tak akan segera sirna

    Jika hal itu dibiarkan, akan fatal akibatnya terhadap rakyat biasa, karena salah satunya bisa menaikkan bunga pinjaman, termasuk kredit kepemilikan rumah dan kendaraan.

    Ini karena bank atau lembaga bisnis yang memanfaatkan pasar obligasi untuk pendanaan, akan dipaksa meneruskan beban kenaikan yield kepada konsumen.

    Jika pun tak melakukan hal itu, mereka akan dipaksa memangkas lapangan kerja. Sungguh dua pilihan yang sama buruknya untuk rakyat biasa.

    Sayang, kecenderungan seperti ini tampaknya belum akan segera sirna, apalagi China terus meladeni tantangan perang dagang dari AS.

    Menteri Keuangan Scott Bessent mengakui tekanan akibat kecenderungan aneh di pasar obligasi.

    Bessent yang sebelum menjadi menteri adalah manajer hedge fund yang tahu luar dalam pasar obligasi, menuding investor meminjam terlalu banyak sehingga pasar obligasi bergerak liar.

    Ada yang bilang China sengaja mengurangi kepemilikan US Treasury sebagai balasan atas serangan tarif dari Trump kepada negara itu. Namun, analisis itu terlalu spekulatif karena dengan menjual US Treasury, sama saja bunuh diri untuk China..

    Mengingat menjual US Treasury pada dasarnya menukarkan dolar AS dengan yuan, maka melepas US Treasury sama artinya membiarkan yuan terapresiasi, yang akibatnya buruk bagi ekspor China.

    Sementara itu di Inggris, orang-orang mengaitkan pergerakan aneh di pasar obligasi AS itu dengan reaksi pasar obligasi di Inggris pada 2022, ketika pasar menanggapi kebijakan fiskal dan anggaran yang dikeluarkan PM Inggris saat itu, Liz Truss.

    Reaksi buruk pasar membuat pasar obligasi Inggris jatuh untuk kemudian meruntuhkan kepercayaan investor kepada perekonomian Inggris, sehingga bayangan krisis pun terlihat jelas.

    Inggris lalu bertindak cepat mematikan pangkal masalah, dengan menjatuhkan Liz Truss dari posisi perdana menteri. Truss pun menjadi kepala pemerintahan paling singkat di Inggris, karena hanya menjabat 49 hari.

    Banyak kalangan, termasuk di AS, yang mengkhawatirkan nasib Truss yang “dijatuhkan” oleh pasar obligasi, bisa dialami pula oleh Trump.

    Trump sendiri tak mau dijadikan biang keladi tunggal seperti Inggris menuding Lizz Truss, jika semua gonjang ganjing akibat perang tarif membesar untuk kemudian menciptakan resesi seperti dibayangkan para ekonom. Dia akan cepat bergerak sehingga kecil kemungkinan akan bernasib seperti Lizz Truss.

    Namun, Trump akan terus menghadapi masalah-masalah besar yang tak dia harapkan, yang akan kian membesar seiring sikap keras beberapa negara, terutama China, yang terus meladeni manuver perang tarif Trump.

    Copyright © ANTARA 2025

  • Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Daftar Barang Elektronik Ini Dikecualikan dari Tarif Impor Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintahan Donald Trump akan mengecualikan produk elektronik dan laptop dari tarif impor balasan. Keputusan ini akan memberikan keuntungan bagi raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung, serta produsen cip seperti Nvidia, dan diprediksi akan mendorong reli saham teknologi saat perdagangan saham Amerika Serikat (AS) dibuka kembali pada Senin (14/4/2025).

    Dikutip dari AP, Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menyatakan perangkat seperti smartphone, laptop, hard drive, monitor panel datar, dan beberapa jenis cip akan dikecualikan dari tarif impor Trump. Mesin pembuat semikonduktor juga termasuk dalam pengecualian tersebut. Artinya, produk-produk tersebut tidak akan dikenakan tarif 145% yang diberlakukan terhadap China, maupun tarif dasar 10% terhadap negara lain.

    Keputusan ini merupakan perubahan terbaru dalam kebijakan tarif pemerintahan Trump, yang sebelumnya telah beberapa kali melakukan pembalikan arah dalam rencana besar mereka untuk mengenakan tarif atas barang dari berbagai negara.

    Pengecualian ini mencerminkan pengakuan Trump bahwa tarif terhadap Tiongkok tidak akan secara signifikan mengalihkan manufaktur smartphone, komputer, dan perangkat lainnya ke AS dalam waktu dekat. Padahal sebelumnya, pemerintah memperkirakan perang dagang akan mendorong Apple memproduksi iPhone di AS untuk pertama kalinya.

    Namun, skenario tersebut dianggap tidak realistis mengingat Apple telah membangun rantai pasokan yang sangat kompleks di Tiongkok selama beberapa dekade. Membangun pabrik baru di AS akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan investasi miliaran dolar, serta bisa membuat harga iPhone melonjak hingga tiga kali lipat.

    Langkah ini sejalan dengan harapan industri teknologi ketika tokoh-tokoh besar seperti CEO Apple Tim Cook, CEO Tesla Elon Musk, CEO Google Sundar Pichai, pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan pendiri Amazon Jeff Bezos tampil mendukung Trump dalam pelantikannya pada 20 Januari lalu.

    Dukungan kolektif tersebut mencerminkan harapan bahwa Trump akan lebih berpihak pada industri dibanding pemerintahan Joe Biden, dan dapat mendorong pertumbuhan industri teknologi yang sudah berkembang pesat.

    Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Sabtu (13/4/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt tidak secara langsung menanggapi pengecualian tarif impor Trump tersebut, tetapi menegaskan bahwa pemerintahan tetap berkomitmen mendorong perusahaan teknologi untuk memindahkan manufaktur ke AS.

  • 5 Jam Donald Trump Diperiksa Kesehatannya di Rumah Sakit Militer AS – Halaman all

    5 Jam Donald Trump Diperiksa Kesehatannya di Rumah Sakit Militer AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON –  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjalani pemeriksaan kesehatan pada Jumat (11/4/2025) waktu AS.

    Trump sekarang berusia 78 tahun.

    Dia adalah presiden AS tertua yang dilantik jadi orang nomor satu di negara itu pada Januari 2025 lalu.

    Trump menghabiskan hampir lima jam diperiksa kesehatannya di rumah sakit militer AS, Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed AS.

    “Saya berada di sana untuk waktu yang lama,” kata Trump usai pemeriksaan kesehatan. 

    “Saya pikir saya melakukannya dengan sangat baik.”

    Trump akhir-akhir ini jadi sorotan publik setelah keputusannya memberlakukan tarif impor tinggi ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

    Rahasiakan kesehatan

    Trump selama ini kerap  merahasiakan fakta-fakta dasar tentang kesehatannya sendiri, berusaha menghindari transparansi informasi mengenai kesehatan presiden.

    Namun dia yakin laporan dokter tentang pemeriksaan fisik terakhirnya akan tuntas hari ini.

    Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan hasil pemeriksaan kesehataan Trump akan dilis “secepat mungkin” dan mengisyaratkan hasilnya akan menyeluruh.

    Trump langsung ke Air Force One untuk terbang ke Florida usai menjalani pemeriksaan kesehatan.

    Gaya hidupnya disorot dokter

    Berbicara kepada wartawan di tengah penerbangan, ia mengatakan dokter memberinya “sedikit” saran tentang perubahan gaya hidup yang dapat meningkatkan kesehatannya.

    Meskipun ia tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksudkannya.

    “Secara keseluruhan, saya merasa dalam kondisi yang sangat baik. Hati yang baik, jiwa yang baik, jiwa yang sangat baik,” kata Trump.

    Dia mengaku mengikuti tes kognitif.

    “Saya tidak tahu harus berkata apa selain bahwa saya menjawab semua dengan benar,” katanya.

    Ia mengatakan menjalani pemeriksaan ketajaman mental adalah “apa yang diinginkan rakyat Amerika” dan melontarkan sindiran lain kepada presiden pendahulunya,.

    “(Joe) Biden menolak untuk melakukannya.”

    Pernah Disindir Kesehatannya

    Anggota DPR dari Texas Ronny Jackson pernah menyindir kesehatan Trump.

    Dia mengatakan bahwa Trump dapat hidup hingga usia 200 tahun jika  memiliki pola makan yang lebih sehat.

    Dalam wawancara berikutnya dengan CBS bulan Agustus lalu, Trump mengatakan dia akan “dengan senang hati” merilis catatan medisnya, tetapi tidak pernah melakukannya.

    Trump tiga tahun lebih muda dari Presiden AS sebelumnya Joe Biden. 

    Namun, pada Hari Pelantikan masa jabatan keduanya di bulan Januari, Trump lima bulan lebih tua dari Biden saat pelantikannya tahun 2021 menjadikan Trump presiden tertua di AS yang dilantik.

    Presiden memiliki hak privasi untuk melindungi catatan medis mereka seperti halnya warga negara biasa, dan itu berarti mereka memiliki keleluasaan atas rincian apa yang boleh dirilis.

    Namun, pemeriksaan fisik tahunan modern sering kali memainkan peran penting dalam memberikan gambaran kepada publik tentang kesehatan panglima tertinggi di AS.

    Trump telah lama memilih untuk tidak memberikan banyak rincian substantif tentang kesehatannya.

    Riwayat sakit Trump

    Trump  pernah dirawat di Walter Reed, yang berlokasi di Bethesda, Maryland, di luar Washington, karena penyakit serius yang dideritanya akibat virus corona pada tahun 2020.

    Selama masa itu, dokter Trump memberikan prognosis yang cerah mengenai kondisinya, meskipun kepala staf Gedung Putih Mark Meadows mengatakan beberapa tanda vital Trump “sangat mengkhawatirkan.”

    Setelah Trump pulih, lebih banyak rincian terungkap bahwa ia lebih sakit daripada yang diakuinya.

    Sementara itu, pada bulan November 2019, perjalanan Trump ke Walter Reed untuk pemeriksaan fisik dihilangkan dari jadwal publiknya, melanggar protokol Gedung Putih untuk memberikan pemberitahuan publik terlebih dahulu tentang hal itu.

    Kunjungan itu terungkap tiga hari kemudian, dengan Trump mengungkapkan bahwa ia telah menjalani “pemeriksaan fisik rutin.”

    Bisa dibilang, komentar Trump yang paling terkenal tentang kesehatannya sendiri muncul dalam sebuah wawancara televisi pada bulan Juli 2020, ketika ia menyebutkan “Orang. Wanita. Pria. Kamera. TV” saat mencoba menunjukkan kemampuan kognitifnya.

    Sumber: Associated Press

     

  • Perang Dagang AS Vs China: Trump Mulai Goyah, Apple Cs Bernapas Lega?

    Perang Dagang AS Vs China: Trump Mulai Goyah, Apple Cs Bernapas Lega?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah tekanan pasar yang melonjak dan kekhawatiran mendalam dari industri teknologi, pemerintahan Presiden Donald Trump akhirnya mengumumkan pengecualian sejumlah produk elektronik – termasuk smartphone, komputer, dan komponen teknologi penting lainnya – dari tarif balasan atau resiprokal yang diberlakukan terhadap barang impor asal China.

    Kebijakan ini diungkapkan melalui panduan resmi yang dirilis U.S. Customs and Border Protection (CBP) pada Jumat (11/4/2025) malam waktu setempat. Panduan tersebut memberikan kejelasan bahwa 20 kategori produk elektronik tidak akan dikenakan tarif 145% yang sebelumnya diumumkan sebagai bagian dari kebijakan dagang Trump terhadap China.

    Produk-produk tersebut juga bebas dari tarif dasar 10% untuk negara lain, meskipun tarif 20% atas semua barang China tetap berlaku.

    Langkah ini merupakan angin segar bagi raksasa teknologi seperti Apple, yang memproduksi mayoritas produknya di China. Menurut analis dari Evercore ISI, sekitar 80% iPad dan lebih dari separuh Mac komputer diproduksi di China.

    Tanpa pengecualian ini, harga konsumen untuk produk Apple seperti iPhone diperkirakan bisa melonjak hingga USD 3.500 menurut beberapa estimasi.

    Kush Desai, Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, mengatakan bahwa keputusan pengecualian ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Presiden Trump untuk mendorong relokasi produksi ke dalam negeri.

    “Presiden Trump telah menegaskan bahwa Amerika tidak bisa lagi bergantung pada China untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop,” kata Desai dalam pernyataannya, Sabtu (12/4/2025) waktu setempat, dilansir CNBC International.

    “Atas arahan Presiden, perusahaan-perusahaan ini sekarang bergegas untuk memindahkan manufakturnya ke Amerika Serikat secepat mungkin.”

    Trump sebelumnya pada awal bulan ini memicu gejolak pasar setelah mengumumkan tarif balasan hingga 145% terhadap barang-barang impor dari China, kebijakan yang dianggap sebagai ancaman serius terhadap rantai pasok global di sektor teknologi.

    Namun, gelombang reaksi dari pelaku industri dan pasar finansial membuat Gedung Putih menyesuaikan langkah. Tarif yang diumumkan kemudian disusul dengan pengecualian untuk sektor teknologi, memberikan sinyal bahwa pemerintah mempertimbangkan tekanan dari dunia usaha dan dampaknya terhadap investor.

    Analis Wall Street menyambut langkah ini dengan lega. Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, menyebut pengecualian ini sebagai “game changer”.

    “Ini adalah skenario impian bagi investor teknologi,” kata Ives kepada CNBC. “Pengecualian terhadap smartphone dan chip benar-benar mengubah permainan dalam konteks tarif terhadap China.”

    Ives menambahkan, “Tarif ini sebelumnya seperti awan hitam yang menggantung di atas sektor teknologi sejak Hari Liberasi diumumkan. Tak ada sektor yang akan lebih terpukul dibanding teknologi besar.”

    Ia menyebutkan bahwa para CEO perusahaan teknologi besar “berbicara dengan keras” dan akhirnya “Gedung Putih harus mendengarkan bahwa jika diterapkan, ini akan jadi Armageddon bagi sektor teknologi.”

    Sejak pengumuman tarif besar Trump, nilai pasar Apple anjlok lebih dari US$ 640 miliar. Saham-saham teknologi dan indeks pasar utama mengalami tekanan besar, dengan S&P 500 turun lebih dari 5% hingga penutupan Jumat lalu.

    Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun melonjak lebih dari 50 basis poin dalam seminggu – salah satu lonjakan terbesar yang pernah tercatat – akibat volatilitas tinggi dan kekhawatiran investor akan arah kebijakan perdagangan AS.

    Analis menyebutkan bahwa gejolak di pasar obligasi ini mungkin ikut mendorong Gedung Putih melakukan beberapa pembalikan kebijakan, termasuk penangguhan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara dan pengenaan tarif universal sebesar 10%, kecuali China yang tetap dikenai tarif lebih tinggi.

    Sesuai panduan CBP, pengecualian tarif ini berlaku surut untuk barang-barang yang telah dikirim dari gudang per tanggal 5 April 2025. Hal ini memberikan kepastian dan ruang perencanaan keuangan bagi para importir AS yang bertanggung jawab membayar tarif setelah barang sampai di pelabuhan dan diproses Bea Cukai.

     

    (luc/luc)