Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Trump Bakal Lepas Tangan Mediasi Perang Rusia-Ukraina Jika Tak Ada Kemajuan

    Trump Bakal Lepas Tangan Mediasi Perang Rusia-Ukraina Jika Tak Ada Kemajuan

    JAKARTA — Amerika Serikat akan meninggalkan upaya untuk menengahi kesepakatan damai Rusia-Ukraina kecuali ada tanda-tanda kemajuan yang jelas dalam waktu dekat.

    “Kami ingin menyelesaikannya dengan cepat,” kata Presiden AS Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih dilansir Reuters, Sabtu, 19 April.

    “Sekarang jika karena suatu alasan salah satu dari kedua pihak mempersulitnya, kami akan berkata, ‘kalian bodoh, kalian tolol, kalian orang-orang jahat, dan kami akan bersikap lunak. Namun, mudah-mudahan kami tidak perlu melakukan itu,” tegas Trump.

    Pernyataan Trump tersebut menyusul komentar Menteri Luar Negeri AS Marco yang mengatakan kedua pihak hanya punya waktu beberapa hari untuk menunjukkan kemajuan atau Washington akan menyerah.

    “Kami tidak akan melanjutkan usaha ini selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Jadi, kami perlu segera menentukan sekarang, dan saya berbicara tentang hitungan hari, apakah ini dapat dilakukan dalam beberapa minggu ke depan,” kata Rubio di Paris setelah bertemu dengan para pemimpin Eropa dan Ukraina.

    “Jika tidak memungkinkan, jika kita begitu jauh sehingga ini tidak akan terjadi, maka saya pikir presiden mungkin sudah pada titik di mana ia akan berkata, ‘baiklah, kita sudah selesai’,” sambung Menlu AS.

    Sementara Trump, ketika ditanya, menolak untuk menetapkan batas waktu tertentu untuk berapa lama ia bersedia menunggu.

    “Marco benar mengatakan kami ingin melihatnya berakhir,” kata Trump.

    Ketika ditanya apakah Presiden Rusia Vladimir Putin menunda-nunda, Trump menjawab: “Saya harap tidak.”

    Selama beberapa minggu terakhir, pejabat Trump secara pribadi mengakui bahwa peluang tercapainya kesepakatan damai yang cepat di Ukraina semakin sulit diraih.

    Pernyataan Rubio, kata tiga diplomat Eropa, mencerminkan meningkatnya rasa frustrasi di Gedung Putih atas keengganan Rusia untuk mengakhiri perang.

    Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan beberapa kemajuan dalam penyelesaian damai telah dicapai tetapi kontak dengan Washington sulit dilakukan.

    Ia mengatakan Rusia berusaha keras untuk menyelesaikan konflik sambil memastikan kepentingannya sendiri. Moskow tetap terbuka untuk berdialog dengan Amerika Serikat.

    Pejabat AS juga merasa frustrasi dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyyy minggu ini, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, “menyebarkan narasi Rusia,” dan mengatakan hal itu tidak membantu proses tersebut, kata seorang pejabat AS.

  • Trump Tawarkan Damai ke Xi Jinping usai Ancam Tarif 245 Persen, Akankah Perang Dagang Berakhir? – Halaman all

    Trump Tawarkan Damai ke Xi Jinping usai Ancam Tarif 245 Persen, Akankah Perang Dagang Berakhir? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan ujung dari perang dagang antara AS dan Tiongkok.

    Ia berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam tiga hingga empat minggu ke depan.

    “Saya percaya akan memiliki kesepakatan dengan Tiongkok,” kata Trump saat penandatanganan perintah eksekutif bersama Menteri Perdagangan Howard Lutnick di Gedung Putih, dikutip dari Investing.com, Sabtu (19/4/2025).

    “Saya pikir kami memiliki banyak waktu,” lanjutnya.

    Trump tidak menyebut apakah Xi Jinping juga telah mengambil langkah serupa untuk mengakhiri perang tarif.

    Pernyataan ini menjadi sinyal pertama adanya potensi kesepakatan sejak Trump mengenakan tarif tinggi terhadap barang impor dari Tiongkok.

    Menurut Nick Vyas dari USC Marshall, perang dagang ini adalah “permainan siapa yang akan berkedip lebih dulu” antara dua kekuatan ekonomi dunia.

    “Tiongkok merasa memiliki semua kartu untuk terus bertahan,” ungkap Vyas.

    “Sementara Trump merasa memiliki kekuatan karena Amerika lebih banyak mengimpor dari Tiongkok dibanding sebaliknya,” ujarnya.

    Strategi Trump atau Ancaman Global?

    Perang dagang memanas setelah Gedung Putih mengumumkan potensi tarif impor hingga 245 persen untuk barang-barang dari Tiongkok.

    Lembar fakta yang dirilis Gedung Putih pada Selasa (15/4/2025) menyebutkan angka tersebut sebagai kombinasi dari tarif sebelumnya dan yang baru, termasuk tarif timbal balik, tarif fentanil, dan tarif berdasarkan Pasal 301.

    Gedung Putih mengatakan tarif maksimum itu ditujukan untuk produk-produk tertentu, seperti kendaraan listrik, yang sejak era Biden sudah terkena tarif 100 persen.

    Dikutip dari Newsweek, strategi ini bertujuan mengurangi ketergantungan AS terhadap impor dari Tiongkok dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

    Kebijakan ini meningkatkan biaya produksi di AS, mengganggu rantai pasokan global, dan mendorong konsumen menghadapi harga lebih tinggi.

    Perang Tarif dan Ancaman Resesi Global

    Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan global tahun 2025 akan turun 0,2 persen, atau hampir tiga poin lebih rendah dari skenario tarif rendah.

    Jika eskalasi berlanjut, WTO memperingatkan penurunan perdagangan barang global hingga 1,5 persen dan kerugian besar bagi negara-negara berkembang.

    Kantor PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global dari 2,5 persen menjadi 2,3 persen—level yang sering dikaitkan dengan awal resesi global.

    Trump menyebut tarif ini merupakan respons atas pembatasan ekspor elemen tanah jarang dan mineral penting dari Tiongkok, seperti galium, germanium dan antimon.

    Menurut Times of India, Washington menganggap langkah Beijing sebagai ancaman terhadap industri strategis AS, termasuk pertahanan, kendaraan listrik, dan semikonduktor.

    Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengarahkan investigasi apakah impor tanah jarang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.

    “Mineral-mineral penting ini adalah tulang punggung pertahanan dan ketahanan ekonomi AS,” kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

    AS hanya memiliki satu tambang tanah jarang aktif, sementara Tiongkok menguasai 92 persen kapasitas pemrosesan global untuk material tersebut.

    Respons Tiongkok

    Menanggapi ancaman tarif dari Trump, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menegaskan bahwa China akan terus melindungi hak dan kepentingannya.

    “China tidak mau berperang dan juga tidak takut berperang,” ujarnya seperti dikutip dari China Daily.

    Lin mengatakan AS-lah yang memulai perang dagang dan menyebut balasan dari China adalah langkah sah untuk mempertahankan keadilan internasional.

    Ia juga meminta AS untuk menghentikan tekanan ekstrem dan mulai berdialog berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

    Pernyataan serupa juga disampaikan kepada wartawan oleh Lin, seperti dikutip RT, Kamis (17/4/2025).

    Ia memperingatkan bahwa Beijing tidak akan terintimidasi oleh ancaman AS.

    Sebagai balasan, China menaikkan tarif menjadi 145 persen untuk barang-barang AS dan menangguhkan pengiriman logam tanah jarang serta magnet yang digunakan dalam industri militer.

    Bloomberg melaporkan bahwa Beijing juga memerintahkan maskapai China untuk berhenti menerima pengiriman jet dan suku cadang Boeing.

    Trump Buka Ruang Negosiasi, tapi China Tetap Teguh

    Trump menyatakan tarif mungkin tidak akan dinaikkan lagi karena khawatir akan menurunkan daya beli konsumen.

    “Saya mungkin tidak ingin naik ke level terakhir. Bahkan mungkin ingin menurunkan tarif,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (19/4/2025).

    Trump juga menangguhkan tarif terhadap puluhan negara selama 90 hari dan membuka ruang negosiasi, termasuk dengan Indonesia.

    Beijing, meski telah membalas dengan tarif 145 persen, menyatakan tidak akan lagi bermain dalam “perang angka” dan menyiratkan bahwa tidak akan menaikkan tarif lebih tinggi lagi.

    Sementara kedua pihak menyatakan kesiapan untuk berdialog, belum ada tanda-tanda nyata bahwa kesepakatan sudah dekat.

    Trump enggan membeberkan isi negosiasi dan peran Xi Jinping dalam pembicaraan tersebut.

    Terkait isu TikTok, Trump mengatakan bahwa kesepakatan divestasi ByteDance akan ditunda sampai masalah perdagangan diselesaikan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Trump Angkat Kaki dari Perundingan Rusia-Ukraina, Muak Negosiasi Damai Tak Temukan Titik Terang – Halaman all

    Trump Angkat Kaki dari Perundingan Rusia-Ukraina, Muak Negosiasi Damai Tak Temukan Titik Terang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, Washington akan menghentikan upaya mediasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Dalam keterangan resmi yang dilansir The Guardian, Trump mengungkap rencana untuk menghentikan upaya mediasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina jika tidak ada kemajuan nyata dalam waktu dekat.

    Adapun ancaman itu dilontarkan Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio saat menggelar pertemuan pers di Gedung Putih pada Jumat (18/4/2025).

    Keduanya menyampaikan rasa frustasinya terhadap lambatnya proses negosiasi perdamaian Rusia-Ukraina.

    “Kami ingin ini selesai secepat mungkin,” tegas Trump.

    “Jika karena suatu alasan salah satu dari kedua pihak membuatnya sangat sulit, kami akan mengatakan Anda bodoh, Anda tolol, Anda orang-orang yang mengerikan,” imbuh Trump

    Sikap ini mencerminkan ketidakpuasan Trump terhadap kurangnya kemajuan dalam perundingan.

    Sebelumnya, ia telah menargetkan perayaan Paskah sebagai tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan damai dan telah menunjuk utusannya, Steve Witkoff, untuk memimpin negosiasi.

    Namun, ketegangan meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menolak untuk berkomitmen pada pembicaraan atau mempertahankan konsesi kecil, seperti penghentian serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina. ​

    Trump juga menunjukkan ketidaksenangannya terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, bahkan menyalahkannya atas berlanjutnya perang.

    Menyusul komentar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menuduh utusan khusus Trump, Steve Witkoff, menyebarkan narasi pro-Rusia. 

    Alasan tersebut yang mendorong AS murka hingga mengancam untuk menarik diri dari proses perdamaian jika tidak ada kemajuan yang jelas.

    “Kita perlu mencari tahu di sini, sekarang, dalam hitungan hari, apakah ini dapat dilakukan dalam jangka pendek, karena jika tidak, maka saya pikir kita akan terus maju,” ujar Rubio.

    Progres Perundingan Rusia-Ukraina

    Sebagai informasi Rusia dan AS telah terlibat dalam negosiasi sejak Trump menjabat pada bulan Januari.

    Kedua negara telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan tingkat tinggi, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengklaim bahwa beberapa kemajuan telah dicapai namun mengakui bahwa komunikasi dengan Washington tetap sulit.

    Kendati demikian ia menegaskan Rusia tetap terbuka untuk berdialog selama kepentingannya terjamin.

    Rusia juga mendesak Ukraina agar pihaknya mencegah masuk kehadiran NATO dan menuntut agar Kiev mengakui perbatasan baru Rusia.

    Akan tetapi Ukraina menilai semua tuntutan ini seperti dipaksa menyerah, bukan berdamai.

    Bagi Ukraina, menyerahkan wilayah ke Rusia berarti mengkhianati rakyatnya dan melemahkan kedaulatannya.

    Karena kompleksitas konflik ini menyentuh banyak lapisan, alhasil perundingan damai rusia dan ukraina sulit tercapai.

    Resiko jika AS mundur dari Perundingan Rusia-Ukraina

    Meski rencana Trump mundur dari perundingan hanyalah sebuah gertakan belaka.

    Akan tetapi jika AS memutuskan untuk mundur, prospek kesepakatan damai diprediksi akan melemah drastis.

    Ini karena belum ada negara lain yang memiliki pengaruh sekuat Washington atas Moskow dan Kyiv.

    Imbasnya Rusia mungkin akan meningkatkan serangan militernya, merasa memiliki ruang lebih luas untuk bertindak.

    Sementara Ukraina yang sangat bergantung pada dukungan militer dan intelijen dari AS, akan kehilangan daya tahan dalam jangka panjang.

    Selain itu dampak lain jika AS mundur dari perundingan, akan membuat negara sekutu mempertanyakan komitmen jangka panjang Washington terhadap aliansinya.

    Ini bisa dimanfaatkan oleh Tiongkok dan Rusia untuk membangun pengaruh di berbagai kawasan dunia, terutama Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Asia Tenggara dalam Pusaran Perang Ekonomi China-AS

    Asia Tenggara dalam Pusaran Perang Ekonomi China-AS

    Beijing

    Presiden China Xi Jinping tiba di Kamboja pada Kamis (17/04) untuk menutup rangkaian lawatannya selama sepekan di Asia Tenggara, yang mencakup kunjungan sebelumnya ke Vietnam dan Malaysia.

    Meski lawatan ini telah dijadwalkan sejak beberapa bulan lalu, waktunya sangat menguntungkan bagi Beijing, mengingat sistem perdagangan internasional saat ini tengah kacau akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Pada tanggal 2 April lalu, Trump meluncurkan serangan tarifnya dengan memberlakukan bea masuk yang cukup tinggi, yang disebutnya “tarif resiprokal”, terhadap barang-barang yang masuk ke AS dari sebagian besar mitra dagangnya, termasuk tarif 49% untuk produk dari Kamboja, 46% dari Vietnam, dan antara 20% hingga 30% dari sebagian besar negara Asia Tenggara lainnya.

    Kekacauan tarif ini telah menghantam arus perdagangan dan investasi, serta pasar keuangan. Sebagian besar negara, termasuk di Asia Tenggara, kini memprediksi perlambatan ekonomi global yang signifikan.

    Beberapa lembaga bahkan telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kawasan ini di tahun 2025.

    Tak lama setelah tarif Trump berlaku pada 9 April, presiden AS itu mengumumkan bahwa tarif-tarif baru itu akan ditangguhkan selama 90 hari, kecuali untuk China yang menghadapi tarif gabungan sebesar 145%, sembari AS menegosiasikan kesepakatan bilateral dengan tiap negara.

    Hegemoni China sebagai kekuatan yang bisa diandalkan

    Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Komunis Vietnam To Lam pada Senin (14/04), Xi mengatakan bahwa kedua negara “telah memberikan stabilitas dan kepastian yang berharga bagi dunia” di tengah “dunia yang sedang bergejolak.”

    Zachary Abuza, profesor di National War College Washington, mengatakan kepada DW bahwa Xi ingin “mengetuk pintu yang terbuka.”

    “Xi menggambarkan China, yang memiliki perdagangan lebih dari $ 980 miliar (sekitar Rp 15.900 triliun) dengan Asia Tenggara, sebagai kekuatan stabilitas ekonomi dan multilateralisme,” kata Abuza.

    “Berbeda dengan Washington, Xi menampilkan Beijing sebagai pihak yang dapat diprediksi, kooperatif, dan berkomitmen pada perdagangan serta investasi yang saling menguntungkan.”

    Selama lebih dari satu dekade, AS dan negara-negara Barat lainnya telah mencoba memproyeksikan China sebagai “kekuatan revisionis,” negara yang menyalahgunakan hukum internasional, khususnya dalam agresi mereka terhadap klaim wilayah di Laut China Selatan (LCS) dan mengacaukan perdagangan global dengan membanjiri negara-negara miskin dengan barang murah.

    Namun, akibat kebijakan ekonomi Trump yang lebih mengutamakan AS, “Xi kini berusaha menampilkan China sebagai kekuatan status quo dan AS sebagai pengacau yang tak bisa diprediksi,” kata Hunter Marston, peneliti Asia Tenggara dari Australian National University, kepada DW.

    Penuh dengan simbolisme?

    Di Vietnam, Xi menyaksikan penandatanganan 45 perjanjian kerja sama baru antara kedua negara.

    Khac Giang Nguyen, peneliti di ISEAS Yusof Ishak Institute, mengatakan kepada DW bahwa hasil paling nyata dari kunjungan Xi ke Vietnam adalah kemajuan dalam proyek jalur kereta api yang telah lama dibahas, yang menghubungkan Vietnam utara dengan China selatan.

    Selama bertahun-tahun, Hanoi dan Beijing telah membicarakan peningkatan dua jalur kereta warisan kolonial Prancis yang berusia lebih dari satu abad itu, tetapi kini kedua pihak sepakat membangun dua jalur baru yang melintasi perbatasan mereka.

    Namun, di luar kesepakatan rel itu dan sesi foto bersama, menurut Khac, tidak banyak rincian substansial yang bisa disampaikan.

    “Bahasa yang sangat umum dan keterlambatan pernyataan publik menunjukkan bahwa Hanoi, dan mungkin juga pihak lain, menolak upaya Beijing untuk membentuk narasi,” tambahnya.

    “Jadi, ini adalah kunjungan yang sarat simbolisme, tapi tidak banyak hasil konkret seperti yang disiratkan dari banyaknya perjanjian yang ditandatangani.”

    Mempercepat perdagangan bebas dengan ASEAN

    Di Malaysia, Xi juga berbicara tentang pentingnya bersatu menghadapi “guncangan terhadap tatanan global dan globalisasi ekonomi saat ini.”

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, yang memiliki hubungan kurang hangat dengan AS karena dukungan Washington terhadap Israel dalam Perang di Gaza, menyampaikan hal senada, memperingatkan tentang “kemunduran ke dalam tribalisme ekonomi.”

    Di Kuala Lumpur, Xi menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama dan menyerukan percepatan diskusi tentang perjanjian perdagangan bebas antara China dan blok ASEAN yang beranggotakan 10 negara itu. Xi mengatakan, ia ingin kesepakatan itu tercapai “secepat mungkin.”

    Tahun ini, Malaysia menjabat sebagai ketua ASEAN. “Kami berdiri bersama pemerintah China, demi kesejahteraan rakyat kami, kepentingan ekonomi nasional kami, serta pembangunan dan stabilitas negara kami secara keseluruhan,” kata PM Malaysia Anwar kepada media.

    “Sahabat Karib” dengan China

    Xi selanjutnya tiba di Kamboja, negara yang disebut sebagai “sahabat karibnya” China di kawasan ini dan berpotensi paling terdampak oleh tarif Trump.

    Hampir dua perlima dari ekspor Kamboja, yang sebagian besar berupa produk garmen, dibeli oleh AS, menurut data pemerintah Kamboja.

    Namun, China adalah salah satu mitra dagang terbesar Kamboja juga, dengan nilai perdagangan bilateral melampaui $ 15 miliar (sekitar Rp 243 triliun) pada 2024 dan mencakup hampir 30% dari total volume perdagangan negara tersebut. China juga menyumbang lebih dari separuh investasi di Kamboja.

    Xi dijadwalkan mengunjungi Pangkalan Angkatan Laut Ream, yang dibuka kembali bulan lalu setelah direnovasi selama bertahun-tahun oleh perusahaan China. Sejak 2018, AS menuduh Phnom Penh akan memberikan akses eksklusif kepada militer China di pangkalan tersebut, di mana tuduhan itu dibantah oleh Kamboja dan China.

    Kunjungan Xi ke Kamboja bertepatan dengan peringatan 50 tahun jatuhnya Phnom Penh, ketika Khmer Merah yang didukung China merebut ibu kota, memulai rezim mematikan selama empat tahun, yang menewaskan hampir 2 juta orang dalam genosida.

    Kunjungan Xi, membantu atau justru merugikan?

    Menanggapi kunjungan Xi ke Hanoi pada Senin (14/04), Trump secara terbuka menuduh China dan Vietnam berusaha “mencari cara untuk menjebak AS.”

    Masih belum jelas apakah kunjungan Xi ini akan membantu atau justru menyulitkan ketiga negara Asia Tenggara itu dalam upaya mereka menegosiasikan tarif dengan AS.

    Kamboja telah bertekad untuk secara signifikan mengurangi tarif atas sebagian besar impor dari AS, sementara Vietnam berencana akan menghapus seluruh bea masuk untuk produk AS dan secara drastis meningkatkan pembelian barang-barang dari AS.

    Di satu sisi, komitmen untuk mempererat kerja sama perdagangan antara negara-negara Asia Tenggara dan China itu juga kemungkinan akan mengusik para penasihat Trump, terutama penasihat perdagangan AS Peter Navarro, yang sangat khawatir terhadap praktik “transshipment”. yang merujuk pada barang-barang ekspor China ke AS melalui negara Asia Tenggara, sehingga China dapat menghindari tarif AS.

    Baru-baru ini, Navarro menuduh Vietnam sebagai “koloni dari komunis China” karena bertindak sebagai titik transshipment bagi barang-barang asal China.

    “Trump suka menyimpan dendam, jadi saya rasa sambutan hangat terhadap Xi di seluruh Asia Tenggara tidak akan luput dari perhatian di Washington selama sisa 80 hari masa penangguhan tarif ini,” kata Abuza.

    Di sisi lain, Virak Ou, presiden Future Forum, lembaga kajian terkemuka di Kamboja, mengatakan kepada DW bahwa Trump mungkin akan memandang sambutan hangat bagi Xi di Asia Tenggara ini sebagai alasan bagi AS untuk “menyeimbangkan ulang, mundur sejenak, dan meyakinkan kembali mitra-mitranya di kawasan itu.”

    Marston menambahkan, kunjungan Xi bahkan bisa memberikan negara-negara Asia Tenggara “daya tawar-menawar yang lebih besar.”

    “Pendekatan China itu menunjukkan bahwa negara-negara itu punya pilihan lain, dan pemerintahan Trump akan mengalienasi mereka dengan risiko tersendiri,” ujarnya.

    Untuk saat ini, Xi berbicara dalam bahasa yang masih ingin didengar oleh pemerintah Asia Tenggara. Sebagian besar negara-negara ini tampak bersedia mengesampingkan ketegangan mereka dengan Beijing, selama Gedung Putih terus mengguncang perekonomian kawasan itu dan sistem perdagangan global secara keseluruhan.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa Itu Paskah? Ini Sejarah, Makna, dan Tradisi yang Unik di Seluruh Dunia – Halaman all

    Apa Itu Paskah? Ini Sejarah, Makna, dan Tradisi yang Unik di Seluruh Dunia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paskah atau Easter adalah salah satu hari raya paling suci dan penting dalam kalender umat Kristen di seluruh dunia.

    Dirayakan setiap tahun pada Minggu pertama setelah bulan purnama pasca-equinox musim semi.

    Paskah menandai kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, tiga hari setelah penyaliban-Nya di kayu salib.

    Peristiwa ini merupakan inti dari ajaran Kristen, melambangkan kemenangan atas dosa dan janji kehidupan kekal.

    Asal Usul Paskah: Dari Passover ke Kebangkitan

    Dikutip dari Britannica, istilah “Easter” dalam bahasa Inggris kemungkinan besar berasal dari nama dewi Anglo-Saxon kuno, Eostre.

    Istilah tersebut dihubungkan dengan musim semi dan kelahiran kembali.

    Dalam banyak bahasa lain seperti Prancis “Pâques”, Italia “Pasqua”, dan Spanyol “Pascua”, istilah Paskah berakar dari kata Latin dan Yunani “Pascha”.

    “Pascha” berasal dari perayaan Passover (Paskah Yahudi) — sebuah tradisi yang memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

    Perayaan Paskah Kristen awalnya memang berkaitan erat dengan kalender Yahudi.

    Paskah diperkirakan mulai dirayakan oleh komunitas Kristen sejak abad ke-2 Masehi.

    Makna Paskah bagi Umat Kristen

    Menurut History.com, Paskah menjadi momen refleksi dan sukacita bagi umat Kristen karena dianggap sebagai penggenapan janji Allah tentang penebusan dosa.

    Kematian dan kebangkitan Yesus dianggap sebagai bukti kasih Tuhan yang tidak terbatas, serta dasar bagi keyakinan akan pengampunan dosa dan kehidupan kekal.

    Selama pekan suci sebelum Paskah, dikenal sebagai Holy Week, umat Kristen juga memperingati berbagai peristiwa penting, termasuk:

    – Kamis Putih (Maundy Thursday): memperingati Perjamuan Terakhir Yesus dengan para murid-Nya.

    – Jumat Agung (Good Friday): hari kematian Yesus di salib.

    – Sabtu Suci (Holy Saturday): masa sunyi antara kematian dan kebangkitan.

    – Minggu Paskah (Easter Sunday): kebangkitan Yesus dari kematian.

    Simbol-Simbol Paskah: Dari Telur hingga Kelinci

    Paskah juga dikenal dengan beragam simbol dan tradisi yang unik.

    Beberapa berasal dari budaya pra-Kristen dan kemudian diadopsi dalam perayaan Kristen.

    Menurut Parents.com, telur Paskah melambangkan kelahiran baru dan kehidupan, cocok dengan tema kebangkitan.

    Di Eropa Timur, tradisi mengecat telur – sering kali merah sebagai simbol darah Kristus – telah ada sejak abad ke-13.

    Sementara itu, kelinci Paskah atau Easter Bunny, yang konon membawa dan menyembunyikan telur untuk ditemukan anak-anak, berasal dari mitos Jerman kuno.

    Seperti dilaporkan oleh Real Simple, kelinci adalah simbol kesuburan dan kehidupan baru dalam banyak budaya pagan.

    Beberapa kegiatan yang sering dilakukan selama Paskah di berbagai belahan dunia:

    – Easter egg hunt: mencari telur Paskah yang disembunyikan.

    – Easter parade: arak-arakan Paskah dengan pakaian khas musim semi.

    – Kebaktian matahari terbit: misa Paskah yang dilakukan saat fajar.

    Perayaan Global: Paskah Tak Hanya Dirayakan oleh Kristen

    Meskipun berasal dari tradisi Kristen, Paskah kini juga menjadi bagian dari budaya populer di banyak negara, termasuk di Amerika Serikat, Australia, hingga sebagian negara Asia.

    Di AS, misalnya, Gedung Putih secara rutin mengadakan acara Easter Egg Roll untuk anak-anak sejak abad ke-19.

    Bahkan bagi sebagian orang yang bukan pemeluk Kristen, Paskah bisa menjadi momen untuk refleksi, kebersamaan keluarga, dan perayaan kehidupan.

    Seperti ditulis oleh kolumnis The Times, “Paskah dapat menjadi saat perenungan mendalam — tentang pengampunan, harapan, dan kemanusiaan — tidak hanya untuk orang beriman, tetapi bagi semua orang.”

    Kapan Paskah Dirayakan?

    Tanggal Paskah berubah-ubah setiap tahun, karena ditentukan berdasarkan perhitungan astronomis.

    Rumus yang digunakan adalah: Minggu pertama setelah bulan purnama pasca-equinox musim semi (sekitar 21 Maret).

    Paskah bisa jatuh antara 22 Maret hingga 25 April.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Populer Internasional: Kelanjutan Perundingan Rusia-Ukraina – Pertemuan Putin dengan Sandera Israel – Halaman all

    Populer Internasional: Kelanjutan Perundingan Rusia-Ukraina – Pertemuan Putin dengan Sandera Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rangkuman berita populer internasional Tribunnews dapat disimak di sini.

    Presiden AS Donald Trump mengancam akan meninggalkan perundingan damai Rusia-Ukraina jika hasilnya buntu.

    Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menemui mantan sandera yang sudah dibebaskan dari Gaza.

    Putin meminta sandera itu untuk berterima kasih kepada Hamas yang memungkinkan pembebasannya.

    Berikut berita selengkapnya.

    1. Trump Mengancam, AS akan Tinggalkan Perundingan Rusia-Ukraina jika Hasilnya Buntu

    DONALD TRUMP – Foto ini diambil pada Selasa (15/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, duduk ketika menyambut kunjungan Presiden El Salvador Nayib Bukele (tidak terlihat di foto) di Ruang Oval pada hari Senin (14/4/2025). (Facebook The White House)

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menghentikan upayanya untuk menengahi perundingan damai antara Rusia dan Ukraina jika dia tidak melihat kemajuan dalam beberapa hari mendatang.

    Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio yang mengatakan Trump tidak akan menghabiskan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk menyelesaikan perundingan itu.

    “Kami tidak akan melanjutkan pekerjaan ini selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Jadi, kami perlu memutuskan dengan sangat cepat, dan saya berbicara tentang beberapa hari, apakah ini layak dilakukan dalam beberapa minggu ke depan,” kata Menteri Departemen Luar Negeri AS Marco Rubio setelah bertemu dengan pejabat Uni Eropa dan Ukraina di Paris pada hari Kamis (17/4/2025).

    “Jika ya, kami akan menjalankan bisnis. Jika tidak, kami memiliki prioritas lain yang perlu kami fokuskan,” kata Rubio, seperti diberitakan Reuters.

    Ia menekankan Trump masih berminat mencapai kesepakatan, tetapi bersedia mundur jika ia tidak melihat sinyal yang jelas tentang kemungkinan tercapainya kesepakatan.  

    Dalam kunjungannya ke Paris, Marco Rubio berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. 

    Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan Moskow siap untuk terus bekerja sama dengan rekan-rekan Amerika dengan tujuan menghilangkan akar penyebab krisis Ukraina secara andal.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    2. Kata Putin kepada Tahanan Rusia yang Dibebaskan: Berterima Kasihlah kepada Hamas

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu dengan mantan sandera Rusia-Israel, Sasha Troufanov, pada Kamis (17/4/2025).

    Troufanov menghabiskan hampir 500 hari dalam tahanan di Gaza.

    Dalam pertemuan tersebut, Putin meminta Troufanov untuk menyampaikan terima kasih kepada Hamas atas tindakan kemanusiaan mereka yang memungkinkan pembebasannya.

    “Fakta bahwa Anda berhasil dibebaskan merupakan hasil dari hubungan Rusia yang stabil dan jangka panjang dengan rakyat Palestina, para perwakilannya, serta berbagai organisasi,” ujar Putin kepada Troufanov di Kremlin.

    Troufanov didampingi oleh ibunya, Elena Trufanova, dan pasangannya, Sapir Cohen, yang juga sempat ditawan oleh Hamas.

    “Saya rasa kita perlu menyampaikan ucapan terima kasih kepada sayap politik Hamas karena telah bekerja sama dengan kami dan melaksanakan tindakan kemanusiaan ini,” lanjut Presiden Rusia itu dalam sebuah cuplikan video yang diunggah oleh jaringan RT yang didanai pemerintah Rusia.

    Putin menambahkan akan terus menjalin kerja sama dengan Hamas guna memastikan pembebasan sandera lainnya.

    Menurut laporan New York Post, Troufanov (29) dibebaskan pada Februari lalu bersama dua sandera lain, Sagui Dekel-Chen dan Yair Horn.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    3. Restoran di China Tawarkan Hidangan dari Kotoran Gajah Kering yang Sudah Disteril, Harga Rp9 Juta

    Sebuah restoran mewah di Shanghai, China memicu kontroversi di media sosial karena menawarkan hidangan yang mereka sebut “autentik.”

    Restoran itu menawarkan pengalaman menyantap hidangan bernuansa hutan hujan tropis, dengan hidangan yang paling menonjol adalah kotoran gajah yang sudah diproses, dilansir SCMP.

    Menurut penelusuran Tribunnews di Douyin, aplikasi TikTok versi China, seorang vlogger makanan dengan nama akun “Diari Makanan Michelle”, membagikan pengalamannya bersantap di restoran tersebut pada 7 April 2025.

    “Makan kotoran gajah di restoran baru di Shanghai, makan bubur bau, mengunyah daun dan menjilati es batu, makanan ini sangat abstrak sehingga saya ingin mengembalikan uangnya #TikTokLifeFoodSeason #HidanganLokalDiUjungLidah,” tulisnya dalam Bahasa Mandarin.

    Restoran yang terkenal dengan kulinernya yang ramah lingkungan itu, menyajikan beragam hidangan inovatif.

    Hidangan itu di antaranya daun pohon, es batu berlapis madu, dan hidangan penutup yang dibuat dengan cerdik dari kotoran gajah yang sudah dikeringkan dan disterilkan.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    4. Jenazah Bergelimpangan dalam Serangan Terbaru AS di Hodeidah Yaman, Israel Cegat Rudal Houthi

    Serangan udara AS yang menargetkan pelabuhan minyak Ras Isa di provinsi Hodeidah Yaman Kamis malam dilaporkan menewaskan sedikitnya 58 orang, termasuk lima pekerja kesehatan, saluran TV Al-Masirah milik kelompok Houthi melaporkan Jumat (18/4/2025).

    TV Al-Masirah melaporkan kalau 126 orang lainnya terluka dalam serangan udara AS tersebut.

    Laporan juga menyatakan kalau angka tersebut masih awal karena operasi penyelamatan masih terus berlanjut di lokasi tersebut.

    Laporan TV Al-Masirah mengatakan, “Musuh, Amerika melancarkan empat serangan udara di wilayah Ras Isa,” tanpa menyebutkan target pasti atau akibat dari serangan tersebut.

    Saluran TV Al Masirah yang berafiliasi dengan Houthi menyiarkan rekaman akibat serangan udara AS tersebut, yang memperlihatkan jenazah-jenazah korban bom bergelimpangan di lokasi.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    5. AS: Perusahaan China Beri Citra Satelit ke Houthi untuk Permudah Serang Kapal di Laut Merah

    Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menuduh perusahaan satelit China, Chang Kuang, menyediakan citra satelit kepada kelompok Ansar Allah (Houthi) untuk menargetkan kapal perang AS dan kapal internasional di Laut Merah.

    Pejabat AS mengatakan perusahaan satelit yang terkait dengan militer China tersebut menyediakan citra satelit kepada Houthi untuk menargetkan kapal perang AS dan kapal internasional di Laut Merah, menurut laporan Financial Times.

    “Kami dapat mengonfirmasi laporan bahwa Chang Guang Satellite Technology Company Limited secara langsung mendukung serangan Houthi yang didukung Iran terhadap kepentingan AS,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, dalam jumpa pers rutin pada hari Kamis (17/4/2025).

    Pejabat itu menambahkan, China mengabaikan kekhawatiran tersebut.

    “China secara konsisten berupaya … untuk membingkai dirinya sebagai pembawa perdamaian global … namun, jelas bahwa Beijing dan perusahaan-perusahaan yang berbasis di China memberikan dukungan ekonomi dan teknis utama kepada rezim seperti Rusia, Korea Utara, dan Iran beserta proksi-proksinya,” lanjutnya.

    BACA SELENGKAPNYA >>>

    (Tribunnews.com)

  • AS Disebut Kirim Ribuan Bom Penghancur Bunker ke Israel, Persiapan Serangan ke Iran? – Halaman all

    AS Disebut Kirim Ribuan Bom Penghancur Bunker ke Israel, Persiapan Serangan ke Iran? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengirimkan banyak bom penghancur bunker ke Israel.

    “Sembilan pesawat angkut AS yang membawa bom penghancur bunker dan senjata pertahanan lainnya mendarat di Bandara Nevatim di dekat Tel Aviv, Israel bagian tengah,” kata media penyiaran Israel, KAN, pada hari Kamis, (17/4/2025).

    Menurut KAN, pengiriman bom itu merupakan bentuk persiapan serangan AS dan Israel ke Iran seandainya perundingan nuklir antara Israel dan Iran gagal.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat mengancam akan menyerang Iran jika perundingan nuklir tak dapat terwujud. Bahkan, Trump menyebut Israel-lah yang akan memimpin serangan itu.

    Media Israel lainnya, i24 News, juga memberitakan pengiriman bom pengancur bunker dan sejumlah senjata lain ke Israel. Pengiriman itu disebut sebagai salah satu pengiriman terbesar AS ke Israel.

    Selain ribuan bom penghancur bunker, senjata yang dikirimkan termasuk bom MK-84, ratusan rudal penangkis untuk sistem pertahanan THAAD.

    Operasi pengiriman senjata itu dilaporkan tidak hanya melibatkan penerbangan dari wilayah AS, tetapi juga dari berbagai pangkalan militer AS di Eropa dan Timur Tengah. Setiap hari ada sekitar enam pesawat yang tiba di Israel.

    Narasumber yang didapatkan oleh i24 News mengatakan pengiriman itu terjadi di tengah negosiasi nuklir AS-Iran dan ancaman serangan ke Iran jika diplomasi gagal.

    Sejumlah paket militer lain yang sebelumnya dibekukan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden turut dikirimkan. Trump mengizinkan kembali pengiriman paket itu setelah dia kembali menjabat di Gedung Putih.

    Diperkirakan akan ada lagi pengiriman senjata ke Israel dalam beberapa minggu mendatang untuk mengisi kembali persenjatan negara Zionis itu.

    Dikutip dari Shafaq, para analis menduga bantuan persenjataan itu mungkin ditujukan untuk meningkatkan kesiapan Israel untuk menghadapi kemungkinan konfrontasi dengan Iran.

    Sementara itu, belum ada konfirmasi dari AS mengenai laporan pengiriman bom itu.

    Trump diklaim cegah serangan Israel ke Iran

    Tempo hari Trump dilaporkan mencegah rencana serangan Israel ke Iran.

    Media kenamaan AS, The New York Times, menyebut Trump lebih memilih mendukung kesepakatan dengan Iran guna membatasi program nuklir.

    Narasumber pejabat AS yang didapatkan media itu mengatakan Israel sebenarnya berencana menyerang Iran pada bulan Mei mendatang. Tujuannya adalah mengurangi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Menurut media itu, bantuan AS diperlukan tidak hanya untuk melindungi Israel dari aksi balasan Iran, tetapi juga untuk memastikan serangan itu berhasil.

    Namun, Trump telah memberi tahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa dia tidak akan mendukung serangan ke Iran. Hal itu disampaikan Trump ketika Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih beberapa waktu lalu.

    The Times of Israel, dengan mengutip The New York Times, menyebut penolakan Trump membantu Israel menyerang Iran dipicu oleh adanya perpecahan internal di dalam pemerintahan Trump.

    Di satu sisi, ada pejabat yang menginginkan tindakan militer lebih tegas terhadap Iran. Di sisi lain, ada yang mewaspadai munculnya perang lebih besar di Timur Tengah.

    Dalam pertemuan dengan Netanyahu, Trump juga mengatakan AS bakal memulai negosiasi dengan Iran supaya mencegah negara Timur Tengah itu memiliki senjata nuklir.

  • Tutup 3 Pangkalan Militer, AS Tarik Ratusan Tentara dari Suriah: Israel Ketar-ketir Turki Masuk – Halaman all

    Tutup 3 Pangkalan Militer, AS Tarik Ratusan Tentara dari Suriah: Israel Ketar-ketir Turki Masuk – Halaman all

    Tutup 3 Pangkalan, AS Tarik Ratusan Tentara dari Suriah: Israel Ketar-ketir Manuver Turki

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan mulai menarik ratusan tentara mereka dari Suriah timur laut , New York Times melaporkan, dikutip Jumat (18/4/2025).

    Mengutip dua pejabat senior AS, dikatakan kalau militer AS menutup tiga dari delapan pangkalan operasi kecilnya di timur laut dan mengurangi jumlah pasukan menjadi sekitar 1.400 dari 2.000.

    Para pejabat itu mengatakan komandan Komando Pusat Amerika Serikat (USCENTCOM) akan menilai apakah akan melakukan penarikan tambahan setelah 60 hari.

    “Para komandan militer telah merekomendasikan untuk mempertahankan setidaknya 500 tentara di Suriah, kata seorang pejabat dalam laporan tersebut.

    Laporan itu mengatakan Presiden AS, Donald Trump telah menyatakan “skeptisisme mendalam” tentang mempertahankan pasukan AS di Suriah.

    Trump mengatakan pada akhir Januari lalu kalau AS “akan membuat keputusan” mengenai pasukan di Suriah.

    Hal itu diungkapkan Trump saat dikonfirmasi soal adanya laporan yang mengatakan kalau presiden AS tersebut bermaksud menarik pasukan Amerika.

    “Saya tidak tahu siapa yang mengatakan itu, tetapi kami akan membuat keputusan mengenai hal itu,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

    “Kami tidak terlibat di Suriah. Suriah sudah dalam kekacauannya sendiri. Mereka sudah punya cukup banyak kekacauan di sana. Mereka tidak membutuhkan keterlibatan kami.”

    Menurut New York Times, setidaknya untuk saat ini, pengurangan yang dimulai pada Kamis didasarkan pada rekomendasi komandan darat pasukan AS untuk menutup dan mengkonsolidasikan pangkalan, dan telah disetujui oleh Pentagon dan USCENTCOM.

    BERSIAP PATROLI – Anggota pasukan Amerika Serikat melakukan briefing sebelum melaksanakan patroli rutin di pos penjagaan terluar di wilayah Timur Suriah pada 25 Mei 2021. (AFP)

    Jejak Pasukan AS di Suriah

    AS secara ilegal mengerahkan pasukan di Suriah pada bulan November 2015 dengan tujuan untuk “mencegah kembalinya” ISIS. 

    Hal ini terjadi dua bulan setelah Rusia menyetujui permintaan Damaskus untuk memberikan dukungan udara kepada tentara Suriah, pasukan khusus Iran, dan Hizbullah dalam pertempuran melawan pasukan ISIS yang mengancam akan menyerbu ibu kota Suriah, saat itu.

    Dalam kekacauan yang terjadi, Washington dan milisi Kurdi sekutunya menguasai wilayah timur laut Suriah yang kaya sumber daya alam, tempat tentara AS bertahan hingga hari ini dan secara teratur menjarah sumber daya alam penting. 

    Ratusan tentara AS juga hadir di pangkalan besar Al-Tanf di dekat wilayah tiga perbatasan yang menghubungkan Suriah, Irak, dan Yordania.

    Setelah pengambilalihan Suriah oleh para milisi oposisi yang kini berkuasa, dipimpin oleh mantan komandan Al-Qaeda Abu Mohammad al-Julani pada bulan Desember, pejabat Pentagon mengonfirmasi memiliki “sekitar 2.000” tentara di dalam wilayah Suriah, lebih dari dua kali lipat jumlah yang diklaim Washington sebelumnya.

    Israel Ketar-ketik Manuver Turki yang Bersiap Isi Kekosongan

    Langkah AS menarik sebagian pasukannya ini membuat Israel ketar-ketir kalau kekosongan akan membuat Turki bermanuver dengan mengirim pasukan negara tersebut.

    Media Israel, Yedioth Ahronoth, beberapa waktu lalu melaporkan kalau pejabat keamanan AS sudah memberi tahu Tel Aviv tentang rencana untuk memulai “penarikan bertahap pasukan militer AS dari Suriah … dalam waktu dua bulan.”

    “Pemerintah Israel sejauh ini telah berupaya untuk mencegah Washington dari langkah ini, tetapi telah menerima pemberitahuan bahwa upayanya telah gagal,” 

    Laporan tersebut menambahkan, mengutip pernyataan pejabat keamanan yang mengatakan kalau “Israel berusaha untuk membatasi [penarikan pasukan AS] semaksimal mungkin, karena khawatir Turki akan mengisi kekosongan di area strategis di timur laut Suriah.”

    Pada bulan Februari, pejabat Pentagon mengatakan kepada NBC News bahwa Gedung Putih telah mulai mempersiapkan rencana untuk menarik pasukan militer AS dari Suriah.

    “Kami tidak akan terlibat, kami tidak akan terlibat di Suriah. Suriah sudah kacau balau. Mereka sudah punya cukup banyak kekacauan di sana. Mereka tidak butuh kami terlibat dalam semua hal,” kata Presiden AS Donald Trump kepada wartawan saat ditanya tentang rencana penarikan pasukan.

    Pada tahun 2019, selama masa jabatan pertamanya, Trump mengakui bahwa pasukan AS berada di Suriah untuk mengambil minyak negara itu. 

    “Kami menyimpan minyak [Suriah]. Kami memiliki minyaknya. Minyaknya aman. Kami meninggalkan pasukan hanya untuk minyaknya,” katanya. 

     

    (oln/anews/tc/*)

     

     

  • Efisiensi Anggaran, Trump Akan Tutup Konjen AS di Medan

    Efisiensi Anggaran, Trump Akan Tutup Konjen AS di Medan

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin melakukan efisiensi anggaran Departemen Luar Negeri AS. Kebijakan Trump ini akan mengakibatkan ditutupnya 10 kedutaan besar AS dan 17 Konsulat Jenderal (Konjen) AS di sejumlah negara, termasuk Konjen AS di Medan, Sumatera Utara.

    Dilansir Reuters, Jumat (18/4/2025), Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB) Gedung Putih menyebut pemerintah AS sedang mempertimbangkan rekomendasi untuk menutup sedikitnya 27 misi AS yang sebagian besar berada di Afrika dan Eropa. Sepuluh dari misi tersebut adalah kedutaan besar dan sisanya adalah konsulat.

    Menurut dokumen yang ditinjau oleh Reuters, sepuluh kedutaan besar yang sedang dipertimbangkan untuk ditutup berpusat di Eritrea, Grenada, Lesotho, Republik Afrika Tengah, Luksemburg, Republik Kongo, Gambia, Sudan Selatan, Malta, dan Maladewa.

    Sementara 17 konsulat yang direkomendasikan untuk ditutup, lebih dari selusin berkantor pusat di Eropa. Empat sisanya adalah misi AS di Busan di Korea Selatan, Durban di Afrika Selatan, Medan di Indonesia, dan Douala di Kamerun.

    Memo tersebut juga membahas cara untuk mengonsolidasikan misi besar seperti yang ada di Jepang dan Kanada dengan mengubah ukuran sejumlah konsulat di negara tersebut untuk mengurangi jejak.

    Rekomendasi tersebut menyerukan pengurangan ukuran pos AS di Mogadishu, Somalia, dan Irak, yang dalam memo tersebut digambarkan sebagai ‘misi diplomatik termahal’ yang dioperasikan Washington.

    (fas/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Pertimbangkan Larang Warga AS Pakai AI DeepSeek, Kenapa?

    Trump Pertimbangkan Larang Warga AS Pakai AI DeepSeek, Kenapa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pihaknya tengah mempertimbangkan pelarangan kecerdasan buatan (AI) DeepSeek.

    Ia pun akan membatasi aksesnya terhadap chip AI Nvidia dan melarang warga AS menggunakan layanan AI milik perusahaan asal China tersebut.

    Melansir Tech Crunch, pelarangan terhadap penggunaan AI ini menjadi langkah untuk memperketat persaingan dengan Tiongkok di bidang kecerdasan buatan.

    Beberapa bulan setelah DeepSeek mengejutkan dunia teknologi dan finansial AS, para pejabat di negara tersebut mulai mempertimbangkan berbagai cara untuk membatasi akses China terhadap teknologi dan pasar Amerika.

    Pada Selasa (15/4), Gedung Putih juga memperketat aturan penjualan chip AI Nvidia ke China, memperkuat kebijakan yang sebelumnya diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.

    Chip AI buatan Nvidia telah menjadi sorotan utama dalam kebijakan pembatasan ekspor AS, seiring dengan upaya pemerintah untuk mencegah penjualan chip paling canggih tersebut ke China demi mempertahankan keunggulannya dalam persaingan teknologi AI.

    Popularitas DeepSeek di kalangan pengembang AI di AS meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir. Harga layanan yang lebih kompetitif dari DeepSeek telah memaksa perusahaan-perusahaan Silicon Valley menurunkan biaya untuk model AI canggih mereka.

    Namun muncul pertanyaan terkait potensi pencurian kekayaan intelektual oleh DeepSeek. OpenAI menuduh bahwa perusahaan asal China tersebut mendistilasi model miliknya, yang dianggap melanggar syarat penggunaan dari OpenAI.

    Sejumlah lembaga pemerintah di berbagai negara, termasuk Korea Selatan dan Australia, telah mengambil langkah untuk membatasi akses terhadap program chatbot DeepSeek.

    Kebijakan ini terutama diterapkan pada pegawai pemerintah, dengan alasan kekhawatiran terhadap keamanan data dan potensi risiko lainnya yang terkait dengan penggunaan teknologi AI dari perusahaan asing.