Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Lewat Telepon, Sandera Israel Curhat ke Keluarga, Beri Kritik Pedas untuk Pemerintah Netanyahu – Halaman all

    Lewat Telepon, Sandera Israel Curhat ke Keluarga, Beri Kritik Pedas untuk Pemerintah Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), merilis sebuah video yang memperlihatkan sandera berkewarganegaraan Kolombia-Israel, Elkana Bohbot, sedang berbicara lewat telepon dengan keluarganya.

    Dalam video itu, yang dipublikasikan pada Sabtu (19/4/2025), Elkana menyampaikan keluhan terhadap pemerintah Israel yang dinilainya abai terhadap nasib para sandera.

    Di awal panggilan, Elkana menyapa istrinya, Rivka, dan menyampaikan kerinduannya kepada istri dan anaknya. Ia mengaku terus memimpikan mereka dan berharap segera bisa bertemu.

    Elkana juga mendesak keluarganya untuk terus menekan pemerintah Israel agar segera menyepakati pertukaran tahanan dengan Hamas.

    Ia mengatakan bahwa sudah berusaha berbicara kepada berbagai pihak, termasuk pemerintah, tentara, dan organisasi buruh, untuk mendukung pembebasan para sandera.

    Dalam percakapannya, Elkana menyebut bahwa tentara, veteran, dan akademisi Israel telah menandatangani petisi untuk menghentikan perang di Gaza dan menuntut pembebasan para sandera.

    Ia menilai mereka lebih peduli daripada pemerintah sendiri.

    Ia kemudian meminta untuk berbicara dengan anaknya yang berusia lima tahun, Ram, dan menyampaikan pesan haru agar anaknya menjaga ibunya dan tumbuh menjadi warga negara yang baik.

    Kepada ibunya, ia juga berpesan agar selalu melindungi anak dan istrinya.

    Elkana sempat berbicara dengan saudaranya, Uriel Andykov, yang memiliki kewarganegaraan ganda Israel-AS.

    Ia meminta saudaranya untuk pergi ke Gedung Putih dan berbicara langsung kepada Presiden Trump guna mendesak pembebasan para sandera, sesuai janji yang pernah disampaikan.

    Brigade Al-Qassam merilis video ini sebagai bagian dari peringatan bahwa keterlambatan Israel dalam menyetujui gencatan senjata membahayakan keselamatan para tawanan karena melakukan serangan udara di lokasi yang diketahui terdapat para sandera.

    Sebelumnya, pada tahap pertama gencatan senjata yang dimulai 19 Januari 2025, sebanyak 33 sandera Israel dibebaskan, termasuk delapan jenazah, sebagai imbalan pembebasan ribuan warga Palestina. 

    Namun, sejak serangan Israel kembali dilanjutkan pada 18 Maret, negosiasi untuk tahap kedua mengalami kebuntuan.

    Hingga kini, serangan Israel di Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023 telah membunuh lebih dari 51.000 warga Palestina meninggal dunia dan lebih dari 116.000 lainnya terluka, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

  • Gedung Putih Klaim Surat untuk Harvard Tanpa Izin dari Trump

    Gedung Putih Klaim Surat untuk Harvard Tanpa Izin dari Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gedung Putih mengklaim surat pemerintahan Presiden AS Donald Trump ke Universitas Harvard tertanggal 11 April 2025 adalah sebuah kekeliruan.

    Surat itu, sebagaimana diketahui, berisi tuntutan Gedung Putih terhadap Harvard seperti untuk menghapus prinsip-prinsip keberagaman, kesetaraan, dan inklusi atau Diversity, Equity, and Inclusion (DEI).

    Dilansir CNBC International, surat yang juga berisi tuntutan pemerintah supaya kampus itu menyaring mahasiswa internasional berdasarkan kekhawatiran ideologis dikirim tanpa izin administrasi Trump.

    Dua orang di Gedung Putih yang mengetahui kabar tersebut, namun enggan menyebutkan namanya dan mengabarkan ke New York Times bahwa isi surat itu asli, tetapi telah disalahgunakan dengan dikirim ke Harvard secara ilegal.

    “Ada berbagai laporan berbeda di dalam pemerintahan tentang bagaimana surat itu disalahgunakan,” menurut Times, dikutip Minggu (20/4/2025).

    Namun, seorang juru bicara Harvard mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada CNBC Internasional bahwa “surat yang diterima Harvard pada Jumat, 11 April, ditandatangani oleh tiga pejabat federal, diletakkan di atas kop surat resmi, dikirim dari kotak masuk email seorang pejabat senior federal, dan dikirim pada 11 April.”

    Surat tersebut ditandatangani oleh Josh Gruenbaum, komisaris Administrasi Layanan Umum, Sean R. Kevney, penjabat penasihat umum Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, dan Thomas E. Wheeler, penjabat penasihat umum Departemen Pendidikan.

    “Jangan meragukan keaslian atau keseriusan isinya,” kata juru bicara Harvard yang tidak disebutkan secara detail identitasnya.

    “Namun, meskipun surat itu merupakan suatu kesalahan, tindakan yang diambil pemerintah minggu ini memiliki konsekuensi nyata terhadap para mahasiswa, karyawan, dan reputasi pendidikan tinggi Amerika di dunia,” ujar juru bicara itu.

    Gedung Putih belum menanggapi permintaan CNBC untuk mengomentari laporan New York Times.

    Surat tertanggal 11 April itu sebelumnya telah memicu perseteruan publik. Harvard secara tegas pada Senin lalu menolak tuntutan Gedung Putih yang tertuang dalam surat itu meski membahayakan pendanaan dari pemerintah pusat hampir US$ 9 miliar untuk kampus itu.

    Gedung Putih dengan cepat menanggapi respons Universitas Harvard itu dengan mengatakan akan membekukan sekitar US$ 2,2 miliar dalam bentuk hibah untuk universitas.

    Menurut New York Times, surat tertanggal 11 April itu muncul saat para ahli hukum atau pengacara di Universitas Harvard sedang berdialog dengan Gedung Putih tentang cara sekolah itu menangani antisemitisme dan isu-isu lainnya.

    (haa/haa)

  • Pesawat Boeing untuk Maskapai China Dikirim Balik ke AS Efek Perang Dagang

    Pesawat Boeing untuk Maskapai China Dikirim Balik ke AS Efek Perang Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen pesawat Boeing Co. telah memulai pengiriman sejumlah 737 Max kembali ke Amerika Serikat (AS) usai ditolak oleh maskapai China seiring dengan peningkatan tensi perang dagang kedua negara.

    Dilansir Bloomberg pada Sabtu (19/4/2025), pesawat yang berada di pusat Boeing di China, Zhoushan, dan ditujukan untuk Xiamen Air, terbang kembali menuju Guam melintasi Samudra Pasifik pada tahap pertama. Pesawat tersebut diterbangkan dari markas Boeing di Seattle ke Zhoushan via Hawaii dan Guam pada bulan lalu.

    Setidaknya ada dua pesawat Boeing lain di Zhoushan yang menunggu pengiriman kembali ke AS, menurut data dari pelacak Aviation Flights Group.

    Perselisihan yang berlangsung cepat antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut telah menjebak Boeing di tengah-tengah.

    Bloomberg News melaporkan minggu ini bahwa Pemerintah China telah menginstruksikan maskapai penerbangan untuk berhenti menerima pengiriman jet produksi Boeing.

    Reuters pertama kali melaporkan tentang pesawat Boeing yang dikembalikan dari China. Namun, pihak Boeing menolak berkomentar terkait laporan tersebut. Xiamen Air juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam untuk menerapkan tarif 245% untuk produk-produk dari China.

    Melansir Bloomberg, Rabu (16/4/2025), seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa tarif dasar atas impor China ke AS tetap di angka 145%.

    Adapun angka 245% itu mencakup bea masuk yang sudah lebih dulu dikenakan pada produk tertentu dari China, seperti kendaraan listrik yang sebelumnya telah dikenai tarif 100% sebelum masa jabatan kedua Trump dimulai. Jika tarif lama tersebut ditambahkan ke tarif dasar 145%, tarif keseluruhan menjadi 245%.

    Pernyataan ini menyusul lembar fakta Gedung Putih sehari sebelumnya yang menyebut bahwa China kini menghadapi tarif hingga 245%.

    Adapun Kementerian Perdagangan China mencatat bahwa tarif kumulatif atas ekspor tertentu telah mencapai 245% dan menegaskan kembali akan bertarung sampai akhir jika AS terus merugikan kepentingannya.

  • AS-Iran Bahas Perjanjian Nuklir, Trump Ancam Aksi Militer Jika Gagal

    AS-Iran Bahas Perjanjian Nuklir, Trump Ancam Aksi Militer Jika Gagal

    Jakarta,CNBC Indonesia – Iran dan Amerika Serikat memulai putaran baru perundingan nuklir di Roma pada Sabtu (19/4/2025) untuk menyelesaikan kebuntuan mereka selama puluhan tahun. Perundingan ini dilanjutkan di bawah bayang-bayang ancaman Presiden Donald Trump untuk melancarkan aksi militer jika diplomasi gagal.

    Laporan Reuters menyebut Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dan utusan Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff akan berunding secara tidak langsung melalui seorang pejabat Oman yang akan menyampaikan pesan-pesan antara kedua belah pihak.

    Pejabat dari kedua negara belum mengadakan negosiasi langsung sejak 2015 di bawah mantan Presiden AS Barack Obama.

    Araqchi mengatakan Iran selalu berkomitmen pada diplomasi dan meminta “semua pihak yang terlibat dalam pembicaraan untuk memanfaatkan kesempatan guna mencapai kesepakatan nuklir yang masuk akal dan logis”.

    “Kesepakatan semacam itu harus menghormati hak-hak sah Iran dan mengarah pada pencabutan sanksi yang tidak adil terhadap negara sambil mengatasi keraguan apa pun tentang program nuklirnya,” kata Araqchi seperti dikutip oleh media pemerintah Iran.

    Sebelumnya, ia mengatakan bahwa Iran yakin mereka bisa mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya dengan AS asalkan Washington bersikap realistis.

    “Roma menjadi ibu kota perdamaian dan dialog,” tulis Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani di X. “Saya mendorong (Araqchi) untuk mengikuti jalur negosiasi melawan senjata nuklir. Harapan pemerintah Italia adalah bahwa semua pihak bersama-sama dapat menemukan solusi positif untuk Timur Tengah.”

    Sementara itu, Trump mengatakan kepada wartawan pada Jumat: “Saya mendukung Iran tak lagi memiliki senjata nuklir. Mereka tidak dapat memiliki senjata nuklir. Saya ingin Iran menjadi besar, makmur, dan hebat.”

    Trump menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran sejak kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari.

    Washington ingin Iran menghentikan produksi uranium yang diyakininya ditujukan untuk membuat bom atom.

    Sementara Teheran, yang selalu menyatakan bahwa program nuklirnya bersifat damai, mengatakan bersedia menegosiasikan beberapa pembatasan sebagai imbalan atas pencabutan sanksi, tetapi menginginkan jaminan yang kuat bahwa Washington tidak akan mengingkarinya lagi.

    Sejak 2019, Iran telah melanggar dan melampaui batas kesepakatan 2015 mengenai pengayaan uraniumnya. Negara tersebut terus menghasilkan stok uranium yang jauh di atas ambang batas yang menurut Barat diperlukan untuk program energi sipil.

    (hsy/hsy)

  • Amerika Hentikan Deportasi Gengster Venezuela, Ada Apa?

    Amerika Hentikan Deportasi Gengster Venezuela, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (19/4) menghentikan sementara deportasi sejumlah pria Venezuela yang berada dalam tahanan imigrasi. 

    “Pemerintah diperintahkan untuk tidak mendeportasi anggota kelompok tahanan yang diduga dari Amerika Serikat sampai ada perintah lebih lanjut dari Pengadilan ini,” kata para hakim dalam keputusan singkat yang tidak ditandatangani, seperti dikutip dari Reuters.

    Hakim Konservatif Clarence Thomas dan Samuel Alito secara terbuka tidak setuju dengan keputusan tersebut, yang dikeluarkan sekitar pukul 12:55 dini hari waktu setempat.

    Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar atas keputusan Mahkamah Agung.

    Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang kepatuhan pemerintahan Trump terhadap batasan yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung. Kasus ini berisiko menimbulkan bentrokan besar antara dua cabang pemerintahan yang setara dan berpotensi menimbulkan krisis konstitusional yang parah.

    Terpilih tahun lalu dengan janji untuk menindak tegas para migran, Trump menerapkan Undang-Undang Musuh Asing 1798 dalam upaya untuk mendeportasi anggota Tren de Aragua, sebuah geng kriminal yang berasal dari penjara Venezuela yang oleh pemerintahannya dicap sebagai kelompok teroris.

    Presiden dan para pembantu seniornya telah menegaskan bahwa mereka memiliki kewenangan yang luas dalam masalah imigrasi.

    Selama sidang pada hari Jumat, seorang pengacara pemerintah mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya rencana Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mendeportasi orang-orang tersebut pada Jumat, tetapi mungkin ada deportasi pada Sabtu.

    (hsy/hsy)

  • Rusia-Ukraina: Trump Menghentikan Mediasi, Apa Selanjutnya? – Halaman all

    Rusia-Ukraina: Trump Menghentikan Mediasi, Apa Selanjutnya? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan bahwa Washington akan menghentikan upaya mediasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina jika tidak ada kemajuan yang jelas dalam waktu dekat.

    Dalam pernyataannya yang disampaikan dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump bersama Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengekspresikan rasa frustrasi mereka terhadap lambatnya proses negosiasi tersebut.

    Mengapa Trump Menghentikan Mediasi?

    Trump mengancam akanmenghentikan upaya mediasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina jika tidak ada kemajuan yang jelas dalam waktu dekat 

    “Kami ingin ini selesai secepat mungkin. Jika karena suatu alasan salah satu dari kedua pihak membuatnya sangat sulit, kami akan mengatakan Anda bodoh. Anda tolol. Anda orang-orang yang mengerikan.” Ujar Trump.

    Pernyataan ini mencerminkan ketidakpuasan Trump terhadap kurangnya kemajuan dalam perundingan, terutama setelah ia menetapkan perayaan Paskah sebagai tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan damai.

    Ketegangan meningkat ketika Presiden Rusia, Vladimir Putin, menolak untuk berkomitmen pada pembicaraan atau mempertahankan konsesi kecil, seperti penghentian serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.

    Selain itu, Trump juga menunjukkan ketidaksenangan terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyalahkannya atas berlanjutnya perang.

    Apa Dampak Jika AS Mundur dari Perundingan?

    Meskipun rencana Trump untuk mundur dari perundingan dapat dianggap sebagai gertakan, ada risiko nyata jika keputusan tersebut diambil.

    Jika AS benar-benar menarik diri, prospek kesepakatan damai diprediksi akan melemah drastis.

    Tanpa dukungan Washington, Rusia mungkin akan merasa lebih bebas untuk meningkatkan serangan militernya, sementara Ukraina, yang sangat bergantung pada dukungan militer dan intelijen AS, akan kehilangan daya tahan dalam jangka panjang.

    Dampak lain dari penarikan AS dari perundingan ini adalah potensi keraguan dari negara-negara sekutu terkait komitmen jangka panjang Washington terhadap aliansi mereka.

    Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh Tiongkok dan Rusia untuk membangun pengaruh di berbagai kawasan, termasuk Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.

    Bagaimana Progres Perundingan Rusia-Ukraina?

    Sejak Trump menjabat pada Januari, Rusia dan AS telah terlibat dalam beberapa putaran negosiasi.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengeklaim bahwa beberapa kemajuan telah dicapai, meskipun ia mengakui bahwa komunikasi dengan Washington tetap sulit.

    Rusia tetap terbuka untuk berdialog, asalkan kepentingannya terjamin, termasuk desakan agar Ukraina mencegah kehadiran NATO dan mengakui perbatasan baru Rusia.

    Namun, Ukraina menilai tuntutan Rusia sebagai paksaan untuk menyerah, yang berarti pengkhianatan terhadap rakyatnya dan melemahkan kedaulatannya.

    Kompleksitas konflik ini menjadi hambatan besar bagi tercapainya perundingan damai.

    Dengan ketidakpastian yang menyelimuti perundingan damai antara Rusia dan Ukraina, langkah Trump untuk menghentikan mediasi jika tidak ada kemajuan segera mungkin membawa dampak besar tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi stabilitas internasional.

    Saat ini, perhatian dunia tertuju pada bagaimana perkembangan ini akan mempengaruhi hubungan internasional, terutama dengan kekuatan besar seperti Rusia dan Tiongkok yang siap mengambil keuntungan dari situasi ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Apakah Perang Dagang AS-Tiongkok Akan Berakhir? – Halaman all

    Apakah Perang Dagang AS-Tiongkok Akan Berakhir? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, baru-baru ini mengisyaratkan adanya kemungkinan penyelesaian konflik perdagangan yang telah berlangsung lama antara AS dan Tiongkok.

    Ia berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam waktu tiga hingga empat minggu ke depan.

    Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan yang semakin memanas terkait tarif impor yang dikenakan kepada barang-barang asal Tiongkok.

    Mengapa Trump Merasa Optimis?

    Trump menyatakan, “Saya percaya akan memiliki kesepakatan dengan Tiongkok.” Ungkapan ini diucapkan saat penandatanganan perintah eksekutif di Gedung Putih bersama Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

    Meskipun demikian, Trump tidak mengungkapkan apakah Xi Jinping juga memiliki keinginan yang sama untuk mengakhiri perang tarif ini.

    Nick Vyas, seorang ahli dari USC Marshall, menjelaskan bahwa perang dagang ini sebenarnya adalah “permainan siapa yang akan berkedip lebih dulu antara dua kekuatan ekonomi dunia.” Menurutnya, Tiongkok memiliki posisi yang kuat karena merasa memiliki semua kartu untuk bertahan.

    Sementara itu, Trump merasa memiliki kekuatan karena AS lebih banyak mengimpor dari Tiongkok dibandingkan sebaliknya.

    Apa Dampak Ancaman Tarif yang Dikenakan?

    Perang dagang semakin memanas setelah Gedung Putih mengumumkan kemungkinan tarif impor hingga 245 persen untuk berbagai barang dari Tiongkok.

    Lembar fakta yang dirilis pada tanggal 15 April 2025 mengklarifikasi bahwa tarif tersebut merupakan kombinasi dari tarif sebelumnya dan tarif baru, termasuk tarif timbal balik dan tarif berdasarkan Pasal 301.

    Strategi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan AS terhadap impor dari Tiongkok dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

    Namun, kebijakan ini juga berdampak negatif, seperti meningkatnya biaya produksi di AS, terganggunya rantai pasokan global, dan konsumen yang harus menghadapi harga yang lebih tinggi.

    Apa Konsekuensi bagi Ekonomi Global?

    Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan bahwa volume perdagangan global akan turun sebesar 0,2 persen pada tahun 2025, dan jika ketegangan ini berlanjut, penurunan perdagangan barang global dapat mencapai 15 persen.

    Ini tentu menjadi perhatian serius bagi negara-negara berkembang yang akan menghadapi kerugian besar.

    Kantor PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global dari 2,5 persen menjadi 2,3 persen, yang sering kali dikaitkan dengan awal resesi global.

    Bagaimana Respons Tiongkok?

    Menanggapi ancaman tarif dari Trump, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menegaskan bahwa Tiongkok akan terus melindungi hak dan kepentingannya.

    Ia menyatakan bahwa AS adalah pihak yang memulai perang dagang dan bahwa balasan dari Tiongkok adalah langkah sah untuk mempertahankan keadilan internasional.

    Lin juga meminta AS untuk menghentikan tekanan ekstrem dan mulai berdialog dengan prinsip kesetaraan dan saling menghormati.

    Sebagai balasan, Tiongkok telah menaikkan tarif menjadi 145 persen untuk barang-barang dari AS dan menangguhkan pengiriman logam tanah jarang serta magnet yang digunakan dalam industri militer.

    Langkah ini menunjukkan ketegasan Tiongkok untuk tidak terintimidasi oleh ancaman AS.

    Apakah Ada Harapan untuk Negosiasi?

    Meskipun Trump membuka ruang untuk negosiasi, ia menyatakan bahwa tarif mungkin tidak akan dinaikkan lagi karena khawatir akan menurunkan daya beli konsumen.

    Ia mengisyaratkan keinginan untuk menurunkan tarif dan menginginkan dialog yang konstruktif.

    Namun, meski ada pernyataan positif dari kedua belah pihak, tidak ada tanda-tanda jelas bahwa kesepakatan sudah dekat.

    Trump juga enggan membeberkan detail negosiasi, dan terkait isu TikTok, ia menyebut bahwa kesepakatan divestasi ByteDance akan ditunda hingga masalah perdagangan diselesaikan.

     

    Skenario perang dagang antara AS dan Tiongkok terus berkembang, dengan berbagai ancaman tarif dan respons dari kedua belah pihak.

    Meskipun ada harapan untuk kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik ini, banyak tantangan yang harus dihadapi.

    Dengan kondisi yang masih tidak pasti, hanya waktu yang akan menjawab apakah pertempuran perdagangan ini akan berakhir dengan damai.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • AS Pertimbangkan Pengakuan Krimea Milik Rusia untuk Perdamaian Ukraina – Halaman all

    AS Pertimbangkan Pengakuan Krimea Milik Rusia untuk Perdamaian Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dalam situasi yang kian mendesak terkait konflik Ukraina, laporan terbaru mengindikasikan bahwa Amerika Serikat mungkin akan mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia.

    Keputusan ini dikaitkan dengan upaya pencapaian kesepakatan damai yang lebih luas antara Moskow dan Kyiv.

    Apa Latar Belakang Pengakuan Krimea?

    Menurut laporan Bloomberg News, yang mengutip sumber-sumber dekat dengan proses negosiasi, langkah ini mencerminkan keinginan kuat dari Presiden Donald Trump untuk mempercepat tercapainya gencatan senjata di Ukraina.

    Meskipun demikian, keputusan akhir mengenai pengakuan tersebut belum diambil, dan Gedung Putih serta Departemen Luar Negeri AS menolak memberikan komentar lebih lanjut saat diminta tanggapan.

    Krimea telah dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014 melalui referendum yang kontroversial di bawah pendudukan militer.

    Sejak saat itu, sebagian besar negara di dunia masih menolak mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Rusia, karena dianggap sebagai tindakan aneksasi ilegal yang melanggar hukum internasional.

    Mengapa Presiden Zelensky Menentang Pengakuan Ini?

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menunjukkan penolakan yang keras terhadap kemungkinan pengakuan tersebut.

    Dalam pernyataan yang dikutip oleh Bloomberg, ia menegaskan bahwa negaranya tidak akan menyerahkan “satu inci pun” dari wilayahnya kepada Moskow. “Saya tegaskan, wilayah Ukraina adalah milik rakyat Ukraina. Kami tidak akan membahas apa pun sebelum ada gencatan senjata,” kata Zelensky di Kyiv.

    Apa Isi Proposal Damai dari AS?

    Laporan menunjukkan bahwa AS telah menyodorkan proposal damai kepada sekutunya dalam pertemuan di Paris.

    Proposal ini mencakup gambaran tentang penghentian pertempuran dan pelonggaran sanksi terhadap Rusia jika gencatan senjata dapat ditegakkan secara konsisten.

    Di dalam rancangan itu, garis depan konflik akan dibekukan, dan wilayah Ukraina yang saat ini dikuasai Rusia akan tetap dalam kontrol Moskow.

    Isu keanggotaan Ukraina di NATO juga tidak akan dibahas dalam tahap ini.

    Pertemuan di Paris melibatkan tokoh-tokoh penting, seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, utusan AS Steve Witkoff, serta pejabat dari Jerman, Inggris, dan Ukraina.

    Pertemuan lanjutan direncanakan akan diadakan di London untuk memperdalam pembahasan mengenai rencana damai ini.

    Apa Tantangan dalam Proposal Damai Ini?

    Salah satu tantangan utama dalam proposal ini adalah kebutuhan akan jaminan keamanan untuk Ukraina agar kesepakatan damai bisa bertahan.

    Senator Marco Rubio menyebutkan bahwa jaminan tersebut merupakan tuntutan yang masuk akal dari pihak Kyiv.

    Negosiasi juga membahas rencana pengawasan gencatan senjata dan kemungkinan pengerahan pasukan penjaga perdamaian.

    Di tengah itu, Rusia terus melancarkan serangan, termasuk pengeboman di kota Sumy, yang mengakibatkan 35 orang tewas.

    Usulan damai ini merupakan ujian bagi solidaritas negara-negara sekutu Barat, terutama mengenai pencabutan sanksi terhadap Rusia yang memerlukan persetujuan bulat dari negara-negara Uni Eropa.

    Apa Reaksi Terhadap Usulan Pengakuan Ini?

    Dalam wawancara dengan Fox News, Witkoff menyatakan bahwa inti dari kesepakatan melibatkan lima wilayah, meskipun tidak menjelaskan lebih lanjut.

    Rusia tetap menuntut pengakuan atas semua wilayah yang telah direbut sejak 2014, termasuk Krimea, Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson.

    Zelensky menanggapi pernyataan tersebut dengan tegas, menyatakan bahwa Witkoff tampaknya mengadopsi strategi Rusia dan menegaskan bahwa Trump tidak memiliki mandat untuk membicarakan wilayah Ukraina.

    Dengan situasi yang terus berkembang, ketegangan antara Ukraina dan Rusia semakin kompleks, dan banyak pihak berharap bahwa diplomasi dapat menghasilkan solusi yang damai tanpa mengorbankan integritas wilayah Ukraina.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Sejarah Paskah: Makna dan Tradisi Unik di Seluruh Dunia – Halaman all

    Sejarah Paskah: Makna dan Tradisi Unik di Seluruh Dunia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paskah atau Easter adalah salah satu perayaan paling suci dan penting dalam kalender umat Kristen di seluruh dunia.

    Setiap tahun, Paskah dirayakan pada Minggu pertama setelah bulan purnama pasca-equinox musim semi.

    Ini adalah momen yang menandai kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, tiga hari setelah penyaliban-Nya di kayu salib.

    Peristiwa ini bukan hanya sekadar sejarah, melainkan inti dari ajaran Kristen yang melambangkan kemenangan atas dosa dan janji kehidupan kekal.

    Asal Usul Paskah: Dari Passover ke Kebangkitan

    Dikutip dari Britannica, istilah “Easter” dalam bahasa Inggris kemungkinan besar berasal dari nama dewi Anglo-Saxon kuno, Eostre.

    Istilah tersebut dihubungkan dengan musim semi dan kelahiran kembali.

    Dalam banyak bahasa lainnya, seperti Prancis “Pâques”, Italia “Pasqua”, dan Spanyol “Pascua”, istilah Paskah berakar dari kata Latin dan Yunani “Pascha”.

    Kata “Pascha” sendiri berasal dari perayaan Yahudi, yaitu Passover, yang memperingati keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

    Hal ini menunjukkan bahwa perayaan Paskah Kristen awalnya memang berkaitan erat dengan kalender Yahudi dan diadakan oleh komunitas Kristen sejak abad ke-2 Masehi.

    Makna Paskah bagi Umat Kristen: Momen Refleksi dan Sukacita

    Menurut History.com, Paskah adalah waktu yang penuh makna bagi umat Kristen, menjadi momen refleksi dan sukacita karena dianggap sebagai penggenapan janji Allah tentang penebusan dosa.

    Kematian dan kebangkitan Yesus dianggap sebagai bukti kasih Tuhan yang tak terbatas, serta dasar bagi keyakinan akan pengampunan dosa dan kehidupan kekal.

    Selama pekan suci sebelum Paskah, umat Kristen juga memperingati berbagai peristiwa penting, termasuk:

    Kamis Putih (Maundy Thursday): Memperingati Perjamuan Terakhir Yesus dengan para murid-Nya.

    Jumat Agung (Good Friday): Merayakan hari kematian Yesus di salib.

    Sabtu Suci (Holy Saturday): Masa sunyi antara kematian dan kebangkitan.

    Minggu Paskah (Easter Sunday): Menyambut kebangkitan Yesus dari kematian.

    Simbol-Simbol Paskah: Dari Telur hingga Kelinci

    Paskah juga dikenal dengan beragam simbol dan tradisi yang unik, beberapa di antaranya berasal dari budaya pra-Kristen dan kemudian diadopsi dalam perayaan Kristen.

    Telur Paskah, sebagai contoh, melambangkan kelahiran baru dan kehidupan, sesuai dengan tema kebangkitan.

    Di Eropa Timur, tradisi mengecat telur, sering kali berwarna merah sebagai simbol darah Kristus, telah ada sejak abad ke-13.

    Sementara itu, kelinci Paskah atau Easter Bunny yang konon membawa dan menyembunyikan telur untuk ditemukan anak-anak, berasal dari mitos Jerman kuno.

    Kelinci adalah simbol kesuburan dan kehidupan baru dalam banyak budaya pagan.

    Berbagai kegiatan yang sering dilakukan selama Paskah di berbagai belahan dunia antara lain:

    Easter egg hunt: Mencari telur Paskah yang disembunyikan.

    Easter parade: Arak-arakan Paskah dengan pakaian khas musim semi.

    Kebaktian matahari terbit: Misa Paskah yang dilakukan saat fajar.

    Perayaan Global Paskah: Lebih dari Sekadar Tradisi Kristen

    Meskipun berasal dari tradisi Kristen, Paskah kini telah menjadi bagian dari budaya populer di banyak negara, termasuk di Amerika Serikat, Australia, dan sebagian negara Asia.

    Di AS, misalnya, Gedung Putih secara rutin mengadakan acara Easter Egg Roll untuk anak-anak sejak abad ke-19.

    Bagi sebagian orang yang bukan pemeluk Kristen, Paskah menjadi momen untuk refleksi kebersamaan keluarga dan perayaan kehidupan.

    Sebagaimana ditulis oleh kolumnis The Times, Paskah dapat menjadi saat perenungan mendalam tentang pengampunan, harapan, dan kemanusiaan—tidak hanya untuk orang beriman, tetapi untuk semua orang.

    Kapan Paskah Dirayakan: Tanggal yang Berubah-ubah

    Tanggal Paskah berubah-ubah setiap tahun karena ditentukan berdasarkan perhitungan astronomis.

    Rumus yang digunakan adalah Minggu pertama setelah bulan purnama pasca-equinox musim semi, sekitar 21 Maret.

    Oleh karena itu, Paskah dapat jatuh antara 22 Maret hingga 25 April.

    Dengan berbagai tradisi dan makna yang terkandung di dalamnya, Paskah tidak hanya menjadi saat untuk merayakan kebangkitan Kristus, tetapi juga menjadi momen universal untuk merenungkan tentang cinta, pengorbanan, dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Upaya Perdamaian dan Sanksi China dalam Konflik Rusia-Ukraina Hari ke-1151 – Halaman all

    Upaya Perdamaian dan Sanksi China dalam Konflik Rusia-Ukraina Hari ke-1151 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 kini telah memasuki hari ke-1151 pada Sabtu, 19 April 2025.

    Dalam periode yang panjang ini, berbagai perkembangan signifikan terus terjadi, termasuk langkah Ukraina menjatuhkan sanksi terhadap tiga perusahaan asal China yang diduga terlibat dalam produksi rudal Iskander untuk Rusia.

    Mari kita bahas lebih dalam mengenai hal ini.

    Mengapa Ukraina Menjatuhkan Sanksi Terhadap Perusahaan China?

    Ukraina menjatuhkan sanksi kepada tiga perusahaan China pada Jumat, 18 April 2025.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah Beijing Aviation, Aerospace Xianghui Technology, Rui Jin Machinery, dan Zhongfu Shenying Carbon Fiber Xining.

    Sanksi ini dilakukan setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut diduga berperan dalam rantai pasokan senjata Rusia, khususnya untuk rudal Iskander.

    Zelensky menegaskan dalam pernyataan di platform media sosial X bahwa sanksi ini merupakan bagian dari upaya Ukraina untuk mempersempit rantai pasokan militer Rusia yang berlanjut.

    Ia menyatakan, “Sebagian besar entitas yang terkena sanksi ini berasal dari Rusia, namun ada juga yang berbasis di Tiongkok.” Meskipun rincian sanksi belum diumumkan secara resmi, biasanya sanksi tersebut mencakup pembekuan aset, larangan transaksi, dan pemutusan kerja sama bisnis.

    Apa Tanggapan Tiongkok terhadap Tuduhan Ini?

    Dalam menanggapi tuduhan dari Zelensky, pemerintah Tiongkok secara tegas membantahnya.

    Mereka menyatakan bahwa mereka tidak menyediakan perlengkapan militer kepada pihak manapun dalam konflik ini dan berulang kali mengeklaim bahwa mereka bersikap netral dalam perang antara Rusia dan Ukraina.

    Namun, Ukraina menilai bahwa keterlibatan perusahaan-perusahaan China dalam rantai produksi senjata Rusia adalah indikasi adanya keterlibatan tidak langsung.

    Apa Pengaruh Amerika Serikat dalam Konflik Ini?

    Di tengah upaya mencapai perdamaian, laporan menyebutkan bahwa Amerika Serikat bersiap untuk mengakui kendali Rusia atas Krimea sebagai bagian dari perjanjian damai yang lebih luas dengan Ukraina.

    Meskipun demikian, keputusan akhir terkait pengakuan ini masih dalam pertimbangan dan belum ada komentar resmi dari Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri AS.

    Bagaimana Proses Pertukaran Tahanan Berlangsung?

    Pada hari yang sama, Rusia dan Ukraina sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan baru, yang dimediasi oleh Uni Emirat Arab (UEA).

    Pertukaran ini akan melibatkan hampir 500 tahanan dari kedua belah pihak, termasuk 46 tentara yang terluka.

    Menurut sumber yang berbicara kepada Reuters, proses pertukaran ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang terus meningkat di antara kedua negara yang terlibat dalam konflik ini.

    Apa Peran Diplomasi dalam Penyelesaian Konflik?

    Dalam konteks ini, upaya diplomasi menjadi sangat penting.

    Baru-baru ini, mantan Presiden AS, Donald Trump, melakukan percakapan dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, membahas berbagai isu termasuk resolusi damai bagi perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

    Diskusi ini menunjukkan bahwa negara-negara di dunia semakin berupaya untuk menemukan jalan keluar dari konflik yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini.

    Dengan berbagai langkah strategis yang diambil oleh Ukraina, dukungan internasional, dan upaya mediasi, harapan untuk mencapai perdamaian dalam konflik ini tetap ada.

    Meskipun tantangan besar masih dihadapi, baik Rusia maupun Ukraina terus mencari jalan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkepanjangan ini.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).