Tempat Fasum: Gedung Putih

  • Kebijakan Donald Trump Termasuk Perang Dagang AS China Didemo Ribuan Warga Amerika Serikat

    Kebijakan Donald Trump Termasuk Perang Dagang AS China Didemo Ribuan Warga Amerika Serikat

    PIKIRAN RAKYAT – Pada Sabtu, 19 April 2025 waktu setempat, ribuan warga Amerika Serikat menggelar demonstrasi di berbagai kota. Mereka memprotes kebijakan-kebijakan Donald Trump, termasuk perang dagang AS China.

    Hari tersebut bertepatan dengan peringatan 250 tahun Perang Revolusi AS. Gedung Putih yang berlokasi di Washington DC menjadi salah satu lokasi demonstrasi.

    Aksi tersebut ada juga di New York City, Chicago, dan San Fransisco. Di New York City, para pendemo membentangkan poster bertuliskan Tidak Ada Raja di Amerika dan Tolak Tirani.

    Di Chicago, para pendemo meneriakkan Lindungi demokrasi kita. Di San Francisco, terbentang spanduk bertuliskan Pemakzulan dan Pemberhentian.

    Di antara mereka, ada juga yang memprotes deportasi para imigran, pemecatan di departemen federal, pengurangan dana kantor jaminan sosial, anti transgender, dan kebijakan iklim.

    Kekhawatiran Warga AS

    Raymond Lotta, seorang ekonom politik sekaligus penulis, mengutarakan negara AS berada di situasi berbahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Raymond yang membentang spanduk Deportasi Trump pun menyebut Donald Trump merusak supremasi hukum.

    Hal senada diungkapkan juga oleh Thomas Bassford. Ia pun mengungkapkan bahwa warga AS saat ini diserang oleh pemerintahnya sendiri sehingga perlu melawannya.

    Chris, seorang demonstran lainnya, mengutarakan bahwa kebijakan penetapan tarif Trump sebagai hal yang tak perlu. Sebabnya, merugikan ekonomi AS dan dunia. Ia membentangkan poster Tarif Sama Dengan Resesi. 

    George Bryant, seorang demonstran lainnya yang tinggal di Boston, mengutarakan bahwa Donald Trump sedang mendirikan negara fasis. Ia membentangkan spanduk Rezim Fasis Trump Harus Lengser Sekarang Juga.

    Elon Musk, pengusaha yang juga penasihat Donald Trump, menjadi sasaran kemarahan juga. Para demonstran mendatangi dealer mobil Tesla. Elon Musk menjabat CEO di perusahaan otomotif tersebut.

    Demonstrasi Tanggal 5 April 2025

    Sebelum demonstrasi tersebut, ribuan warga Amerika Serikat telah mengadakan aksi serupa pada tanggal 5 April 2025. Pengamat politik menilai aksi ini sebagai wujud kekecewaan masyarakat AS terhadap pemerintahan Donald Trump.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Trump Akan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus: Dia Mencintai Dunia

    Trump Akan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus: Dia Mencintai Dunia

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan ia akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Roma. Trump akan hadir bersama Ibu Negara Melania Trump.

    “Melania dan saya akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Roma. Kami berharap dapat hadir di sana!” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, seperti dilansir AFP, Selasa (22/4/2025).

    Tanggal pemakaman Paus Fransiskus belum diumumkan. Serta belum jelas apakah kunjungan Trump ke Roma akan digabungkan dengan kunjungan yang sebelumnya diumumkan selama pertemuannya minggu lalu dengan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.

    Trump juga mengunggah: “Beristirahatlah dalam damai Paus Fransiskus! Semoga Tuhan memberkatinya dan semua yang mencintainya!”

    Trump memerintahkan bendera AS dikibarkan setengah tiang di Gedung Putih, dan di gedung-gedung federal di seluruh dunia.

    “Ia orang baik, ia bekerja keras dan mencintai dunia,” kata Trump pada sebuah acara di Gedung Putih untuk memperingati Paskah.

    “Paus Fransiskus akan dikenang sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di zaman kita dan saya merasa lebih baik karena mengenalnya,” tulis Biden di X bersama foto dirinya dan Paus.

    Menteri Luar Negeri Marco Rubio, yang juga seorang Katolik, mengatakan dia sedih dan menambahkan “kami bersama dalam doa dengan umat Katolik di seluruh dunia untuk ketenangan jiwa Paus dan untuk masa transisi ini bagi Gereja Katolik.”

    Mantan wakil presiden Kamala Harris, yang kalah dari Trump dalam pemilihan presiden bulan November, memuji Paus Fransiskus sebagai pemimpin visioner yang mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan dan keadilan.

    “Ia mendorong kita untuk melindungi planet kita, memperjuangkan gereja yang lebih inklusif, dan peduli terhadap semua anak Tuhan – terutama yang paling rentan di antara kita,” tulis Harris di X.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rencana Serangan ke Yaman Bocor, Anggota Parlemen AS Minta Menhan Hegseth Dicopot dari Jabatannya

    Rencana Serangan ke Yaman Bocor, Anggota Parlemen AS Minta Menhan Hegseth Dicopot dari Jabatannya

    JAKARTA – Anggota parlemen Amerika Serikat mengkritik kabar Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth membagikan informasi penting mengenai pertahanan dan militer, terkait rencana serangan ke Yaman pada Bulan Maret lalu.

    Anggota parlemen dari Partai Demokrat mengatakan Menhan Hegseth tidak dapat lagi mempertahankan jabatannya.

    “Kami terus belajar bagaimana Pete Hegseth membahayakan nyawa,” kata Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer dalam cuitan di X, melansir Reuters 21 April

    “Tetapi Trump masih terlalu lemah untuk memecatnya. Pete Hegseth harus dipecat,” lanjutnya.

    Sedangkan senator Tammy Duckworth, veteran Perang Irak yang menderita luka parah dalam pertempuran pada tahun 2004, mengatakan Hegseth “harus mengundurkan diri karena malu.”

    Seorang pejabat AS di Pentagon mempertanyakan bagaimana Hegseth dapat mempertahankan pekerjaannya setelah berita terbaru tersebut.

    Hegseth berbagi rincian serangan Maret terhadap Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran dalam sebuah grup pesan yang mencakup istri, saudara laki-laki hingga pengacara pribadinya, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters pada Hari Minggu.

    Pengungkapan obrolan di aplikasi Signal untuk kali kedua menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang penggunaan sistem pesan yang tidak dirahasiakan oleh Menhan Hegseth untuk berbagi rincian keamanan yang sangat sensitif, terjadi pada saat yang sangat sensitif baginya, dengan pejabat senior yang dipecat dari Pentagon minggu lalu sebagai bagian dari penyelidikan kebocoran internal.

    Dalam obrolan terbaru, Menhan Hegseth berbagi rincian serangan yang mirip dengan yang diungkapkan bulan lalu oleh majalah The Atlantic setelah pemimpin redaksinya, Jeffrey Goldberg, dimasukkan dalam obrolan terpisah di aplikasi Signal secara tidak sengaja, dalam insiden memalukan yang melibatkan semua pejabat keamanan nasional paling senior Presiden Donald Trump.

    Sumber yang mengetahui masalah tersebut berbicara dengan syarat anonim mengatakan, obrolan kali ini melibatkan sekitar selusin orang dan dibuat selama proses konfirmasinya untuk membahas masalah administratif, alih-alih perencanaan militer yang terperinci.

    Obrolan tersebut mencakup rincian jadwal serangan udara, kata sumber tersebut.

    Juru bicara Pentagon Sean Parnell, tanpa bukti, mengatakan media “dengan antusias mengambil keluhan mantan karyawan yang tidak puas sebagai satu-satunya sumber untuk artikel mereka.”

    “Media yang membenci Trump terus terobsesi untuk menghancurkan siapa pun yang berkomitmen pada agenda Presiden Trump. Kami telah mencapai begitu banyak hal untuk pejuang perang Amerika, dan tidak akan pernah mundur,” kata Parnell dalam cuitan di X.

    Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Anna Kelly mengatakan “para ‘pembocor’ yang baru-baru ini dipecat terus memutarbalikkan kebenaran untuk menenangkan ego mereka yang hancur dan merusak agenda Presiden.

    Pengungkapan terbaru tersebut muncul beberapa hari setelah Dan Caldwell, salah satu penasihat utama Hegseth, dikawal dari Pentagon setelah diidentifikasi selama penyelidikan kebocoran di Departemen Pertahanan.

    Meskipun Caldwell tidak setenar pejabat senior Pentagon lainnya, ia telah memainkan peran penting bagi Hegseth dan ditunjuk sebagai orang penting Pentagon oleh Sekretaris dalam obrolan Signal pertama.

    “Kami sangat kecewa dengan cara di mana layanan kami di Departemen Pertahanan berakhir,” cuit Caldwell di X pada Hari Sabtu.

    “Pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya telah memfitnah karakter kami dengan serangan yang tidak berdasar saat kami keluar dari kantor,” lanjutnya.

    Setelah kepergian Caldwell, pejabat yang kurang senior Darin Selnick, yang baru-baru ini menjadi wakil kepala staf Hegseth, dan Colin Carroll, yang merupakan kepala staf Wakil Menteri Pertahanan Steve Feinberg, diberi cuti administratif dan dipecat pada Hari Jumat.

  • Pemerintahan Prabowo pilih jalur negosiasi ketimbang balas tarif Trump – Perbanyak impor produk energi dan agrikultur dari AS – Halaman all

    Pemerintahan Prabowo pilih jalur negosiasi ketimbang balas tarif Trump – Perbanyak impor produk energi dan agrikultur dari AS – Halaman all

    Pemerintah Indonesia secara resmi menawarkan peningkatan pembelian produk energi dan agrikultur dari Amerika Serikat. Langkah ini dilakukan Indonesia saat Presiden AS Donald Trump menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari sejak 10 April.

    Trump mengumumkan menangguhkan kenaikan tarif resiprokal selama 90 hari untuk puluhan negara, termasuk Indonesia. Penundaan ini tidak berlaku untuk China yang mereka anggap menantang kebijakan AS.

    Di tengah situasi ini, Indonesia memilih jalur negosisasi ketimbang membalas menaikan tarif impor dari AS.

    Dalam keterangan terbaru, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia akan membeli produk energi dari AS seperti “LPG, kemudian US crude oil (minyak mentah), dan gasoline (bensin)”.

    “Juga Indonesia berencana untuk terus memberi produk agrikultur, antara lain gandum, soya bean (kedelai), soya bean milk (susu kedelai), dan juga Indonesia akan meningkatkan pembelian barang-barang modal dari Amerika,” kata Airlangga, Jumat (18/04).

    Selain itu, Airlangga juga akan memberikan insentif terhadap perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia.

    “Indonesia juga menawarkan kerjasama terkait dengan mineral strategis atau critical mineral, dan juga terkait dengan mempermudah, terkait dengan prosedur dari pada impor untuk produk-produk, termasuk produk hortikultura dari Amerika,” tambahnya.

    Airlangga berkata, produk ekspor utama dari Indonesia ke AS seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang “mendapatkan tarif masuk yang lebih tinggi” dibandingkan negara-negara kompetitor.

    Tarif masuk ke AS untuk produk ekspor ini antara 10%-37%. Dengan penangguhan selama 90 hari, maka tetap dikenakan terjadi tarif tambahan 10%.

    “Dengan tambahan 10% ini ekspor kita biayanya lebih tinggi karena tambahan biaya itu diminta oleh para pembeli agar di-sharing dengan Indonesia, bukan pembelinya saja yang membayar pajak tersebut,” tambah Airlangga.

    Ia menambahkan, Indonesia dan AS terus berdiskusi tentang tarif resiprokal ini selama 60 hari ke depan sampai mencapai kesepakatan kedua pihak.

    Dalam keterangan sebelumnya, Airlangga menyampaikan Pemerintahan Prabowo mengambil jalur negosiasi ketimbang membalas tarif resiprokal AS sebesar 32%.

    “Arahan Bapak Presiden, Indonesia memilih jalur negosiasi, karena AS adalah mitra strategis,” ujar Airlangga, Selasa (08/04).

    Airlangga mengakui adanya ketidakpastian ekonomi menyusul pengenaan tarif dasar dan bea masuk atas barang-barang dari lebih 180 negara yang diumumkan Trump beberapa waktu lalu.

    Salah satu poin utama yang disorot Airlangga adalah revitalisasi Perjanjian Kerja Sama Perdagangan dan Investasi atau Trade & Investment Framework Agreement (TIFA).

    Airlangga juga mengatakan Indonesia sudah melakukan pendekatan ke perwakilan diplomatik AS serta berkomunikasi dengan asosiasi pedagang dan pengusaha seperti Kadin dan Apindo.

    Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menggarisbawahi Indonesia sebetulnya punya banyak alternatif untuk mendiversifikasi tujuan ekspor.

    “Dependensi kita terhadap AS tidak terlalu besar dibandingkan [sejumlah] negara-negara lain,” ujarnya.

    Menanggapi hal itu, pengamat ekonomi dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, menyayangkan sikap pemerintah yang disebutnya “tidak berani melakukan retaliasi” sedari awal.

    “Negara manapun semestinya menunjukkan bahwa opsi retaliasi akan selalu on the table [dimungkinkan],” ujar Andri ketika dihubungi BBC News Indonesia pada Selasa (08/04).

    Sementara pengamat ekonomi pembangunan dari Universitas Andalas di Sumatra Barat, Syafruddin Karimi, mengatakan absennya perwakilan diplomatik Indonesia di AS melemahkan posisi tawar Indonesia dalam negosiasi bilateral.

    “Tanpa duta besar yang aktif di Washington, upaya Indonesia untuk menjaga akses pasar ekspor dan meredam dampak proteksionisme Amerika akan selalu tertinggal satu langkah dibanding negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Thailand,” ujarnya.

    ‘Menimbulkan ketidakpastian di dunia’

    Dalam pidato pembukanya di sarasehan ekonomi itu, Prabowo menyatakan bahwa goncangan dunia saat ini disebabkan oleh AS yang memberlakukan peningkatan tarif tinggi kepada banyak negara.

    “Banyak negara yang cemas, padahal sebenarnya pendiri-pendiri bangsa kita dari sejak dulu—dan termasuk saya bertahun-tahun—saya sudah ingatkan mari kita bangun ekonomi kita dengan sasaran berdiri di atas kaki kita sendiri,” ujar Prabowo, pada Selasa (08/04).

    Prabowo menyampaikan bahwa swasembada pangan dan swasembada energi merupakan sasaran utama dari strategi ekonomi pemerintahannya, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) PBB.

    Dalam sarasehan tersebut, Prabowo mengapresiasi masukan dari sejumlah asosiasi pegiat ekonomi, khususnya mengenai perizinan.

    Dia meminta kepada jajarannya untuk lebih efisien dan mempermudah birokrasi untuk para pegiat ekonomi.

    “Sebetulnya Presiden Trump mungkin membantu kita. Dia memaksa kita, supaya kita ramping, efisien, tidak manja. Ini kesempatan,” ujar Prabowo

     

    Sementara Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menggarisbawahi bahwa dari Indonesia sebetulnya punya banyak alternatif untuk mendiversifikasi tujuan ekspor.

    “Dilihat dari sisi neraca perdagangan, AS adalah yang terbesar kedua. Tapi dibandingkan dengan mitra paling besar, yaitu China, AS tidak jauh berbeda dengan destinasi ekspor lainnya,” ujar Sri Mulyani.

    “Destinasi ekspor kita masih bisa kita diversifikasi. Dependensi kita terhadap AS tidak terlalu besar dibandingkan [sejumlah] negara-negara lain.”

    Sri Mulyani juga mengatakan dampak dari tarif AS saat ini membuat muncul wacana di negara-negara seluruh dunia untuk mencari tujuan ekspor dan investasi alternatif untuk memunculkan “perdagangan tanpa Amerika”.

    Apa yang akan dilakukan pemerintah Indonesia?

    Pemerintah telah menyiapkan langkah diplomasi ekonomi yang terkoordinasi dan komprehensif menanggapi kebijakan AS, sebagaimana diucapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

    Salah satu fokus utama adalah revitalisasi Perjanjian Kerja Sama Perdagangan dan Investasi atau Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) yang ditandatangani pada 1996.

    Di sisi lain, Airlangga mengatakan bergabungnya Indonesia ke New Development Bank (NDB) yang didirikan negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) membuat Indonesia sudah punya aliansi perekonomian alternatif.

    Airlangga menambahkan wakil perdana menteri Rusia akan berkunjung ke Indonesia pada tanggal 14 April sehingga membuka peluang pasar Indonesia di negara itu.

    Sebelumnya, sebagaimana dilansir kantor berita Antara, Airlangga pada Senin (07/04) mengatakan negara-negara ASEAN berencana untuk bertemu pada Kamis (10/04) untuk menyamakan sikap.

    “Indonesia sendiri akan mendorong beberapa kesepakatan dan dengan beberapa negara ASEAN, menteri perdagangan juga berkomunikasi selain dengan Malaysia juga dengan Singapura, dengan Kamboja dan yang lain untuk mengkalibrasi sikap bersama ASEAN,” ujar Airlangga.

    Pemerintah juga akan mengajukan proposal deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs), termasuk relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor teknologi informasi dan komunikasi, ujar Airlangga.

    Selain itu, evaluasi terkait pelarangan dan pembatasan barang ekspor maupun impor AS juga menjadi bagian dari rencana negosiasi.

    Solusi lain yang dipertimbangkan Indonesia adalah meningkatkan impor dan investasi dari AS melalui pembelian minyak dan gas (migas).

    Pemerintah juga menyiapkan insentif fiskal dan non-fiskal melalui berbagai strategi, seperti penurunan bea masuk, PPh impor, atau PPN impor dengan tujuan mendorong impor dari AS sekaligus mempertahankan daya saing ekspor Indonesia ke negara tersebut.

    Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar US$14,34 miliar (sekitar Rp241 triliun) pada tahun 2024.

    Surplus terbesar Indonesia berasal dari mesin dan perlengkapan elektrik (US$4,18 miliar atau Rp 70,37 triliun), pakaian dan aksesori pakaian (US$2,84 miliar atau Rp47,81 triliun), serta alas kaki (US$2,39 miliar atau Rp40,2 triliun).

    Sementara AS mencatat defisit perdagangan dengan Indonesia sebesar US$17,9 miliar (sekitar Rp301 triliun) pada tahun yang sama.

    Airlangga menambahkan bahwa para diplomat Indonesia telah berkomunikasi dengan U.S Trade Representative, yang saat ini masih menunggu proposal konkret dari pihak Indonesia.

    ‘Tertinggal satu langkah’

    Sejak tahun 2023, Indonesia tidak memiliki Duta Besar untuk Amerika Serikat.

    Posisi itu terakhir kali dipegang Rosan Roeslani yang kemudian ditunjuk sebagai Wakil Menteri BUMN pada Juli 2023.

    Pengamat ekonomi pembangunan dari Universitas Andalas di Sumatra Barat, Syafruddin Karimi, mengatakan absennya perwakilan diplomatik Indonesia di AS ini melemahkan posisi tawar Indonesia dalam negosiasi bilateral “di tengah meningkatnya tensi dagang akibat kebijakan tarif Presiden Trump”.

    “Tanpa duta besar yang aktif di Washington, upaya Indonesia untuk menjaga akses pasar ekspor dan meredam dampak proteksionisme Amerika akan selalu tertinggal satu langkah dibanding negara-negara pesaing seperti Vietnam dan Thailand,” ujarnya.

    Di sisi lain, Syafruddin menekankan pentingnya bagi pemerintah Indonesia untuk belajar dari Vietnam yang berupaya melakukan pendekatan bilateral tetapi ditanggapi dingin oleh Gedung Putih.

    Sebelumnya, pemerintah Vietnam meminta penundaan tarif selama 46 hari.

     

    Akan tetapi, penasihat utama Presiden Trump, Peter Navarro, mengatakan kepada Fox News, mitra BBC di AS, bahwa “ini bukan negosiasi” meski kemudian menambahkan pihaknya “selalu bersedia mendengarkan”.

    “Penolakan terhadap Vietnam menunjukkan bahwa Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Trump, mengedepankan strategi proteksionisme yang tidak mudah dinegosiasikan, bahkan dengan mitra dagang utama sekalipun,” ujarnya.

    Oleh karena itu, Syafruddin menyarankan agar Indonesia tidak hanya mengandalkan diplomasi formal, tetapi juga memperkuat posisi tawar melalui strategi konkret yang mencerminkan kepentingan bersama dan daya saing jangka panjang.

    Dia menekankan perlunya memastikan setiap proposal ke Washington memiliki nilai strategis dan ekonomi yang signifikan, bukan sekadar kompromi politik.

    “Tanpa pendekatan yang cermat dan persiapan matang, Indonesia berisiko mengalami nasib serupa dengan Vietnam: gagal meraih kepercayaan mitra strategis dan kehilangan momentum dalam arena perdagangan global,” ujarnya.

    Terpisah, pengamat ekonomi dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, menyayangkan sikap pemerintah yang disebutnya “tidak berani melakukan retaliasi” sedari awal.

    “Negara manapun semestinya menunjukkan bahwa opsi retaliasi akan selalu on the table [dimungkinkan],” ujar Andri ketika dihubungi pada Selasa (08/04).

    Andri menekankan opsi retalisi di sini bukanlah semata ancaman, melainkan benar-benar harus disiapkan Indonesia dengan melakukan diversifikasi mitra dagang menjauh dari AS jika negosiasi tidak imbang.

    Lebih lanjut, Andri menilai Trump menunjukkan ketidaksukaannya terhadap negara mana saja yang berencana untuk melakukan pembalasan tarif terhadap kebijakan perdagangan AS.

    Kebijakan tarif global yang diterapkan Trump didasarkan pada asumsi bahwa negara-negara lain akan bersikap patuh dan memberikan konsesi kepada Amerika Serikat dalam negosiasi untuk menurunkan tarif tersebut, papar Andri.

    Namun, Andri menegaskan langkah tarif ini bersifat merugikan bagi kedua belah pihak yang terlibat.

    Jika negara-negara lain memilih untuk tidak tunduk dan justru melakukan retaliasi, Trump berpotensi besar merugikan perekonomian negaranya sendiri tanpa alasan yang substansial.

    “Ini skenario yang sangat ingin dihindari oleh Trump,” ujar Andri.

    Andri menyoroti pernyataan Trump terhadap respons China terhadap kebijakan tarif AS sebagai contoh.

    Seperti diketahui, Trump dilaporkan mengancam untuk meningkatkan tarif hingga 50?ngan tujuan memaksa Beijing membatalkan langkah pembalasannya.

    “Di sisi lain, ketakutan Trump ini justru menunjukkan bahwa Indonesia tidak pernah boleh melepaskan opsi retaliasi dari meja negosiasi. AS akan mencoba apa saja agar retaliasi tidak dilakukan, dan Indonesia harus paham itu,” ujarnya.

    Andri menggarisbawahi poin dari Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa Indonesia tidak terlampau dependen terhadap AS.

    “AS memang negara destinasi ekspor kedua terbesar, tapi selisihnya dengan yang terbesar [China] sangat jomplang, sehingga posisi AS ini sebenarnya tidak banyak lebih penting dengan negara mitra dagang lainnya,” ujar Andri.

    “Kalau melihat dari peta mitra dagang Indonesia selama ini, Indonesia masih punya sangat banyak alternatif. Mitra dagang Indonesia masih sangat bisa didiversifikasi sehingga ketergantungan ataupun dependensi terhadap AS sebenarnya tidak terlalu besar.”

    Lebih lanjut, Andri menggaris bawahi pidato Presiden Prabowo yang menyebut “swasembada energi” tetapi bertolak belakang dengan langkah negosiasi Indonesia dengan AS.

    “Sangat lucu ketika presiden berbicara tentang ‘swasembada energi’ namun dalam negosiasi dengan AS, Indonesia diminta untuk membeli lebih banyak minyak mentah dari AS untuk mengurangi surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS,” ujarnya.

    IHSG dan bursa saham Asia alami penurunan drastis

    Pada Selasa (08/04) IHSG menunjukkan tren penurunan di awal perdagangan setelah libur Lebaran.

    Pada pukul 09.01 WIB, IHSG bergerak di posisi 5.912. Posisi ini berarti IHSG melemah 598,55 poin (9,19%) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.510.

    Sesuai dengan ketentuan baru, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan sementara atau trading halt selama 30 menit karena IHSG mengalami penurunan sebanyak 8%.

    Meski demikian, seperti dilansir Kompas.com, IHSG tetap berada di posisi 5.987 atau turun 522,92 poin (8,03%) pada pukul 09:38 WIB setelah trading halt dicabut.

    Seperti diberitakan BBC News sebelumnya, saham di Asia seperti di Shanghai, Tokyo, dan Hong Kong mengalami penurunan drastis pada Senin (07/04).

    Hal ini menyusul kemerosotan saham global pekan lalu setelah Trump mengumumkan tarif baru antara 10?n 46% di sebagian besar negara.

    Bursa saham Nikkei di Jepang ditutup dengan penurunan 7,8%, sementara bursa saham ASX 200 di Australia turun 4,2%.

    Sedangkan bursa saham Kospi di Korea Selatan ditutup 5,6% lebih rendah. Adapun pasar saham Shanghai Composite di China anjlok 7,3?n Indeks saham Taiwan turun drastis sebesar 9,7%.

    Sementara itu, bursa saham Hang Seng turun 12,5?lam penutupan perdagangan saham pada Senin (07/04) sore.

    Langkah Trump ini tidak hanya menyasar rival dagang utama seperti China, tetapi juga sekutu dekat AS seperti Jepang dan Korea Selatan, serta negara-negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi pesat seperti Vietnam.

    Jepang dan Korea Selatan akan menghadapi tarif sebesar 26%, sementara Vietnam, yang oleh Trump disebut sebagai “pelanggar terburuk”, bersiap untuk tarif 46%.

    Negara-negara lain dalam daftar sasaran termasuk Kamboja (49%), Thailand (36%), dan China yang akan dikenai tarif total mencapai 54%.

    Selain tarif tinggi yang menargetkan negara-negara tertentu, AS juga memberlakukan tarif dasar sebesar 10% untuk sejumlah negara lain di kawasan tersebut, termasuk Singapura, Selandia Baru, dan Australia.

    Kebijakan ini memicu kekhawatiran luas akan potensi perang dagang global yang dapat menyeret ekonomi dunia ke dalam perlambatan, atau bahkan resesi.

    Kawasan Asia, yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, dinilai sangat rentan terhadap dampak negatif dari kebijakan AS ini.

  • Dari Trump Tower Moskow hingga Logam Tanah Jarang, Saat Ukraina Cuma Jadi Alat Tawar Rusia ke AS – Halaman all

    Dari Trump Tower Moskow hingga Logam Tanah Jarang, Saat Ukraina Cuma Jadi Alat Tawar Rusia ke AS – Halaman all

    Dari Trump Tower Moskow hingga Logam Tanah Jarang, Saat Ukraina Jadi Alat Tawar Rusia ke AS

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina adalah alat tawar berharga bagi Rusia dalam negosiasi besar dengan Amerika Serikat (AS).

    Begitu kira-kira kesimpulan dari ulasan yang dilansir media independent Rusia, TMT, Senin (21/4/2025) mengenai wacana gencatan senjata yang digaungkan AS dalam perang Rusia-Ukraina.

    Ada misi besar Rusia dalam negosiasi ini, bukan sekadar berhentinya perang.

    Moskow ingin menciptakan equilibrium (keseimbang) baru dunia di mana isi dan dominasinya tak melulu soal AS, Barat, dan sekutu mereka.

    Sebagai garis bawah, hipotesis ulasan ini bersandar kalau Rusia, sebagai pihak yang melakukan invasi (Moskow lebih suka memilih diksi Operasi Militer Khusus), adalah pihak yang cenderung dominan dalam perang.

    Sementara Ukraina, yang terbukti sudah keliling ‘memohon’ bantuan dari negara-negara Barat, adalah pihak yang terpojok.

    Terlebih saat AS saat ini dipimpin Donald Trump yang menggaungkan kebijakan ‘cuan’, ‘pelit.’ dan ‘kencangkan ikat pinggang’ demi frasa ‘Make America Great Again’.

    “Saat Moskow mempersiapkan kemungkinan negosiasi dengan Washington yang bertujuan mengakhiri invasi besar-besaran ke Ukraina, Moskow menginginkan hasil yang jauh lebih ambisius daripada sekadar gencatan senjata: penataan ulang lingkup pengaruh secara global,” kata ulasan tersebut.

    Dalam pandangan Kremlin, negosiasi semacam itu secara efektif berarti pengakuan AS atas dominasi Rusia di kawasan pasca-Soviet — termasuk Ukraina — dan, sampai batas tertentu, pengakuan atas pengaruhnya di Eropa.

    “Untuk mencapai tujuan tersebut, Kremlin kini tengah mencari insentif yang diyakininya dapat menarik — dan mempertahankan — perhatian Presiden AS Donald Trump, mulai dari kesepakatan tanah jarang dan pengaruh geopolitik di Iran dan Korea Utara hingga Trump Tower yang telah lama diimpikan Trump di Moskow,” kata ulasan tersebut menjelaskan tujuan besar Moskow dalam perundingan damai dengan Ukraina dengan AS sebagai penengah.

    Lima pejabat pemerintah Rusia saat ini, termasuk dua diplomat, tiga sumber yang dekat dengan Kremlin dan karyawan tiga perusahaan besar milik negara mengonfirmasi hal ini kepada TMT, semuanya berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.

    “Yang terpenting adalah mereka (Amerika) tidak mencampuri urusan kami dan tidak memberi tahu kami cara hidup,” kata seorang pejabat senior Rusia yang memahami logika negosiasi Kremlin.

    “Mereka tidak menghalangi kami melakukan apa yang sedang kami lakukan.”

    Beberapa pejabat di Moskow juga membayangkan gerakan simbolis pengakuan sebagai bagian dari kesepakatan potensial — seperti kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Washington dan bertemu Trump di Gedung Putih.

    “Jika bos kami [Putin] sesekali datang ke Washington untuk bertemu dengan Trump — itu juga akan menyenangkan,” kata seorang pejabat pemerintah saat ini.

    Meski begitu, para pejabat mengakui bahwa era pertemuan puncak besar — ​​seperti yang terjadi selama Perang Dingin atau tahun-tahun awal pasca-Soviet — telah berakhir. 

    “Sulit untuk mengandalkan itu sekarang,” kata pejabat pemerintah itu.

    DONALD TRUMP PRIMA – Presiden AS Donald Trump saat menghadiri UFC 314 pada Sabtu (13/4/2025) malam di Miami di Kaseya Center. (Tangkap layar YouTube TNT Sports)

    Mencari Leverage

    Kremlin, yang menyadari keterbatasan posisi negosiasinya, telah menugaskan pejabat dan pakar untuk menganalisis dan mengidentifikasi semua kemungkinan insentif yang dapat menarik minat Trump dan menjaga agar pembicaraan tidak menyempit menjadi agenda terbatas, cuma soal perdamaian dengan Ukraina.

    Menyusul kemenangan pemilu Trump pada bulan November, Kremlin memerintahkan perusahaan-perusahaan besar untuk menyiapkan proposal terperinci untuk kerja sama ekonomi dengan Washington.

    “Pekerjaan berjalan lancar di pemerintahan, kementerian, dan perusahaan besar, termasuk di malam hari dan di akhir pekan: proposal sedang dipersiapkan di seluruh sektor ekonomi utama,” kata seorang pejabat pemerintah saat ini kepada TMT. 

    “Rosatom dan Rosneft menyampaikan inisiatif mereka, dan (produsen emas) Polyus mengirimkan informasi intelijen terbaru tentang endapan emas ke Kremlin. Rusal dan entitas lain ikut bergabung,” kata pejabat itu.

    Dia menambahkan bahwa wakil kepala administrasi kepresidenan Maxim Oreshkin dan utusan khusus Putin, Kirill Dmitriev, termasuk di antara mereka yang mengoordinasikan upaya ini.

    Karyawan di tiga perusahaan besar milik negara dan sumber yang dekat dengan Kremlin mengonfirmasi hal ini.

    Pendekatan baru ini mencerminkan runtuhnya model kaku hubungan AS-Rusia sebelumnya. 

    Selama Perang Dingin, negara-negara adikuasa mempraktikkan “keterkaitan”, di mana isu-isu yang tampaknya tidak berhubungan menjadi konsesi dalam kerangka negosiasi yang lebih besar. 

    “Anda memberi kami gandum — kami akan memberi Anda lebih sedikit radikal di Amerika Latin. Anda memberi saya aspirin, saya memberi Anda Valocordin,” kata seorang diplomat senior Rusia mencontohkan model keluwesan yang coba dibangun Moskow dengan Washington.

    “Jika Anda memiliki berbagai macam masalah di atas meja, lebih mudah untuk menemukan keseimbangan dan menyeimbangkan asimetri,” kata diplomat itu.

    Namun tidak seperti era Perang Dingin, Rusia kini memegang lebih sedikit kartu.

    Perjanjian pengendalian senjata strategis yang pernah menjadi dasar dialog — dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik hingga New START — mulai terurai.

    Dengan berakhirnya New START pada Februari 2026, pembicaraan tentang perpanjangannya bahkan belum dimulai .

    “Dulu kami mengadakan pertemuan puncak, menandatangani perjanjian — pertama Pembicaraan Pembatasan Senjata Strategis (SALT), kemudian Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START). Seluruh ekosistem konsultasi dan mekanisme bersama dibangun di sekitar itu,” kenang seorang diplomat Rusia saat ini.

    “Ini meluncurkan mekanisme kerja sama antara Moskow dan Washington di berbagai bidang.”

    Saat ini, bangun rancang seperti itu sudah tidak ada lagi, dan pengendalian senjata hanya menarik minat Trump dalam konteks persaingannya dengan China.

    Akibatnya, Moskow dan Washington semakin melihat satu sama lain sebagai pesaing, bukan mitra. 

    “Kami bersaing di pasar hidrokarbon di Eropa, pasar makanan, dan penjualan senjata. Dan konfrontasi ini hanya akan semakin memanas,” kata seorang pejabat pemerintah Rusia.

    Kolase foto Vladimir Putin dan Donald Trump (TASS, Instagram Donald Trump)

    Ukraina Sebagai Alat Tawar-menawar

    Dengan sedikit daya ungkit yang tersisa, Moskow melihat perang di Ukraina sebagai alat tawar-menawar yang paling ampuh.

    Para pejabat Rusia pun berharap untuk memanfaatkan keinginan Trump untuk mengamankan gencatan senjata.

    “Kita perlu memeras Trump sebanyak mungkin, sambil menggantungkan kemungkinan gencatan senjata seperti wortel di hadapannya,” kata salah seorang peserta diskusi.

    Namun, tidak banyak ilusi tentang rapuhnya peluang ini.

    “Jendelanya mungkin tertutup rapat. Trump bisa kehilangan minat atau, lebih buruk lagi, menyimpan dendam,” para diplomat dan pejabat yang berbicara kepada TMT, sepakat.

    Namun, banyak pihak di Kementerian Luar Negeri Rusia dan pemerintahan pusat negara tersebut di Kremlin memiliki pandangan berbeda. 

    “Kami berada di jalur yang benar. Prioritasnya adalah mengkalibrasi ulang hubungan dengan Amerika Serikat — tugas yang sama sekali tidak sederhana — sambil menjaga dialog tentang Ukraina tetap berjalan,” kata seorang diplomat Rusia.

    “Dari sana, situasi di lapangan akan menentukan langkah selanjutnya. Pada akhirnya, semuanya tentang waktu, kesabaran, dan tetap pada jalur.”

    Secara formal, Kremlin telah mengisyaratkan kesediaan untuk membuat konsesi.

    Pada bulan Maret, Putin setuju untuk mematuhi moratorium yang diusulkan Trump atas serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.

    Namun, Rusia melanjutkan serangannya segera setelah moratorium berakhir pada tanggal 18 Maret.

    “Dalam situasi seperti ini, berbicara tentang gencatan senjata pada tahap ini sama sekali tidak realistis,” kata Vasily Nebenzya, perwakilan tetap Rusia untuk PBB, pada awal April.

    Para pejabat melihat dua skenario utama. Yang pertama adalah menyetujui gencatan senjata yang ditengahi Trump dengan imbalan konsesi seperti pembatasan pengiriman senjata AS ke Ukraina.

    “Meskipun ini tidak berarti senjata tidak akan masuk melalui Eropa,” seorang diplomat Rusia memperingatkan.

    Yang kedua: jika perundingan gagal, salahkan Kiev. 

    “Jika Rusia menolak gencatan senjata, kita harus siap menghadapi front Barat yang bersatu lagi — dan dalam konfigurasi yang bahkan kurang menguntungkan bagi kita,” pejabat lainnya memperingatkan.

    Mengatur Umpan

    Banyak ide telah dilontarkan sebagai kemungkinan insentif untuk menarik Trump ke dalam kesepakatan, mulai dari memediasi negosiasi AS-Tiongkok hingga misi bersama ke Mars.

    Namun, Kremlin hanya memiliki sedikit kartu truf yang nyata dalam perundingan ini.

    Proposal ekonomi Rusia terlihat lemah. Bahkan di tahun-tahun terbaiknya, perdagangan AS-Rusia hampir tidak mencapai $45 miliar.

    Pada tahun 2024, perdagangan anjlok menjadi hanya $3,5 miliar, level terendah sejak 1992.

    Saat ini, Moskow hanya dapat menawarkan beberapa komoditas yang masih dibutuhkan AS: titanium untuk pembuatan pesawat terbang, uranium untuk energi nuklir, dan minyak mentah berat untuk kilang minyak di sepanjang Gulf Coast.

    Namun, seperti yang dikatakan seorang pejabat, komoditas ini “tidak akan menyelamatkan neraca perdagangan Amerika — dan karenanya tidak ada nilainya bagi Trump.”

    Rusia merupakan pemasok utama logam tanah jarang seperti skandium, itrium, dan lantanum, yang penting untuk sistem elektronik dan pertahanan. Namun, hal ini juga dianggap tidak cukup untuk membuka konsesi politik besar.

    Proyek regional kedua negara yang bisa dijajaki bersama, juga terbatas. 

    Washington ingin Rusia menghentikan pengiriman senjatanya ke Korea Utara dan mematuhi sanksi PBB — tetapi Moskow, yang telah berinvestasi dalam aliansi yang berkembang dengan Pyongyang, tidak berniat untuk menghentikan kerja samanya.

    Iran juga telah diusulkan sebagai saluran yang mungkin untuk keterlibatan, mengingat peran Rusia dalam mengelola bahan bakar nuklir bekas Teheran dan dukungannya terhadap program nuklir damainya.

    “Ada keyakinan bahwa Trump memiliki rasa hormat tertentu terhadap Putin. Dan bahwa perkataan Putin dapat memengaruhi keputusan Amerika [mengenai Iran],” kata seorang pejabat pemerintah Rusia. 

    Tetapi bahkan diplomat Rusia mengakui kalau peran Moskow dalam perundingan AS-Iran paling banter hanya marjinal.

    “Teheran selalu ingin berbicara langsung dengan Amerika dan juga takut ‘dikhianati’ oleh kami dalam sebuah tawar-menawar besar,” kata seorang diplomat Rusia.

    Usulan yang lebih realistis melibatkan koordinasi energi dan gerakan simbolis.

    Salah satu usulan: misi kemanusiaan di Gaza dengan memanfaatkan infrastruktur buatan Rusia di Suriah.

    Usulan lain akan melibatkan kerja sama informal di pasar minyak yang melibatkan AS, Rusia, dan Arab Saudi.

    “Di sini, tiga negarawan besar bisa tampil di panggung: pemimpin AS, Rusia, dan Arab Saudi,” kata seorang diplomat Rusia.

    Lalu ada ide Trump Tower di Moskow.

    Para pejabat bertukar pikiran untuk membangun Trump Tower setinggi 150 lantai di Kota Moskow, distrik bisnis ibu kota.

    Proyek tersebut dapat segera diluncurkan, dan Trump sendiri dapat berpartisipasi dalam peletakan batu pertama.

    “Kecepatan, dampak, dan daya tarik: itulah hal-hal yang secara intuitif dihargai Trump,” kata seorang sumber yang dekat dengan Kremlin. Terlebih lagi mengingat tim Trump dan pejabat Rusia telah membahas proyek ini sebelumnya, tambahnya.

    Afrika, yang selama ini tidak terlalu penting dalam kebijakan luar negeri AS, dianggap tidak mungkin menarik perhatian Trump.

    Misi gabungan ke Mars juga tidak dianggap realistis.

    Dalam semua proposal ini, Kremlin berpedoman pada satu aksioma: inisiatif harus disesuaikan secara pribadi dengan Trump, dapat dicapai dalam satu masa jabatan, dan menawarkan daya tarik media yang kuat.

    “Tanpa itu, adalah naif untuk mengharapkan kemajuan apa pun,” kata seorang pejabat senior Rusia.

     

    (oln/tmt/*)

  • CEO Apple Sukses Bujuk Trump Demi iPhone Tak Naik Harga

    CEO Apple Sukses Bujuk Trump Demi iPhone Tak Naik Harga

    Jakarta

    Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan tarif 145% pada barang yang diimpor dari China, Apple jelas kelabakan. Maka sang CEO yaitu Tim Cook langsung berusaha merayu pemerintahan Trump agar Apple mendapat pengecualian.

    Jika tarif diterapkan, harga iPhone dipastikan meroket lantaran kebanyakan iPhone yang dijual di AS adalah buatan China. Menurut Washington Post, Cook langsung menelepon Menteri Perdagangan Howard Lutnick minggu lalu, menjelaskan bagaimana tarif akan menyebabkan harga iPhone naik.

    Dikutip detikINET dari Apple Insider, dia berbicara dengan pejabat senior Gedung Putih itu dan menjamin takkan mengatakan hal negatif apa pun di publik tentang kebijakan Trump yang akan membuat Trump marah. Sebelumnya untuk pelantikan Trump, Cook juga secara pribadi menyumbangkan USD 1 juta.

    Upaya Cook membuahkan hasil dan akhir pekan lalu, pemerintahan Trump membebaskan iPhone, Mac, iPad, dan barang elektronik lain dari tarif yang diberlakukan pada barang asal China. Namun, pengecualian ini bisa jadi hanya sementara, karena sehari setelah pengumuman, Trump mengatakan nantinya tak ada pengecualian tarif.

    Saat masa pemerintahan Trump yang pertama, Cook mampu mencegah tarif berdampak pada perangkat Apple dengan meyakinkan Trump bahwa biaya tersebut akan memberi Samsung keunggulan atas Apple. Kali ini, Trump mengklaim bahwa ia tidak akan mau ditekan oleh perusahaan untuk menurunkan tarif.

    Namun Trump belum lama ini sempat mengatakan bahwa ia membantu Tim Cook baru-baru ini, sebuah tanda bahwa Cook memiliki hubungan baik dengan Trump yang dapat mencegah Apple terkena dampak keras tarif di masa mendatang.

    Trump bersikeras bahwa Apple dapat memproduksi iPhone dan produk lainnya di Amerika Serikat, tapi ada hambatan signifikan seperti biaya pembangunan pabrik, kurangnya pekerja terampil, dan biaya untuk membayar pekerja AS. Apple telah menjanjikan investasi sebesar USD 500 miliar di negaranya itu.

    Saat ini, sebagian besar iPhone diproduksi oleh Foxconn di China. Adapun chip canggih yang jadi otaknya dibuat di Taiwan oleh produsen chip terbesar di dunia, TSMC. Pembuatannya juga membutuhkan unsur tanah jarang yang digunakan dalam aplikasi audio dan kamera.

    Sekitar 150 dari 187 pemasok utama Apple pada tahun 2024 memiliki pabrik di China. “Tidak ada rantai pasokan di dunia yang lebih penting bagi kami daripada China,” kata Tim Cook dalam sebuah wawancara tahun lalu.

    (fyk/fyk)

  • Menhan AS Bocorkan Rencana Serangan ke Yaman di Grup Pribadi Keluarga – Halaman all

    Menhan AS Bocorkan Rencana Serangan ke Yaman di Grup Pribadi Keluarga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, dilaporkan telah membocorkan informasi sensitif mengenai rencana serangan udara AS di Yaman kepada keluarga melalui aplikasi pesan terenkripsi Signal.

    Berdasarkan laporan CBS, pesan yang berisi jadwal penerbangan pesawat tempur F/A-18 Hornet yang akan menyerang target-target Houthi itu dikirim pada 15 Maret lalu. 

    Pesan-pesan tersebut dikirim kepada grup yang terdiri dari istri, saudara laki-laki, dan pengacara pribadi Hegseth

    Grup yang dimaksud, yang bernama ‘Defense | Team Huddle’ merupakan grup yang dibuat oleh Hegseth, dan melibatkan belasan orang, dikutip dari BBC.

    Meskipun sebagian besar anggota grup adalah orang-orang terdekat Hegseth, termasuk saudara laki-lakinya Phil dan pengacaranya Tim Parlatore yang memiliki jabatan di Departemen Pertahanan, tidak jelas mengapa mereka perlu mendapatkan informasi yang sangat sensitif ini.

    Obrolan Signal ini merupakan tambahan dari obrolan yang digunakan Hegseth untuk berkomunikasi dengan pejabat Kabinet bulan lalu tentang rencana militer. 

    Obrolan tersebut sedang diselidiki oleh inspektur jenderal sementara Departemen Pertahanan.

    “Mirip dengan obrolan Signal pertama , yang diungkapkan ke publik oleh The Atlantic setelah editornya secara keliru dimasukkan oleh penasihat keamanan nasional Mike Waltz, rencana militer yang dibagikan Hegseth dalam obrolan kedua adalah tentang serangan terhadap Houthi, kata sumber tersebut.

    Sebelumnya, grup lain yang juga berisi obrolan tentang operasi militer AS di Yaman sudah terungkap ke publik.

    Grup pertama tersebut diungkap oleh Jeffrey Goldberg, editor majalah Atlantic, yang secara tidak sengaja dimasukkan dalam grup itu. 

    Walaupun Gedung Putih membantah bahwa informasi rahasia dibagikan dalam kedua grup ini, para kritikus termasuk mantan pejabat pertahanan AS, menganggap tindakan ini sangat berisiko.

    Hal ini terjadi karena informasi tersebut dapat membahayakan personel AS yang terlibat dalam operasi militer tersebut.

    Kekacauan di Pentagon

    Situasi ini muncul di tengah berbagai kebocoran lainnya yang mengguncang Pentagon. 

    Hegseth baru-baru ini memecat tiga pejabat senior Pentagon, termasuk Dan Caldwell, Darin Selnick, dan Colin Carroll, yang terlibat dalam kebocoran yang menyulitkan posisi Hegseth. 

    Pemecatan ini, yang dikaitkan dengan dugaan kebocoran informasi rahasia, menambah ketegangan di tubuh Pentagon, yang tengah dilanda kekacauan internal. 

    Caldwell, Selnick, dan Carroll menulis dalam pernyataan bersama pada hari Sabtu bahwa mereka “sangat kecewa dengan cara layanan kami di Departemen Pertahanan berakhir” dan membantah telah membocorkan informasi.

    “Pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya telah memfitnah karakter kami dengan serangan yang tidak berdasar saat kami keluar dari kantor. Kami bertiga mengabdi kepada negara dengan terhormat dengan seragam bagi dua dari kami, ini termasuk penempatan di perang di Irak dan Afghanistan,” kata ketiganya, dikutip dari CNN.

    “Dan, berdasarkan layanan kolektif kami, kami memahami pentingnya keamanan informasi dan bekerja setiap hari untuk melindunginya,” tulis mereka. Saat ini, kami masih belum diberi tahu apa sebenarnya yang kami selidiki, apakah masih ada penyelidikan yang sedang berlangsung, atau apakah memang ada penyelidikan nyata tentang ‘kebocoran’ sejak awal,” tambahnya.

    Mantan juru bicara Pentagon, John Ullyot, yang mengundurkan diri, bahkan menyebut Departemen Pertahanan dalam ‘kekacauan total’ dan mengkritik pengelolaan Hegseth yang dinilai tidak efektif.

    Beberapa pejabat mengungkapkan bahwa masalah ini semakin memperburuk ketegangan internal di Pentagon dan merusak efektivitas operasional yang sedang berlangsung, termasuk serangan udara AS di Yaman yang baru-baru ini menewaskan puluhan orang.

    Serangan udara AS yang menargetkan terminal minyak di Yaman pada minggu ini telah menimbulkan banyak korban, dengan sedikitnya 74 orang tewas dan 171 lainnya terluka.

    Pemerintah Houthi, yang menguasai wilayah yang diserang, menyebut serangan tersebut sebagai ‘kejahatan perang.’

    Sementara itu, Hegseth tetap berada dalam sorotan, meskipun juru bicara Pentagon, Sean Parnell, menegaskan bahwa tidak ada informasi rahasia yang dibagikan dalam percakapan di grup Signal.

    Kontroversi ini menunjukkan tidak hanya kebocoran informasi yang meresahkan.

    Tetapi juga ketegangan yang semakin meningkat di kalangan pejabat senior Pentagon, yang tampaknya lebih terfokus pada pertikaian internal ketimbang menjalankan tugas operasional yang vital. 

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Pete Hegseth dan Yaman

  • iPhone Made in USA Disebut Fantasi Belaka

    iPhone Made in USA Disebut Fantasi Belaka

    Jakarta

    Setiap iPhone dilengkapi label yang memberi tahu pengguna bahwa perangkat tersebut dirancang di California. Designed by Apple in California, begitu tulisannya. Namun gadget Apple sebatas dirancang di Amerika Serikat dan mayoritas dibuat di China.

    Apple menjual lebih dari 220 juta iPhone per tahun dan menurut perkiraan, sebanyak 9 dari 10 HP itu dibuat di China. Untuk saat ini, iPhone dan perangkat elektronik lainnya masih aman karena tarif yang diberlakukan presiden AS Donald Trump ditunda.

    Masalahnya, pemerintahan Trump ingin iPhone dibuat di AS. Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan hal itu. “Presiden Trump telah menjelaskan Amerika tidak dapat bergantung pada Tiongkok untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop,” cetusnya.

    “Atas arahan presiden, perusahaan-perusahaan ini berusaha keras untuk memindahkan produksi mereka ke Amerika Serikat sesegera mungkin,” tambahnya. Namun seperti sudah sering dibaha, hal itu dianggap masih mustahil saat ini.

    Menurut Eli Friedman, yang sebelumnya duduk di dewan penasihat akademis Apple, gagasan bahwa Apple dapat memindahkan operasi perakitannya ke AS adalah “fantasi belaka”.

    Dia mengungkap bahwa Apple sebelumnya telah membahas tentang diversifikasi rantai pasokannya dari China sejak 2013, saat dia bergabung dengan dewan, tetapi AS tidak pernah menjadi pilihan karena kesulitan yang menghadang.

    “Lokasi baru yang paling penting untuk perakitan adalah Vietnam dan India. Namun, tentu saja sebagian besar perakitan Apple masih dilakukan di China,” paparnya yang dikutip detikINET dari BBC.

    Rantai suplai dan manufaktur Apple di China dan negara lainnya sudah sedemikian canggih. AS belum punya fasilitas yang mirip dan juga tenaga kerja cukup. “Kita kekurangan tenaga kerja parah dan telah kehilangan produksi dalam skala besar,” kata Tinglong Dai, profesor bisnis di Universitas Johns Hopkins, yang mempelajari rantai pasokan global.

    Sebagai gambaran, Foxconn yang merakit iPhone mempekerjakan 300 ribu pegawai di kota Zhengzhou, tempat banyak iPhone diproduksi. Tim Cook juga mengatakan tahun 2017 bahwa Apple mengandalkan China bukan untuk tenaga kerja murah, tapi kualitas karyawan. “Alasannya adalah karena keterampilan dan kuantitas keterampilan di satu lokasi, dan jenis keterampilan,” katanya.

    (fyk/fyk)

  • Rusia Uji Coba Senjata Penghancur Starlink, Persiapan Perang Luar Angkasa

    Rusia Uji Coba Senjata Penghancur Starlink, Persiapan Perang Luar Angkasa

    Bisnis.com, JAKARTA — Rusia dikabarkan tengah membangun gudang senjata luar angkasa yang mampu mengancam satelit Starlink milik SpaceX. Sebagian ahli memaknai ini sebagai persiapan Rusia untuk potensi perang luar angkasa dengan Barat. 

    Direktur Keamanan dan Stabilitas Luar Angkasa di Secure World Foundation Victoria Samson mengatakan bahwa Moskow sedang menguji coba rudal anti-satelit Nudol, yang dapat menghancurkan satelit orbit rendah Bumi atau Low Earth Orbit (LEO) di ketinggian 500 – 1.200 kilo meter di atas permukaan bumi. 

    “Secara teori, itu juga bisa menghantam salah satu dari 7.000 satelit SpaceX,” kata Samson, dikutip Senin (21/4/2025).

    Samson memperingatkan bahwa militer Rusia mungkin mempertimbangkan untuk mempersenjatai Nudol dengan hulu ledak nuklir, meskipun buktinya belum konklusif. Dalam laporan Global Counterspace Capabilities 2025, yang dia tulis bersama, Samson mencatat bahwa penggambaran peluncur Nudol mencakup fitur yang biasanya terkait dengan rudal bersenjata nuklir.

    United 24 melaporkan jangkauan Nudol mencakup segala sesuatu mulai dari Stasiun Luar Angkasa Internasional hingga satelit Starlink yang mendukung Ukraina, dan satelit Planet Labs yang melacak pergerakan tank dan rudal Rusia. 

    “Jangkauan Nudol mencakup semua jenis aset luar angkasa,” demikian bunyi laporan tersebut.

    Samson juga mengingatkan bahwa Uni Soviet pernah mengerahkan pencegat berujung nuklir bernama “Gorgon.” Rusia, kata Samson, mungkin sedang mengembangkan generasi baru senjata serupa.

    Gedung Putih sebelumnya mengungkapkan program rahasia Rusia untuk membangun pesawat ruang angkasa bersenjata nuklir yang mampu membayangi satelit-satelit Barat—sebuah inisiatif yang belum ditinggalkan Kremlin secara publik, menurut laporan Forbes.

    “Masih belum jelas berapa banyak satelit bersenjata nuklir yang akan diluncurkan Moskow. Saya kira lebih dari satu, hanya untuk berjaga-jaga… tetapi itu akan menjadi senjata ASAT yang sangat efektif, seluruh armada tidak akan diperlukan,” ujarnya. 

    Rusia terakhir kali menguji Nudol pada akhir tahun 2021, mereka menghancurkan satelit yang tidak berfungsi, menciptakan medan puing yang membahayakan ISS, menurut Forbes.

  • Dolar Ambruk, Harga Emas Naik Gila-gilaan

    Dolar Ambruk, Harga Emas Naik Gila-gilaan

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas global melonjak lebih dari 1% pada Senin (21/4/2025), menembus level tertinggi sepanjang masa di atas US$ 3.380 per troy ons. 

    Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global.

    Dilansir dari Tradingeconomics, penurunan dolar AS ke level terendah dalam tiga tahun terjadi setelah munculnya kekhawatiran baru terhadap stabilitas ekonomi AS menyusul rencana Presiden Donald Trump untuk merombak kepemimpinan di Federal Reserve (The Fed).

    Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett pada pekan lalu mengatakan Trump dan timnya masih mempelajari kemungkinan untuk memecat Ketua The Fed, Jerome Powell. Langkah ini dinilai berisiko besar terhadap independensi bank sentral dan berpotensi mengguncang pasar keuangan global.

    Ketidakpastian semakin meningkat setelah Trump memerintahkan penyelidikan terkait kemungkinan penerapan tarif baru terhadap semua impor mineral kritis ke AS. Langkah ini dianggap sebagai eskalasi signifikan dalam sengketa perdagangan dengan mitra global, khususnya Tiongkok.

    Selain itu, keputusan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang baru-baru ini memangkas suku bunga turut memperkuat daya tarik emas di tengah lingkungan suku bunga rendah secara global.

    Sejalan dengan harga emas global yang terus naik, harga emas batangan Antam juga kembali mencapai rekor tertinggi sepanjang massa. Pada Senin, harga emas Antam naik Rp 15.000 menjadi Rp 1,980 juta per gram.