Sejumlah Pintu Tol Dalam Kota Ditutup Sementara Minggu Sore
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com –
Sejumlah akses keluar dan masuk Tol Dalam Kota ditutup sementara pada Minggu (31/8/2025) sore.
PT Jasa Marga mengumumkan penutupan tersebut melalui akun resmi X (Twitter) @
PTJASAMARGA
pukul 17.02 WIB.
Dalam pengumuman itu disebutkan beberapa akses yang ditutup, di antaranya:
PT Jasa Marga mengimbau pengendara untuk menggunakan jalur alternatif selama penutupan berlangsung.
Meski begitu, sejumlah ruas Tol Dalam Kota masih terpantau lancar, di antaranya:
Sementara itu, TMC Polda Metro Jaya lewat akun X @
TMCPoldaMetro
pukul 15.35 WIB mengumumkan pengalihan arus lalu lintas di kawasan Gatot Subroto.
Jalan dari arah Semanggi menuju Gedung DPR/MPR RI dialihkan ke Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta Pusat.
Sebelumnya, Jalan Gatot Subroto tepat di depan gerbang utama DPR RI masih ditutup pada Minggu pagi, usai aksi massa yang berlangsung hingga Sabtu (30/8/2025) malam.
Pantauan
Kompas.com
sekitar pukul 09.08 WIB menunjukkan penutupan dimulai dari persimpangan Jalan Gerbang Pemuda menuju Jalan Gatot Subroto depan gedung DPR RI.
Pengendara dari arah Pancoran yang hendak melewati depan gedung DPR diarahkan untuk berbelok ke kiri menuju Jalan Gerbang Pemuda atau Palmerah.
Hingga Minggu sore, polisi masih berjaga ketat di sekitar pintu masuk Senayan Park hingga ke gerbang utama DPR RI.
Ruas Tol Dalam Kota yang melintasi depan Gedung DPR juga sempat dibuka kembali dan dapat dilintasi kendaraan sebelum penutupan sementara diberlakukan kembali.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tempat Fasum: Gedung DPR
-
/data/photo/2025/08/30/68b246860b0d9.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sejumlah Pintu Tol Dalam Kota Ditutup Sementara Minggu Sore Megapolitan 31 Agustus 2025
-

Sempat Membela DPR, Nafa Urbach Minta Maaf
JAKARTA – Anggota DPR RI Nafa Urbach akhirnya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia pada Sabtu malam, 30 Agustus.
Nafa meminta maaf karena sempat membela kebijakan naiknya tunjangan DPR RI untuk tunjangan rumah.
Diketahui, gelombang demontrasi di depan Gedung DPR RI terjadi sejak tanggal 21 Agustus hingga hari Sabtu malam, 30 Agustus.
Permintaan maaf ini merupakan permintaan maafnya kedua kali kepada publik. Sebelumnya, pada Selasa, 26 Agustus, Nafa meminta maaf.
-

Prabowo Minta Bangsa Bersatu: Indonesia di Ambang Kebangkitan
Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto meminta masyarakat untuk bersatu karena Indonesia tengah berada di ambang kebangkitan.
Hal ini disampaikan Prabowo pada konferensi pers bersama sejumlah elite partai politik dan Pimpinan DPR/MPR/DPD sore ini, Minggu (31/8/2025) sebagai respons atas dinamika demonstrasi di dalam negeri.
“Mari kita jaga persatuan nasional. Indonesia di ambang kebangkitan. Jangan mau kita diadu domba,” katanya di Kompleks Istana Merdeka, Jakarta.
Lebih lanjut, dia juga menyerukan agar masyarakat dapat menyuarakan aspirasi dengan damai tanpa kerusuhan, penjarahan, dan merusak fasilitas umum.
Menurut Prabowo, merusak fasilitas umum berarti sama dengan menghamburkan uang rakyat.
Ketua Umum Partai Gerindra ini kembali menyebut adanya intervensi dan campur tangan kelompok-kelompok yang tidak ingin Indonesia sejahtera dan bangkit, sehingga patut diwaspadai.
Oleh karenanya, Prabowo akan memperbaiki kekurangan yang ada di pemerintahannya. “Semangat nenek moyang kita adalah gotong royong. Mari kita bergotong royong menjaga lingkungan kita, keluarga kita, negara kita,” ujar eks Danjen Kopassus ini.
Rangkaian unjuk rasa meletup di sejumlah daerah hingga Minggu dini hari. Di Jakarta, sejumlah titik menjadi pusat unjuk rasa yakni Gedung DPR, Mako Brimob Kwitang, hingga Polda Metro Jaya. Unjuk rasa daerah lain seperti Surabaya, Makassar, hingga Bali turut memanas.
Tuntutan masyarakat menyangkut tunjangan jumbo anggota DPR dan tanggung jawab atas pernyataan kontroversial anggota dewan, tindakan represif aparat selama unjuk rasa, hingga kepastian hukum bagi pelaku pelindas pengendara ojek daring Affan Kurniawan hingga meregang nyawa.
-

Minta Maaf dan Menyesal, PAN Tetap Copot Eko Patrio dan Uya Kuya dari DPR RI
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN) resmi menonaktifkan Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio dan Surya Utama alias Uya Kuya sebagai anggota DPR.
Penonaktifkan itu dilakukan lantaran keduanya memberkkan pernyataan yang kontroversial dan memicu kemarahan masyarakat.
“Mencermati dinamika dan perkembangan saat ini, DPP PAN memutuskan untuk menonaktifkan saudaraku Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio) dan Saudaraku Surya Utama (Uya Kuya) sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi PAN DPR RI, terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025,” kata Waketum PAN Viva Yoga Mauladi, dalam keterangan video, Minggu (31/8).
Sebelumnya, melalui di akun Instagram pribadinya, Eko telah menyampaikan permohonan maaf kepada publik atas perbuatannga pada Sabtu (30/8).
Dalam video tersebut, Eko Patrio didampingi oleh sesama anggota DPR dari fraksi yang sama, Sigit Purnomo alias Pasha Ungu.
“Dengan penuh kerendahan hati, saya Eko Patrio, menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya kepada masyarakat atas keresahan yang timbul akibat perbuatan yang saya lakukan,” ujar Eko.
Senada dengan rekannya, Uya juga membuat video berisikan permohonan maaf terkait video dirinya berjoget di Gedung DPR RI setelah pengumuman kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan, yang menuai kritik luas di masyarakat.
Dalam video yang diunggah di akun media sosialnya Sabtu (30/8), Uya Kuya menyatakan penyesalan mendalam.
Dalam video yang diunggah di akun media sosialnya Sabtu (30/8), Uya Kuya menyatakan penyesalan mendalam.
-

Profil Ahmad Sahroni! Dari Anak Sopir Truk hingga jadi Legislator, Miliki Kekayaan Rp328,9 Miliar
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ahmad Sahroni, politikus Partai Nasdem tengah menjadi sorotan publik usai pernyataannya yang kontroversial terkait desakan pembubaran DPR. Di balik polemik tersebut, rekam jejak hidup dan jumlah kekayaannya ikut menarik perhatian.
Saat kunjungan kerja di Polda Sumatera Utara, Jumat (22/8/2025), Sahroni melontarkan pernyataan keras. “Mental manusia yang begitu adalah mental manusia tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia,” ucapnya.
Politisi kelahiran Jakarta, 8 Agustus 1977, itu juga menyarankan agar para anggota dewan bekerja dari rumah (WFH) lantaran adanya demonstrasi di depan Gedung DPR. “Karena, kan, kami enggak mau gini, ada hal-hal mungkin orang sudah masuk, susah keluar kayak kemarin. Pulang ribet, ke mana-mana susah. Makanya diimbau untuk WFH,” ujar dia.
Kontroversi pernyataannya membuat Fraksi Partai Nasdem merotasi jabatannya dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI menjadi anggota Komisi I DPR RI.
Latar Belakang Ahmad Sahroni
Ahmad Sahroni, yang akrab disapa Roni, berasal dari keluarga sederhana di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Orang tuanya berdagang nasi Padang di Pelabuhan Tanjung Priok. Sejak kecil, ia sudah bekerja serabutan, mulai dari tukang semir sepatu hingga ojek payung.
Meski sempat tidak langsung melanjutkan kuliah setelah lulus SMA Negeri Baru Cilincing (sekarang SMA Negeri 114 Jakarta), Roni akhirnya menyelesaikan pendidikan tinggi. Ia meraih gelar S-1 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pelita Bangsa pada 2009, lalu gelar S-2 di Stikom InterStudi, dan menuntaskan pendidikan doktor Ilmu Hukum di Universitas Borobudur pada 2024.
-

Selain Sahroni, Nasdem Juga Copot Nafa Urbach Sebagai Anggota DPR, Ini Penyebabnya
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Partai Nasional Demokrat (NasDem) resmi menonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai anggota DPR RI, terhitung per 1 September 2025.
Berdasarkan surat yang beredar, hal tersebut telah ditandatangani oleh Ketua Umum Surya Paloh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hermawi F. Taslim.
“Dengan ini, DPP Partai NasDem menyatakan terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025 DPP Partai NasDem menonaktifkan saudara Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai Anggota DPR-RI dari Farksi Partai NasDem,” demikian bunyi pernyataan Partai NasDem, dikutip Minggu (31/8).
Sahroni dan Nafa merupakan dua anggota Partai NasDem yang paling disorot belakangan ini, karena pernyataannya yang kontroversial di tengah kritikan masyarakat.
Sahroni menuturkan bahwa desakan untuk membubarkan DPR adalah sikap yang keliru. Ia bahkan menyebut pandangan tersebut sebagai pandangan dan mental orang tolol.
“Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia. Kenapa? Kita nih memang orang semua pintar semua? Enggak bodoh semua kita,” ujar Sahroni saat melakukan kunjungan kerja di Polda Sumut pada 22 Agustus 2025.
Sementara itu, Nafa Urbach menuai kritikan karena video yang menyatakan dukungan pada tunjangan rumah DPR. Ia dinilai tidak memiliki empati terhadap rakyat dengan pernyataannya saat live di media sosial TikTok @nafaurbach80.
Nafa mengaku kerap terjebak macet dalam perjalanan menuju Gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta dari rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan, sehingga mendukung adanya tunjangan rumah tersebut. (Pram/Fajar)
-

PDIP-Gerindra-PKS Setuju Tunjangan Perumahan DPR Dibatalkan
Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah fraksi di Gedung DPR telah menyatakan dukungan supaya adanya evaluasi terhadap tunjangan rumah dinas bagi para anggota DPR. Pernyataan fraksi-fraksi politik di parlemen ini sebagai bentuk respons atas demonstrasi yang menentang tingginya pendapatan pejabat negara dibanding pendapatan kelas pekerja.
Fraksi politik yang telah menyatakan dukungan terhadap evaluasi tunjangan-tunjangan DPR yang teramat tinggi di antaranya Partai Gerindra, PDI Perjuangan, dan PKS.
Ketua Fraksi Partai Gerindra DPR RI, Budisatrio Djiwandono, mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh, serta menghentikan tunjangan-tunjangan anggota dewan yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat.
“Dalam hal ini, Fraksi Gerindra telah mendengar keluhan serta tuntutan masyarakat terutama terkait tunjangan-tunjangan anggota dewan yang mencederai perasaan dan kepercayaan rakyat. Untuk itu kami siap untuk meninjau ulang, serta menghentikan tunjangan-tunjangan tersebut,” tegas Budisatrio dikutip dari keterangan resminya, Minggu (31/8/2025).
Budisatrio yang juga merupakan Wakil Ketua DPP Partai Gerindra turut menyampaikan permohonan maaf apabila peran Fraksi Gerindra dirasa belum optimal dalam mewakili dan menyerap aspirasi maupun keluh kesah masyarakat di DPR.
“Dengan tulus saya memohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Kami sadar bahwa demokrasi kita berdiri di atas prinsip kebebasan berpendapat, yang bukan hanya dijamin, tetapi juga harus dilindungi,” ucapnya.
Menyikapi rangkaian insiden yang terjadi, Budisatrio juga menginstruksikan seluruh anggota DPR Fraksi Partai Gerindra untuk tidak melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Ia memerintahkan agar seluruh anggota fraksi tetap berada di Indonesia serta turun langsung untuk berkomunikasi dan memahami keresahan masyarakat saat ini. Ia juga mengingatkan seluruh anggota DPR untuk lebih peka dan berempati agar tidak melukai perasaan serta kepercayaan masyarakat.
“Saya tegaskan kepada seluruh anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, bahwa saat ini tidak ada satu pun anggota Fraksi yang diperbolehkan melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Sejalan dengan instruksi Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Bapak Prabowo Subianto, semua anggota DPR harus harus hadir bersama rakyat, turun dan mendengarkan keluh kesah masyarakat. Kepercayaan rakyat adalah amanah, dan setiap anggota harus menjaganya dengan sikap, aksi, serta ucapan yang pantas,” ucap Budisatrio.
Sementara itu, Fraksi PDI Perjuangan DPR memandang bahwa politik bukan sekedar rasionalitas dan kesepakatan. Yang harus melekat dalam politik di setiap waktu adalah etik, empati, dan simpati. Oleh sebab itu, mengenai tunjangan terhadap anggota DPR yang menjadi hak hak keuangan adalah bukan sekedar jumlah, tetapi menyangkut bagaimana dengan nilai nilai etik, empati dan simpatik.
“Dengan demikian ukurannya tidak cukup kesepakatan antar fraksi mengenai penghapusan tunjangan anggota DPR, tetapi kami mengajak seluruh anggota DPR untuk mengukur diri, apakah dalam situasi seperti ini, di saat rakyat mempertanyakan kinerja DPR, mempertanyakan fungsinya sebagai aspirator, disaat perekonomian rakyat serba sulit, mereka menyambung nasib dijalanan, namun DPR mendapatkan tunjangan yang jumlahnya oleh ukuran rakyat kebanyakan sangat luar biasa,” ucap Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Said Abdullah.
Jika ukuran ukuran etik itu bisa dijalankan oleh mayoritas di DPR, Said mengatakan tentu tidak akan lagi ada berbagai tunjangan dan fasilitas yang melampaui nilai nilai kepatutan (etik). Jika tiap anggota DPR memiliki sensibilitas (empati) terhadap kehidupan rakyat yang pada umumnya masih susah, maka tidak akan lagi ada berbagai fasilitas dari pajak rakyat yang berlebihan, menurut Said.
“Sebaliknya jika mayoritas anggota DPR bekerja dengan simpatik, mendengar, mengartikulasikan aspirasi-aspirasi rakyat, mungkin saja rakyat tidak akan mempertanyakan eksistensi dan kemanfaatan DPR. Dengan denyut aspirasi rakyat yang terus bisa diperjuangan, maka dengan sendirinya marwah DPR bisa dijaga,” tutur Said.
Bagi Fraksi PDI Perjuangan nilai etik, empati, dan simpatik menjadi penting selama ini karena menjadi jiwa bagi gerak politik DPR, bukan sekedar kesepakatan dan ketentuan legal formal.
“Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan DPR sendiri telah memberi peringatan terhadap anggota anggota fraksi kami untuk memiliki sense of krisis, bisa tepo sliro, dan memerintahkan untuk terus mawas diri, sebab DPR adalah etalase, dimana hak rakyat untuk mempersoalkan semua hal yang dianggap hal menyimpang dan tidak patut,” ujar Said.
Atas pertimbangan pertimbangan diatas Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, kata Said meminta untuk dihentikan tunjangan perumahan terhadap anggota DPR serta fasilitas lainnya yang diluar batas kepatutan, dan semua itu akan menjadi pelajaran buat para anggota dewan ke depannya.
Untuk pernyataan fraksi PKS yang mendukung peniadaan tunjangan rumah dinas bagi Anggota DPR RI disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Kholid.
Menurutnya, langkah ini sejalan dengan prinsip pengelolaan anggaran negara secara hemat, tepat guna, dan berorientasi pada kepentingan rakyat.
“Sikap ini selaras dengan semangat untuk menjalankan pemerintahan yang efektif, efisien yang menekankan perlunya kedisiplinan fiskal dalam pengelolaan anggaran,” ujar Kholid.
Ia menegaskan, setiap rupiah uang rakyat harus digunakan secara optimal untuk kepentingan publik.
Dengan meniadakan tunjangan rumah dinas, penghematan anggaran dapat diarahkan pada kebutuhan yang lebih mendesak, seperti peningkatan layanan kesehatan, kualitas pendidikan, dan dukungan bagi UMKM.
“DPR RI sebagai institusi wakil rakyat berkewajiban menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan negara harus proporsional dan berorientasi pada kemaslahatan masyarakat. Ini bukan hanya soal penghematan, tapi juga keteladanan dan rasa keadilan,” tegasnya.
PKS menilai langkah ini juga penting untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat.
“Kepercayaan rakyat hanya bisa diraih jika wakilnya konsisten menunjukkan sikap empati, akuntabel, dan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi,” ucap Khalid.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
-
/data/photo/2025/08/31/68b3a95e3660b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10 Kondisi Terkini di Depan DPR RI Minggu Pagi: Polisi Masih Jaga Ketat, Massa Sudah Bubar Megapolitan
Kondisi Terkini di Depan DPR RI Minggu Pagi: Polisi Masih Jaga Ketat, Massa Sudah Bubar
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kondisi di depan Gedung DPR/MPR RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, masih dijaga ketat aparat kepolisian pada Minggu (31/8/2025) pagi, usai ricuh demo semalam.
Pantauan
Kompas.com
di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB, polisi berjaga persis di bawah
flyover
depan Gedung DPR arah Slipi.
Aparat terlihat memasang barikade rapat, lengkap dengan alat pelindung diri dan tameng di depannya.
Tak ada satu pun orang maupun kendaraan yang diizinkan mendekat ke gerbang gedung DPR.
Sementara itu, massa aksi yang melakukan demonstrasi pada Sabtu malam sudah tidak berada di lokasi.
Hingga Minggu pagi, ruas jalan dari depan Senayan Park hingga depan Gedung DPR masih ditutup dan tidak dapat dilalui kendaraan.
Kondisi jalan dipenuhi sampah serta debu bekas gas air mata yang tersisa pascakericuhan.
Petugas Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Pusat mulai berdatangan untuk membersihkan kawasan.
Sampah yang berserakan di jalan, trotoar, hingga yang tersangkut di tanaman diangkut satu per satu.
Selain itu, mobil penyapu jalan milik Pemprov DKI Jakarta mondar-mandir membersihkan sisa debu putih bekas gas air mata.
Ketika proses penyapuan berlangsung, debu tersebut masih menimbulkan rasa sesak di dada dan perih di mata.
Sampai berita ini diturunkan, proses pembersihan oleh petugas masih berlangsung di sekitar Jalan Gatot Subroto depan Gedung DPR.
Bagi pengendara yang hendak melintas, disarankan untuk menggunakan jalur alternatif karena jalan utama masih tertutup.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Imbauan untuk Anggota DPR Agar Jaga Kata-kata Tak Melukai Rakyat
Jakarta –
Gelombang demonstrasi terjadi di Ibu Kota hingga daerah dalam beberapa hari terakhir. Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno meminta anggota DPR agar menjaga kata-kata tak melukai rakyat.
Dirangkum detikcom, Minggu (31/8/2025), seperti diketahui, beberapa hari terakhir masyarakat menggelar demonstrasi terkait gaji dan tunjangan DPR. Terakhir, pada Jumat (29/8) masyarakat menggelar aksi di sejumlah titik, seperti Polda Metro Jaya, gedung DPR, hingga Markas Brimob di Kwitang.
Adi menilai demonstrasi ini akumulasi kemarahan rakyat terhadap pemerintah dan DPR. Kata Adi, unjuk rasa di mana mana terjadi karena tunjangan anggota DPR naik di saat rakyat susah mencari pekerjaan.
“Ini akumulasi dari kemarahan rakyat terhadap situasi saat ini. Di saat rakyat susah nyari kerja, tunjangan Dewan dinaikkan. Di saat rakyat berkelahi dengan hidupnya, malah banyak yang rangkap jabatan dan pajak rakyat naik,” kata Adi kepada wartawan.
Adi pun mengingatkan anggota DPR untuk menjaga cara bicaranya di depan publik. Adi mengatakan seharusnya, saat rakyat marah, anggota DPR dapat menenangkannya.
“Dewan wajib jaga omongan dan perilakunya. Saat rakyat susah, malah ada yang joget-joget. Ketika rakyat protes, dituding dengan bahasa kasar. Itu tak mencerminkan perilaku yang baik,” tegasnya.
Adi lantas menyoroti pernyataan sejumlah anggota DPR yang merasa kurang dengan tunjangan yang diberikan. Seharusnya, kata dia, anggota DPR sebagai wakil rakyat lebih peduli terhadap rakyat dan lingkungan.
“Salah satunya itu (bahasa kasar kepada rakyat) pemantiknya. Termasuk pernyataan Dewan yang merasa kurang dengan tunjangan Rp 50 juta untuk sewa rumah. Juga pernyataan Dewan jarak tempuh Bintaro-Senayan macet, makanya butuh tunjangan rumah,” tuturnya.
“Dewan itu pejabat publik. Kata-katanya mesti dijaga. Jangan melukai rakyat, jangan nantang rakyat,” imbuh dia.
Halaman 2 dari 2
(whn/whn)
