Tempat Fasum: Borobudur

  • Trimedya Panjaitan Dorong Pengelolaan Barang Sitaan dan Rampasan Negara Jadi Motor Pemasukan Negara – Halaman all

    Trimedya Panjaitan Dorong Pengelolaan Barang Sitaan dan Rampasan Negara Jadi Motor Pemasukan Negara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengelolaan barang sitaan dan rampasan oleh aparat penegak hukum (APH) dinilai masih belum optimal.

    Hal itu sebagaimana dikayakan Trimedya Panjaitan saat sidang terbuka Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur.

    Trimedya menyampaikan bahwa barang sitaan negara bisa menjadi salah satu sumber pemasukan besar bagi keuangan negara jika dikelola dengan baik.

    Politisi PDIP itu menegaskan pentingnya perubahan paradigma di kalangan APH—yakni Kejaksaan, Polri, dan KPK dalam menangani barang hasil sitaan tindak pidana.

    “Kalau barang sitaan tidak dirawat dan dikelola, nilainya bisa menyusut drastis. Misalnya, pabrik yang awalnya bernilai Rp500 miliar bisa jatuh ke Rp200–300 miliar. Negara rugi besar,” kata Trimedya, Sabtu (19/4/2025).

    Dia pun mendorong agar koordinasi antar lembaga APH diperkuat tanpa ego sektoral. Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto melalui Perpres Nomor 155 Tahun 2024 telah mengambil langkah maju dengan mengalihkan kewenangan pengelolaan barang sitaan dari Kementerian Hukum dan HAM ke Kejaksaan.

    “Sekarang tugas institusi Kejaksaan untuk mulai membangun sistem pengelolaan yang transparan, terukur, dan memberi nilai tambah bagi negara,” tambahnya.

    Trimedya juga mengapresiasi langkah KPK yang dianggap sudah lebih maju dalam hal penyimpanan barang sitaan. 

    Dia menyebut bahwa aset-aset mewah seperti mobil dan tas branded ditata rapi dan dijaga dengan baik.

    Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan tersebut seharusnya tidak hanya terpusat di satu lembaga atau lokasi saja.

    “Sayangnya, sistem penyimpanan yang baik itu hanya terbatas di satu lokasi milik KPK. Ke depan, kita perlu sistem yang terintegrasi secara nasional,” tuturnya. 

    Lebih lanjut, Trimedya mendorong agar Indonesia bisa mencontoh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Belanda dalam membangun sistem manajemen aset hasil tindak pidana.

    Menurutnya, penyelamatan keuangan negara bisa dimulai dari hal-hal konkret seperti optimalisasi aset sitaan.

    “Ini salah satu medium bagi Presiden Prabowo untuk menyelamatkan keuangan negara. Tinggal bagaimana aparat penegak hukum bisa menjalankan perintah ini dengan serius dan kolaboratif,” pungkasnya.

    Dalam sidang terbuka tersebut, Trimedya mendapat hasil memuaskan, predikat Cumlaude dengan IPK 3,96. 

    Trimedya mengangkat disertasi berjudul ‘Pembaruan Hukum Pengelilaan Barang Sitaan dan Rampasan Negara Yang Adil dan Bermanfaat’

    Sederet tokoh nasional hadir dalam sidang promosi terbuka tersebut, mulai dari Jampidum Asep Nana Mulyana (Penguji Eksteenal), Wakil Ketua DPR Adies Kadir (Penguji Eksternal), Ketua Komisi I DPR Utut Adianto, Setara Institute Hendardi, Politikus Senior PDIP Panda Nababan, Anggota Komisi III Nasir Djamil, Benny K Harman, 

    Tampak juga Fungsionaris DPP PDIP, antara lain: Bendum PDIP Olly Dondokambey, Wakil Ketua MPR Bambang Wuryanto (Pacul), Arteria Dahlan, Putra Nababan, hingga Ganjar Pranowo. 

    Tampak juga, Mantan Pimpinan DPR Azis Syamsuddin, Pengamat Politik Henri Satrio, Qodari, Pakar Hukum Tata Negara Irman Putra Sidin, Anggota KPU Jakarta Timur Carlos Paath.

     

  • Gelar Thudong, 38 Biksu Gelar Doa Bersama hingga Kumpulkan Donasi di PIK

    Gelar Thudong, 38 Biksu Gelar Doa Bersama hingga Kumpulkan Donasi di PIK

    Jakarta

    Sebanyak 38 biksu yang melakukan ritual thudong telah tiba di Indonesia untuk melanjutkan perjalanan spiritual sejauh 2.500 km dari Thailand menuju tujuan akhir Candi Borobudur. Mereka semua disambut hangat dan melakukan doa bersama di Si Mian Fo, Pantai Indah Kapuk (PIK).

    Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan SDM (BMBPSDM) Prof. Muhammad Ali Ramdani mengatakan, kegiatan thudong yang dilakukan para biksu bukan sekadar seremoni keagamaan, tetapi sebuah momentum spiritual dan menjadi ruang refleksi yang memperkokoh nilai-nilai perdamaian, persaudaraan, dan kesatuan bangsa.

    “Kegiatan ini tentu saja bukan sekedar seremoni keagamaan, melainkan sebuah momentum spiritual. Ia menjadi ruang refleksi dan perkembangan lintas iman yang memperkuat nilai- nilai perdamaian, persaudaraan, dan kesatuan bangsa,” ucap Ali dalam sambutannya di Si Mian Fo, Sabtu (19/4/2025).

    Acara ini dimulai dengan perjalanan biksu menuju PIK dan pengibaran Bendera Merah Putih sepanjang 780 m. Sesampainya di PIK, umat yang hadir kemudian melakukan Pindapata, suatu kegiatan untuk memberikan sumbangan kepada para biksu. Mereka memberi sedekah berupa makanan, uang, atau makanan pokok sehari-hari para biksu.

    Setelah itu, para biksu berjalan menuju Si Mian Fo untuk melaksanakan doa bersama. Setelah melakukan doa bersama, acara dilanjut dengan Sanghadana, sebuah kegiatan di mana umat yang belum sempat memberikan donasi saat Pindapata, mereka diberi kesempatan untuk memberikan sumbangan kepada biksu. Nantinya, seluruh sumbangan yang terkumpul akan diserahkan kepada panti-panti sosial yang membutuhkan.

    Setelah Sanghadana selesai, acara dilanjutkan dengan pemberkatan oleh biksu kepada umat dan berjalan menuju Istana Negara.

    “Thudong hadir sebagai pengingat pentingnya kembali pada nilai-nilai kesatuan bangsa, persaudaraan, dan kasih sayang bangsa,” ucapnya.

    Melalui kegiatan ini, ia mengajak semua kalangan untuk memperkuat tekad dan menjaga keharmonisan di tengah keberagaman.

    “Kita perlu lebih banyak menyuarakan perdamaian daripada perpecahan, menumbuhkan empati, menggantikan prasangka, serta memperkuat solidaritas sebagai sesama bangsa. Perhubungan umat beragama bukan hanya fondasi penting bagi kehidupan sosial, tetapi juga merupakan pilar utama dalam membangun masa depan yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

    (prf/ega)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trimedya Dorong Pengelolaan Barang Sitaan dan Rampasan Jadi Motor Pemasukan Negara

    Trimedya Dorong Pengelolaan Barang Sitaan dan Rampasan Jadi Motor Pemasukan Negara

    loading…

    Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur Trimedya Panjaitan usai sidang terbuka promosi doktoralnya. Foto/Istimewa

    JAKARTA – Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur Trimedya Panjaitan mengatakan bahwa barang sitaan negara bisa menjadi salah satu sumber pemasukan besar bagi keuangan negara jika dikelola dengan baik. Pengelolaan barang sitaan dan rampasan oleh aparat penegak hukum (APH) dinilai masih belum optimal.

    Trimedya dalam sidang terbuka promosi doktoralnya menegaskan pentingnya perubahan paradigma di kalangan APH, yakni Kejaksaan, Kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menangani barang hasil sitaan tindak pidana. “Kalau barang sitaan tidak dirawat dan dikelola, nilainya bisa menyusut drastis. Misalnya, pabrik yang awalnya bernilai Rp500 miliar bisa jatuh ke Rp200-Rp300 miliar. Negara rugi besar,” kata Trimedya, Sabtu (19/4/2025).

    Dirinya mendorong agar koordinasi antar lembaga APH diperkuat tanpa ego sektoral. Dia berpendapat, Presiden Prabowo Subianto melalui Perpres Nomor 155 Tahun 2024 telah mengambil langkah maju dengan mengalihkan kewenangan pengelolaan barang sitaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia ke Kejaksaan.

    “Sekarang tugas institusi Kejaksaan untuk mulai membangun sistem pengelolaan yang transparan, terukur, dan memberi nilai tambah bagi negara,” ujarnya.

    Dia pun mengapresiasi langkah KPK yang dianggap sudah lebih maju dalam hal penyimpanan barang sitaan. Dia mengungkapkan aset-aset mewah seperti mobil dan tas branded ditata rapi dan dijaga dengan baik.

    Akan tetapi, ia menekankan bahwa keberhasilan tersebut seharusnya tidak hanya terpusat di satu lembaga atau lokasi saja. “Sayangnya, sistem penyimpanan yang baik itu hanya terbatas di satu lokasi milik KPK. Ke depan, kita perlu sistem yang terintegrasi secara nasional,” imbuhnya.

    Dia pun mendorong agar Indonesia bisa mencontoh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Belanda dalam membangun sistem manajemen aset hasil tindak pidana. Menurut Trimedya, penyelamatan keuangan negara bisa dimulai dari hal-hal konkret seperti optimalisasi aset sitaan.

  • Bhikkhu Thudong Singgah di PIK2, Soegiandi: Ajarkan Kita Hidup Sederhana dan Menghargai Perbedaan – Halaman all

    Bhikkhu Thudong Singgah di PIK2, Soegiandi: Ajarkan Kita Hidup Sederhana dan Menghargai Perbedaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ribuan umat lintas agama berkumpul di kawasan PIK2, Jakarta Utara, untuk menyambut kedatangan para Bhikkhu Thudong yang telah menempuh perjalanan spiritual sejauh 2.500 kilometer dari Thailand menuju Candi Borobudur. Perjalanan ini merupakan bagian dari perayaan Trisuci Waisak 2569 BE/2025.

    Soegiandi, Ketua Umum Yayasan Sanggar Sinar Suci, menyampaikan bahwa acara penyambutan ini merupakan bentuk penghormatan atas semangat dan keteladanan para bhikkhu.

    “Thudong adalah perjalanan spiritual penuh makna. Mereka berjalan kaki dari Thailand menuju Borobudur demi menyebarkan pesan damai dan toleransi antarumat beragama,” ujar Soegiandi, Sabtu (19/4/2025).

    Dalam rangkaian acara penyambutan, panitia membentangkan Sang Saka Merah Putih sepanjang 780 meter yang dipegang bersama oleh para santri, umat Buddha, dan umat Tridharma. Simbol ini merepresentasikan semangat kebersamaan dan harmonisasi lintas agama di Indonesia.

    Tak hanya itu, acara juga dirangkai dengan pindapata—tradisi memberi sedekah kepada bhikkhu sebagai bentuk praktik amal. Hasil dari kegiatan ini akan didistribusikan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan.

    “Bhikkhu Thudong mengajarkan kesederhanaan. Mereka hanya berjalan dengan mangkuk kecil, tanpa alas kaki, memberikan keteladanan luar biasa tentang hidup yang bersahaja dan penuh makna,” tutur Soegiandi.

    Menurut dia, penyelenggaraan Thudong tahun ini berbeda dari sebelumnya. “Perjalanan kaki ini terakhir dilakukan pada 2023. Tahun lalu memang ada bhikkhu yang menuju Borobudur, tapi bukan dengan berjalan kaki,” katanya.

    Acara juga dimeriahkan dengan doa kebangsaan bersama tokoh-tokoh lintas agama. Pesannya satu: Indonesia yang kuat, rukun, dan menjadi bagian dari perdamaian dunia.

  • Kremasi Murdaya Poo di Ngaran Borobudur Ditolak Warga, Pemkab Mediasi

    Kremasi Murdaya Poo di Ngaran Borobudur Ditolak Warga, Pemkab Mediasi

    Jakarta

    Rencana kremasi mendiang pemilik Pondok Indah Mall, Murdaya Widyawimarta Poo atau Murdaya Poo di Dusun Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang mendapat penolakan warga. Proses mediasi antar berbagai pihak dilakukan untuk mencapai kesepakatan.

    Dilansir detikJateng, pada Kamis (17/4/2025) spanduk-spanduk penolakan itu terpasang di perempatan Ngaran dan juga di jalan menuju lokasi persawahan yang rencananya menjadi tempat kremasi.

    Salah seorang tokoh warga Ngaran II, Utoyo, mengaku tidak tahu kapan spanduk-spanduk itu dipasang. Saat disinggung alternatif lokasi kremasi di Bukit Dagi kompleks Candi Borobudur, Utoyo menyebut Bukit Dagi keberadaannya dilindungi UU.

    “Bahwa lingkungan di Candi Borobudur kan peruntukannya sudah jelas (ada UU-nya) untuk kegiatan pariwisata dan keagamaan. Kalau kremasi itu dari kegiatan keagamaan ya boleh tentunya,” ujar Utoyo dilansir detikJateng, Kamis (17/4/2025).

    Sementara itu Camat Borobudur, Subiyanto, menyayangkan adanya pemasangan spanduk tersebut. Dia telah meminta pihak dusun untuk mencopotinya.

    “Karena kita berproses. Dari awal kita sudah ada kesepakatan dengan Pak Bupati nggowo rasa (membawa perasaan) dan karena sifat itu (spanduk) tidak nggowo rasa. Sudah kita sampaikan lewat Pak Kadus, nderek (minta tolong) jangan ada sikap-sikap yang berbuat semacam itu (memasang spanduk). Yang jelas, ana rembuk dirembuk,” kata Subiyanto saat ditemui wartawan, kemarin.

    Pemkab Mediasi

    Pertemuan tersebut dihadiri Bupati Magelang Grengseng Pamuji dan wakilnya, Ketua DPRD, Komandan Kodim, dan perwakilan dari Polresta serta Kejari Magelang.

    “Alasan menolak, satu kalau kita toleransi kan umatnya banyak. Kalau Walubi, kita menghormati mereka, tapi ini kan niatannya personal, orang, pribadi. Bukan umat banyak. Kenapa sih kok harus mengorbankan orang yang banyak,” kata Kepala Dusun Ngaran 1 dan Ngaran 2, Desa Borobudur, Maryoto, Rabu (16/4).

    Walubi Buka Suara

    “Perlu (kami) jelaskan rencana kremasi itu adalah di Dusun Ngaran 2 di lahan milik Ibu (Hartati Murdaya). Itu di belakang Vihara, di sawah-sawah. Dan kita tidak pernah berencana untuk membangun krematorium. Kita hanya melaksanakan kremasi,” kata Tanto, Rabu (16/4).

    (rdp/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perjalanan Spiritual Thudong, 38 Bhikkhu Jalan Kaki 2.500 Km dari Bangkok hingga Candi Borobudur

    Perjalanan Spiritual Thudong, 38 Bhikkhu Jalan Kaki 2.500 Km dari Bangkok hingga Candi Borobudur

    loading…

    Sebanyak 38 Bhikkhu melakukan perjalanan spiritual Thudong dari Bangkok, Thailand menuju Candi Borobudur dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak. Foto/Ist

    JAKARTA – Sebanyak 38 Bhikkhu melakukan perjalanan spiritual Thudong dari Bangkok, Thailand menuju Candi Borobudur, Indonesia dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak yang akan jatuh pada 12 Mei 2025.

    Perjalanan spiritual Thudong ini disambut dalam sebuah kegiatan doa bersama di Si Mian Fo Riverwalk Island, Pantai Indah Kapuk (PIK) pada 19 April 2025.

    Thudong merupakan praktik spiritual dalam ajaran Buddha yang dilakukan dengan berjalan kaki melintasi hutan, pegunungan, dan pedesaan menuju tempat suci seperti Vihara.

    Pada tahun ini, Thudong dilakukan oleh para Bhikkhu yang telah menempuh perjalanan sejauh sekitar 2.500 km melewati Thailand, Malaysia, dan Singapura, dan direncanakan memasuki Indonesia melalui Batam dan tiba di Jakarta pada tanggal 18 April mendatang.

    Acara dengan tajuk Doa Kebangsaan Menyambut Waisak 2569 BE / 2025, ini digelar untuk mewujudkan toleransi, perdamaian dunia, serta kemakmuran negara dan bangsa Indonesia yang akan diadakan di Riverwalk Island PIK. Acara ini difasilitasi oleh Agung Sedayu Group dan Salim Group bekerjasama dengan Thudong International serta pengelola Si Mian Fo Riverwalk Island PIK.

    Dalam acara ini, diperkirakan sekitar 10.000 umat Buddha akan hadir dan berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan spiritual. Di antaranya doa bersama melibatkan para Bhante, tokoh lintas agama, dan umat Buddha sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur atas kedatangan para Bhikkhu.

    Selanjutnya Pindapata, yang merupakan kesempatan bagi umat untuk mempersembahkan dana atau sumbangan langsung kepada para Bhikkhu.

    Sanghadana, Setelah para Bhikkhu berada di dalam area Si Mian Fo, umat yang belum sempat melakukan Pindapata dapat mempersembahkan sumbangan sebagai bentuk dukungan dan penghormatan. Rencananya barang-barang sumbangan ini nantinya akan diteruskan kepada panti-panti sosial yang membutuhkan.

    Ditutup dengan Pemberkahan, di mana para Bhikkhu memberikan pemberkahan bagi seluruh umat dan peserta yang hadir.

    “Kegiatan ini mengusung tema Toleransi untuk Perdamaian Dunia yang mencerminkan semangat persaudaraan dan keberagaman di Indonesia. Nanti akan terdapat doa kebangsaan menyambut Waisak, pindapata, sanghadana dan pemberkahan oleh Bhikku, dan akan diadakan Sabtu 19 April 2025 jam 06.00 sd 11.00, serta terbuka untuk umum,” jelas Miranda DWK, selaku Advertising & Promotion Agung Sedayu Group.

    Melalui perjalanan panjang yang penuh ketekunan ini, para Bhikkhu ingin menyampaikan pesan bahwa disiplin spiritual, hidup sederhana, dan kesabaran adalah landasan penting dalam membangun kehidupan yang damai dan selaras.

    (shf)

  • Mengapa Keluarga Murdaya Poo Pilih Borobudur untuk Kremasi, Bukan di Krematorium?
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 April 2025

    Mengapa Keluarga Murdaya Poo Pilih Borobudur untuk Kremasi, Bukan di Krematorium? Regional 17 April 2025

    Mengapa Keluarga Murdaya Poo Pilih Borobudur untuk Kremasi, Bukan di Krematorium?
    Editor
    MAGELANG, KOMPAS.com
    – Rencana kremasi pengusaha nasional Murdaya Widyawimarta Poo di Dusun Ngaran II, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, menimbulkan pertanyaan. Mengapa lokasi itu yang dipilih, bukan di krematorium seperti umumnya?
    Jawabannya terletak pada keyakinan agama dan tradisi dalam Buddhisme, yang hanya diterapkan untuk tokoh-tokoh tertentu dengan penghormatan khusus.
    Ketua Dewan Pimpinan Daerah Walubi Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono, menjelaskan bahwa keluarga
    Murdaya Poo
    memilih lokasi di Borobudur karena dekat dengan pusat spiritual umat Buddha, dan untuk melaksanakan ritual kremasi terbuka—sebuah bentuk penghormatan yang sangat sakral.
    “Untuk agama Buddha, kremasi dengan kayu hanya untuk tokoh (terpandang) dan bhante karena ada tata caranya. Umat biasa kremasi mesin,” jelas Tanto saat mediasi di Kantor Sekretariat Daerah Magelang, Rabu (16/4/2025).
    Dalam proses tersebut, jenazah akan dibakar dengan kayu cendana setinggi sekitar dua meter, dikelilingi batu untuk membatasi api, serta ditutup dengan tenda khusus untuk biksu dan umat yang ingin berdoa.
    Abu jenazah nantinya akan dibawa ke Bogor, Jawa Barat, oleh pihak keluarga.
    “Kami tidak pernah berencana untuk membangun krematorium,” tegasnya, menampik kekhawatiran warga soal pemanfaatan jangka panjang lahan.
    Murdaya disemayamkan sejak 14 April hingga 6 Mei 2025 di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara Mendut, lokasi yang hanya berjarak beberapa kilometer dari rencana kremasi di Dusun Ngaran II, tepatnya di lahan milik istrinya, Siti Hartati Murdaya, dekat Graha Padmasambawa.
    Lokasi tersebut dipilih karena nilai spiritual kawasan Borobudur dan koneksi personal keluarga Murdaya dengan lingkungan umat Buddha di sana.
    Meski prosesi tersebut bersifat sekali pakai dan bukan pembangunan krematorium, sebagian warga Dusun Ngaran II menolak rencana tersebut. Mereka menyampaikan keberatan karena kremasi dilakukan di tengah permukiman.
    “(Warga) menolak apapun bentuknya,” ujar Kepala Dusun Ngaran I dan II, Maryoto.
    Warga mengkhawatirkan dampak asap, bau, hingga ketidaknyamanan sosial, terutama bagi anak-anak dan lansia.
    Mediasi antara warga, pihak keluarga melalui Walubi, dan Pemerintah Kabupaten Magelang berlangsung selama hampir empat jam, namun belum menghasilkan kesepakatan. Namun, Bupati Magelang Grengseng Pamuji berharap diskusi tetap berlanjut.
    “Kalau belum ada (kesepakatan), dengan segala kerendahan hati, mari duduk bersama lagi,” ujarnya.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Alasan Warga Borobudur Tolak Kremasi Murdaya Poo
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        17 April 2025

    Alasan Warga Borobudur Tolak Kremasi Murdaya Poo Regional 17 April 2025

    Alasan Warga Borobudur Tolak Kremasi Murdaya Poo
    Editor
    MAGELANG, KOMPAS.com
    – Rencana kremasi pengusaha properti Murdaya Widyawimarta Poo di Dusun Ngaran II, Desa/Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, ditolak oleh sebagian warga setempat.
    Penolakan itu disampaikan dalam mediasi yang melibatkan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan Pemerintah Kabupaten Magelang, Rabu (16/4/2025).
    Warga menyatakan keberatan karena lokasi kremasi berada di lingkungan tempat tinggal mereka.
    “(Warga) menolak apapun bentuknya,” ujar Maryoto, Kepala Dusun Ngaran I dan II, saat mediasi di kompleks Sekretariat Daerah Kabupaten Magelang.
    Menurut Maryoto, warga tidak nyaman jika prosesi kremasi dilakukan di tengah permukiman, meski hanya bersifat sementara.
    Mereka khawatir terhadap aspek lingkungan, kesehatan, dan kenyamanan sosial, terutama karena metode yang akan digunakan adalah kremasi terbuka menggunakan kayu cendana.
    Rencana kremasi tersebut akan dilakukan di sepetak lahan milik istri Murdaya, Siti Hartati Murdaya, dekat Graha Padmasambawa, pada 7 Mei 2025.
    Warga juga mempertanyakan potensi dampak dari asap dan bau pembakaran jenazah, serta trauma sosial yang bisa timbul bagi anak-anak dan warga lanjut usia.
    Ketua DPD Walubi Jateng, Tanto Soegito Harsono, menjelaskan bahwa kremasi dilakukan atas permintaan keluarga
    Murdaya Poo
    .
    Prosesnya akan memakai kayu cendana, disusun hingga setinggi 2 meter, dan dikelilingi batu untuk mengendalikan api. Area tersebut akan dibersihkan kembali setelah prosesi.
    “Kami tidak pernah berencana untuk membangun krematorium,” tegas Tanto.
    Ia juga menekankan bahwa tradisi kremasi kayu hanya dilakukan untuk tokoh agama atau tokoh terpandang, bukan praktik umum bagi umat Buddha biasa.
    Jenazah Murdaya saat ini masih disemayamkan di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara Mendut, dan akan berada di sana hingga 6 Mei 2025. Kremasi dijadwalkan keesokan harinya.
    Tanto juga menyebut, praktik serupa pernah dilakukan di Bukit Dagi, kawasan Taman Wisata Borobudur, pada 20 tahun lalu untuk Bhante Win, salah satu tokoh agama Buddha.
    Meski mediasi berlangsung hampir empat jam, belum ada kata sepakat. Namun Bupati Magelang Grengseng Pamuji mengapresiasi warga dan pihak terkait yang bersedia duduk bersama.
    “Kalau belum ada (kesepakatan), dengan segala kerendahan hati, mari duduk bersama lagi,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Profil Roy Suryo, Pakar Telematika yang Analisis Ijazah Jokowi hingga Video Syur Lisa Mariana

    Profil Roy Suryo, Pakar Telematika yang Analisis Ijazah Jokowi hingga Video Syur Lisa Mariana

    PIKIRAN RAKYAT – Roy Suryo masuk trending di platform media sosial X hingga google trend karena keterlibatannya pada sejumlah kasus yang sedang viral.

    Ia merupakan seorang tokoh publik Indonesia yang dikenal sebagai pakar telematika dan mantan politikus. Namun ia terkenal karena sering menganalisis video dan foto yang sedang viral.

    Baru-baru ini Ia menarik perhatian karena masuk dalam kelompok yang tergabung dalam Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA), mempertanyakan keaslian ijazah mantan presiden Joko Widodo (Jokowi).

    Profil Roy Suryo

    Lahir dengan nama lengkap Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo di Yogyakarta, 18 Juli 1968. Riwayat pendidikan jurusan Ilmu Komunikasi dan melanjutkan magister di Universitas Gadjah Mada (UGM).

    Ia pakar telematika dan sering menjadi narasumber di media terkait teknologi informasi, multimedia, dan telematika. Pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Indonesia Bersatu II di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

    Selain itu, juga mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dari Partai Demokrat. Ia sering menganalisa video atau foto yang sedang viral.

    Roy Suryo terlibat dalam kasus terkait unggahan meme stupa Candi Borobudur yang diedit. Kasus ini berujung pada proses hukum dan vonis penjara.

    Pihaknya pernah berselisih dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) soal pengembalian barang milik negara saat menjabat sebagai menteri. Kemenpora menuntut pengembalian ribuan barang yang sempat menimbulkan perdebatan.

    Keterlibatan pada Kasus Viral

    – Akun “Fufufafa”

    Roy Suryo dilaporkan ke polisi soal pernyataannya menyebut akun media sosial “Fufufafa” milik Gibran Rakabuming Raka. Pernyataan ini menimbulkan polemik, laporan polisi dibuat kelompok relawan pendukung Jokowi.

    – Video Syur Lisa Mariana

    Dirinya melakukan analisis video dewasa yang beredar dan diduga menampilkan Lisa Mariana. Analisisnya mencakup detail seperti tato dan ciri-ciri fisik pemeran dalam klip itu.

    Roy memberi analisis pria yang ada dalam video tersebut bukan Ridwan Kamil. Keterlibatannya menganalisis ini menarik perhatian publik dan media.

    – Ijazah Jokowi

    Roy Suryo bersama kelompok yang tergabung dalam TPUA mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi yang diperoleh dari UGM.

    Mereka mendatangi UGM guna meminta klarifikasi dan bukti keaslian ijazah ini. Ia juga menyoroti kejanggalan pada skripsi Jokowi, seperti perbedaan format pengetikan.

    Dia menyoroti tentang tidak adanya lembar pengesahan dari dosen penguji. Roy dan kelompoknya berencana untuk melihat langsung ijazah Jokowi di kediamannya di Solo karena menurut UGM yang asli tak disimpan di pihak kampus.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Sambut Waisak, 38 Bhikkhu Thailand Bakal Gelar Doa Bersama di PIK

    Sambut Waisak, 38 Bhikkhu Thailand Bakal Gelar Doa Bersama di PIK

    Jakarta

    Sebanyak 38 Bhikkhu asal Thailand bakal melakukan Doa Bersama Si Mian Fo Riverwalk Island, Pantai Indah Kapuk (PIK), Sabtu (19/4/2025). Saat ini, para Bhikkhu tengah melakukan perjalanan spiritual Thudong dari Bangkok Thailand menuju Candi Borobudur di Indonesia untuk menyambut Hari Raya Waisak pada 12 Mei 2025 mendatang.

    Thudong merupakan praktik spiritual dalam ajaran Buddha yang dilakukan dengan berjalan kaki melintasi hutan, pegunungan, dan pedesaan menuju tempat suci seperti Vihara. Tahun ini, Thudong dilakukan oleh para Bhikkhu yang telah menempuh perjalanan sejauh sekitar 2.500 km melewati Thailand, Malaysia, dan Singapura, dan direncanakan memasuki Indonesia melalui Batam dan tiba di Jakarta pada tanggal 18 April mendatang.

    “Acara dengan tajuk Doa Kebangsaan Menyambut Waisak 2569 BE / 2025, ini digelar untuk mewujudkan toleransi, perdamaian dunia, serta kemakmuran negara dan bangsa Indonesia yang akan diadakan di Riverwalk Island PIK. Acara ini difasilitasi oleh Agung Sedayu Group dan Salim Group bekerjasama dengan Thudong International serta pengelola Si Mian Fo Riverwalk Island PIK,” kata Advertising & Promotion Agung Sedayu Group Miranda DWK dalam keterangan tertulis, Senin (14/4/2025).

    38 Bhikkhu asal Thailand bakal melakukan Doa Bersama Si Mian Fo Riverwalk Island, Pantai Indah Kapuk (PIK). Foto: AGS

    Dia mengatakan acara doa bersama ini diperkirakan bakal dihadiri oleh 10.000 umat Buddha. Panitia sendiri sudah menyiapkan sejumlah rangkaian kegiatan dalam acara doa bersama tersebut. Berikut adalah detail kegiatan yang bakal digelar di acara tersebut.

    1. Doa Bersama: Melibatkan para Bhante, tokoh lintas agama, dan umat Buddha sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur atas kedatangan para Bhikkhu.
    2. Pindapata: Kesempatan bagi umat untuk mempersembahkan dana atau sumbangan langsung kepada para Bhikkhu
    3. Sanghadana: Setelah para Bhikkhu berada di dalam area Si Mian Fo, umat yang belum sempat melakukan Pindapata dapat mempersembahkan sumbangan sebagai bentuk dukungan dan penghormatan. Rencananya barang-barang sumbangan ini nantinya akan diteruskan kepada panti-panti sosial yang membutuhkan.
    5. Pemberkahan: Sebagai penutup, para Bhikkhu memberikan pemberkahan bagi seluruh umat dan peserta yang hadir.

    Melalui perjalanan panjang yang penuh ketekunan ini, para Bhikkhu ingin menyampaikan pesan bahwa disiplin spiritual, hidup sederhana, dan kesabaran adalah landasan penting dalam membangun kehidupan yang damai serta selaras.

    “Kegiatan ini mengusung tema ‘Toleransi untuk Perdamaian Dunia’ yang mencerminkan semangat persaudaraan dan keberagaman di Indonesia. Di mana nanti akan terdapat Doa Kebangsaan menyambut Waisak, pindapata, sanghadana dan pemberkahan oleh Bhikkhu, dan akan diadakan Sabtu 19 April 2025 jam 06.00 sd 11.00, serta terbuka untuk umum,” jelas tutup Miranda.

    (ega/ega)