Teh Indonesia Hadapi Tantangan Besar, Ekspor Digenjot dengan Identitas Baru Bandung 19 Juli 2025

Teh Indonesia Hadapi Tantangan Besar, Ekspor Digenjot dengan Identitas Baru
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        19 Juli 2025

Teh Indonesia Hadapi Tantangan Besar, Ekspor Digenjot dengan Identitas Baru
Editor
BANDUNG, KOMPAS.com
– Direktur Jenderal Pengembangan
Ekspor
Nasional, Fajarini Puntodewi, mengajak para pelaku
industri teh
untuk lebih aktif berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi nasional.
“Indonesia merupakan produsen teh terbesar ketujuh di dunia. Namun, dari sisi
ekspor
kita hanya berada di peringkat ke-13, kalah dari negara yang bahkan tidak memiliki kebun teh, seperti Polandia, Jepang, Jerman, dan Inggris yang berada di 10 besar,” ujar Fajarani dalam rilisnya, Jumat (19/7/2025). 
Ia juga mengungkapkan bahwa kontribusi ekspor teh Indonesia masih sangat kecil, hanya 0,06 persen dari total ekspor nonmigas.
“Tantangan besar ada di depan kita bersama. Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada 2029,” ungkap dia. 
Menurut Fajarini, Kementerian Perdagangan telah menargetkan kenaikan ekspor hingga 7,1 persen pada 2025, dan secara bertahap naik menjadi 9 persen pada 2029.
“Kami mengajak pemangku kepentingan di sektor teh untuk bersama-sama meningkatkan ekspor. Mari kita dukung pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.
Di tengah tantangan itu, sektor teh nasional memasuki babak baru dengan diluncurkannya logo Jatayu Indonesia di
Bandung
. Logo ini menjadi simbol komitmen bersama untuk memajukan industri teh lokal.
“Jatayu Indonesia merupakan simbol yang merepresentasikan komitmen bersama untuk memajukan produk teh dalam negeri,” ungkap Board Indonesian Tea Marketing Association (ITMA), Delima Hasri Azahari.
Menurut Delima, logo ini tidak hanya sebagai identitas visual tetapi juga penanda bagi konsumen bahwa produk tersebut berasal dari kebun teh Indonesia, diproduksi di dalam negeri, dan melibatkan tenaga kerja lokal.
“Peluncuran Jatayu Indonesia bukan sekadar seremoni. Ini langkah strategis untuk memberi ruang bagi produk teh otentik Indonesia,” tambahnya.
Logo ini akan disematkan pada kemasan produk teh sebagai penanda bagi konsumen, meski penggunaannya bersifat sukarela.
“Ketika Anda memilih produk berlogo Jatayu Indonesia, Anda tidak hanya membeli teh. Anda mendukung petani teh Indonesia, pabrik teh lokal, dan ribuan pekerja di seluruh rantai pasok teh dalam negeri. Ini adalah bentuk nyata cinta pada Indonesia,” tegas Delima.
Managing Director Business Watch Indonesia, Veronika Ratri mengatakan, inisiatif ini menjadi gerakan bersama untuk mengembalikan kejayaan teh Indonesia.
“Logo Jatayu Indonesia hadir untuk memperkuat posisi industri ini melalui peningkatan citra, keterlibatan konsumen, dan kepercayaan pasar domestik,” ujarnya.
Nanang Christianto, pengelola merek Teh nDeso dan Teh Juwara, menambahkan bahwa logo ini menjadi identitas yang membedakan produk lokal dari produk lain.
“Konsumen semakin sadar pentingnya mendukung produk buatan negeri sendiri. Logo ini sangat membantu kami membangun kepercayaan itu,” katanya.
Tren konsumsi teh di dalam negeri juga menunjukkan arah yang positif, dengan meningkatnya minat terhadap produk teh premium hingga minuman teh kekinian dan ready-to-drink.
Hal ini menunjukkan potensi pasar domestik yang terus tumbuh dan menantang pelaku industri untuk berinovasi.
“Logo ini bukan hanya soal estetika kemasan, tetapi juga sebuah pesan tentang keberpihakan pada industri teh nasional dan dampak ekonominya bagi jutaan orang di seluruh rantai pasok,” tutup Delima.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.