Tawuran Antarwarga di Makassar Dipicu Dendam Sejak 1989, Polisi Sebut Ada Aktor Intelektual

Tawuran Antarwarga di Makassar Dipicu Dendam Sejak 1989, Polisi Sebut Ada Aktor Intelektual

Liputan6.com, Makassar – Tawuran antarwarga yang terjadi di kawasan utara Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), kembali memanas dalam lima hari terakhir. Bentrokan yang melibatkan kelompok pemuda dari Jalan Tinumbu Lorong 148, Jalan Kandea, Jalan Lembo, dan pemuda dari Jalan Layang, Kecamatan Tallo, disebut dipicu konflik lama yang sudah berlangsung sejak 1989.

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana mengungkapkan, konflik tersebut tak kunjung selesai dan terus diwariskan lintas generasi. Bahkan, sebagian besar pelaku yang terlibat masih berusia sangat muda.

“Itu ada dendam lama sejak tahun 1989. Yang terlibat sekarang ini rata-rata di bawah umur, ada yang 14, 13, bahkan 12 tahun. Mereka tidak main-main karena menggunakan panah busur, bom molotov, petasan, bahkan ada yang memakai senapan angin,” kata Arya, Selasa (23/9/2025).

Dalam insiden terbaru, sedikitnya empat orang menjadi korban terkena panah busur. Selain itu, sejumlah kendaraan dan fasilitas warga ikut rusak. Polisi mencatat, para pelaku kerap memanfaatkan momen ketika situasi sepi dari pengawasan aparat untuk memulai bentrokan.

“Mereka melihat kondisi sepi dari polisi, lalu langsung tawuran. Kami sudah menempatkan anggota, tapi Senin malam saat kegiatan Ngopi Kamtibmas, tawuran kembali terjadi dari lorong sebelah,” jelas Arya.

Lebih jauh, Arya menegaskan, bentrokan yang terus berulang ini diduga bukan sekadar konflik spontan antarwarga. Polisi mencurigai adanya pihak yang sengaja mengorganisir bahkan membiayai aksi tersebut.

“Kami sudah petakan siapa saja aktor intelektual, karena ini tidak mungkin tidak ada yang membiayai. Petasan itu harganya Rp1 juta per buah dan dalam sehari bisa ditembakkan sampai 20 kali, berarti Rp20 juta. Senapan angin ini juga dari mana asalnya, kami masih mendalami,” bebernya.