Jakarta, Beritasatu.com – Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (2/4/2025) lalu dianggap mengancam ekonomi dunia.
Menurut Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), kebijakan tarif Trump berpotensi menimbulkan perpecahan global dan memicu resesi dunia, yang pada akhirnya membuat situasi ekonomi dan geopolitik internasional menjadi tidak menentu.
Terlebih, saat ini ketegangan perang dagang antara AS dan China semakin memanas.
AS menetapkan tarif impor 145% untuk semua produk China, sementara China membalas dengan menerapkan bea masuk 125% atas produk-produk AS.
“Kebijakan tarif tinggi Trump bukan sekadar strategi ekonomi, tetapi juga pendekatan realisme ofensif melalui pendekatan yang ingin menegaskan dominasi AS di panggung dunia,” kata AHY saat membuka panel diskusi The Yudhoyono Institute atau TYI bertema ‘Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global’ di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Ketua Umum Partai Demokrat itu menuturkan, kebijakan tarif Trump memiliki dampak yang luas dan signifikan, termasuk terhadap pasar keuangan dan sektor riil, serta berpotensi mendorong lonjakan resesi global.
Hal ini juga bisa membawa dunia ke dalam perlawanan kolektif yang menjauhi AS dengan membentuk blok baru.
“Kita menghadapi risiko fragmentasi, bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga secara politik dan keamanan. Aliansi baru akan terbentuk, polarisasi akan semakin tajam, konflik lama berpotensi membesar dengan negara-negara besar saling berebut kolam,” ungkap Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan itu.
Menurutnya, jika strategi Trump efektif, maka dunia akan makin tunduk pada satu kekuatan hegemoni, yakni AS.
Adapun serangan perang tarif Trump terus mengerucut ke China dengan tarif sebesar 145%. Sementara itu, Indonesia dikenakan tarif 32%.
Dampak Tarif Trump bagi Indonesia
Pengenaan tarif Trump sebesar 32% diperkirakan akan secara langsung memengaruhi daya saing ekspor Indonesia.
Meski demikian, Trump masih menangguhkan penerapan tarif ini selama 90 hari, kecuali terhadap China, guna membuka peluang bagi proses negosiasi.
AHY menekankan bahwa tarif sebesar 32% yang diberlakukan Trump terhadap Indonesia bukanlah angka yang remeh. Kebijakan ini berpotensi memberikan dampak langsung terhadap perekonomian nasional.