Tarif Ojol Naik Bikin Penumpang Dilema: Ingin Driver Sejahtera, tapi Ogah Kantong Jebol Megapolitan 30 Juni 2025

Tarif Ojol Naik Bikin Penumpang Dilema: Ingin Driver Sejahtera, tapi Ogah Kantong Jebol
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 Juni 2025

Tarif Ojol Naik Bikin Penumpang Dilema: Ingin Driver Sejahtera, tapi Ogah Kantong Jebol
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Rencana pemerintah menaikkan tarif ojek
online
(ojol) sebesar 8 hingga 15 persen menuai respons beragam dari para penumpang.
Sebagian mendukung kebijakan ini demi meningkatkan kesejahteraan pengemudi. Namun, tak sedikit yang khawatir kenaikan itu akan memberatkan pengeluaran. 
Salah satu warga Jakarta Barat, Gitta De Vries (25) menilai, rencana ini masih bisa diterima asalkan para pengemudi memberikan pelayanan yang baik bagi para penumpang.
“Menurut saya masih oke-oke aja sih tapi dengan catatan. Dengan adanya kenaikan tarif ini diharapkan
driver
bisa memberikan pelayanan yang lebih baik, tidak terburu-buru mengejar order, dan lebih mengutamakan keselamatan,” ujar Gitta saat berbincang dengan
Kompas.com
, Senin (30/6/2025).
Gitta juga berharap, kenaikan tarif benar-benar berdampak terhadap penghasilan pengemudi, bukan justru diambil oleh perusahaan aplikator.
“Harusnya kenaikan tarif bisa membantu meningkatkan pendapatan
driver
, yang selama ini sering mengeluhkan biaya operasional maupun pendapatan tiap harinya,” lanjut Gitta.
Sementara itu, Zahra (25), warga Cawang, Jakarta Timur, mengaku berada dalam posisi dilema.
Di satu sisi, ia memahami bahwa para pengemudi membutuhkan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Di sisi lain, Zahra juga merasa khawatir karena kenaikan tarif ini akan berdampak langsung terhadap pengeluarannya. Apalagi, ia menggunakan ojol setiap hari ke kantornya di TB Simatupang, Jakarta Selatan.
“Semoga ada solusi adil biar
driver
juga tetep untung tapi pengguna juga enggak terlalu terbebani,” ungkap Zahra.
Serupa dengan Zahra, Alifia (29), warga Bogor, yang kini sudah berkeluarga juga berpandangan serupa. Menurutnya,
tarif ojol
saat ini saja sudah cukup memberatkan, apalagi jika naik.
Pengeluaran Alifia dalam sehari untuk naik ojol biasanya sebesar Rp 46.000. Jika tarif naik, pengeluaran uang bulanan untuk transportasi pasti bertambah.
“Ongkos ojol sekarang aja udah lumayan boncos sih sebenernya. Walau cuma naik Rp 1.000-2.000 tapi pasti berasa ke uang bulanan. Cuma saya kalau lagi naik ojol cerita-cerita sama abang-abangnya sih kasian juga ya potongannya besar,” ungkap Alifia.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan mengungkapkan rencana kenaikan tarif ojol tersebut sudah masuk tahap final.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Aan Suhanan, menyampaikan bahwa kajian telah selesai dilakukan dan akan segera dibahas bersama aplikator.
Hal ini disampaikan Aan dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (30/6/2025).
“Kami sudah melakukan pengkajian, sudah final untuk perubahan tarif. Terutama roda dua, itu ada beberapa kenaikan,” kata Aan, Senin.
Aan menjelaskan, kenaikan tarif akan dibedakan berdasarkan tiga zona wilayah operasional, dengan besaran tarif berbeda-beda. Setidaknya, terdapat tiga zona dengan kenaikan tarif sekitar 8 persen hingga 15 persen.
“Bervariasi kenaikan tersebut, ada 15 persen, ada 8 persen, tergantung dari zona yang kita tentukan. Ada tiga zona, zona I, zona II, zona III,” beber Aan.
Pihaknya berencana memanggil aplikator atau penyedia jasa untuk merundingkan hal ini.
“Besok kami akan memanggil (aplikator). Tapi, pada prinsipnya, kenaikan tarif ini sudah disetujui oleh aplikator. Namun, untuk memastikan, kami akan panggil aplikator terkait dengan kenaikan tarif ini,” ujar Aan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.