Tari Busak Baku, Cerminan Identitas Budaya Suku Dayak Lundayeh

Tari Busak Baku, Cerminan Identitas Budaya Suku Dayak Lundayeh

Pada dasarnya, tari busak baku merupakan pementasan berkelompok, bukan individu. Setiap pertunjukan melibatkan setidaknya empat hingga tujuh penari pria maupun wanita.

Tarian ini juga menjadi sarana bagi generasi muda untuk belajar tentang sejarah, nilai, dan tradisi yang diwariskan nenek moyang. Demi melestarikan tarian busak baku, generasi muda diperbolehkan memberikan penambahan pada gerakannya, tetapi tetap mempertahankan gerakan inti tarian ini.

Seiring perkembangan zaman, tak hanya gerakan yang bisa dikreasikan, tetapi musik yang mengiringi tari busak baku juga dapat dikreasikan sesuai keinginan para penari. Namun, kreasi ini juga harus tetap mempertahankan irama dasar tarian ini, yang terdiri dari gabungan suara gong, kecapi, tambur, dan telingut (alat musik seperti seruling yang dimainkan dari hidung).

Melalui hal ini, warisan budaya tetap terjaga dan ruang inovasi tetap terbuka. Dengan demikian, keseimbangan antara pelestarian tradisi dan penyesuaian dengan perkembangan zaman akan tercipta.

Pada masa lalu, tarian ini menjadi simbol penyambutan bagi para pahlawan yang kembali dari perang. Tarian ini menjadi simbol pengakuan atas keberanian dan pengorbanan mereka.

Tarian busak baku memang kerap dipentaskan di berbagai acara besar di Kabupaten Malinau. Kini, tarian ini lebih sering ditampilkan dalam berbagai acara adat, penyambutan tamu kehormatan, serta festival budaya.

Penulis Resla