Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) menargetkan produksi batu bara tahun ini mencapai 955 juta ton.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Surya Herjuna mengungkapkan realisasi produksi batu bara per Oktober 2024 mencapai 675 juta ton dari persetujuan RKAB batu bara RI tahun 2024 sebesar 955 juta ton.
“Angka terakhir (persetujuan RKAB batu bara) kan 955 juta ton. Sekarang kan (realisasi produksi) sesuai dalam MODI kan 675 juta ton sampai bulan Oktober ini,” jelasnya saat ditemui di Kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Surya mengatakan untuk tahun 2025 mendatang, pihaknya akan menargetkan produksi batu bara masih pada level 900-an juta ton. Hal itu lantaran pemerintah harus menjaga cadangan batu bara dalam negeri.
“Kalau di RKAB (tahun 2025) masih di angka 900-an (juta ton), juga masih sama. Kan 3 tahun kan itu stabil di angka 900 juta ton itu. Cuma batu bara ini kan butuh effort kita untuk menjaga nggak mencapai peak-nya. Jadi kita masih stabil di angka itu,” bebernya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhapi, Rizal Kasli mengungkapkan, salah satu hal yang mempengaruhi produksi batu bara di dalam negeri adalah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Dia mencontohkan beberapa negara termasuk China tengah mengalami kondisi perekonomian yang rendah.
“Contohnya misalnya pertumbuhan China yang menjadi barometer konsumsi batubara saat ini itu sangat rendah di 5% sekian ya,” beber Rizal kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Senin (28/10/2024).
Ditambah lagi, negara India juga saat ini tengah menggenjot produksi batu baranya. Hal tersebut kemungkinan akan berdampak pada tingkat impor negara tersebut.
“Kemudian juga India dan juga mereka juga meningkatkan produksi dalam negerinya. Sehingga tentu saja impornya bisa mereka kurangi,” tambahnya.
Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi produksi batu bara di Indonesia salah satunya adalah harga batu bara dunia. “Nah kemudian harga juga ini sangat berpengaruh kepada supply dan demand secara global,” imbuhnya.
Faktor cuaca juga turut mempengaruhi besaran produksi batu bara di Indonesia. Saat ini, beberapa daerah penghasil batu bara di Indonesia tengah mengalami musim hujan yang bisa membuat produksi batu bara menurun.
“Misalnya kita di Aceh itu sudah sangat tinggi curah hujannya sehingga mengganggu produksi. Dan juga di daerah lain, mungkin Sumatera Selatan yang menjadi lumbung batubara kedua di Indonesia di samping Kalimantan. Nah kendala-kendala ini yang menurut kami ini akan mengurangi jumlah produksi yang ditargetkan pemerintah,” ujarnya.
(pgr/pgr)