Liputan6.com, Gunungkidul – Pendidikan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Djuniawan Karna Djaja, M.P.A, Rektor Universitas Gunungkidul, dalam sebuah diskusi pendidikan menyampaikan beberapa kendala yang menjadi perhatian utama untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan.
“Beberapa tantangan utama di Gunungkidul adalah rendahnya minat siswa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, rendahnya angka partisipasi murni (APM) siswa, serta status sosial ekonomi orang tua yang bervariasi,” ungkapnya.
Selain itu, kurangnya budaya belajar di kalangan siswa, pengaruh lingkungan sosial yang kurang mendukung, kekerasan dan perundungan di satuan pendidikan, serta rendahnya rata-rata lama sekolah turut menjadi penghambat utama.
Djuni akrab sapaannya menyebut, banyak siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, baik karena keterbatasan ekonomi maupun kurangnya motivasi. Hal tersebut diketahui dari Angka Partisipasi Murni (APM) yang Rendah.
“Data menunjukkan bahwa tingkat keikutsertaan siswa di sekolah masih jauh dari optimal. Ketimpangan ekonomi di masyarakat mempengaruhi akses siswa terhadap fasilitas pendidikan. Itu masalahnya,” jelasnya.
Djuni juga menyampaikan bahwa Kurangnya Budaya Belajar atau Kebiasaan belajar siswa masih perlu ditingkatkan untuk menciptakan generasi yang lebih kompetitif. Serta lingkungan Sosial yang Tidak mendukung menjadikan beberapa siswa tidak mendapatkan dorongan dari lingkungan sekitar untuk melanjutkan studi.
Ia menyebut kasus Kekerasan dan Perundungan dan Fenomena bullying di sekolah menjadi masalah serius yang memengaruhi psikologis siswa. Bahkan, Rendahnya Rata-rata lama sekolah di Gunungkidul masih rendah dibandingkan wilayah lain.
“Tantangan ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Dengan solusi yang berkelanjutan, kita dapat menciptakan generasi muda yang lebih kompetitif dan berdaya saing tinggi,” ujarnya.