Tanpa Kemampuan Bertani, Para Pemuda di Ambon Nikmati Panen Cabai Perdana di Lahan 5 Hektar Regional 18 Oktober 2025

Tanpa Kemampuan Bertani, Para Pemuda di Ambon Nikmati Panen Cabai Perdana di Lahan 5 Hektar
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        18 Oktober 2025

Tanpa Kemampuan Bertani, Para Pemuda di Ambon Nikmati Panen Cabai Perdana di Lahan 5 Hektar
Tim Redaksi
AMBON, KOMPAS.com
– Untuk kali pertama, komunitas anak muda di Kota Ambon sukses menggelar panen perdana cabai.
Mereka adalah anak muda dengan latar belakang beragam dan tak satupun punya keahlian bertani.
Di atas lahan seluas 5 hektar di Dusun Telaga Kodok, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon, anak muda dari Maluku Youth Creative Hub (MYCH) memulai bertanam sebagai cara kemandirian.
Proses tanamnya dimulai pada Juli 2025.
Baru ada satu jenis tanaman yang ditanam: cabai.
Ketua MYCH, David Rampisela, usai panen pada Kamis siang mengaku cabai dipilih lantaran jadi salah satu komoditas penyumbang angka inflasi terbesar di Ambon.
“Cabai ini kan jadi faktor inflasi di Ambon. Selain itu, cabai paling banyak dicari di pasar,” ungkapnya di sela-sela sambutan panen raya, Jumat (17/10/2025).
Dia mengaku proses tanam, pemupukan, dan perawatan sejak Juli menguras banyak usaha.
Apalagi, para anggota MYCH tidak satupun yang paham soal pertanian.
Lahan yang mereka garap pun milik pihak ketiga.
Mereka sepakat untuk mengelola dan bagi hasil dari situ.
Untuk urusan bertanam, anak muda MYCH bekerja sama dengan para petani andal di Telaga Kodok yang sudah terkenal di Maluku.
Para penyuluh pertanian serta para pegiat bidang pertanian di Kota Ambon pun ikut mendukung gebrakan anak muda yang tak lazim ini.
Hasilnya, sebanyak 12 ribu batang di atas 60 bedeng lahan cabai siap panen perdana.
“Panen ini bertepatan dengan Hari Pangan Nasional. Ini juga cara kami untuk mendukung program pemerintah dalam hal ketahanan pangan dan menekan angka inflasi di Kota Ambon,” jelas pria yang juga seorang musisi itu.
Menurutnya, ini merupakan langkah besar dan tak lazim bagi anak muda.
Biasanya, komunitas anak muda di Ambon lekat dengan kegiatan seni dan budaya, namun MYCH di bawah pimpinannya mencoba jalur lain.
Bagi mereka, sudah saatnya anak muda itu mandiri.
Komunitas tidak lagi bergantung pada dana sumbangan, hibah, dan sejenisnya.
David meyakini anak muda juga bisa berdaya secara maksimal, salah satunya melalui jalan bertani.
“Boleh dibilang ini modal nekat karena kami tidak ada basic. Tapi karena mau maju dan berdaya, kami dibantu oleh petani di daerah sini dan banyak pihak. Dan hasilnya sangat menjanjikan,” terang David.
Terbukti, sebelum panen, sudah ada lebih dari 30 permintaan pembelian cabai.
Datangnya dari pemilik rumah makan Padang, warung makan, kedai, atau permintaan rumah tangga.
Yuni, anggota MYCH yang lain, membenarkan hal itu.
Sejak mulai masa tanam pada Juni, aktivitas komunitasnya mulai menyedot perhatian, permintaan berdatangan dari berbagai kalangan.
“Sudah banyak yang pesan, tapi kami harus lihat lagi dari hasil panen. Karena ini perdana, masih ada sebagian yang belum merah semua. Mungkin bertahap dan belum bisa banyak,” terangnya.
Staf Ahli Bidang Administrasi Pemerintah Kabupaten Malteng, Sahlul Ikhsan, yang hadir mengakui kerja komunitas muda itu.
“Ini bukti nyata kolaborasi dan kerja keras menghasilkan hal luar biasa,” tuturnya.
Tak menutup kemungkinan, kata Sahlul, hal ini menjadi peluang karier yang menjanjikan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.