Jakarta, Beritasatu.com – Informasi tentang kasus keracunan pada anak-anak di beberapa daerah akibat camilan dari China, Latiao, telah beredar luas. Menanggapi hal ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menarik sementara peredaran makanan tersebut.
Para orang tua memberikan tanggapan positif terhadap langkah BPOM yang menindaklanjuti kasus makanan ringan yang terkontaminasi zat berbahaya tersebut. Tak sedikit yang khawatir makanan itu juga dapat membahayakan pertumbuhan anak-anak.
“Apabila memang ada masalah seperti ini, seharusnya makanan tidak bisa diedarkan sembarangan, terutama untuk anak-anak, karena sangat berbahaya bagi pertumbuhan mereka,” kata seorang ibu, Hani warga Jakarta Pusat, kepada Beritasatu.com, Senin (4/11/2024).
Beberapa orang tua lainnya menyoroti, banyak makanan yang masuk ke Indonesia belum diseleksi dengan baik. Mereka berharap adanya standar ketat untuk makanan anak-anak.
“Makanan yang dikonsumsi anak-anak seharusnya diseleksi dengan ketat dan tidak mengandung zat kimia berbahaya. Makanan yang disajikan di sekolah harus sehat, misalnya makanan yang dibuat sendiri,” ujar wali murid di salah satu sekolah Jakarta.
Para orang tua menyebut pentingnya pengawasan terhadap jajanan yang masuk ke sekolah. Mereka berharap adanya pengawasan dalam pemesanan makanan di sekolah karena anak-anak tidak mengetahui bahaya makanan tersebut.
Langkah BPOM ini diambil sebagai respons terhadap laporan keracunan Latiao yang terjadi di tujuh wilayah, yaitu Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, dan Pamekasan. Hingga saat ini, BPOM menemukan empat dari 73 jenis Latiao yang beredar mengandung bakteri Bacillus cereus.
Sebelumnya, BPOM juga memeriksa sarana distribusi, termasuk gudang importir dan distributor, dan menemukan bahwa mereka tidak mematuhi Cara Peredaran Pangan Olahan yang Baik (CperPOB). BPOM telah menginstruksikan importir untuk menarik dan memusnahkan produk yang terkontaminasi.