Tanaman: kentang

  • Gayung untuk Sepiring Nasi, Kisah Garda Pangan Melawan Sampah Makanan

    Gayung untuk Sepiring Nasi, Kisah Garda Pangan Melawan Sampah Makanan

    Bisnis.com, JAKARTA – Banyak cerita dari piring di kota besar dengan makanannya berlimpah. Restoran berlomba menampilkan menu cantik, pesta hajatan penuh meja prasmanan, dan pasar modern dengan rak yang selalu penuh. 

    Namun di balik gemerlap itu, ada jutaan ton makanan terbuang setiap tahun. Ironisnya, di lorong-lorong kota dan desa terpencil, masih banyak keluarga yang sulit sekadar makan dua kali sehari.

    Kehadiran Garda Pangan menunjukkan bahwa jurang ini bisa dijembatani. Apa yang dianggap sisa di satu tempat, bisa jadi penyelamat di tempat lain. Apa yang dianggap cacat di mata pasar, bisa jadi nutrisi penting bagi tubuh yang lapar.

    Kevin Gani dan para relawan tidak sekadar mengangkut makanan. Mereka mengubah paradigma. Bahwa setiap butir nasi, setiap potong roti, setiap sayuran yang “tidak cantik” punya nilai. Nilai gizi, nilai ekonomi, nilai moral, bahkan nilai spiritual.

    Cerita ini dimulai Kevin dari sebuah sudut di Joyoboyo, Surabaya, seorang perempuan renta menyambut kedatangan relawan Garda Pangan dengan senyum tipis. Rambutnya memutih, tubuhnya ringkih, dan hidupnya sebatang kara di sebuah gubuk reyot. Ketika relawan hendak memindahkan makanan sumbangan ke piringnya, nenek itu kebingungan. 

    Dia tidak punya piring, bahkan mangkuk sederhana pun tak ada. Akhirnya, dia meraih sebuah gayung plastik yang sudah kusam, biasanya dipakai untuk menimba air. Dari situlah makanan itu disajikan—di sebuah gayung kotor yang seharusnya bukan wadah makan.

    Bagi Kevin Gani, pengalaman itu menjadi titik balik. Dia saat itu masih seorang mahasiswa yang menjadi sukarelawan baru di Garda Pangan, sebuah komunitas yang bergerak menyelamatkan pangan berlebih. 

    “Saya kaget, ternyata di kota sebesar Surabaya masih ada orang yang makanannya sangat terbatas, bahkan piring pun tak punya,” kenangnya saat dihubungi Bisnis.

    Tak lama setelah pertemuan itu, si nenek meninggal dunia. Kisah ini membekas dan meneguhkan langkah Kevin untuk terjun lebih dalam, hingga kini dia dipercaya sebagai Ketua Yayasan Garda Pangan.

    Kisah nenek Joyoboyo hanya secuil potret dari ketidakadilan pangan di Indonesia. Di satu sisi, berjuta ton makanan terbuang setiap tahun. Di sisi lain, jutaan orang berjuang keras untuk sekadar bisa makan dua kali sehari. Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021 memperkirakan Indonesia membuang 23–48 juta ton makanan setiap tahun dalam kurun 2000–2019. Jumlah itu setara memberi makan 61–125 juta orang, atau hampir separuh populasi negeri ini.

    Data dan Estimasi Timbulan Sampah Makanan Tahun 2019-2023

    No.

    Tahun

    SIPSN (ribu ton)

    SIPSN dan Estimasi (ribu ton)

    1

    2019

    9.065

    22.354

    2

    2020

    8.701

    22.642

    3

    2021

    8.540

    22.666

    4

    2022

    11.688

    23.001

    5

    2023

    7.053

    23.318

    Catatan : Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN)

    Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI (Bappenas) 2024 (diolah)

    Lebih ironis lagi, laporan FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan, 45 persen sampah rumah tangga Indonesia adalah sisa makanan. Buangan ini bukan sekadar mubazir, tetapi juga berbahaya. Ketika menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), makanan membusuk dan menghasilkan gas metana. Gas ini 21 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida dalam memicu perubahan iklim. Pada 2005, ledakan TPA Leuwigajah, Jawa Barat, yang disebabkan akumulasi gas metana dari timbunan sampah, menewaskan lebih dari 140 jiwa.

    “Kalau dilihat, TPA-TPA di Indonesia itu sebenarnya bom waktu. Komposisi terbesar sampahnya makanan, dan itu yang paling gampang menghasilkan metana,” ujar Kevin.

    Di tengah kondisi tersebut, lahirlah Garda Pangan—sebuah inisiatif untuk menjembatani jurang besar antara surplus pangan dan kelaparan. Sejak berdiri pada 2017, mereka berkomitmen menyelamatkan makanan berlebih agar tidak masuk ke TPA, lalu menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan.

    Namanya diambil dari kata “garda”—barisan terdepan yang menjaga—dan “pangan”, yang artinya makanan. Harapannya sederhana tetapi visioner: menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan pangan sekaligus melawan kelaparan.

    Deretan Negara Penghasil Sampah Makanan Terbesar di Dunia

    Peringkat

    Negara

    Sampah Makanan Rumah Tangga

    (juta ton/tahun)

    1

    China

    108,67

    2

    India

    78,19

    3

    Pakistan

    30,75

    4

    Nigeria

    24,79

    5

    Amerika Serikat

    24,72

    6

    Brasil

    20,29

    7

    Mesir

    18,09

    8

    Indonesia

    14,73

    Sumber: UNEP Food Waste Index Report 2024

    Dari Gerakan Akar Rumput ke Jaringan Nasional

    Seiring waktu, Garda Pangan semakin dikenal sebagai pionir food bank di Indonesia. Mereka tak hanya beroperasi di Surabaya, tetapi juga menjalin kerja sama dengan komunitas di kota lain. Konsep “rescue food” yang mereka gaungkan mulai diadopsi di berbagai tempat.

    Kevin dan timnya bahkan sering diundang berbicara dalam forum internasional tentang ketahanan pangan dan keberlanjutan. Meski begitu, ia tetap rendah hati.

    “Kami ini hanya memindahkan makanan dari tempat berlebih ke tempat yang kurang. Sederhana, tapi kalau dilakukan terus, dampaknya besar,” ujarnya.

    Bagi Garda Pangan, setiap butir nasi punya makna. Karena itu, strategi utama mereka adalah food rescue—menyelamatkan makanan berlebih dari tempat-tempat yang biasanya membuangnya. Hotel, restoran, toko roti, hingga katering menjadi mitra penting. Setiap hari, relawan menjemput makanan surplus, memilahnya di food bank, lalu mendistribusikan ke komunitas yang membutuhkan.

    Makanan yang diselamatkan biasanya masih layak konsumsi: roti yang mendekati tanggal kadaluarsa, nasi kotak sisa rapat, lauk-pauk pesta, hingga buah dan sayuran segar. 

    “Kami punya standar ketat. Kalau tidak layak makan untuk kami sendiri, ya tidak kami salurkan. Keselamatan penerima tetap nomor satu,” jelas Kevin.

    Tabel Food Waste: Ini 5 makanan yang paling banyak terbuang

    Peringkat

    Jenis Makanan

    Jumlah Terbuang per Tahun

    Penyebab Utama

    1

    Roti

    ± 900.000 ton

    Kelebihan produksi & konsumsi

    2

    Kentang

    ± 750.000 ton

    Pembelian berlebihan, pembusukan, ketidaksempurnaan estetika

    3

    Susu

    ± 490.000 ton

    Kedaluwarsa, penyimpanan tidak tepat, kelebihan produksi

    4

    Pisang

    ± 190.000 ton

    Terlalu matang, cacat kosmetik

    5

    Salad & Sayuran (selada, tomat, mentimun, sayuran berdaun)

    ± 170.000 ton

    Pembusukan, pembelian berlebihan, standar kualitas pengecer

    Sumber: Waste Managed

    Prosesnya sederhana tapi rapi. Begitu makanan tiba, tim melakukan pemeriksaan kualitas: suhu, aroma, tekstur. Setelah lolos, makanan dikemas ulang dengan higienis, kemudian segera dibagikan ke panti asuhan, rumah singgah, warga marjinal, bahkan pemulung di sekitar TPA.

    Selain makanan matang, Garda Pangan juga fokus pada hasil panen yang ditolak pasar. Inilah yang mereka sebut gleaning. Relawan terjun langsung ke lahan petani, memetik sayuran atau buah yang cacat bentuk—wortel terlalu pendek, timun bengkok, atau jeruk bernoda.

    “Padahal gizinya sama, cuma penampilannya saja yang tidak sesuai standar pasar modern. Kalau dibiarkan, petani bisa rugi besar,” kata Kevin.

    Hasil gleaning ini kemudian didistribusikan ke penerima manfaat. Ada pula yang diolah menjadi produk turunan, misalnya jus atau selai, sehingga nilai jualnya kembali. Dengan cara ini, Garda Pangan bukan hanya memberi makan orang lapar, tetapi juga menyelamatkan penghasilan petani.

    Meski demikian, tidak semua makanan bisa diselamatkan. Ada yang sudah terlalu basi atau rusak. Untuk sisa-sisa ini, Garda Pangan punya pendekatan inovatif: biokonversi menggunakan larva black soldier fly (BSF), atau yang lebih dikenal sebagai maggot.

    Sisa makanan yang tidak layak konsumsi manusia diberikan ke koloni maggot. Dalam waktu singkat, larva-larva itu mengurai sisa organik menjadi biomassa. Hasilnya, dua manfaat sekaligus: maggot bisa dijadikan pakan ternak, sementara residunya menjadi pupuk organik.

    “Dengan maggot, benar-benar zero waste. Bahkan yang tadinya sampah bisa jadi sumber ekonomi baru,” ujar Kevin.

    Bagi Kevin, perjuangan pangan bukan sekadar soal logistik atau nutrisi. Ia melihatnya sebagai wujud nyata dari nilai-nilai Pancasila. “Keadilan sosial itu ya termasuk soal akses makanan. Jangan ada yang kenyang berlebihan sementara tetangganya lapar,” tegasnya.

    Karena itu, Garda Pangan selalu mengedepankan prinsip inklusif dan kolektif. Mereka percaya bahwa pangan adalah hak, bukan privilese. Dalam setiap distribusi, mereka tidak membedakan latar belakang agama, etnis, atau status sosial. Siapa yang butuh, dialah yang berhak menerima.

    Visi ini tentu ambisius, tetapi Kevin yakin langkah kecil bisa membawa perubahan besar. Ia sering mengutip pepatah: “Mengurangi kelaparan bukan dimulai dari satu juta porsi, tapi dari satu porsi yang diselamatkan.”

    Garda Pangan ingin menjadi katalis, mendorong lebih banyak pihak untuk bergerak. Dari rumah tangga yang mulai menghabiskan makanan, restoran yang menyumbangkan surplus, hingga pemerintah yang membuat regulasi pro-pangan berkelanjutan.

    “Kalau semua pihak bergerak, saya percaya kita bisa menuju Indonesia tanpa lapar,” pungkas Kevin.

    Aktivitas yayasan membawanya menerima 15th SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards di Menara Astra, Jakarta, 29 Oktober 2024. Anugerah ini dari konglomerasi Astra International. Kevin menerima penghargaan bertaraf nasional untuk kategori lingkungan sebagai Pejuang Pangan Berkelanjutan.

  • Pengidap Ginjal Wajib Tahu! Ini Sayuran yang Harus Dihindari

    Pengidap Ginjal Wajib Tahu! Ini Sayuran yang Harus Dihindari

    Jakarta

    Orang dengan penyakit ginjal umumnya perlu mengikuti pola makan rendah natrium, protein, kalium, dan fosfor. Ini berarti harus membatasi atau menghindari makanan tertentu, seperti sayuran tertentu.

    Ginjal memiliki banyak fungsi penting bagi kesehatan, termasuk menyaring produk limbah dan kelebihan cairan dari tubuh untuk dikeluarkan melalui urine. Ginjal juga berperan dalam mengatur keseimbangan mineral tubuh serta menghasilkan hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah.

    Ketika seseorang mengidap penyakit ginjal, zat limbah dapat menumpuk di dalam darah. Dokter biasanya menyarankan perubahan pola makan untuk membantu mengendalikan kondisi tersebut sekaligus mendukung fungsi ginjal.

    Sayuran yang Harus Dihindari Pengidap Ginjal

    Dikutip dari Healthline, berikut penjelasannya.

    1. Kentang dan Ubi Jalar

    Kentang dan ubi jalar merupakan sayuran yang kaya kalium. Satu kentang panggang berukuran sedang (156 g) mengandung sekitar 610 mg kalium, sedangkan satu ubi jalar panggang berukuran sedang (114 g) mengandung sekitar 542 mg kalium.

    Beberapa makanan tinggi kalium, termasuk kentang dan ubi jalar, bisa direndam atau dimasak dengan cara tertentu untuk menurunkan kadar kaliumnya.

    Beberapa penelitian menunjukkan, merebus kentang dapat secara signifikan mengurangi kandungan kalium, terutama jika direbus mulai dari air dingin. Merendam kentang dalam air selama 5-10 menit juga dapat menurunkan kadar kalium hingga sekitar 20 persen.

    Metode ini dikenal sebagai pelindihan kalium (potassium leaching) atau metode double-cook.

    Meski begitu, penting diingat bahwa cara ini tidak menghilangkan kalium sepenuhnya. Kentang yang dimasak dengan metode double-cook tetap mengandung cukup banyak kalium, sehingga pengendalian porsi tetap sangat diperlukan untuk menjaga kadar kalium tetap seimbang.

    2. Tomat

    Tomat termasuk tinggi kalium sehingga sering kali tidak sesuai dengan pedoman diet untuk pengidap penyakit ginjal.

    Tomat bisa disajikan mentah, direbus, atau diolah menjadi saus. Namun, 1 cangkir (245 g) saus tomat dapat mengandung sekitar 728 mg kalium.

    Meskipun tomat sangat umum digunakan dalam berbagai hidangan, sebenarnya ada beberapa bahan pengganti yang bisa dipilih.

    Alternatif dengan kandungan kalium lebih rendah bergantung pada selera masing-masing. Salah satu pilihan yang lezat adalah mengganti saus tomat dengan saus paprika merah panggang, yang memiliki rasa enak sekaligus kadar kalium lebih rendah per porsi.

    3. Bayam dan daun bit

    Bayam dan daun bit adalah sayuran hijau berdaun yang kaya akan nutrisi dan mineral, termasuk kalium.

    Jika disajikan mentah, kandungan kalium pada sayuran ini bervariasi antara 136-290 mg per cangkir (30-38 g).

    Saat dimasak, sayuran berdaun akan menyusut menjadi porsi yang lebih kecil, tetapi kandungan kaliumnya tetap sama.

    Sebagai contoh, bayam mentah bisa menyusut drastis setelah dimasak. Artinya, setengah cangkir bayam matang akan mengandung jauh lebih banyak kalium dibandingkan setengah cangkir bayam mentah.

    Namun, konsumsi tetap perlu dibatasi karena sayuran tersebut juga mengandung oksalat dalam jumlah tinggi. Pada individu yang sensitif, oksalat dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal dapat semakin merusak jaringan ginjal dan menurunkan fungsi ginjal.

    (elk/kna)

  • Bos Pengusaha Beberkan Dampak ICA-CEPA ke Ekspor & Investasi RI

    Bos Pengusaha Beberkan Dampak ICA-CEPA ke Ekspor & Investasi RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pengusaha menilai penandatanganan Indonesia—Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) menjadi langkah strategis dan membuka babak baru bagi ekspor serta investasi Indonesia.

    Pengusaha memandang, perjanjian ICA—CEPA dapat membuka akses ke pasar Kanada yang selama ini kurang tergarap dan memiliki daya beli tinggi serta potensi besar bagi produk-produk unggulan nasional.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menilai, perjanjian ICA-CEPA sebagai momentum strategis untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi kedua negara.

    “Kami melihat dengan ICA—CEPA ini, Kanada dapat menjadi mitra dagang dan investasi strategis Indonesia untuk membantu percepatan diversifikasi ekspor dan perluasan sumber investasi asing di Indonesia,” kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Shinta, perjanjian ICA—CEPA hadir pada saat yang tepat mengingat tekanan signifikan pada kinerja ekspor dan investasi Indonesia akibat dampak dari kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS). 

    “Ini [ICA—CEPA] khususnya penting ketika kinerja ekspor dan investasi Indonesia mengalami tekanan yang tinggi karena efek langsung atau tidak langsung dari kebijakan perdagangan AS,” ujarnya.

    Dari sisi potensi pasar, ujar Shinta, Kanada memiliki peluang ekonomi besar dengan populasi lebih dari 40 juta konsumen dengan daya beli rata-rata lebih dari US$53.000 per tahun. Populasi dan daya beli Kanada lebih tinggi dibandingkan negara-negara rekan dagang utama Indonesia, seperti Belanda dan Australia.

    “Bahkan sebetulnya potensi pasar Kanada tersebut lebih comparable dengan beberapa pasar-pasar ekspor yang lebih tradisional atau lebih dikenal bagi Indonesia seperti UK, Jerman, hingga Korea,” terangnya.

    Menurutnya, sejumlah produk Indonesia yang berpotensi diekspor ke Kanada terdiri dari tekstil, sepatu, ban kendaraan, furniture, produk perikanan, komponen kendaraan dan elektronik, hingga produk pangan dan perkebunan tropis seperti CPO, teh, kopi, dan buah-buahan tropis.

    Bahkan, Shinta menilai standar produk Kanada juga relatif sejalan dengan pasar AS dan Uni Eropa, sehingga pelaku usaha yang sudah mengekspor ke pasar tradisional tersebut dapat dengan relatif mudah memasuki pasar Kanada.

    “ICA—CEPA sangat strategis untuk menangkap potensi pasar Kanada,” imbuhnya.

    Berdasarkan laporan Economic Impact Assessment 2021, Indonesia berpotensi memperoleh peningkatan penerimaan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$1,4 miliar dan peningkatan ekspor ke Kanada sebesar US$1,1 miliar atau naik 47% dari baseline.

    Meski begitu, Shinta mengingatkan bahwa pasar Kanada masih relatif kurang dikenal oleh pelaku usaha nasional sehingga perlu adanya sosialisasi, fasilitasi, edukasi, dan dukungan pemerintah agar ekspor Indonesia ke Kanada dapat tumbuh signifikan dan menyeimbangkan defisit perdagangan bilateral yang ada.

    “Jadi kunci keberhasilan kita terletak pada seberapa gencar dan efektif pemerintah Indonesia dapat memperkenalkan dan memfasilitasi pelaku usaha atau eksportir nasional untuk penetrasi pasar Kanada melalui penggunaan ICA—CEPA,” ujarnya.

    Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang melihat, perjanjian ICA—CEPA dapat membuka peluang besar bagi ekspor produk unggulan Indonesia seperti agrikultur, yakni kopi, teh, dan rempah-rempah.

    Selain itu, juga membuka peluang pada produk makanan dan minuman olahan, karet, tekstil dan garmen, produk kayu dan furnitur, serta produk organik dan aneka produk unggulan/khas berbagai daerah di Indonesia.

    “Harapan kami dengan adanya kesepakatan ICA—CEPA target ekspor produk Indonesia ke Kanada bisa meningkat hingga US$11,8 miliar atau sekitar Rp196,94 triliun pada 2030,” ujar Sarman kepada Bisnis.

    Untuk itu, lanjut dia, kementerian terkait bersama Kadin perlu melakukan penjajakan bisnis (business matching) dengan pengusaha Kanada agar terjalin komunikasi yang efektif dan saling mengenal kebutuhan pasar.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso sebelumnya mengatakan ICA—CEPA menandai babak baru hubungan ekonomi antara Indonesia dan Kanada. Menurut Budi, ICA—CEPA menandai kerja sama dagang komprehensif pertama Indonesia dengan negara di kawasan Amerika Utara, dan yang pertama bagi Kanada dengan negara di Asia Tenggara.

    “Perjanjian ini [ICA—CEPA] membuka akses pasar yang lebih luas, serta memperkuat daya saing produk dan jasa Indonesia di Kanada,” kata Budi dalam keterangan tertulis, Kamis (25/9/2025).

    Melalui ICA—CEPA, kata Budi, lebih dari 90% atau sekitar 6.573 pos tarif Indonesia mendapat preferensi di pasar Kanada. Dalam hal ini, sejumlah produk yang potensial dari Indonesia, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, makanan olahan, elektronik ringan dan elektronik otomotif, hingga sarang burung walet diprediksikan akan semakin kompetitif.

    Bukan hanya itu, sejumlah produk akan langsung menikmati tarif 0% saat perjanjian sudah berlaku (entry into force), seperti makanan olahan, hasil laut, produk kerajinan berbahan serat alam, peralatan rumah tangga, hingga granit dan marmer.

    Sementara itu, Indonesia membuka pasar sebesar 85,54% atau sekitar 9.764 pos tarif untuk produk prioritas Kanada, antara lain daging sapi beku, gandum, kentang, makanan hasil laut, dan makanan olahan.

    Budi menuturkan bahwa perjanjian ICA—CEPA harus dilihat lebih luas dari sekadar angka dan tarif. Perjanjian ini justru membuka peluang bagi pelaku usaha dan generasi muda Indonesia untuk menembus pasar Kanada.

    Di samping itu, investor dan perusahaan Kanada akan memiliki peluang untuk menemukan mitra strategis di Indonesia.

    “Tugas kita selanjutnya adalah memastikan perjanjian ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat, pelaku usaha, dan investor di kedua negara. Indonesia terbuka untuk kemitraan,” tandasnya.

  • Ekonom Beberkan Keuntungan RI Usai ICA-CEPA Resmi Diteken

    Ekonom Beberkan Keuntungan RI Usai ICA-CEPA Resmi Diteken

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia dengan Kanada atau Indonesia—Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) dapat membuka peluang perdagangan dan investasi lebih luas bagi kedua negara. Perjanjian ICA—CEPA resmi diteken pada Rabu (24/9/2025) di Ottawa, Kanada.

    Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai perjanjian ICA—CEPA sebagai kelanjutan positif dari strategi pemerintah dalam memperluas jaringan perdagangan dengan negara mitra.

    Adapun sehari sebelum ICA—CEPA diteken, pemerintah telah merampungkan perjanjian Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU—CEPA) pada Selasa (23/9/2025). Diketahui, negosiasi antara Indonesia dengan Uni Eropa memakan waktu selama 10 tahun.

    “Kita perlu mengapresiasi prestasi ini, setelah FTA [Free Trade Agreement] dengan Peru, sekarang dengan Kanada, dan dalam waktu dekat dengan Uni Eropa. Dua jempol untuk Pak Prabowo Subianto yang telah memberi energi tambahan bagi diplomasi politik dan perdagangan kita,” kata Wijayanto kepada Bisnis, Kamis (25/9/2025).

    Menurutnya, perjanjian ICA—CEPA membawa potensi besar karena struktur produk ekspor antara Indonesia dan Kanada bersifat saling melengkapi dan tak bersaing secara langsung.

    Kendati demikian, Wijayanto mengingatkan bahwa potensi tersebut hanya bisa dioptimalkan jika Indonesia mampu meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

    “Tentunya ini merupakan peluang bagus. Produk kita dan Kanada tidak bersaing, justru komplementari sifatnya. Tetapi, apapun itu kendati pintu sudah terbuka, apakah kita akan mampu memanfaatkan kesempatan ini sangat tergantung dari daya saing produk kita,” terangnya.

    Terlebih, dia menyebut, perbaikan iklim investasi dan penguatan industri manufaktur nasional juga menjadi pekerjaan rumah mendesak bagi pemerintah agar Indonesia tak hanya menjadi pasar, melainkan pemain utama dalam rantai nilai global.

    “Perbaikan iklim investasi dan daya saing industri merupakan PR mendesak kita,” ujarnya.

    Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan ICA—CEPA menandai babak baru hubungan ekonomi antara Indonesia dan Kanada. Menurutnya, ICA—CEPA menandai kerja sama dagang komprehensif pertama Indonesia dengan negara di kawasan Amerika Utara, dan yang pertama bagi Kanada dengan negara di Asia Tenggara.

    “Perjanjian ini [ICA—CEPA] membuka akses pasar yang lebih luas, serta memperkuat daya saing produk dan jasa Indonesia di Kanada,” kata Budi dalam keterangan tertulis, Kamis (25/9/2025).

    Melalui ICA—CEPA, ujar Budi, lebih dari 90% atau sekitar 6.573 pos tarif Indonesia mendapat preferensi di pasar Kanada. Dalam hal ini, sejumlah produk yang potensial dari Indonesia, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, makanan olahan, elektronik ringan dan elektronik otomotif, hingga sarang burung walet diprediksikan akan semakin kompetitif.

    Tak hanya itu, sejumlah produk akan langsung menikmati tarif 0% saat perjanjian sudah berlaku (entry into force), seperti makanan olahan, hasil laut, produk kerajinan berbahan serat alam, peralatan rumah tangga, hingga granit dan marmer.

    Sementara itu, Indonesia membuka pasar sebesar 85,54% atau sekitar 9.764 pos tarif untuk produk prioritas Kanada, antara lain daging sapi beku, gandum, kentang, makanan hasil laut, dan makanan olahan.

    Budi menuturkan bahwa perjanjian ICA—CEPA harus dilihat lebih luas dari sekadar angka dan tarif. Perjanjian ini justru membuka peluang bagi pelaku usaha dan generasi muda Indonesia untuk menembus pasar Kanada.

    Di samping itu, investor dan perusahaan Kanada akan memiliki peluang untuk menemukan mitra strategis di Indonesia.

    “Tugas kita selanjutnya adalah memastikan perjanjian ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat, pelaku usaha, dan investor di kedua negara. Indonesia terbuka untuk kemitraan,” ucapnya.

    Sepanjang Januari—Juli 2025, total perdagangan Indonesia dan Kanada mencapai US$2,72 miliar, naik sekitar 30% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$2,09 miliar.

    Data tersebut menunjukkan, nilai ekspor Indonesia mencapai US$1,01 miliar, sementara impor dari Kanada mencapai US$1,71 miliar.

    Kemendag mencatat, produk ekspor utama Indonesia terdiri dari karet alam, alas kaki, kakao, mentega dan minyak nabati, serta tekstil. Sedangkan impor utama dari Kanada, yaitu gandum, pupuk, kedelai, bubur kayu kimia, dan emas.

  • Pengidap Penyakit Ginjal Wajib Tahu! Ini Sayuran yang Harus Dihindari

    Pengidap Penyakit Ginjal Wajib Tahu! Ini Sayuran yang Harus Dihindari

    Jakarta

    Orang dengan penyakit ginjal umumnya perlu mengikuti pola makan rendah natrium, protein, kalium, dan fosfor. Ini berarti harus membatasi atau menghindari makanan tertentu, seperti sayuran tertentu.

    Ginjal memiliki banyak fungsi penting bagi kesehatan, termasuk menyaring produk limbah dan kelebihan cairan dari tubuh untuk dikeluarkan melalui urine. Ginjal juga berperan dalam mengatur keseimbangan mineral tubuh serta menghasilkan hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah.

    Ketika seseorang mengidap penyakit ginjal, zat limbah dapat menumpuk di dalam darah. Dokter biasanya menyarankan perubahan pola makan untuk membantu mengendalikan kondisi tersebut sekaligus mendukung fungsi ginjal.

    Sayuran yang Harus Dihindari Pengidap Penyakit Ginjal

    Dikutip dari Healthline, berikut penjelasannya.

    1. Kentang dan Ubi Jalar

    Kentang dan ubi jalar merupakan sayuran yang kaya kalium. Satu kentang panggang berukuran sedang (156 g) mengandung sekitar 610 mg kalium, sedangkan satu ubi jalar panggang berukuran sedang (114 g) mengandung sekitar 542 mg kalium.

    Beberapa makanan tinggi kalium, termasuk kentang dan ubi jalar, bisa direndam atau dimasak dengan cara tertentu untuk menurunkan kadar kaliumnya.

    Beberapa penelitian menunjukkan, merebus kentang dapat secara signifikan mengurangi kandungan kalium, terutama jika direbus mulai dari air dingin. Merendam kentang dalam air selama 5-10 menit juga dapat menurunkan kadar kalium hingga sekitar 20 persen.

    Metode ini dikenal sebagai pelindihan kalium (potassium leaching) atau metode double-cook.

    Meski begitu, penting diingat bahwa cara ini tidak menghilangkan kalium sepenuhnya. Kentang yang dimasak dengan metode double-cook tetap mengandung cukup banyak kalium, sehingga pengendalian porsi tetap sangat diperlukan untuk menjaga kadar kalium tetap seimbang.

    2. Tomat

    Tomat termasuk tinggi kalium sehingga sering kali tidak sesuai dengan pedoman diet untuk pengidap penyakit ginjal.

    Tomat bisa disajikan mentah, direbus, atau diolah menjadi saus. Namun, 1 cangkir (245 g) saus tomat dapat mengandung sekitar 728 mg kalium.

    Meskipun tomat sangat umum digunakan dalam berbagai hidangan, sebenarnya ada beberapa bahan pengganti yang bisa dipilih.

    Alternatif dengan kandungan kalium lebih rendah bergantung pada selera masing-masing. Salah satu pilihan yang lezat adalah mengganti saus tomat dengan saus paprika merah panggang, yang memiliki rasa enak sekaligus kadar kalium lebih rendah per porsi.

    3. Bayam Swiss, bayam, dan daun bit

    Bayam Swiss, bayam, dan daun bit adalah sayuran hijau berdaun yang kaya akan nutrisi dan mineral, termasuk kalium.

    Jika disajikan mentah, kandungan kalium pada sayuran ini bervariasi antara 136-290 mg per cangkir (30-38 g).

    Saat dimasak, sayuran berdaun akan menyusut menjadi porsi yang lebih kecil, tetapi kandungan kaliumnya tetap sama.

    Sebagai contoh, bayam mentah bisa menyusut drastis setelah dimasak. Artinya, setengah cangkir bayam matang akan mengandung jauh lebih banyak kalium dibandingkan setengah cangkir bayam mentah.

    Namun, konsumsi tetap perlu dibatasi karena sayuran tersebut juga mengandung oksalat dalam jumlah tinggi. Pada individu yang sensitif, oksalat dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal dapat semakin merusak jaringan ginjal dan menurunkan fungsi ginjal.

    Ditinjau oleh: Mhd. Aldrian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (suc/suc)

  • Hindari Kombinasi, Jangan Konsumsi Jamur dengan Makanan Ini

    Hindari Kombinasi, Jangan Konsumsi Jamur dengan Makanan Ini

    JAKARTA – Jamur adalah salah satu bahan makanan yang serbaguna dan bergizi. Rasanya yang khas umami membuat jamur cocok dipadukan dengan berbagai hidangan. Selain itu, jamur juga kaya akan nutrisi yang bermanfaat untuk kesehatan.

    Namun ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan jamur karena bisa menimbulkan efek kurang baik, baik dari segi kesehatan maupun cita rasa.

    Secara umum jamur aman dikonsumsi, tetapi jika dipadukan dengan makanan tertentu bisa menimbulkan ketidaknyamanan, mengurangi nilai gizi hingga mengganggu cita rasa.

    Berikut makanan yang sebaiknya tidak dimakan bersamaan dengan jamur, seperti dilansir dari laman ET Protein.

    1. Makanan Tinggi Purin

    Jamur mengandung purin dalam kadar sedang. Purin adalah zat yang dalam tubuh dapat berubah menjadi asam urat. Bagi penderita asam urat atau masalah ginjal, mengonsumsi jamur bersamaan dengan makanan tinggi purin bisa memperparah kondisi.

    Contoh makanan tinggi purin yang sebaiknya dihindari dikonsumsi bersama jamur diantaranya daging merah, jeroan (seperti hati), ikan teri dan sarden.

    2. Kentang

    Beberapa kepercayaan tradisional maupun pengalaman pribadi menyebutkan bahwa kombinasi tertentu dengan jamur bisa menimbulkan efek samping, meski bukti ilmiahnya masih terbatas.

    Misalnya, jamur dipadukan dengan karbohidrat kompleks seperti kentang. Ada pun kombinasi alkohol sembari mengonsumsi jamur juga berbahaya. Meski tidak berbahaya bagi semua orang, ada sebagian orang yang merasa tidak nyaman di pencernaan setelah mengombinasikan makanan tersebut.

    3. Makanan Keju dan Makanan Pedas

    Selain faktor kesehatan, ada juga makanan yang dapat menutupi atau merusak rasa jamur. Jika ingin menikmati cita rasa alami jamur, sebaiknya hindari juga kombinasi dengan makanan pedas.

    Pertimbangan Kesehatan saat Mengonsumsi Jamur

    Selain memperhatikan kombinasi makanan, ada hal lain yang juga penting saat memasukkan jamur dalam menu sehari-hari.

    1. Alergi

    Sebagian orang bisa mengalami alergi jamur. Gejalanya bisa berupa gatal-gatal, bengkak, hingga kesulitan bernapas. Jika hal ini terjadi, sebaiknya hentikan konsumsi dan segera konsultasi ke tenaga medis.

    2. Interaksi dengan Obat

    Beberapa jenis jamur, terutama jamur yang digunakan dalam pengobatan tradisional, bisa memengaruhi kinerja obat tertentu, misalnya pengencer darah atau insulin. Maka dari itu, jika sedang dalam pengobatan, sebaiknya konsultasikan dulu sebelum mengonsumsi jamur sebagai suplemen atau terapi tambahan.

    3. Kandungan Gizi

    Jamur mengandung banyak vitamin dan mineral penting, seperti vitamin B, selenium, dan kalium. Meski bergizi, jamur tetap sebaiknya menjadi bagian dari pola makan seimbang, bukan satu-satunya sumber nutrisi.

    Sejauh ini, penelitian tentang dampak negatif kombinasi jamur dengan makanan lain masih terbatas. Namun, studi terkait metabolisme purin sudah cukup banyak, dan hasilnya menekankan bahwa penderita asam urat harus mengontrol konsumsi makanan kaya purin, termasuk jamur.

  • Pria Ini Ngaku Cuma Makan Junk Food 700 Hari, Begini Efek ke Tubuhnya

    Pria Ini Ngaku Cuma Makan Junk Food 700 Hari, Begini Efek ke Tubuhnya

    Jakarta

    Seorang pria mengaku hanya mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food hampir dua tahun penuh. Hal ini mulai dilakukan sekitar bulan Juli 2023.

    Semasa kecil, pria yang tidak disebutkan namanya ini lebih sering diberikan makanan cepat saji sejak kecil. Tetapi, ia mengaku bahwa tidak makan makanan sehat selama lebih dari 700 hari.

    “Sejak sekitar Juli atau Agustus 2023, saya belum pernah sehari pun tidak makan makanan cepat saji. Itu benar-benar satu-satunya yang saya makan,” tutur pria berusia 32 tahun itu, yang dikutip dari Mirror UK.

    “Setiap hari, saya akan makan satu porsi besar (sekitar 2 ribu kalori) dari gerai makanan cepat saji pilihan saya, yang saya minum bersama soda atau minuman berenergi,” sambungnya.

    Dari mulai bangun tidur, pria itu sudah mengonsumsi minuman berenergi, yang bisa diminum sekitar 2 atau 3 kaleng yang berisi 473 ml setiap hari. Bahkan, ia mengaku tidak minum air putih dalam rentang waktu tersebut.

    Meski gaya hidup yang dijalaninya buruk, pria itu selalu mengaku sehat secara fisik. Indeks Massa Tubuh (IMT) pria tersebut sekitar 20,8 yang termasuk dalam kategori berat badan normal, dengan berat badan 66 kg.

    Ia mengaku sehat dan kabarnya tekanan darahnya normal. Biasanya, ia hanya makan satu kali makanan utama sehari dengan total kalori 2 ribu kalori yang dikonsumsi bersama soda atau minuman berenergi.

    Pria itu menjelaskan bahwa alasan utamanya melakukan semua itu adalah kenyamanan, rasa, kemudahan mendapatkannya, dan harganya. Bahkan, dia mengatakan tubuhnya bereaksi lebih buruk saat mencoba makan makanan sehat.

    “Sistem pencernaan saya hanya terasa tidak enak saat saya mencoba makan sayuran atau minum air putih. Entah kenapa, saya memang selalu seperti ini,” tutur pria tersebut.

    “Saya belum makan buah selama, mungkin 10 atau 15 tahun, tepatnya. Saya benci buah. Salad membuat saya merasa sangat mual,” tambahnya.

    Lantas, apakah makanan cepat saji itu sehat? Tentunya tidak.

    Menurut National Health Service (NHS) di Inggris, rata-rata pria membutuhkan sekitar 2.500 kalori per hari untuk menjaga berat badan yang sehat. Sementara para wanita, rata-rata harus mencapai 2.000 kalori.

    Tapi, ini bukan tentang kalori saja, tetapi apa yang dikonsumsi. Meskipun sesekali mengonsumsi makanan cepat saji tidak berbahaya, para ahli sangat menyarankan untuk tidak menjadikannya satu-satunya sumber nutrisi tubuh. Terutama dalam jangka waktu yang lama.

    Dikutip dari WebMD, ini yang terjadi pada tubuh jika terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji:

    1. Berat badan naik

    Makanan cepat saji memang praktis dan murah. Tetapi, burger hingga kentang goreng mengandung lebih banyak lemak, kalori, dan karbohidrat olahan, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.

    2. Bahaya untuk jantung

    Natrium membuat makanan cepat saji terasa lebih enak dan mencegahnya rusak. Tetapi, terlalu banyak natrium dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak pembuluh darah, hingga risiko gagal jantung, serangan jantung, serta stroke.

    3. Lonjakan gula darah

    Makanan berlapis tepung yang tinggi karbohidrat olahan akan dipecah tubuh menjadi gula. Saat kadar gula darah meningkat, tubuh memompa insulin untuk menyeimbangkannya.

    Seiring berjalannya waktu, lonjakan gula ini bisa merusak pankreas, kadar gula darah naik, hingga memicu diabetes tipe 2.

    4. Masalah pencernaan

    Makanan tinggi natrium dapat memicu kembung untuk sementara. Jika dipadukan dengan rendahnya jumlah serat makanan, saluran pencernaan akan tersumbat. Hal ini dapat menyebabkan sembelit yang membuat Anda berisiko terkena wasir, hernia, dan divertikulitis.

    5. Mempengaruhi suasana hati

    Apa yang dimakan dan diminum dapat memengaruhi perasaan Anda secara mental dan fisik. Makanan cepat saji kekurangan vitamin, mineral, dan nutrisi lain yang dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan suasana hati.

    Penelitian menunjukkan bahwa makanan cepat saji dan makanan olahan yang dibeli di toko mungkin terkait dengan risiko depresi yang lebih tinggi.

    6. Lebih mudah lelah

    Ketika sejumlah karbohidrat olahan masuk ke tubuh, gula darah naik dengan cepat, lalu turun dengan cepat pula. Hal ini dapat membuat seseorang merasa lelah.

    7. Mempengaruhi kesuburan

    Ftalat, bahan kimia sintetis yang melarutkan material dan membuat plastik tahan lama bisa terdapat di makanan cepat saji. Studi terbaru mengaitkan bahan kimia itu terhadap masalah kesuburan dan risiko lebih tinggi pada gangguan belajar serta perilaku anak-anak.

    8. Mengikis tulang dan sendi

    Kelebihan berat badan dan obesitas yang disebabkan makanan cepat saji memberikan tekanan ekstra pada sendi, terutama pinggul dan lutut. Hal ini membuat seseorang lebih mungkin mengalami patah tulang di sekitar sendi.

    9. Menyebabkan jerawat pada kulit

    Makanan cepat saji penuh dengan bahan-bahan yang tidak cocok untuk kulit. Gula dapat menurunkan kadar kolagen dna menyebabkan tanda-tanda penuaan dini, seperti kerutan.

    Garam dapat menguras kelembapan kulit, dan lemak jenuh dalam jumlah tinggi dapat memicu hormon yang berperan dalam pembentukan jerawat.

    10. Mempengaruhi daya ingat

    Para ahli berpendapat bahwa lemak jenuh dan lemak trans memberitahu tubuh untuk membentuk plak di otak. Lemak ini menyebabkan demensia dan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer tiga kali lebih banyak daripada yang tidak mengonsumsi makanan cepat saji.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Sukun, Pangan Lokal Kaya Manfaat yang Layak Kembali ke Meja Makan

    Sukun, Pangan Lokal Kaya Manfaat yang Layak Kembali ke Meja Makan

    Surabaya (beritajatim.com)- Sukun merupakan salah satu bahan pangan yang menyimpan banyak manfaat. Tidak cuma enak digoreng jadi camilan sore, sukun juga bisa jadi pengganti nasi karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Ditambah lagi, sukun mengandung vitamin, mineral, dan serat yang baik untuk tubuh, sehingga bisa jadi pilihan pangan lokal yang murah, lezat, sekaligus menyehatkan.

    Selain itu, kandungan serat dan karbohidrat kompleks dalam sukun membantu memperlambat penyerapan gula, sehingga baik untuk menjaga kestabilan gula darah. Vitamin dan antioksidan yang terkandung di dalamnya membantu meningkatkan imunitas dan melawan radikal bebas penyebab penuaan dan berbagai penyakit. Sementara, kandungan mineral seperti kalium berperan penting dalam menjaga tekanan darah agar tetap normal, sementara magnesium mendukung fungsi saraf dan otot.

    Di Indonesia, sukun telah dikenal sejak lama, terutama di daerah kepulauan seperti Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua, di mana buah ini menjadi salah satu sumber karbohidrat utama selain padi dan umbi-umbian. Popularitasnya yang tahan lama dan mudah dibudidayakan membuat sukun menjadi pangan lokal yang berkelanjutan di berbagai wilayah tropis.

    Sayangnya, sukun sebagai bahan pangan utama kini semakin terpinggirkan dan jarang dijadikan pilihan dalam konsumsi sehari-hari. Kehadirannya kalah populer dibandingkan beras, gandum, atau makanan instan yang lebih praktis. Padahal, di balik kesederhanaannya, sukun menyimpan potensi besar sebagai pangan lokal yang sehat, murah, dan mudah diperoleh.

    Untuk mengembalikan perannya, sukun kini diolah menjadi berbagai produk inovatif yang cocok dengan gaya hidup modern. Keripik sukun hadir sebagai camilan sehat pengganti kentang atau singkong. Tepung sukun digunakan untuk membuat roti, pancake, hingga mie sehat, sekaligus menggantikan sebagian tepung terigu. Bahkan, sukun mulai dimanfaatkan sebagai pengganti nasi atau lauk praktis, memadukan cita rasa tradisional dengan kebutuhan konsumsi sehari-hari yang cepat dan praktis.

    Dengan segala kandungan gizi dan fleksibilitas olahannya, sukun bukan hanya sekadar buah tradisional, tetapi juga solusi pangan lokal yang menyehatkan dan berkelanjutan. Mengangkat kembali sukun ke meja makan tidak hanya melestarikan budaya kuliner Indonesia, tetapi juga mendukung ketahanan pangan, memberikan alternatif sehat, dan mengajak masyarakat untuk kembali menghargai kekayaan alam tropis yang telah lama ada di sekitar kita.

    [Erlina Damayanti]

  • Unik, Ada Lomba Kentang Raksasa di Dieng – Page 3

    Unik, Ada Lomba Kentang Raksasa di Dieng – Page 3

    Pestani Dieng Raya dengan tajuk Panen Raya & Apresiasi Juara Lomba Kentang Raksasadi Desa Kasimpar ini merupakan puncak dari rangkaian acara lomba kentang raksasa yang telah dimulai bulan April hingga September 2025. Lomba ini melibatkan ratusan petani dari 5 kabupaten mencakup Kabupaten Pekalongan, Banjarnegara, Batang, Wonosobo, dan Magelang.

    “Lomba ini sekaligus menjadi media bagi Petrokimia Gresik memperkenalkan produk inovatif perusahaan yang terbukti mampu meningkatkan hasil panen. Ini merupakan komitmen Petrokimia Gresik sebagai Solusi Agroindustri untuk terus berperan aktif membantu petani dalam meningkatkan meningkatkan kesejahteraan petani kentang, khususnya di wilayah Dieng Raya,” kata Adit.

    Adapun budidaya yang dilakukan pada lomba kentang raksasa ini menggunakan rekomendasi pemupukan berimbang produk Petrokimia Gresik, yaitu pupuk NPK Phonska Lite, ZA Plus, dan Phonska Cair, serta pupuk unggulan Petrokimia Gresik lainnya.

    Disampaikannya, lomba ini sekaligus menjadi media bagi Petrokimia Gresik melakukan edukasi secara aktif, dan penyediaan produk-produk berkualitas agar semakin banyak petani yang bisa merasakan manfaat dari inovasi dan kualitas produk perusahaan.

    “Alhamdulilah petani Wonosobo berhasil meraih Juara 1 dan 3, dari Banjarnegara Juara 2. Budidaya kentang mereka tidak hanya menghasilkan umbi kentang dengan ukuran raksasa, tapi produktivitas keseluruhan juga meningkat. Dari hasil panen peserta Juara 1, terdapat  peningkatan produktivitas cukup signifikan, yaitu hampir 10 persen, dimana pada panen sebelumnya  menghasilkan panen sebesar 16,5 ton/ha, sekarang menjadi 18 ton/ha. Lomba kentang raksasa ini jua turut andil berkontribusi terhadap kebutuhan kentang nasional,” tandas Adit.

     

     

  • Harga beras dan cabai di Jakarta turun

    Harga beras dan cabai di Jakarta turun

    Jakarta (ANTARA) – Harga rata-rata sejumlah komoditas pangan di DKI Jakarta pada Sabtu (6/9) pagi mengalami penurunan seperti beras dan cabai, sementara minyak goreng, gula, serta beberapa sayuran cenderung naik.

    Berdasarkan data infopangan.jakarta.go.id pukul 06.30 WIB, beras IR I turun dari sebelumnya Rp15.456 per kg menjadi Rp15.008 per kg, beras IR II (Ramos) turun dari Rp14.634 per kg menjadi Rp14.406 per kg, dan beras Muncul I turun dari Rp15.017 per kg menjadi Rp14.575 per kg.

    Sebaliknya, beras IR 42 (pera) naik dari Rp15.566 per kg menjadi Rp15.928 per kg dan beras Setra I atau premium naik dari Rp16.095 per kg menjadi Rp16.183 per kg.

    Harga cabai mayoritas turun, seperti cabai merah keriting dari Rp47.851 per kg menjadi Rp46.686 per kg, cabai merah besar dari Rp50.019 per kg menjadi Rp49.100 per kg, cabai rawit merah dari Rp45.484 per kg menjadi Rp43.977 per kg, dan cabai rawit hijau dari Rp44.344 per kg menjadi Rp42.043 per kg.

    Hanya cabai rawit hijau besar yang naik dari Rp42.500 per kg menjadi Rp43.333 per kg. Sementara itu, harga bawang merah naik dari Rp47.433 per kg menjadi Rp47.780 per kg, diikuti bawang putih yang meningkat dari Rp40.476 per kg menjadi Rp40.793 per kg.

    Harga minyak goreng curah mengalami kenaikan dari Rp19.767 per kg menjadi Rp19.914 per kg, minyak goreng kemasan premium naik dari Rp22.521 per kg menjadi Rp24.833 per kg dan Minyakita ari Rp16.250 per kg menjadi Rp16.300 per kg.

    Gula pasir juga naik dari Rp18.403 per kg menjadi Rp18.546 per kg , sementara gula pasir kemasan premium meningkat tipis dari Rp19.000 per kg menjadi Rp19.250 per kg.

    Sejumlah sayuran dan buah turut mengalami kenaikan, seperti kentang meningkat tipis dari Rp19.511 per kg menjadi Rp19.721 per kg, tomat dari Rp17.962 per kg menjadi Rp18.400 per kg, serta kelapa kupas dari Rp14.233 per kg menjadi Rp15.000 per kg. Sebaliknya, jeruk Medan turun dari Rp31.371 per kg menjadi Rp30.300 per kg , sementara semangka stabil di harga Rp13.183 per kg.

    Untuk protein hewani, daging sapi has (paha belakang) turun signifikan dari Rp144.833 per kg menjadi Rp140.104 per kg, daging sapi semur dari Rp138.667 per kg menjadi Rp134.333 per kg, namun daging sapi segar justru melonjak dari Rp134.896 per kg menjadi Rp138.333 per kg.

    Tak hanya itu, harga daging kambing juga meningkat cukup tinggi dari Rp145.000 per kg menjadi Rp152.500 per kg, ayam broiler melemah dari Rp40.600 per kg menjadi Rp40.200 per kg, dan telur ayam ras turun tipis dari Rp28.297 per kg menjadi Rp28.029 per kg.

    Sementara pergerakan harga komoditas perikanan terpantau bervariasi. Ikan bandeng naik dari Rp41.000 per kg menjadi Rp42.324 per kg, ikan mas dari Rp37.947 per kg menjadi Rp40.250 per kg, sedangkan ikan lele turun tipis dari Rp29.009 per kg menjadi Rp28.950 per kg dan ikan kembung melemah dari Rp45.250 per kg menjadi Rp43.750 per kg.

    Produk olahan pun berfluktuasi, seperti susu bubuk Bendera 400 gram turun dari Rp45.500 per kardus menjadi Rp45.000 per kardus, susu bubuk Dancow 400 gram melemah dari Rp53.333 per kardus menjadi Rp47.500 per kardus, serta susu kental Bendera 200 gram dari Rp13.358 per kaleng menjadi Rp13.093 per kaleng.

    Di sisi lain, susu kental Enak 200 gram naik dari Rp11.040 per kaleng menjadi Rp11.896 per kaleng, margarin Blueband cup anjlok dari Rp31.717 per kemasan menjadi Rp18.187 per kemasan, sedangkan margarin sachet naik tipis dari Rp10.305 per kemasan menjadi Rp10.786 per kemasan.

    Komoditas lain juga bergerak variatif, seperti kacang kedelai turun dari Rp16.500 per kg menjadi Rp13.750 per kg, sementara harga gas elpiji 3 kilogram tercatat turundari Rp20.933 per tabung menjadi Rp20.667 per tabung.

    Pewarta: Aria Ananda
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.