Tanaman: kentang

  • Pendapatan Petani Garut Terbantu Program Pertanian Dataran Tinggi

    Pendapatan Petani Garut Terbantu Program Pertanian Dataran Tinggi

    Garut: Program pertanian dataran tinggi atau Upland disebut berkontribusi besar meningkatkan pendapatan petani di Garut, Jawa Barat, sejak 2021.

    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman melaporkan program Upland telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa; Sukawargi 100 hektare, Cikanang 30 hektare, Simpang 40 hektare, dan Margamulya 40 hektare. 

    “Proyek Upland telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” kata Haeruman dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
     

    Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani. Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini.

    Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (Perdes).

    “Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” ungkapnya.

    Upland merupakan program hasil kerja sama pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).

    Tim IFAD melaksanakan supervisi untuk meninjau progres pelaksanaan Upland di Garut yang dimulai pada 2021. Kegiatan ini bertujuan memastikan efektivitas program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah dataran tinggi.

    Anggota Tim Supervisi Misi IFAD, Rahmi Khalida, menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung yang telah diterapkan. 

    “Kami ingin memastikan infrastruktur, manajemen lahan, serta sarana seperti gudang, jalan usaha tani, dan alat transportasi seperti truk telah berjalan optimal dan dimanfaatkan oleh penerima manfaat,” ujar Rahmi.

    Program Upland berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi, khususnya melalui budidaya tanaman seperti kentang. Namun, sejumlah tantangan utama mengemuka, salah satunya perubahan pola tanam dari petani kentang konsumsi menjadi penangkar benih. Proses ini membutuhkan komitmen untuk mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Kestabilan harga juga masih menjadi kendala. 

    “Meski koperasi telah berjalan selama setahun, diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi,” beber Rahmi.

    Seiring dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada pangan, Rahmi menyoroti potensi besar pertanian dataran tinggi. Dengan dukungan iklim dan kesuburan tanah, kawasan ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.

    “Akan sangat disayangkan jika program ini tidak berkesinambungan dengan agenda pemerintah,” ungkap Rahmi.

    Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program Upland. Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. “Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Rahmi.

    Garut: Program pertanian dataran tinggi atau Upland disebut berkontribusi besar meningkatkan pendapatan petani di Garut, Jawa Barat, sejak 2021.
     
    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman melaporkan program Upland telah mengembangkan total 200 hektare lahan di empat desa; Sukawargi 100 hektare, Cikanang 30 hektare, Simpang 40 hektare, dan Margamulya 40 hektare. 
     
    “Proyek Upland telah meningkatkan pendapatan petani, sehingga mereka kini lebih mandiri secara ekonomi,” kata Haeruman dalam keterangan pers, Senin, 25 November 2024.
     

    Proyek ini bertujuan menghasilkan benih kentang bersertifikat dan meningkatkan taraf hidup petani. Dukungan infrastruktur, seperti jalan usaha tani, embung, irigasi sprinkler, dan ternak domba, menjadi faktor pendukung keberhasilan proyek ini.
    Ia berharap program ini dapat diperluas ke desa lain pada 2025. Namun, ia juga menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kelompok tani agar keberlanjutan aset, seperti gudang benih, tetap terjaga melalui pengelolaan berbasis peraturan desa (Perdes).
     
    “Dengan kontribusi petani dan keberlanjutan infrastruktur, potensi kentang di Garut dapat mendukung swasembada pangan nasional,” ungkapnya.
     
    Upland merupakan program hasil kerja sama pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
     
    Tim IFAD melaksanakan supervisi untuk meninjau progres pelaksanaan Upland di Garut yang dimulai pada 2021. Kegiatan ini bertujuan memastikan efektivitas program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah dataran tinggi.
     
    Anggota Tim Supervisi Misi IFAD, Rahmi Khalida, menjelaskan bahwa evaluasi difokuskan pada komponen peningkatan produktivitas dan fasilitas pendukung yang telah diterapkan. 
     
    “Kami ingin memastikan infrastruktur, manajemen lahan, serta sarana seperti gudang, jalan usaha tani, dan alat transportasi seperti truk telah berjalan optimal dan dimanfaatkan oleh penerima manfaat,” ujar Rahmi.
     
    Program Upland berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani dataran tinggi, khususnya melalui budidaya tanaman seperti kentang. Namun, sejumlah tantangan utama mengemuka, salah satunya perubahan pola tanam dari petani kentang konsumsi menjadi penangkar benih. Proses ini membutuhkan komitmen untuk mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Kestabilan harga juga masih menjadi kendala. 
     
    “Meski koperasi telah berjalan selama setahun, diperlukan waktu untuk membangun kepercayaan petani agar mau menjual hasil produksi kepada koperasi,” beber Rahmi.
     
    Seiring dengan fokus pemerintah pada ketahanan dan swasembada pangan, Rahmi menyoroti potensi besar pertanian dataran tinggi. Dengan dukungan iklim dan kesuburan tanah, kawasan ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.
     
    “Akan sangat disayangkan jika program ini tidak berkesinambungan dengan agenda pemerintah,” ungkap Rahmi.
     
    Rahmi juga menegaskan alasan Indonesia dipilih sebagai lokasi implementasi program Upland. Indonesia telah lama menjadi anggota IFAD. “Sebagai negara berkembang dengan potensi besar di sektor pertanian, program ini selaras dengan visi IFAD untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan,” ujar Rahmi.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Viral Anak Kos Mau ‘Clean Eating’, Ini Rekomendasi Menu Murah ala Dokter Gizi

    Viral Anak Kos Mau ‘Clean Eating’, Ini Rekomendasi Menu Murah ala Dokter Gizi

    Jakarta

    Viral di media sosial X anak kos yang ingin diet clean eating tapi bingung menu yang murah sebab pola makan itu sering disebut-sebut menguras kantong. Clean eating sendiri merupakan pola makan yang berfokus pada makanan utuh dan minim pengawet.

    “Yang kurangin makan tepung tuh makannya apa? Sebagai anak kos kl mau clean eating jd bingung sendiri harus makan apa,” tulis salah satu akun di X, dikutip detikcom, Senin (25/11/2024).

    “Sumpahh, kaya gabisa lepas dari tepung bjirr. Lebih gampang gula daripada tepung,” tulis akun lainnya.

    “Bentar, terus kalian sumber karbonya dari mana? Umbi-umbian kah?,” tambah akun lainnya.

    “Aseliiii bingung juga,” tulis akun lainnya.

    Terkait hal ini, spesialis gizi klinik dr Putri Sakti, MGizi, SpGK, AIFO-K, CBCFF mengatakan makanan yang bisa dipilih untuk clean eating sebenarnya banyak dan tergolong murah, sehingga ini akan membantu anak-anak kos terkait budget.

    “Clean eating itu kan metode diet di mana meminimalisir makan makanan yang terlalu banyak pengolahannya, terutama banyak penambahan seperti pengawet, perasa, dan lain-lain,” kata dr Putri saat dihubungi detikcom, Senin (25/11/2024).

    “Makanan clean eating nggak harus mahal, jadi untuk anak kos-kosan bisa yang simpel misalkan sarapan dengan telur rebus, kentang rebus, atau roti gandum atau tawar, dengan telur omelet ala-ala, atau salad parutan wortel dengan daun selada, itu kan murah meriah,” lanjut dia.

    dr Putri menambahkan bahwa clean eating ini memang mengutamakan mengonsumsi makanan yang lebih segar. Misalkan makanan yang dikukus, direbus, atau yang alami seperti salad.

    “Tidak harus mahal, kalaupun mau diolah yang lain bisa ditumis. Kalau protein hewani seperti ikan, itu bisa dikukus atau dimasak kuah gitu,” katanya.

    dr Putri menegaskan bahwa ada beberapa jenis makanan yang wajib dihindari oleh mereka yang ingin melakukan clean eating.

    “Yang terlalu banyak pemrosesan, pemanis, pengawet, perasa. Jadi untuk gula, garam, atau bumbu-bumbu yang lain itu hanya sebatas bumbu aja, jangan sampai berlebihan,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Pemberdayaan BRI Majukan UMKM Keripik Kentang Albaeta

    Pemberdayaan BRI Majukan UMKM Keripik Kentang Albaeta

    Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, terus menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia.
     
    Salah satu contoh UMKM yang berkembang setelah mendapatkan pemberdayaan BRI dari sektor pertanian adalah usaha keripik kentang “Albaeta,” milik Nafi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
     
    Albaeta bermula dari melimpahnya hasil panen kentang yang dihasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen Kelompok petani kentang tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu. Seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer. Kini usaha tersebut telah mempekerjakan 12 orang karyawan.
     

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya.
    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan tidak hanya melalui layanan transaksi digital tetapi juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Layanan digital seperti BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.
     
    Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah.
     

    Kini, keripik kentang Albaeta juga tersedia di platform e-commerce, membuka akses yang lebih luas bagi konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Berkat usaha yang terus berkembang, kini usahanya mencapai omzet puluhan juta rupiah per bulan.
     
    Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen pemberdayaan BRI yang dilakukan secara menyeluruh kepada UMKM seperti Albaeta, tidak hanya dalam memberikan akses keuangan tetapi juga melalui promosi dan perluasan akses pasar.
     
    “UMKM seperti Albaeta adalah contoh bagaimana usaha lokal dapat berkembang pesat dengan pemberdayaan yang tepat. Kami di BRI hadir bukan hanya sekedar sebagai bank, tetapi sebagai mitra yang membantu menghubungkan usaha kecil dengan peluang besar, baik melalui dukungan finansial maupun pemberdayaan lainnya,” ujarnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Diberdayakan BRI, Keripik Kentang Albaeta Raih Omzet Puluhan Juta

    Diberdayakan BRI, Keripik Kentang Albaeta Raih Omzet Puluhan Juta

    Jakarta

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Salah satu contoh UMKM yang berkembang setelah mendapatkan pemberdayaan dari BRI di sektor pertanian adalah usaha keripik kentang ‘Albaeta’, milik Nafi yang berlokasi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

    Albaeta bermula dari melimpahnya hasil panen kentang yang dihasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen Kelompok petani kentang tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu. Seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer. Kini usaha tersebut telah mempekerjakan 12 orang karyawan.

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (24/11/2024).

    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan tidak hanya melalui layanan transaksi digital tetapi juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Layanan digital seperti BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.

    Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah.

    Kini, keripik kentang Albaeta juga tersedia di platform e-commerce, membuka akses yang lebih luas bagi konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Berkat usaha yang terus berkembang, kini usahanya mencapai omzet puluhan juta rupiah per bulan.

    Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen pemberdayaan BRI yang dilakukan secara menyeluruh kepada UMKM seperti Albaeta, tidak hanya dalam memberikan akses keuangan tetapi juga melalui promosi dan perluasan akses pasar.

    “UMKM seperti Albaeta adalah contoh bagaimana usaha lokal dapat berkembang pesat dengan pemberdayaan yang tepat. Kami di BRI hadir bukan hanya sekedar sebagai bank, tetapi sebagai mitra yang membantu menghubungkan usaha kecil dengan peluang besar, baik melalui dukungan finansial maupun pemberdayaan lainnya,” ujarnya.

    Tonton juga video: Polisi Bongkar Modus Pabrik Keripik Pisang Narkoba-Happy Water di Bantul

    (akd/akd)

  • Diberdayakan BRI, Keripik Kentang Albaeta Raih Omzet Puluhan Juta

    BRI Berdayakan Keripik Kentang Albaeta Lewat Edukasi Penjualan Digital

    Jakarta

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Salah satu contoh UMKM yang berkembang setelah mendapatkan pemberdayaan dari BRI di sektor pertanian adalah usaha keripik kentang ‘Albaeta’, milik Nafi yang berlokasi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

    Albaeta bermula dari melimpahnya hasil panen kentang yang dihasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen Kelompok petani kentang tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu. Seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer. Kini usaha tersebut telah mempekerjakan 12 orang karyawan.

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (24/11/2024).

    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan tidak hanya melalui layanan transaksi digital tetapi juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Layanan digital seperti BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.

    Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah.

    Kini, keripik kentang Albaeta juga tersedia di platform e-commerce, membuka akses yang lebih luas bagi konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Berkat usaha yang terus berkembang, kini usahanya mencapai omzet puluhan juta rupiah per bulan.

    Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen pemberdayaan BRI yang dilakukan secara menyeluruh kepada UMKM seperti Albaeta, tidak hanya dalam memberikan akses keuangan tetapi juga melalui promosi dan perluasan akses pasar.

    “UMKM seperti Albaeta adalah contoh bagaimana usaha lokal dapat berkembang pesat dengan pemberdayaan yang tepat. Kami di BRI hadir bukan hanya sekedar sebagai bank, tetapi sebagai mitra yang membantu menghubungkan usaha kecil dengan peluang besar, baik melalui dukungan finansial maupun pemberdayaan lainnya,” ujarnya.

    Tonton juga video: Ini Isi Kandungan Narkoba Keripik Pisang dan Happy Water

    (akd/akd)

  • Diberdayakan BRI, Keripik Kentang Albaeta Raih Omzet Puluhan Juta

    Keripik Kentang Albaeta, UMKM Berkembang Pesat karena Pemberdayaan BRI

    Jakarta

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Salah satu contoh UMKM yang berkembang setelah mendapatkan pemberdayaan dari BRI di sektor pertanian adalah usaha keripik kentang ‘Albaeta’, milik Nafi yang berlokasi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

    Albaeta bermula dari melimpahnya hasil panen kentang yang dihasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen Kelompok petani kentang tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu. Seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer. Kini usaha tersebut telah mempekerjakan 12 orang karyawan.

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (24/11/2024).

    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan tidak hanya melalui layanan transaksi digital tetapi juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Layanan digital seperti BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.

    Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah.

    Kini, keripik kentang Albaeta juga tersedia di platform e-commerce, membuka akses yang lebih luas bagi konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Berkat usaha yang terus berkembang, kini usahanya mencapai omzet puluhan juta rupiah per bulan.

    Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen pemberdayaan BRI yang dilakukan secara menyeluruh kepada UMKM seperti Albaeta, tidak hanya dalam memberikan akses keuangan tetapi juga melalui promosi dan perluasan akses pasar.

    “UMKM seperti Albaeta adalah contoh bagaimana usaha lokal dapat berkembang pesat dengan pemberdayaan yang tepat. Kami di BRI hadir bukan hanya sekedar sebagai bank, tetapi sebagai mitra yang membantu menghubungkan usaha kecil dengan peluang besar, baik melalui dukungan finansial maupun pemberdayaan lainnya,” ujarnya.

    Tonton juga video: Ini Isi Kandungan Narkoba Keripik Pisang dan Happy Water

    (akd/ega)

  • Keripik Kentang Albaeta, UMKM yang Berkembang Pesat karena Pemberdayaan BRI

    Keripik Kentang Albaeta, UMKM yang Berkembang Pesat karena Pemberdayaan BRI

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Salah satu contoh UMKM yang berkembang setelah mendapatkan pemberdayaan dari BRI salah satunya dari sektor pertanian adalah usaha keripik kentang Albaeta milik Nafi, yang berlokasi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

    Albaeta bermula dari melimpahnya hasil panen kentang yang dihasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen kelompok petani kentang tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu. Seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer. Kini usaha tersebut telah mempekerjakan 12 orang karyawan.

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya.

    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan tidak hanya melalui layanan transaksi digital tetapi juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Layanan digital seperti BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.

    Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah. Kini, keripik kentang Albaeta juga tersedia di platform e-commerce, membuka akses yang lebih luas bagi konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Berkat usaha yang terus berkembang, kini usahanya mencapai omzet puluhan juta rupiah per bulan.

    Pada kesempatan berbeda, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen pemberdayaan BRI yang dilakukan secara menyeluruh kepada UMKM seperti Albaeta, tidak hanya dalam memberikan akses keuangan tetapi juga melalui promosi dan perluasan akses pasar.

    “UMKM seperti Albaeta adalah contoh bagaimana usaha lokal dapat berkembang pesat dengan pemberdayaan yang tepat. Kami di BRI hadir bukan hanya sekedar sebagai bank, tetapi sebagai mitra yang membantu menghubungkan usaha kecil dengan peluang besar, baik melalui dukungan finansial maupun pemberdayaan lainnya,” ujarnya.

  • BRI Bantu UMKM Keripik Kentang Albaeta Perluas Pasar di Dunia Digital – Page 3

    BRI Bantu UMKM Keripik Kentang Albaeta Perluas Pasar di Dunia Digital – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta BRI komitmen melakukan pemberdayaan UMKM secara menyeluruh, tidak hanya dalam memberikan akses keuangan tetapi juga melalui promosi, perluasan akses pasar, dan layanan transaksi digital. Layanan digital yang dimaksud adalah BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.

    Salah satu contoh UMKM yang berkembang setelah mendapatkan pemberdayaan dari BRI misalnya dari sektor pertanian adalah usaha keripik kentang “Albaeta” milik Nafi yang berlokasi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

    Kini, keripik kentang Albaeta juga tersedia di platform e-commerce, membuka akses yang lebih luas bagi konsumen di berbagai wilayah Indonesia. Berkat usaha yang terus berkembang, kini usahanya mencapai omzet puluhan juta rupiah per bulan.

    Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan UMKM seperti Albaeta adalah contoh bagaimana usaha lokal dapat berkembang pesat dengan pemberdayaan yang tepat.

    Kami di BRI hadir bukan hanya sekedar sebagai bank, tetapi sebagai mitra yang membantu menghubungkan usaha kecil dengan peluang besar, baik melalui dukungan finansial maupun pemberdayaan lainnya,” ujarnya.

     

    Albaeta bermula dari melimpahnya hasil panen kentang yang di hasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen Kelompok petani kentang tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu.

    Seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer. Kini usaha tersebut telah mempekerjakan 12 orang karyawan.

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya. 

    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan melalui layanan transaksi digital seperti BRImo dan QRIS dan juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah.

     

    (*)

  • Usaha Keripik Kentang Albaeta Berkembang Pesat Berkat Pemberdayaan BRI – Page 3

    Usaha Keripik Kentang Albaeta Berkembang Pesat Berkat Pemberdayaan BRI – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau (BRI) terus berupaya menunjukkan komitmennya dalam mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. Salah satu UMKM yang berhasil berkembang berkat pemberdayaan BRI dari sektor pertanian, yaitu usaha keripik kentang “Albaeta” milik Nafi, yang berlokasi di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

    Albaeta bermula dari begitu melimpahnya hasil panen kentang yang dihasilkan kelompok petani kentang di daerah dataran tinggi Dieng. Dari hasil panen tersebut, awalnya kentang jenis agria ini diolah sekadar untuk suguhan tamu. Namun, seiring berjalannya waktu, keripik kentang Albaeta kemudian berkembang menjadi bisnis yang kini memiliki produk unggulan seperti varian keripik kentang original yang populer.

    Nafi mengatakan usaha kripik kentang Albaeta ini telah mempekerjakan 12 orang karyawan.

    “Awalnya, kami hanya mencoba-coba untuk suguhan tamu saat Lebaran, tetapi mendapat banyak saran dari keluarga dan teman untuk mengembangkan ini sebagai usaha. Sejak saat itu, Albaeta mulai berkembang, dan produk kami diterima baik oleh masyarakat,” ujarnya. 

    Sejak awal, BRI hadir memberikan pemberdayaan tidak hanya melalui layanan transaksi digital tetapi juga edukasi dalam memperluas akses penjualan. Layanan digital seperti BRImo dan QRIS memudahkan pelanggan untuk bertransaksi dengan mudah dan aman.

    Edukasi yang diberikan oleh BRI membantu usaha Albaeta mengenalkan produk mereka di ranah digital, sehingga konsumen dari luar daerah pun dapat mengakses produk ini dengan mudah.

  • Dukung Swasembada Pangan, Pemerintah Terus Kembangkan Potensi Kentang Garut

    Dukung Swasembada Pangan, Pemerintah Terus Kembangkan Potensi Kentang Garut

    Garut: Kabupaten Garut, Jawa Barat, memiliki potensi besar dalam mendukung swasembada pangan, target utama pemerintah Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pengembangan budi daya kentang di dataran tinggi, yang menjadi komoditas utama Program Upland di Garut.

    “Seiring dengan program pemerintah yang kini fokus pada ketahanan pangan dan swasembada pangan, potensi di daerah dataran tinggi ini seharusnya menjadi sasaran utama. Petani di daerah ini memiliki potensi besar, baik untuk tanaman pangan maupun hortikultura,” kata Anggota Tim Supervisi Misi IFAD Rahmi Khalida dalam keterangannya, Minggu, 24 November 2024. 

    Rahmi mengatakan program ini didukung oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Islamic Development Bank (IsDB). Menurut dia, iklim dan kesuburan tanah yang mendukung membuat wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan berbagai tanaman. 

    “Sayang jika program ini tidak berkesinambungan dengan kebijakan pemerintah yang berfokus pada swasembada pangan,” ujarnya.

    Rahmi menekankan program Upland sangat sesuai dengan visi IFAD, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. “Indonesia adalah anggota lama IFAD, dan negara ini memiliki potensi besar di sektor pertanian,” ungkapnya.

    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, menyampaikan saat ini Program Upland baru dilaksanakan di tiga desa. Program pertanian dataran tinggi ini akan dikembangkan ke beberapa desa lainnya. 

    Program Upland di Garut sudah berjalan di Desa Sukawargi dengan luas areal 100 hektare, Desa Cikanang 30 hektare, Desa Simpang 40 hektare, dan Desa Margamulya 40 hektare. Total, pengembangan program Upland di Garut, yang dimulai pada 2021 mencakup 200 hektare.

    “Dengan adanya Program UPLAND, pendapatan petani meningkat. Petani yang sebelumnya tergolong petani gurem kini mengalami kemajuan ekonomi,” ungkapnya.
     

    Ia berharap kegiatan ini tidak hanya meningkatkan ekonomi di Desa Sukawargi, tetapi juga dapat meluas ke desa-desa lain yang memiliki potensi pengembangan tanaman kentang. Tahun depan, pengembangan ini diproyeksikan mencakup 3 hingga 4 desa tambahan.

    Kegiatan Upland disebut merupakan upaya untuk mendukung ketahanan pangan melalui kemandirian dalam perbenihan kentang di Kabupaten Garut. Selain itu, program ini dilengkapi dengan penyediaan infrastruktur pertanian. Seperti jalan usaha tani, embung, sprinkler untuk irigasi, bak penampungan air, serta ternak domba.

    “Fasilitas-fasilitas ini sangat membantu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan kelompok tani,” ujarnya.

    Konsumsi kentang di Kabupaten Garut menduduki posisi kedua terbesar di Jawa Barat. Makanya, Garut berperan penting dalam memenuhi kebutuhan kentang di wilayah ini. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Sukawargi dan tiga desa lainnya.

    “Dengan demikian, secara ekonomi, kehidupan para petani bisa lebih baik lagi,” tutur Haeruman.

    Garut: Kabupaten Garut, Jawa Barat, memiliki potensi besar dalam mendukung swasembada pangan, target utama pemerintah Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pengembangan budi daya kentang di dataran tinggi, yang menjadi komoditas utama Program Upland di Garut.
     
    “Seiring dengan program pemerintah yang kini fokus pada ketahanan pangan dan swasembada pangan, potensi di daerah dataran tinggi ini seharusnya menjadi sasaran utama. Petani di daerah ini memiliki potensi besar, baik untuk tanaman pangan maupun hortikultura,” kata Anggota Tim Supervisi Misi IFAD Rahmi Khalida dalam keterangannya, Minggu, 24 November 2024. 
     
    Rahmi mengatakan program ini didukung oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Islamic Development Bank (IsDB). Menurut dia, iklim dan kesuburan tanah yang mendukung membuat wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan berbagai tanaman. 
    “Sayang jika program ini tidak berkesinambungan dengan kebijakan pemerintah yang berfokus pada swasembada pangan,” ujarnya.
     
    Rahmi menekankan program Upland sangat sesuai dengan visi IFAD, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. “Indonesia adalah anggota lama IFAD, dan negara ini memiliki potensi besar di sektor pertanian,” ungkapnya.
     
    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Haeruman, menyampaikan saat ini Program Upland baru dilaksanakan di tiga desa. Program pertanian dataran tinggi ini akan dikembangkan ke beberapa desa lainnya. 
     
    Program Upland di Garut sudah berjalan di Desa Sukawargi dengan luas areal 100 hektare, Desa Cikanang 30 hektare, Desa Simpang 40 hektare, dan Desa Margamulya 40 hektare. Total, pengembangan program Upland di Garut, yang dimulai pada 2021 mencakup 200 hektare.
     
    “Dengan adanya Program UPLAND, pendapatan petani meningkat. Petani yang sebelumnya tergolong petani gurem kini mengalami kemajuan ekonomi,” ungkapnya.
     

    Ia berharap kegiatan ini tidak hanya meningkatkan ekonomi di Desa Sukawargi, tetapi juga dapat meluas ke desa-desa lain yang memiliki potensi pengembangan tanaman kentang. Tahun depan, pengembangan ini diproyeksikan mencakup 3 hingga 4 desa tambahan.
     
    Kegiatan Upland disebut merupakan upaya untuk mendukung ketahanan pangan melalui kemandirian dalam perbenihan kentang di Kabupaten Garut. Selain itu, program ini dilengkapi dengan penyediaan infrastruktur pertanian. Seperti jalan usaha tani, embung, sprinkler untuk irigasi, bak penampungan air, serta ternak domba.
     
    “Fasilitas-fasilitas ini sangat membantu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan kelompok tani,” ujarnya.
     
    Konsumsi kentang di Kabupaten Garut menduduki posisi kedua terbesar di Jawa Barat. Makanya, Garut berperan penting dalam memenuhi kebutuhan kentang di wilayah ini. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Sukawargi dan tiga desa lainnya.
     
    “Dengan demikian, secara ekonomi, kehidupan para petani bisa lebih baik lagi,” tutur Haeruman.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AGA)