Tanaman: Cabai

  • Legislator DKI temukan harga beras dijual tak sesuai HET di pasar tradisional Tomang Barat

    Legislator DKI temukan harga beras dijual tak sesuai HET di pasar tradisional Tomang Barat

    Foto Istimewa

    Legislator DKI temukan harga beras dijual tak sesuai HET di pasar tradisional Tomang Barat
    Dalam Negeri   
    Editor: Valiant Izdiharudy Adas   
    Minggu, 02 Maret 2025 – 15:07 WIB

    Elshinta.com – Anggota Komisi C, DPRD Jakarta Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth melakukan inspeksi mendadak (sidak) Pasar Tomang Barat, Grogol, Petamburan, Jakarta Barat pada Jumat, 28 Februari 2025. Ia menemukan harga beras dijual melebihi harga eceran tertinggi (HET).

     

    “Temuan saya ada beberapa seperti beras. Tadi kan ada margin yang berlebih. Ini nanti sudah saya susur,” kata Kenneth dalam keterangan tertulis, Minggu, 2 Maret 2025.

     

     

     

    Politisi PDIP ini mengatakan, dirinya bakal berkoordinasi dengan pihak terkait soal temuan harga bahan pokok yang masih dijual melebihi HET.

     

     

     

    “Dari Pak Dirut Food Station itu sudah saya suruh selasaikan, gitu. Jadi, bahwasanya seperti cabai juga tadi kan. Kita lihat cabai juga ada over price,” ujarnya.

     

     

     

    “Jadi, pada prinsipnya kita pemerintah ingin supaya pada saat pemerintahan Pram-Rano ini jangan ada harga-harga yang terlalu mahal. Takutnya orang menengah ke bawah kan nggak bisa membeli,” tambahnya.

     

    Kenneth menyampaikan dirinya bakal terus melakukan pengawasan terkait harga kebutuhan pokok yang melejit menjelang puasa.

     

    “Kami harus melakukan pengawasan terus. Tadi sudah ada temuan nih. Saya suruh, saya minta tolong dari Food Station, Dharma Jaya untuk memantau harga-harga, kestabilan harga ini supaya jangan ada kenaikan,” ucapnya.

     

    Di sisi lain, Kenneth mengapresiasi kegiatan pasar murah yang digelar pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, dalam rangka stabilitas harga.

     

    “Nanti kami akan lakukan itu secara rutin. Food station juga nanti akan kita minta tolong suruh lakukan kegiatan-kegiatan yang supaya lebih menyentuh masyarakat,” tuturnya. (RAP)

    Sumber :

  • Nasi Tutug Oncom, Menu Sahur Praktis Khas Tasikmalaya

    Nasi Tutug Oncom, Menu Sahur Praktis Khas Tasikmalaya

    Liputan6.com, Tasikmalaya – Nasi tutug oncom, hidangan khas Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi salah satu pilihan menu sahur yang praktis dan kaya rasa. Hidangan ini terbuat dari perpaduan nasi hangat dan oncom yang diolah dengan bumbu yang sederhana.

    Proses pembuatannya yang mudah dan bahan-bahan yang terjangkau membuat nasi tutug oncom cocok disajikan untuk keluarga saat sahur. Oncom, bahan utama hidangan ini, merupakan produk fermentasi yang mirip dengan tempe.

    Mengutip dari berbagai sumber, untuk membuat nasi tutug oncom, oncom terlebih dahulu dibakar atau dipanggang hingga harum dan kering. Setelah itu, oncom yang sudah dibakar ditumbuk hingga halus dan disisihkan.

    Proses pembakaran ini memberikan aroma khas yang menggugah selera. Bumbu yang digunakan dalam nasi tutug oncom cukup sederhana.

    Bumbunya terdiri dari bawang merah, bawang putih, kencur, dan cabe keriting. Bumbu-bumbu ini diulek hingga halus, kemudian ditumis dengan minyak goreng hingga harum.

    Setelah bumbu matang, oncom yang sudah ditumbuk dimasukkan ke dalam tumisan. Campuran ini kemudian diberi garam, gula, dan micin secukupnya.

    Proses selanjutnya adalah mengaduk campuran oncom dan bumbu hingga benar-benar kering dan berwarna gelap. Oncom yang sudah matang ini kemudian dicampur dengan nasi hangat.

    Untuk menambah cita rasa, nasi tutug oncom bisa disajikan dengan sambal goang. Sambal ini terbuat dari cabe rawit, garam, dan minyak.

    Nasi tutug oncom memiliki ciri khas tersendiri. Hidangan ini biasanya dibungkus dengan daun pisang, yang memberikan aroma alami dan menambah kenikmatan saat disantap.

    Nasi tutug oncom juga sering disajikan dengan berbagai lauk pendamping, seperti ayam goreng, tempe, atau kerupuk. Hidangan ini cocok untuk sahur karena memiliki rasa gurih, asin, dan pulen yang dapat membangkitkan selera makan.

    Selain itu, proses pembuatannya yang cepat dan bahan-bahan yang mudah ditemukan membuat nasi tutug oncom menjadi pilihan praktis untuk menu sahur. Nasi tutug oncom memiliki sejarah panjang sebagai makanan masyarakat jelata di Tasikmalaya.

    Dulunya, hidangan ini merupakan hasil kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan bahan seadanya untuk membuat makanan yang mengenyangkan. Kata tutug sendiri dalam bahasa setempat berarti ditumbuk.

    Hal ini merujuk pada proses pembuatan oncom yang ditumbuk sebelum dicampur dengan nasi. Salah satu hal yang penting dalam menyajikan nasi tutug oncom adalah memastikan hidangan ini disajikan dalam kondisi hangat. Hal ini akan memaksimalkan cita rasa dan kelezatannya.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Harga cabai rawit pada Minggu Rp91.100/kg, bawang merah Rp39.550/kg

    Harga cabai rawit pada Minggu Rp91.100/kg, bawang merah Rp39.550/kg

    Ilustrasi – Seorang pedagang menyortir cabai rawit di Pasar Mardika, Kota Ambon, Provinsi Maluku. ANTARA FOTO/FB Anggoro/aww.

    Harga cabai rawit pada Minggu Rp91.100/kg, bawang merah Rp39.550/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 02 Maret 2025 – 09:23 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat pada Minggu pagi, harga cabai rawit merah di tingkat pedagang eceran Rp91.100 per kilogram (kg) dan bawang merah Rp39.550 per kg. Data dari PIHPS  di Jakarta, pukul 10.00 WIB menunjukkan, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang putih Rp45.350 per kg. 

    Selain itu, beras kualitas bawah I di harga Rp13.950 per kg; beras kualitas bawah II Rp13.650 per kg; beras kualitas medium I Rp15.300 per kg; begitu pun beras kualitas medium II di harga Rp15.100 per kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp16.600 per kg; dan beras kualitas super II Rp16.150 per kg.

    Selanjutnya, harga cabai merah besar mencapai Rp61.050 per kg; cabai merah keriting Rp61.600 per kg; dan cabai rawit hijau Rp62.350 per kg. Kemudian, daging ayam ras di harga Rp37.350 per kg, daging sapi kualitas I Rp141.700 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp132.700 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.650 per kg; gula pasir lokal Rp18.600 per kg. Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.600 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp22.100 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp21.00 per liter.

    Selanjutnya, PIHPS juga mencatat harga komoditas telur ayam ras di harga Rp30.600 per kg.

    Sumber : Antara

  • Awal Ramadan, Harga Sejumlah Komoditas Pangan Melonjak Tajam

    Awal Ramadan, Harga Sejumlah Komoditas Pangan Melonjak Tajam

    FAJAR.CO.ID, SUKABUMI — Harga sejumlah bahan pokok pada awal Ramadan 2025 melonjak. Kondisi itu dipicu tingginya permintaan dari konsumen.

    Salah satu wilayah yang daerahnya mengalami peningkatan permintaan terhadap komoditas pangan yakni Kabupaten Sukabumi, tepatnya di wilayah Palabuhanratu dan sekitarnya.

    “Komoditas yang harganya naik antara lain beras, daging ayam broiler dan sapi. Sementara untuk bawang merah dan putih, cabai merah serta beberapa komoditas lainnya harganya terpantau stabil,” kata Petugas Pencatat Harga Unit Pelayanan Teknis Pasar Semimoderen Palabuhanratu Dinas Perdagangan dan Industri (Digdagrin) Kabupaten Sukabumi, Maulana.

    Dari hasil pendataan harga yang dilakukannya, untuk harga daging sapi yang awalnya Rp120 ribu menjadi Rop130 ribu-Rp140 ribu/kg, daging ayam boiler yang sebelumnya Rp38 ribu/kg menjadi Rp40 ribu/kg.

    Kemudian beras medium awalnya Rp13.500/kg menjadi Rp14 ribu/kg dan untuk beras premium dari Rp15 ribu menjadi Rp16 ribu/kg. Sementara beberapa komoditas yang harganya masih stabil yakni bawang merah di harga Rp30 ribu/kg.

    Selanjutnya, bawang putih Rp40 ribu/kg, cabai merah besar Rp50 ribu/kg, cabai keriting Rp50 ribu/kg, cabai rawit merah Rp80 ribu/kg dan cabai rawit hijau Rp50 ribu/kg.

    Menurut Maulana, pengakuan dari para pedagang naiknya sejumlah komoditas menjelang bulan suci bagi Umat Muslim ini karena terjadi lonjakan permintaan, sehingga harganya sudah naik di tingkat distributor.

    Meskipun demikian, untuk persediaan pangan dan komoditas lainnya, ia memastikan mencukupi untuk memenuhi permintaan konsumen dan untuk distribusi barang pun lancar.

  • Harga Pangan Naik, Operasi Pasar Dinilai Masih Belum Efektif

    Harga Pangan Naik, Operasi Pasar Dinilai Masih Belum Efektif

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga komoditas pangan terus mengalami kenaikan selama Ramadan 2025. Bahkan harga cabai rawit merah di beberapa pasar tradisional sudah menembus Rp 150.000 per kilogram.

    Peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, efektivitas operasi pasar yang dilakukan pemerintah masih terbatas dan belum menyelesaikan akar permasalahan.

    “Operasi pasar dapat menstabilkan harga sementara, tetapi tanpa koordinasi yang optimal dan kebijakan jangka panjang, dampaknya tidak berkelanjutan,” ujar Yusuf Rendy Manilet kepada Beritasatu.com, Minggu (2/3/2025).

    Menurutnya, pemerintah perlu memastikan operasi pasar menyasar daerah-daerah dengan potensi kenaikan harga yang tinggi dibandingkan wilayah lain.

    Selain itu, langkah strategis seperti pengawasan distribusi memang telah dilakukan pemerintah, tetapi dinilai masih belum cukup untuk mengendalikan lonjakan harga pangan.

    Yusuf menekankan pentingnya pendekatan yang lebih komprehensif dalam menekan kenaikan harga pangan, terutama selama Ramadan.

    “Diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif, mencakup peningkatan produksi, penguatan infrastruktur pertanian, serta regulasi yang mencegah praktik monopoli dan penimbunan, agar lonjakan harga pangan saat Ramadan dapat ditekan secara lebih efektif,” katanya.

    Selain itu, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah juga menjadi faktor krusial dalam mengatasi inflasi pangan yang bervariasi di setiap wilayah. Yusuf menyarankan agar edukasi kepada masyarakat mengenai pola konsumsi yang bijak dapat menjadi solusi dalam mengurangi tekanan permintaan berlebihan yang membuat harga pangan naik.

  • Harga Cabai Makin Pedas, Tembus Rp 91.100 per Kg – Page 3

    Harga Cabai Makin Pedas, Tembus Rp 91.100 per Kg – Page 3

    Harga pangan nasional menunjukkan perkembangan menjelang pekan pertama bulan suci Ramadan pada Jumat, 28 Februari 2025. 

    Mengutip dara Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola oleh Bank Indonesia, Kamis (28/2/2025) terjadi penurunan harga pangan pada sejumlah kategori yaitu bawang merah, bawang putih, beras, cabai merah, daging ayam, hingga gula pasir.

    Harga bawang merah ukuran sedang turun harga 0,41% menjadi Rp36.850 per kg, bawang putih ukurang sedang juga turun harga hingga 1,33% menjadi Rp44.350 per kg. 

    Beras kualitas bawah I dan beras kualitas bawah II juga menurun masing-masing 3,2% dan 3,26% menjadi Rp13.600 per kg dan Rp13.350 per kg.

    Harga beras kualitas medium I menurun 0,65% menjadi Rp15.250 per kg, sedangkan beras kualitas medium II naik harga hingga 0,66% menjadi Rp15.300.

    Kemudian harga beras kualitas super I dan beras kualitas super II menurun 5,99% dan 5,56% menjadi Rp15.700 per kg dan Rp15.300 per kg. 

    Penurunan juga terjadi pada harga daging ayam ras segar hingga 4,55% menjadi Rp34.650 per kg dan telur ayam ras segar menurun 4,46% menjadi Rp28.950 per kg.

    Gula pasir kualitas premium turun harga 3,83% menjadi Rp18.850 dan gula pasir lokal menurun 3,49% menjadi Rp17.950.

     

  • Harga Pangan Naik, Ini Biang Kerok yang Bikin Dompet Jebol Tiap Ramadan

    Harga Pangan Naik, Ini Biang Kerok yang Bikin Dompet Jebol Tiap Ramadan

    Jakarta, Beritasatu.com – Kenaikan harga pangan kembali terjadi pada awal Ramadan 2025. Peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan, fenomena tahunan ini dipicu oleh kombinasi empat faktor utama.

    “Kenaikan harga pangan berulang setiap tahun akibat kombinasi peningkatan permintaan, gangguan pasokan, praktik monopoli, serta faktor psikologis pasar,” ujar Yusuf Rendy kepada Beritasatu.com, Minggu (2/3/2025).

    Menurut Yusuf, lonjakan konsumsi terhadap komoditas seperti cabai, bawang, dan sayuran menjelang Ramadan dan Lebaran menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga. Kondisi ini diperburuk oleh cuaca ekstrem yang mengganggu produksi dan distribusi pangan.

    Selain itu, praktik penimbunan oleh oknum spekulan juga memperparah situasi, menciptakan kelangkaan pasokan di pasar.

    Untuk mengatasi masalah masalah harga pangan yang naik, Yusuf menekankan perlunya langkah-langkah terpadu, di antaranya meningkatkan produksi pangan domestik guna memastikan ketersediaan pasokan yang mencukupi lonjakan permintaan.

    Langkah berikutnya adalah efisiensi distribusi melalui penguatan infrastruktur pertanian dan koordinasi yang lebih baik antarinstansi, serta penguatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah lantaran inflasi pangan bervariasi di setiap wilayah.

    “Pemerintah perlu memantau secara regional bagaimana pergerakan inflasi pangan,” ujarnya.

    Yang juga penting adalah pengawasan ketat terhadap praktik monopoli dan penimbunan, didukung oleh regulasi yang lebih tegas. Langkah selanjutnya yaitu operasi pasar di daerah rawan kenaikan harga, agar harga pangan tetap terkendali dan terjangkau bagi masyarakat.

    Sementara itu, di pasar tradisional, harga pangan masih terus naik. Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, misalnya, harga cabai rawit mencapai Rp 150.000 per kilogram.

  • Cabai Rawit Tembus Rp 150.000 Per Kg, Pedagang Kesulitan Tentukan Harga Jual

    Cabai Rawit Tembus Rp 150.000 Per Kg, Pedagang Kesulitan Tentukan Harga Jual

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga cabai rawit di pasar tradisional masih melambung tinggi hingga Minggu (2/3/2025). Para pedagang berharap pemerintah segera mengambil langkah untuk menstabilkan harga yang terus naik sejak awal Ramadan.

    Berdasarkan pantauan Beritasatu.com di Pasar Minggu, Jakarta, harga cabai merah dan cabai rawit masih bertahan di angka yang tinggi. Beberapa jenis cabai sudah menyentuh harga hingga Rp 150.000 per kilogram.

    Tohir, salah satu pedagang di pasar tersebut mengungkapkan, harga cabai rawit merah dari pemasok sudah mencapai Rp 150.000 per kilogram, sehingga sulit menentukan harga jual yang wajar bagi pembeli.

    “Cabai rawit merah, harga dari induk Rp 150.000. Enggak tahu kalau di sini mau jual berapa,” ujar Tohir kepada Beritasatu.com, Minggu (2/3/2025).

    Selain cabai, harga beberapa bahan pangan lainnya juga mengalami kenaikan. Misalnya bawang merah dan bawang putih yang dijual sekitar Rp 50.000 per kilogram. Tohir mengungkapkan, lonjakan harga ini sudah terjadi sejak awal Ramadan.

    Menghadapi kondisi ini, Tohir berharap pemerintah bisa segera turun tangan untuk menstabilkan harga pangan, karena lonjakan harga membuat pedagang kesulitan menjual dagangannya.

    “Kalau bisa pemerintah bantu masyarakat kita, harus turun tangan turunin harga,” kata Tohir terkait harga cabai rawit dan beberapa bahan pangan yang mengalami kenaikan.

  • Harga Pangan Naik, DPR Wanti-wanti Satgas Pangan

    Harga Pangan Naik, DPR Wanti-wanti Satgas Pangan

    Jakarta

    Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan, ada sejumlah komoditas pangan yang mengalami tren kenaikan harga, seperti telur ayam, cabai rawit merah, daging sapi, hingga minyak goreng bersubsidi yang masih dijual di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 15.700/liter.

    Ia menilai, tren kenaikan harga itu terjadi akibat meningkatnya permintaan pada periode Ramadan. Cucun mengatakan, Satgas Pangan perlu melakukan pemantauan dan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan stabilitas harga dan pasokan.

    “Biasanya harga-harga ini naik menjelang Ramadan karena permintaan yang meningkat, tetapi kami berharap Satgas Pangan dapat mengontrol agar lonjakan harga tidak berlanjut dan merugikan masyarakat,” ujarnya.

    Cucun menekankan, pengawasan distribusi dan stok bahan pangan di pasar perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah penimbunan yang menyebabkan kenaikan harga secara tidak wajar.

    “Jika pasokan berkurang, harga-harga pangan pasti akan melonjak. Oleh karena itu, kondisi seperti ini harus dihindari,” jelasnya.

    Menurutnya, Operasi Pasar Pangan Murah menjadi salah satu langkah tepat untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan pokok. Adapun operasi pasar dilakukan serentak oleh pemerintah pada 24 Februari 2025 hingga 29 Maret 2025.

    Menurutnya, pasar pangan murah tidak hanya berperan dalam menjaga keterjangkauan harga, melain juga instrumen penting dalam upaya pengendalian inflasi di periode Ramadan hingga Lebaran.

    Dengan harga bahan pokok yang stabil dan terjaganya daya beli masyarakat, Cucun menyebut kondisi ini akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional.

    “Kami berharap masyarakat, khususnya umat Muslim, dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang karena harga bahan pangan yang stabil dan terjangkau,” ungkapnya.

    Lebih jauh, Cucun mengapresiasi gerakan tersebut. Pasalnya, harga dan pasokan bahan pokok yang stabil perlu dipastikan selama Ramadan.

    “Kami menyambut baik program operasi pasar yang digelar serentak di seluruh Indonesia untuk memastikan harga komoditas tetap aman. Stabilitas harga pangan sangat penting saat Ramadan,” tutupnya.

    Diketahui, operasi pasar ini dilakukan kolaboratif antara Kementerian Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pangan Nasional, Satgas Pangan, BUMN Pangan, dan PT Pos Indonesia.

    “Ini merupakan wujud nyata dari keseriusan pemerintah untuk menjaga harga bahan pokok yang terjangkau dan stabil sesuai arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto. Kami ingin masyarakat dapat beribadah dengan tenang tanpa takut ada lonjakan harga,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Sabtu (1/3/2025).

    (rrd/rrd)

  • Harga Cabai Naik Saat Ramadan 2025, NFA: Pasokan Terganggu Hujan

    Harga Cabai Naik Saat Ramadan 2025, NFA: Pasokan Terganggu Hujan

    Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan pasokan cabai ke pasar mengalami hambatan akibat curah hujan tinggi. Kondisi ini membuat distribusi terganggu, sehingga harga cabai mengalami lonjakan saat Ramadan 2025.

    Pasokan cabai diprediksi kembali normal pada minggu kedua hingga ketiga Maret 2025.

    “Kita semua menjaga harga baik di hulu maupun di hilir. Sesuai arahan Presiden, petani dan peternak tidak boleh merugi, namun masyarakat juga harus mendapatkan harga yang wajar,” ujar Arief Prasetyo Adi, Sabtu (1/3/2025).

    Berdasarkan data panel harga pangan NFA, harga rata-rata cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp 82.499 per kilogram. Sementara itu, kebutuhan cabai rawit pada Ramadan diproyeksikan meningkat 13,52% menjadi sekitar 85.200 ton sepanjang Maret 2025.

    Arief menekankan pentingnya cadangan pangan pemerintah (CPP) dalam menjaga stabilitas harga pangan, termasuk cabai. Ia menyebutkan Presiden Prabowo Subianto kemungkinan akan segera menginstruksikan pembangunan cold storage di kota-kota besar untuk menyimpan stok pangan, termasuk daging dalam kondisi beku.

    “Cold storage ini penting untuk menjaga ketersediaan stok, sehingga jika terjadi fluktuasi harga, pemerintah bisa segera melakukan intervensi,” jelasnya.

    Selain itu, Arief juga menyoroti ketahanan pangan Indonesia yang masih lebih baik dibandingkan negara tetangga.

    “Kita patut bersyukur. Saat ini, Malaysia mengalami krisis beras, sementara Indonesia masih memiliki cadangan beras mencapai 1,9 juta ton. Dengan jumlah ini, pemerintah memiliki keleluasaan dalam mengendalikan harga,” tandasnya.

    Dengan strategi ini, pemerintah berharap harga pangan, terutama cabai, dapat kembali stabil selama Ramadan 2025, sehingga masyarakat tidak terbebani oleh lonjakan harga bahan pokok.