Tanaman: Cabai

  • Prabowo panggil menteri terkait bahas harga pangan-cabai saat Ramadhan

    Prabowo panggil menteri terkait bahas harga pangan-cabai saat Ramadhan

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto memanggil sejumlah menteri Kabinet Merah Putih ke Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, guna membahas stabilisasi harga pangan, termasuk harga cabai saat Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

    Sejumlah menteri yang terpantau tiba di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin sore, antara lain Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana.

    “Kami akan bahas harga pangan di bulan suci Ramadhan. Sesuai BPS, alhamdulillah pengumuman BPS tadi produksi kita Januari sampai April, angka sementara itu tertinggi selama tujuh tahun,” kata Mentan Amran Sulaiman kepada awak media.

    Amran mengatakan bahwa harga beras di tingkat konsumen sedang turun, namun harga cabai mengalami sedikit peningkatan.

    Berdasarkan pantauan harga melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, pada Senin harga cabai rawit rata-rata secara nasional mencapai Rp103.600 per kg, atau meningkat sebesar 28 persen.

    Senada dengan Amran, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan bahwa rapat akan membahas pangan secara keseluruhan.

    “Saya menduga pangan secara keseluruhan. Ada dua menko dan beberapa menteri terkait (yang diundang). Menko pangan dan menko ekonomi,” kata Dadan.

    Adapun terkait dengan stabilisasi harga pangan, Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) menyatakan pemerintah telah menggelar operasi pasar di beberapa daerah menjelang Ramadhan 1446 Hijriah.

    Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Adita Irawati menyebut operasi pasar digelar sejak 24 Februari 2025 sampai dengan 28 Maret 2025 di 215 titik Pulau Jawa dan 110 titik luar Jawa, dengan target ekspansi mencapai 4.500 gerai.

    Kementerian/lembaga yang terlibat dalam operasi pasar itu mencakup Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Satgas Pangan, serta sejumlah BUMN yang bergerak di bidang pangan dan logistik.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
    Copyright © ANTARA 2025

  • Diskon Tarif Listrik hingga Turunnya Harga Cabai Picu Deflasi Jateng Februari 2025

    Diskon Tarif Listrik hingga Turunnya Harga Cabai Picu Deflasi Jateng Februari 2025

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Jawa Tengah mencatatkan deflasi sebesar 0,78 persen secara month-to-month (m-to-m) pada Februari 2025.

    Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat, angka deflasi tersebut lebih dalam dari deflasi bulan Januari 2025 yang sebesar 0,46 persen.

    Deflasi ini juga lebih dalam dari angka deflasi nasional bulan Februari 2025 yang sebesar 0,48 persen.

    Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih memaparkan, deflasi secara m-to-m ini utamanya disebabkan turunnya tarif listrik, karena adanya diskon 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik 450 VA-2200 VA.

    “Penyumbang terbesar deflasi secara m-to-m adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Utamanya karena turunnya tarif listrik.

    Kemudian kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi terbesar kedua, yang disebabkan turunnya harga bawang merah dan cabai merah,” jelas Endang saat pemaparan secara daring, Senin (3/3/2025).

    Berdasarkan komoditas penyumbang deflasi, tercatat lima terbesarnya adalah tarif listrik dengan andil -0,79 persen; disusul cabai merah dengan andil -0,08 persen; bawang merah dengan andil -0,06 persen; daging ayam ras sebesar -0,03 persen; dan cabai rawit dengan andil -0,02 persen.

    Deflasi pada cabai merah dan rawit, disebutkan, karena harga mengalami penurunan setelah Desember 2024 mengalami kenaikan cukup tinggi.

    Pasokan cabai dari petani sudah kembali normal, setelah sebelumnya berkurang karena adanya faktor cuaca.

    “Kemudian turunnya harga bawang merah kembali memberikan sumbangan deflasi setelah mengalami kenaikan harga pada September – Desember 2024. Turunnya harga bawang merah disebabkan karena pasokan cukup saat panen raya di sejumlah sentra produksi di Jateng,” terangnya.

    Sementara itu, andil inflasi terbesar Jawa Tengah pada Februari 2025 tercatat berasal dari emas perhiasan yang memberikan andil sebesar 0,06 persen.

    Disusul tarif air minum Pam sebesar 0,03 persen; bensin sebesar 0,03 persen; sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 0,01 persen; dan wortel dengan andil sebesar 0,01 persen.

    “Harga emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi karena pergerakan harga emas memang mengikuti harga internasional, sejalan dengan peningkatan permintaan aset save haven di tengah ketidakpastian global,” jelasnya.

    Sementara itu, pada Februari 2025, Provinsi Jawa Tengah juga mencatatkan deflasi year on year (yoy) sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,75 dan deflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,23 persen. (idy)

  • BPS: Deflasi di Jateng Capai 0,08 Persen, Dipicu Penurunan Tarif Listrik dan Beras

    BPS: Deflasi di Jateng Capai 0,08 Persen, Dipicu Penurunan Tarif Listrik dan Beras

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat pada Februari 2025, provinsi ini mengalami deflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,75.

    Tercatat, ada penurunan IHK dari 105,83 pada Februari 2024 menjadi 105,75 pada Februari 2025.

    Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih menyatakan, deflasi tahunan yang terjadi di Jateng ini merupakan pertama kali selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

    Deflasi tersebut juga terjadi secara year to date (ytd) yang tercatat sebesar 1,23 persen.

    “Ini pertama kalinya terjadi deflasi secara yoy maupun ytd dalam kurun waktu 10 tahun terakhir,” jelas Endang pada pemaparan secara daring, Senin (3/3/2025).

    Endang melanjutkan, deflasi tahunan terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 15,41 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,73 persen.

    Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, antara lain kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,99 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,13 persen, serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,99 persen.

    Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yoy pada Februari 2025 antara lain tarif listrik, beras, cabai merah, telepon seluler, tomat, daun bawang, telur ayam ras, buah naga, susu bubuk untuk balita, dan sawi hijau.

    Sedangkan komoditas yang memberikan andil inflasi yoy, antara lain emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, bahan bakar rumah tangga, dan Sigaret Kretek Mesin (SKM).

    “Diskon tarif listrik, bensin, dan beras memberikan andil sangat tinggi terhadap inflasi maupun deflasi karena memang menempati tiga besar porsi pengeluaran rumah tangga tertinggi dari hasil survei biaya hidup tahun 2022. Jadi kenaikan maupun penurunan tarif listrik, bensin, dan beras akan berdampak spiral pada nilai inflasi,” terang Endang.

    Tercatat pada Februari 2025, dari 9 kota IHK di Provinsi Jawa Tengah, 6 kabupaten/kota mengalami deflasi yoy dan 3 kabupaten/kota mengalami inflasi yoy.

    Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Wonogiri sebesar 0,48 persen dengan IHK sebesar 106,12, sedangkan yang terendah terjadi di Kudus sebesar 0,08 persen dengan IHK sebesar 105,82.

    Sementara inflasi tertinggi terjadi di Cilacap sebesar 0,30 persen dengan IHK sebesar 105,71.

  • BPS Sebut Deflasi Tahunan Sentuh 0,09 Persen pada Februari 2025

    BPS Sebut Deflasi Tahunan Sentuh 0,09 Persen pada Februari 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Februari 2025 terjadi deflasi tahunan sebesar 0,09%. Penyumbang utama deflasi Februari 2025 secara tahunan adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil deflasi 1,92%. Komoditas penyumbang utama deflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik.

    “Secara tahunan terjadi deflasi 0,09% atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,58 pada Februari 2024 menjadi 105,48 pada Februari 2025,” ucap Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS pada Senin (3/3/2025).

    Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar  rumah tangga mengalami deflasi 12,08% dan memberikan deflasi sebesar 1,92%. Komoditas yang memberikan andil  tahunan terbesar adalah tarif listrik mengalami deflasi 46,45%  dan memberikan andil deflasi 2,16%.

    Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah tarif air minum PAM yang mengalami inflasi 9,42% dan memberikan andil inflasi 0,14%; biaya sewa rumah mengalami inflasi 1,27% dan memberikan andil inflasi 0,04%, bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 1,57% dan memberikan andil inflasi 0,03% lalu biaya kontrak rumah mengalami inflasi 0,58% dan memberikan  andil inflasi 0,02%.

    Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,25% dan memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,66%. Inflasi secara tahunan didorong oleh komoditas minyak goreng, sigaret kretek mesin, cabai rawit, kopi bubuk dan ikan segar.

    Inflasi kelompok ini didorong oleh minyak goreng mengalami inflasi 10,97% dan memberikan andil 0,13%,sigaret kretek mesin mengalami inflasi 5,58% dan memberikan andil 0,12%, cabai rawit mengalami inflasi 37,07% dan memberikan andil inflasi 0,11%.

    “Sedangkan komoditas yang mengalami deflasi, yakni tomat sebesar 32,93% dan memberikan andil deflasi 0,11% dan beras mengalami deflasi 2,63% dan memberikan andil deflasi 0,11%,” tutur dia.

    Kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi  sebesar 8,43% dan memberikan andil inflasi 0,52% pada Februari 2025. 

    Komoditas yang memberikan andil adalah emas perhiasan mengalami inflasi 41,49% dan memberikan andil inflasi 0,42%, pasta gigi mengalami inflasi sebesar 2,91% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,01%, shampo mengalami inflasi sebesar 1,74% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,01%.

    “Menurut catatan BPS emas perhiasan terus mengalami inflasi year on year sejak Februari 2025 karena meningkatnya harga emas di pasar internasional,” kata Amalia.

    Apabila dilihat menurut komponen deflasi tahuna pada Februari 2025 disebutkan bahwa  deflasi terjadi karena komponen harga pemerintah  sementara komponen lainnya mengalami inflasi.

    Komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48%, komponen ini memberikan andil inflasi  sebesar 1,58% pada Februari 2025. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada kelompok ini, yaitu emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

    Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi tahunan sebesar 9,02%  dan memberikan andil 1,77% komoditas yang dominan adalah tarif listrik dan bensin. Komponen  harga bergejolak mengalami inflasi 0,56% dengan andil inflasi 0,1%.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara tahunan pada komponen harga bergejolak adalah cabai rawit, bawang putih, kangkung dan bawang merah,” tutur Amalia.

    Secara tahunan 16 provinsi mengalami inflasi dan 22 provinsi mengalami deflasi. Dengan inflasi tertinggi di Provinsi Papua Pegunungan (7,99%) dan deflasi terdalam di Papua Barat (-1,98%).

     

  • Harga Emas dan Minyak Goreng jadi Pendongrak Inflasi – Page 3

    Harga Emas dan Minyak Goreng jadi Pendongrak Inflasi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) untuk berbagai kelompok pengeluaran pada Februari 2025. Secara tahunan pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,09%.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan ada tiga kelompok utama yang menunjukkan tren inflasi dan deflasi yang signifikan.

    “Saya akan mendalami inflasi tahunan atau year-on-year untuk tiga kelompok pengeluaran,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Pertama, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Kelompok ini mengalami inflasi 2,25% dengan andil inflasi sebesar 0,66%.

    Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan, seperti minyak goreng, sigaret kratek mesin, dan cabai rawit.

    BPS mencatat, kenaikan harga minyak goreng menjadi salah satu faktor utama, diikuti dengan tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan pada beberapa waktu terakhir.

    Namun, di sisi lain, terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi seperti beras dan tomat, yang sedikit meredakan tekanan inflasi pada kelompok ini.

    “Di sisi lain, terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi seperti beras dan tomat,” ujarnya.

    Kelompok Kedua

    Kedua, adalah kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga. Kelompok ini mengalami deflasi 12,08%, yang memberikan kontribusi deflasi sebesar 1,92%.

    Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh adanya diskon tarif listrik yang diberlakukan oleh pemerintah, yang memberikan penurunan biaya pengeluaran rumah tangga. Dengan adanya penurunan tarif listrik, kelompok ini mengalami deflasi yang cukup signifikan.

    Namun, di sisi lain, beberapa komoditas dalam kelompok ini justru mengalami inflasi. Kenaikan tarif air minum di beberapa kota kabupaten, biaya sewa rumah, bahan bakar rumah tangga, dan biaya kontrak rumah turut memberikan tekanan terhadap kelompok ini.

    “Sehingga kalau kita agregasikan, kelompok ini mengalami deflasi 12,08% yaitu kelompok perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga,” ujarnya.

     

  • Daftar 33 Provinsi yang Deflasi di Februari 2025 – Page 3

    Daftar 33 Provinsi yang Deflasi di Februari 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 33 provinsi mengalami deflasi dan 5 provinsi lainnya mengalami inflasi. Pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48% secara bulanan.

    “Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat sebesar 1,41% secara month to month, sementara itu inflasi tertinggi di Papua Pegunungan sebesar 2,78%,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Untuk rinciannya, inflasi tertinggi selanjutnya terjadi di Nusa Tenggara Timur sebesar 0,37%, Sulawesi Tenggara 0,36%, Gorontalo 0,10%, Sulawesi Tengah 0,06%.

    Sementara, untuk deflasi terdalam selanjutnya terjadi di Papua Barat daya sebesar 0,95%, Sulawesi Selatan 0,89%, DI Yogyakarta 0,86%, Jawa Tengah 0,78%, Banten 0,66%, Maluku 0,63%, Sumatera Utara 0,63%, Jawa Barat 0,61%, Nusa Tenggara Barat 0,60%.

    Selanjutnya, Jambi mengalami deflasi sebesar 0,60%, Jawa Timur 0,59%, Bali 0,57%, Bengkulu 0,57%, Sulawesi Utara 0,53%, Papua 0,52%, Riau 0,50%, Sulawesi Barat 0,48%, Aceh 0,48%, Kalimantan Tengah 0,46%, Sumatera Selatan 0,41%.

    Lalu, di Kalimantan Selatan juga mengalami deflasi sebesar 0,39%, DKI Jakarta 0,29%, Kalimantan Timur 0,25%, Kalimantan Utara 0,17%, Sumatera Barat 0,16%, Kepulauan Riau 0,14%, Maluku Utara 0,11%, Papua Tengah 0,10%, Papua Selatan 0,06%, Kalimantan Barat 0,04%, Kepulauan Bangka Belitung 0,03%.

    Kelompok Pengeluaran Penyumbang Deflasi Februari 2025

    Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi 0,52%.

    “Karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi 0,67%,” ujarnya.

    Adapun komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi, karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak, seperti daging ayam ras yang harganya turun, sehingga memberikan andil deflasi 0,06%.

    “Bawang merah, dan cabai merah juga mengalami penurunan ahrga sepanjang bulan Februari, sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%,” ujarnya.

    Selain itu, terdapat komoditas-komoditas lain yang memberikan andil inflasi pada Februari 2025, antara lain kenaikan tarif air minum PAM memberikan andil inflasi sebesar 0,13%.

    Kemudian, masih naiknya emas dan perhiasan dan ada penyesuaian harga bensin. Hal itu berturut-turut memberikan andil inflasi sebesar 0,08% untuk emas perhiasan, dan 0,03% andil dari bensin.

     

     

  • Deflasi 0,48% pada Februari 2025, BPS Ungkap Biang Keroknya – Page 3

    Deflasi 0,48% pada Februari 2025, BPS Ungkap Biang Keroknya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48% secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,99 pada januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

    “Secara YoY, juga terjadi deflasi 0,09% dan secara tahun kalender mengalami deflasi sebesar 1,24%,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi 0,52%.

    “Karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi 0,67%,” ujarnya.

    Adapun komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi, karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak, seperti daging ayam ras yang harganya turun, sehingga memberikan andil deflasi 0,06%.

    “Bawang merah, dan cabai merah juga mengalami penurunan ahrga sepanjang bulan Februari, sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%,” ujarnya.

    Selain itu, terdapat komoditas-komoditas lain yang memberikan andil inflasi pada Februari 2025, antara lain kenaikan tarif air minum PAM memberikan andil inflasi sebesar 0,13%. Kemudian, masih naiknya emas dan perhiasan dan ada penyesuaian harga bensin. Hal itu berturut-turut memberikan andil inflasi sebesar 0,08% untuk emas perhiasan, dan 0,03% andil dari bensin.

    Menurut Komponen Deflasi yang terjadi pada Februari 2025 sebesar 0,48%, utamanya didorong deflasi komponen harga yang diatur Pemerintah. Komponen inti masih mengalami inflasi sebesar 0,25%, dengan andil inflasi sebesar 0,16%.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil,” ujarnya.

    Sementara, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 2,65% dengan andil deflasi sebesar 0,48%. Komdoutas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tarif listrik. Untuk komponen bergejolaj mengalami deflasi sebesar 0,93% dengan andil deflasi sebesar 0,16%.

     

  • Harga Cabai Naik Saat Ramadan 2025, Pemerintah Sebut Pasokan Terganggu Hujan

    Harga Cabai Naik Saat Ramadan 2025, Pemerintah Sebut Pasokan Terganggu Hujan

    JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan pasokan cabai ke pasar mengalami hambatan akibat curah hujan tinggi. Kondisi ini membuat distribusi terganggu, sehingga harga cabai mengalami lonjakan saat Ramadan 2025.

    Pasokan cabai diprediksi kembali normal pada minggu kedua hingga ketiga Maret 2025.

    “Kita semua menjaga harga baik di hulu maupun di hilir. Sesuai arahan Presiden, petani dan peternak tidak boleh merugi, namun masyarakat juga harus mendapatkan harga yang wajar,” ujar Arief Prasetyo Adi.

    Berdasarkan data panel harga pangan Bapanas, harga rata-rata cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp 82.499 per kilogram. Sementara itu, kebutuhan cabai rawit pada Ramadan diproyeksikan meningkat 13,52% menjadi sekitar 85.200 ton sepanjang Maret 2025.

    Arief menekankan pentingnya cadangan pangan pemerintah (CPP) dalam menjaga stabilitas harga pangan, termasuk cabai. Ia menyebutkan Presiden Prabowo Subianto kemungkinan akan segera menginstruksikan pembangunan cold storage di kota-kota besar untuk menyimpan stok pangan, termasuk daging dalam kondisi beku.

    “Cold storage ini penting untuk menjaga ketersediaan stok, sehingga jika terjadi fluktuasi harga, pemerintah bisa segera melakukan intervensi,” jelasnya.

    Selain itu, Arief juga menyoroti ketahanan pangan Indonesia yang masih lebih baik dibandingkan negara tetangga.

    “Kita patut bersyukur. Saat ini, Malaysia mengalami krisis beras, sementara Indonesia masih memiliki cadangan beras mencapai 1,9 juta ton. Dengan jumlah ini, pemerintah memiliki keleluasaan dalam mengendalikan harga,” tandasnya.

    Dengan strategi ini, pemerintah berharap harga pangan, terutama cabai, dapat kembali stabil selama Ramadan 2025, sehingga masyarakat tidak terbebani oleh lonjakan harga bahan pokok.

  • Kenali Virus Gemini pada Tanaman Cabai dan Cara Mencegahnya

    Kenali Virus Gemini pada Tanaman Cabai dan Cara Mencegahnya

    Liputan6.com, Yogyakarta – Virus gemini, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai geminiviridae, merupakan salah satu ancaman bagi para petani cabai. Virus ini tidak langsung mematikan tanaman, tetapi dampaknya dapat menyebabkan penurunan hasil panen.

    Mengutip dari berbagai sumber, tanaman yang terinfeksi virus gemini menunjukkan gejala seperti pertumbuhan yang kerdil, daun menguning, dan tidak mampu berbuah dengan maksimal. Virus gemini termasuk dalam keluarga virus dengan genom DNA sirkular beruntai tunggal.

    Di Indonesia, jenis virus gemini yang paling banyak ditemukan adalah begomovirus. Virus ini tidak hanya menyerang tanaman cabai, tetapi juga tanaman lain seperti tomat, paprika, dan cabai rawit.

    Penyebaran virus gemini terjadi melalui vektor utama, yaitu kutu kebul (bemisia tabaci). Serangga kecil ini membawa virus dari tanaman yang terinfeksi ke tanaman sehat.

    Selain melalui kutu kebul, virus gemini juga dapat menyebar melalui proses penyambungan tanaman atau penggunaan alat pertanian yang tidak steril. Gejala serangan virus gemini pada tanaman cabai dapat dikenali dari beberapa tanda fisik.

    Tanaman yang terinfeksi biasanya mengalami pertumbuhan yang terhambat, daun menjadi keriting, dan warna daun menguning. Pada kasus yang parah, tanaman bahkan tidak mampu menghasilkan buah sama sekali.

    Meskipun virus ini tidak langsung membunuh tanaman, dampaknya sangat merugikan karena hasil panen yang menurun drastis. Untuk mencegah serangan virus gemini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan.

    Pertama, penggunaan benih cabai yang sehat dan berkualitas tinggi menjadi langkah awal yang penting. Benih yang sehat memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap serangan virus.

    Selain itu, coba menanam varietas cabai yang memiliki ketahanan terhadap virus gemini. Beberapa varietas cabai telah dikembangkan secara khusus untuk memiliki ketahanan terhadap serangan virus ini.

    Proses perendaman benih sebelum penanaman juga dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif. Benih dapat direndam dalam larutan PGPR (plant growth promoting rhizobacteria) atau pseudomonas fluorescens dengan dosis 20 ml per liter air selama 6-12 jam.

    Larutan ini membantu meningkatkan ketahanan benih terhadap serangan virus dan penyakit lainnya. Selain itu, penggunaan kelambu halus yang tembus sinar matahari untuk menutupi persemaian dapat membantu melindungi tanaman muda dari serangan kutu kebul. Kalambu halus ini berfungsi sebagai penghalang fisik yang mencegah serangga pembawa virus mendekati tanaman.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Harga Pangan Naik pada Awal Ramadan 2025, Masyarakat Diimbau Atur Pola Konsumsi

    Harga Pangan Naik pada Awal Ramadan 2025, Masyarakat Diimbau Atur Pola Konsumsi

    Jakarta, Beritasatu.com – Memasuki Ramadan 2025, masyarakat kembali dihadapkan pada lonjakan harga pangan. Sejumlah komoditas mengalami kenaikan signifikan, seperti cabai rawit yang melonjak hingga Rp 150.000 per kilogram (kg).

    Peneliti ekonomi Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyarankan, masyarakat perlu mengatur pola konsumsi guna mengurangi tekanan permintaan yang berlebihan.

    “Mengatur pola konsumsi dengan membeli kebutuhan secukupnya dan menghindari panic buying dapat membantu menekan lonjakan permintaan,” ujarnya kepada Beritasatu.com, Minggu (2/3/2025).

    Menurut Yusuf, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga pangan naik, antara lain tingginya permintaan saat Ramadan 2025, distribusi yang terganggu, terutama untuk bahan pangan segar seperti cabai dan sayuran, dan spekulasi harga oleh oknum pedagang.

    Sebagai solusi, masyarakat dapat berkolaborasi dalam komunitas, misalnya dengan membentuk kelompok belanja bersama atau koperasi pangan. Cara tersebut dinilai dapat membantu mendapatkan harga yang lebih stabil melalui pembelian langsung dari petani atau distributor utama.

    Untuk memastikan ketersediaan bahan pangan tetap aman dan harga stabil, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan inspeksi mendadak (sidak) di dua pasar di Jakarta pada Sabtu (1/3/2025).

    Mentan Amran menegaskan pemerintah siap mengambil langkah tegas jika menemukan indikasi spekulasi harga. “Pemerintah tidak akan ragu bertindak jika ada pihak yang memanfaatkan momen Ramadan 2025 untuk mengambil keuntungan berlebihan,” ujar Amran.

    Dengan upaya pemerintah dan kesadaran masyarakat dalam mengatur pola konsumsi, diharapkan lonjakan harga pangan dapat ditekan sehingga masyarakat dapat menjalankan ibadah Ramadan 2025 dengan lebih tenang.