Tanaman: Cabai

  • Harga Cabai Rawit Merah Sempat Rp 130.000/Kg, Kantor Presiden Was-Was

    Harga Cabai Rawit Merah Sempat Rp 130.000/Kg, Kantor Presiden Was-Was

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di Jakarta, harga cabai rawit merah juga sempat mengalami lonjakan. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, pada Jumat (7/3/2025), harga cabai rawit merah berada di Rp90.000 per kg.

    Didik, seorang pedagang di pasar tersebut, mengungkapkan bahwa harga ini sebenarnya sudah mengalami penurunan setelah sebelumnya sempat mencapai Rp130.000 per kg.

    “Harga cabai rawit merah hari ini Rp90.000 per kg. Naiknya sudah agak lama, kayaknya ada seminggu. Ini malah sudah mulai turun lagi, baru dua hari ini segitu, sebelumnya Rp120.000-Rp130.000 per kg,” kata Didik saat ditemui CNBC Indonesia di lokasi.

    Sementara itu, pedagang lainnya, Jupri, juga membenarkan tren penurunan harga tersebut.

    “Cabai rawit Rp90.000 per kg. (Ini lagi naik?) Mulai turun malah. Baru dari kemarin turunnya. Lima hari lalu Rp130.000 per kg,” ujarnya.

    Meski harga cabai rawit merah mulai menunjukkan sedikit penurunan di Jakarta, namun kondisi ini masih mengkhawatirkan lantaran masih sangat jauh dari batas atas HAP yang ditetapkan oleh pemerintah.

    Kantor Staf Presiden (KSP) menyoroti harga cabai rawit merah yang tengah melonjak tajam pada pekan pertama Maret 2025, bahkan di beberapa daerah harganya lebih mahal daripada harga daging sapi.

    Foto: Cabai rawit merah di Pasar Rumput, Jakarta Selatan. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
    Cabai rawit merah di Pasar Rumput, Jakarta Selatan. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

    Deputi III Kepala Staf Kepresidenan, Edy Priyono menyampaikan bahwa harga cabai rawit merah secara nasional telah jauh melampaui harga acuan penjualan (HAP) yang ditetapkan sebesar Rp57.000 per kg. Berdasarkan pemantauan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), harga rata-rata nasional cabai rawit merah saat ini mencapai Rp81.700 per kg.

    “Cabai rawit merah mengalami kenaikan dan levelnya sudah di atas batas atas harga acuan penjualan. Jadi bukan hanya naik, tapi memang harganya mahal,” ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (4/3/2025).

    Kondisi ini bahkan lebih parah di beberapa daerah, terutama di Kalimantan. Kota Tarakan mencatat harga cabai rawit merah mencapai Rp170.000 per kg, melampaui harga daging sapi. Sementara di Kayong Utara dan Banjarmasin, harga cabai rawit merah berada di angka Rp130.000 per kg.

    “Ini nggak tahu kenapa, sebagian besar di Kalimantan ya, harganya wah, mahal sekali nih. Kota Tarakan kita catat di sini Rp170.000 per kg, lebih-lebih dari harga daging sapi ini,” ujarnya.

    Kendati demikian, Edy mencatat ada beberapa daerah yang masih memiliki harga cabai relatif rendah. Untuk mengatasi disparitas harga ini, ia menekankan pentingnya kerja sama antar daerah agar daerah dengan harga cabai tinggi bisa mendapatkan suplai dari daerah dengan harga lebih rendah.

    “Kami selalu mendorong adanya kerja sama antar daerah. Biasanya hampir setiap minggu dari Kementerian Pertanian bisa menyampaikan informasi tentang Champions, yaitu pelaku usaha yang bisa dihubungi oleh kepala daerah untuk mengirim cabai dari daerah produksi dengan harga yang lebih terjangkau,” jelasnya.

    Menurutnya, skema ini menguntungkan semua pihak. Petani bisa tetap mendapat keuntungan, sementara pemerintah daerah dapat sedikit mengendalikan harga agar tidak terlalu tinggi.

    (wur)

  • Harga Cabai Rawit Merah Mahal, Bapanas: Mudah-mudahan Stabil

    Harga Cabai Rawit Merah Mahal, Bapanas: Mudah-mudahan Stabil

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) mengakui adanya ketidakstabilan harga jual cabai rawit merah di tingkat konsumen.

    Bapanas mengaku sedang mengendalikan harga komoditas cabai rawit merah dengan mengontrol distribusi dari daerah surplus ke daerah defisit serta memperluas akses pangan melalui kios pangan dan gerakan pangan murah (GPM) di berbagai wilayah.

    Kepala Bapasas Arief Prasetyo menjelaskan, rata-rata harga cabai rawit merah di tingkat produsen mencapai Rp 73.774 per kilogram (kg), sementara di tingkat konsumen mencapai Rp 94.193 per kg.

    “Kita hanya fokus pada cabai rawit. Harganya agak tinggi karena cuaca hujan menyebabkan tanaman tidak berbunga. Namun, stoknya cukup. Tantangannya adalah bagaimana kita meratakan distribusinya,” ujar Arief dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).

    Arief menuturkan, curah hujan tinggi menjadi penyebab utama penurunan produksi cabai di pasaran. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penerapan teknologi green house atau cungkup oleh para petani guna mencegah rontoknya bunga cabai sebelum berbuah.

    “Saat hujan, bunga cabai rontok sehingga gagal berbuah. Semoga ke depan, petani cabai kita bisa menerapkan cungkup atau green house agar tanaman bisa dipanen hingga 20 kali,” jelasnya.

    Meski demikian, Arief optimistis harga cabai rawit merah akan kembali stabil dalam beberapa minggu ke depan. Namun, ia berharap harga tidak turun terlalu drastis agar petani dapat melakukan pemulihan dan kembali menanam cabai.

    “Harga cabai bisa turun karena musim panas sudah mulai. Mudah-mudahan dalam beberapa minggu ke depan, harga cabai lebih stabil,” ujarnya.

    Arief juga menegaskan bahwa pemerintah optimis terhadap kestabilan harga cabai, mengingat harga di tingkat petani sudah mulai mengalami pemulihan.

    “Hal positifnya, harga cabai di tingkat petani mulai pulih. Tiga hingga empat bulan lalu, harga cabai sempat jatuh. Namun, hari ini petani cabai kita bisa recovery, seperti yang dikatakan Bapak Presiden Prabowo bahwa petani Indonesia harus lebih sejahtera dan makmur,” tegas Arief.

    Selain itu, Bapanas juga melakukan berbagai upaya untuk mengontrol ketidakstabilan harga cabai rawit merah.

    “Upaya lain yang dilakukan adalah identifikasi stok dan kebutuhan pangan di setiap daerah, fasilitasi distribusi pangan (FDP), mendorong subsidi harga pangan melalui APBD provinsi dan kabupaten/kota, serta pengawasan harga pangan secara intensif,” tambahnya terkait harga jual cabai rawit merah.

  • Jaktim pastikan keamanan pangan jelang Idul Fitri 1446 Hijriah

    Jaktim pastikan keamanan pangan jelang Idul Fitri 1446 Hijriah

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Timur memastikan keamanan pangan terpadu di pasar tradisional, swalayan dan pasar lokasi binaan di wilayah tersebut menjelang Idul Fitri 1446 Hijriah.

    “Kegiatan pemeriksaan dan pengawasan pangan terpadu ini dalam rangka menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), yakni Hari Raya Idul Fitri,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Jakarta Timur Iin Mutmainnah di Jakarta, Jumat.

    Pihaknya memantau langsung ketersediaan bahan pokok dan juga dari kualitas pangan.

    Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur pada Selasa (18/2) telah melakukan pengawasan produk pangan di lima pasar yang ada di Jakarta Timur, yakni Pasar Perumnas Klender, Pasar Sawah Barat, Pasar Klender SS, Pasar Pondok Bambu dan Pasar Ciplak.

    Lalu, Kamis (6/3) pengawasan produk pangan dilakukan di empat pasar moderen, yakni Tip Top Pondok Bambu, Superindo Pondok Bambu, Farmers Family dan Naga Jatiwaringin.

    Pengawasan dilakukan untuk mengantisipasi adanya peredaran produk pangan yang mengandung zat kimia berbahaya seperti boraks, rodhamin, formalin, residu pestisida, klorin, eber dan zat berbahaya lainnya.

    “Formalin yang kita uji. Untuk sayur tadi kita uji cabai dan tomat. Jadi kalau misalnya menggunakan formalin tadi saya masukkan air ya,” katanya.

    Cabai yang diuji dalam kondisi terendam. “Dalam waktu sekian menit kemudian dilakukan rotasi dulu dengan posisi lima menit,” katanya.

    Kepala Suku Dinas (Kasudin) Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Kota Jakarta Timur, Taufik Yulianto menyebutkan, pihaknya fokus mengambil sampel dari 11 produk pertanian mulai dari produk pertanian dan dua produk peternakan.

    “Kami mengambil sampel seperti anggur, apel merah, beras, cabai merah keriting, cabai rawit merah, nangka muda, kacang panjang, sawi hijau, sawi putih, tomat, dan kembang kol. Tadi juga ada daging sapi dan ayam,” kata Taufik.

    Selain itu, Taufik menjelaskan uji sampel dilakukan langsung menggunakan mobil laboratorium keliling Dinas KPKP DKI Jakarta.

    “Pertama mobil laboratorium hasil pertanian dan satu lagi mobil laboratorium hasil peternakan,” katanya.

    Bahan-bahan yang diambil diantar langsung kemudian dilakukan pengujian dalam waktu kurang lebih dua jam. “Hasil bisa kita dapatkan dan langsung kita bagikan kepada pasar-pasar yang diuji,” katanya.

    Adapun pengawasan pangan melibatkan personel gabungan dari unsur Sudin Kesehatan, PPKUKM, Perhubungan, Satpol PP, aparatur kelurahan dan kecamatan, Polda Metro Jaya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) DKI Jakarta dan sejumlah unsur terkait lainnya.

    Sudin KPKP Jakarta Timur juga terus berkoordinasi dengan Perumda Pasar Jaya, terutama kepada pengelola masing-masing pasar agar mereka terlibat melakukan. pengawasan pangan.

    Selain itu, Dinas KPKP DKI Jakarta juga aktif melakukan pemantauan ke sentra-sentra sayuran dan peternakan di luar kota dengan didampingi Dinas KPKP setempat.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Cek Harga Pangan Hari Ini 7 Maret 2025: Cabai Rawit Merah Rp 97.250 per Kg – Page 3

    Cek Harga Pangan Hari Ini 7 Maret 2025: Cabai Rawit Merah Rp 97.250 per Kg – Page 3

    Sebelumnya, memasuki periode bulan Ramadan 2025, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengawasi harga 17 komoditas pangan di pasar.

    Sebanyak 17 komoditas ini yaitu beras medium, beras premium, telur ayam, daging ayam, daging sapi, bawang putih, bawang merah, minyak goreng curah, minyak goreng kemasan bermerk, Minyak Kita, cabai merah, cabai rawit, gula pasir curah, gula pasir kemasan, gula, tepung terigu curah, dan tepung terigu kemasan.

    Direktur KPPU Mulyawan Ranamenggala mengungkapkan bahwa sejumlah komoditas pangan terpantau dijual di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.

    Mulyawan menjelaskan, temuan tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan di pasar tradisional dan modern di tujuh wilayah kantor KPPU di Medan, Lampung, Bandung, Surabaya, Samarinda, Makassar, dan Yogyakarta.

    “Dari 17 komoditas itu kami melihat bahwa terdapat 8 komoditas yang harga jual dari HET dan HAP ini (naik) cukup signifikan,” ungkap Mulyawan dalam konferensi pers KPPU yang digelar secara daring pada Selasa (4/3/2025).

    Survei KPPU mencatat, komoditas pangan yang dijual di atas harga HET dan HAP adalah beras medium, beras premium, telur ayam, bawang putih, minyak goreng curah, Minyak Kita, serta cabai rawit hingga gula pasir.

    Mulyawan lebih lanjut mengatakan, terdapat dua komoditas yang harganya paling jauh menyimpang dari HET dan HAP yang ditetapkan, yaitu telur ayam dan cabai rawit.

     

  • Harga Pangan Hari Ini (7/3): Cabai hingga Daging Mahal, Minyakita Hilang!

    Harga Pangan Hari Ini (7/3): Cabai hingga Daging Mahal, Minyakita Hilang!

    Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki puasa Ramadan 2025 hari ketujuh, sejumlah harga pangan mulai dari cabai rawit merah, daging sapi, hingga telur ayam ras masih melonjak. Di sisi lain, minyak goreng rakyat Minyakita menghilang dari peredaran.

    Berdasarkan penelusuran Bisnis, Jumat (7/3/2025), harga cabai rawit merah masih melambung di atas harga acuan penjualan (HAP) di Pasar Nalo, Jakarta Utara.

    Pedagang cabai, Siska (29) menuturkan harga cabai rawit merah dibanderol Rp85.000 per kilogram. Harga komoditas ini masih di atas HAP nasional yang semestinya di kisaran Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Kendati demikian, dia mengaku harga cabai rawit merah turun sejak dua hari terakhir. Sebab, harga cabai rawit merah sempat berada di level Rp120.000 per kilogram

    “Harganya turun dua hari yang lalu. Dua hari lalu cabai rawit merah Rp120.000 per kilogram,” katanya saat ditemui Bisnis, Jumat (7/3/2025).

    Untuk aneka cabai lainnnya, Siska mengatakan cabai merah keriting dan cabai hijau besar masing-masing dibanderol Rp50.000 per kilogram dan Rp35.000 per kilogram.

    Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas bawang merah yang kini mencapai Rp70.000 per kilogram. Biasanya, kata dia, komoditas ini hanya dipatok Rp40.000 per kilogram. Sedangkan bawang putih kating dibanderol Rp50.000 per kilogram.

    “Bawang putih kating Rp50.000 per kilogram. Bawang putih sudah lama segitu, seminggu atau sebulan naik,” tuturnya.

    Selain cabai, harga daging sapi di Pasar Nalo juga mengalami kenaikan saat Ramadan, yakni mencapai Rp130.000 per kilogram. 

    “Daging sapi Rp130.000 [per kilogram]. Naik lagi jelang puasa, biasanya Rp120.000 per kilogram,” kata pedagang daging sapi potong, Misri (57).

    Misri menuturkan daging sapi saat Ramadan 2024 juga dibanderol dengan harga yang sama, yakni Rp130.000 per kilogram. Namun, harganya bergejolak saat pertengahan puasa dan tembus Rp140.000 per kilogram.

    Dia pun mengaku harga daging sapi kembali melambung tajam saat momentum Hari Raya Idulfitri atau lebaran. Harga daging sapi bisa mencapai Rp140.000–Rp160.000 per kilogram.

    Sementara itu, pedagang ayam potong, Yono (30) menyebut harga daging ayam ukuran sedang dibanderol Rp55.000 per ekor atau tetap stabil.

    Namun, dia mengaku saat mendekati lebaran, harga daging ayam akan melonjak di rentang Rp60.000–Rp65.000 per kilogram. Di sisi lain, harga ayam ukuran besar di kisaran Rp80.000–Rp85.000 per kilogram.

    Harga pangan lainnya yang turut mengalami kenaikan adalah telur ayam ras. Komoditas ini terkerek tipis dari sebelumnya Rp28.000 per kilogram menjadi Rp30.000 per kilogram. Meski begitu, harga telur ayam ras di Pasar Nalo sesuai dengan HAP nasional sebesar Rp30.000 per kilogram.

    Saat ditanya terkait Minyakita, Sri mengaku sudah tidak menjual minyak goreng subsidi itu sejak isu kualitas BBM Pertamax mencuat di publik. Dia mengaku Minyakita mulai menghilang sejak isu itu bergulir.

    Adapun, dia hanya menjual minyak goreng merek Rizki dengan ukuran 850 mililiter (ml) seharga Rp17.000.

    “[Minyakita] nggak ada barangnya, kosong. Semenjak masalah Pertamax, dia [Minyakita] langsung menghilang,” tandasnya.

    Harga Cabai Meroket

    Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmojo mengatakan salah satu penyebab utama harga cabai rawit merah mencapai Rp120.000 per kilogram dipicu tanaman cabai yang seharusnya panen pada Maret tahun ini mengalami gagal panen pada akhir Desember—Januari lalu.

    Tunov menjelaskan, gagal panen ini imbas dari hujan ekstrem yang melanda di sentra produksi.

    “Lebih dari 50% tanaman [cabai] harus diganti tanaman baru, akibatnya bulan sekarang stok menurun, petani hanya bertahan dengan sisa tanaman bulan Desember,” kata Tunov kepada Bisnis, Kamis (6/3/2025).

    Terlebih, lanjut dia, mayoritas petani cabai masih menggunakan skema konvensional alias belum memiliki greenhouse atau smart farming.

    Selain itu, Tunov menyampaikan bahwa kejadian ini juga diperparah dengan hujan sejak pagi di wilayah-wilayah sentra yang berakibat petani harus menunda panen dan menunggu cuaca lebih baik.

    Faktor lain penyebab harga cabai rawit merah melonjak tajam lantaran petani dan pengepul di wilayah sentra sedang tidak beroperasi alias libur petik. Alhasil, permintaan cabai ikut melambung.

    “Yang sangat membuat kenaikan harga ekstrem karena pada hari pertama dan kedua puasa petani libur panen karena puasa awal dan pengepul di wilayah sentra juga libur,” ungkapnya.

    Namum, Tunov menuturkan dalam dua hari terakhir, harga cabai sudah mulai terkoreksi sangat dalam. Pada Kamis (6/3/2025), harga cabai rawit merah di tingkat petani adalah Rp50.000 per kilogram, sedangkan harga cabai merah keriting adalah Rp25.000 per kilogram.

    Di sisi lain, dia menyebut banjir yang mengepung wilayah DKI Jakarta tidak tidak terlalu berdampak pada sentra produksi cabai.

    “Banjir Jakarta tidak begitu berdampak, karena kalau berdampak otomatis, harga daerah dan Jakarta akan jauh perbedaannya, tapi faktanya turunnya harga hampir merata di seluruh Indonesia,” terangnya.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengakui harga aneka cabai melambung tinggi atau mencapai Rp120.000 per kilogram. Namun, Zulhas menyebut harga cabai akan mulai mereda dalam dua pekan ke depan.

    Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menyebut cabai menjadi satu-satunya komoditas pangan yang melambung saat momentum Ramadan 2025.

    “Yang pedas memang cabai, cabai apapun ya. Mau cabai rawit, cabai merah keriting,” kata Zulhas seusai memantau harga barang kebutuhan pokok di Pasar Jaya Johar Baru, Jakarta, Rabu (5/3/2025).

    Menurutnya, lonjakan harga cabai disebabkan faktor musim hujan yang berimbas pada gagal panen. “Cabai [mahal] mungkin karena musim hujan. Kalau musim hujan kan panennya gagal. Tapi biasanya nggak lama, biasanya 2 minggu. Setelah nanti terang lagi [cuaca], itu [harganya] akan turun lagi,” ujarnya.

    Dia menyebut gagal panen ini lantaran budidaya tanaman cabai masih menggunakan pendekatan pertanian terbuka. Alhasil, saat hujan melanda sentra produksi, bunga dari tanaman cabai akan rontok dan berakhir gagal panen.

    Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memprediksi harga cabai akan turun dalam waktu dekat, seiring dengan cuaca yang mulai membaik.

    “Turun dong. Kan ini kan sudah mulai panas [cuaca]. Mudah-mudahan beberapa minggu ke depan itu cabai bisa lebih baik harganya,” ujar Arief.

    Ke depan, Arief menyebut budidaya cabai akan menggunakan skema greenhouse alias bangunan dengan atas transparan. Sehingga, saat musim hujan tiba, bunga cabai tidak rontok dan tidak akan terjadi gagal panen.

    “Kita sudah sampaikan kepada kementerian teknis, dinas pertanian supaya bisa membantu cungkup-cungkup tanaman cabai. Tanaman cabai itu kan bisa dipanen bisa 20 kali. Jadi kalau daunnya rontok sebenernya cuma perlu cungkup,“ tandasnya.

  • Catatan Operasi Pasar Pangan Saat Ramadan

    Catatan Operasi Pasar Pangan Saat Ramadan

    Bisns.com, JAKARTA – Pemerintah menggelar hajatan kolosal di Ramadan kali ini yakni operasi pasar pangan murah serentak di seluruh Indonesia. Operasi pasar dilakukan lebih sebulan, dari 24 Februari—29 Maret 2025.

    Selain melibatkan BUMN, seperti Bulog, ID Food, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Rajawali Nusindo, PT Sinergi Gula Nusantara, PT Pos Indonesia, dan PT Pupuk Indonesia, juga melibatkan perusahaan swasta (antara lain Charoen Pokphand, Japfa), asosiasi (seperti Pinsar, Pusbarindo, dan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia), dan kementerian/lembaga (Badan Pangan Nasional, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, dan Menko Pangan).

    Operasi pasar dilakukan di ribuan titik, antara lain 4.500 kantor Pos Indonesia, 88 unit pengelola teknis Kementerian Pertanian, 2.753 gerai Charoen Pokphand dan Japfa, dan ribuan kios yang terafiliasi dengan Bulog, ID Food dan Badan Pangan Nasional.

    Mengusung tajuk “Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Menjelang HBKN Puasa dan Idulfitri Tahun 2025”, pemerintah menjual 6 komoditas pangan penting: beras, gula, bawang putih, daging ayam ras beku, daging kerbau beku, dan MinyaKita. Harga 6 komoditas dijual di bawah harga acuan dan atau harga eceran tertinggi (HET).

    Tak ada yang salah dengan hajatan operasi pasar kali ini. Di saat daya beli warga turun, operasi pasar jadi penawar bagi masyarakat miskin dan rentan. Apalagi, sejumlah komoditas pangan sudah naik jauh sebelum Ramadan.

    MinyaKita misalnya, sejak Juni 2024 harganya nangkring di atas HET Rp15.700/liter. Demikian pula harga bawang putih sejak September 2024 berada di atas harga acuan penjualan di konsumen: Rp38.000—Rp40.000/kg. Per 28 Februari 2025, merujuk Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, harga MinyaKita Rp17.200/liter dan bawang putih Rp44.800/kg. Harga ini potensial naik, setidaknya bertahan, jika akar masalah tidak juga diselesaikan.

    Dari hajatan operasi pasar ini setidaknya bisa dicatat tiga hal. Pertama, implisit pemerintah mengakui terbuka bahwa selama ini pengendalian harga pangan belum bisa dieksekusi dengan baik. Menggunakan kategori tingkat fluktuasi (coefisien variation/CV) rendah (CV 9%), rentang 2019 hingga Juli 2024 ditemukan 11 (cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, tepung terigu, kedelai, gabah kering panen atau GKP di petani dan GKP di penggilingan, beras medium, dan gula) dari 17 komoditas pangan tergolong fluktuasi tinggi, 4 (beras premium, telur ayam ras, daging sapi, dan jagung pipil) masuk fluktuasi sedang, dan hanya 2 (daging ayam ras dan daging kerbau) tergolong fluktuasi rendah.

    Kedua, operasi pasar dengan menjual 6 komoditas pangan di bawah harga acuan dan HET pada dasarnya adalah subsidi. Subsidi pada hakikatnya hanya diberikan kepada yang berhak. Oleh karena itu, di negara-negara kesejahteraan (welfare state) maupun di negara liberal dan propasar, pemberian subsidi sangat ketat, melewati proses seleksi yang amat meletihkan, dan antre dalam kurun waktu tertentu.

    Masalahnya, dengan operasi pasar yang sistemnya terbuka berarti tidak membedakan strata ekonomi atau sasaran. Siapa pun boleh dan bisa mengakses dan membeli 6 komoditas dalam operasi pasar. Bukan saja warga miskin/rentan, tapi juga warga kaya dan pedagang, asal mereka mau.

    Mekanisme seperti ini membuat efektivitas operasi pasar (yang ada kandungan subsidi) jadi rendah. Akibatnya, subsidi sebagai alat pemerataan, membantu daya beli dan akses masyarakat miskin/rentan terhadap pangan, dan sarana menegakkan keadilan tidak tercapai.

    Di tengah keterbatasan fiskal, seharusnya dihindari membuat berbagai kebijakan yang potensial bias dalam sasaran. Sebaliknya, anggaran yang ada sebaiknya difokuskan pada sasaran yang benar-benar membutuhkan. Ini hanya bisa dicapai apabila ada desain kebijakan penyaluran yang tertutup yang didedikasikan untuk membantu warga miskin.

    Ketiga, seberapa pun luasnya titik-titik operasi pasar pada hakikatnya kemampuan jangkauan (tetap) terbatas. Artinya, tidak semua masyarakat memiliki peluang yang sama untuk bisa mengakses titik-titik operasi pasar saat Ramadan. Secara teoritis, hanya masyarakat yang tinggal di sekitar titik-titik operasi pasar itulah yang memiliki akses terbesar untuk membeli 6 komoditas yang dijual.

    Mereka yang jauh dari titik operasi pasar, apalagi yang di daerahnya tidak ada titik operasi pasar, membuat akses menjadi tertutup. Ini bisa menimpa semua warga: yang miskin, rentan, strata ekonomi menengah atau atas. Ditilik dari sisi keadilan, operasi pasar semacam ini telah menciptakan ketidakadilan (baru).

    Apa yang hendak dikatakan dari uraian di atas bahwa tata kelola kebutuhan pokok—yang mengacu Perpres 125/2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah ada 11 jenis—di negeri ini sejatinya masih diserahkan ke mekanisme pasar.

    Dari 11 jenis kebutuhan pokok (beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, minyak goreng, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, cabai, bawang, dan ikan) belum semua dilengkapi dengan instrumen yang kuat. Mengacu pada UU No. 18/2012 tentang Pangan dan UU No. 7/2014 tentang Perdagangan dan aturan-aturan turunannya, dua instrumen penting stabilisasi (pasokan dan harga) pangan adalah regulasi harga dan cadangan.

    Regulasi harga untuk memastikan produsen tetap mendapatkan keuntungan dan konsumen dilindungi akses daya belinya. Sedangkan cadangan untuk memastikan akses fisik semua warga, selain sebagai instrumen intervensi manakala ada kegagalan pasar.

    Masalahnya, dua instrumen itu belum sepenuhnya efektif. Ini PR yang menunggu diurai Presiden Prabowo dan para pembantunya. Agar instabilitas harga tak terus berulang.

  • Harga Cabai Tembus Rp 100 Ribu/Kg, Ini Biang Keroknya

    Harga Cabai Tembus Rp 100 Ribu/Kg, Ini Biang Keroknya

    Jakarta

    Harga cabai rawit merah melambung hingga tembus Rp 100 ribu/kilogram (kg). Hal ini dibenarkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.

    “Kalau harga cabai, kami minta kepada teman-teman agar distribusinya. Ada kemarin Rp 200 ribu/kg, turun menjadi Rp 100 ribu/kg,” kata Amran di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Kamis (6/3/2025).

    Dia mengungkap salah satu penyebab tingginya harga cabai rawit merah karena terganggu alur distribusi akibat curah hujan tinggi.

    “Salah satu penyebab (harga cabai naik) karena memang curah hujan tinggi, distribusinya agak sulit. Tetapi kita berupaya keras supaya tetap terpenuhi. Yang terpenting adalah pada umumnya harga pangan stabil dan stok kita lebih dari cukup,” terangnya.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) juga menemukan harga cabai rawit merah telah tembus Rp 120 ribu/kg. Mahalnya komoditas itu ditemukan di Pasar Johar Baru, Jakarta.

    Dalam pemantauannya, Zulhas mulanya meninjau harga bawang merah, kemudian cabai, hingga bawang putih. Dalam kesempatan tersebut, Zulhas menemukan harga bawang putih dan cabai mahal.

    “100 ribu/kg? Cabai rawit?” tanya Zulhas lagi.

    “Rp 120 ribu/kg,” jawab pedagang lagi.

    “120 ribu/kg. Wah cabai makin naik aja ya. Bawang putih mahal sekali Rp 60 ribu per kg,” tambah Zulhas, Rabu (5/3) kemarin.

    Lihat juga Video: Harga Cabai di Lumajang Jatim Rp 112 Ribu Per Kilogram, Sebelumnya Rp 50 Ribu

    (ada/kil)

  • Pemkab Gorontalo siap gelar pasar murah saat Ramadhan

    Pemkab Gorontalo siap gelar pasar murah saat Ramadhan

    Bupati Gorontalo Sofyan Puhi memberikan keterangan kepada wartawan di Kabupaten Gorontalo. ANTARA/HO-Diskominfo Kabupaten Gorontalo

    Pemkab Gorontalo siap gelar pasar murah saat Ramadhan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 06 Maret 2025 – 07:57 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo, dalam pelaksanaan pasar murah bahan kebutuhan pokok saat bulan Ramadhan.

    “Kami berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi dalam operasi pasar dan pasar murah, agar masyarakat tetap mendapatkan bahan pangan dengan harga terjangkau,” ucap Bupati Gorontalo Sofyan Puhi di Gorontalo, Rabu.

    Ia mengatakan, langkah itu diharapkan dapat menekan lonjakan harga, serta memastikan stok pangan tetap aman bagi masyarakat selama Ramadhan 1446 Hijriah.

    “Kami Forum Komunikasi Pimpinan Daerah akan terus berkoordinasi agar kegiatan ekonomi masyarakat tetap berjalan lancar selama Ramadhan,” ujar Sofyan.

    Bupati menegaskan jika ia bersama Forkopimda telah membahas langkah antisipasi potensi kenaikan harga bahan pangan.

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo siap menggelar pasar murah, yang menjual berbagai bahan pangan untuk masyarakat di enam lokasi selama bulan Ramadhan 1446 Hijriah.

    “Pasar murah dengan harga barang bersubsidi itu dimulai dari Kabupaten Gorontalo pada tanggal 6 Maret 2025,” ucap Wakil Gubernur Gorontalo Idah Syahidah.

    Pelaksanaan pasar murah tersebut, kata dia, akan menghadirkan tujuh komoditas dengan harga yang disubsidi dengan harga Rp95.000. Di antaranya telur Rp1.000 per butir, beras Rp5.000 per kilogram, minyak goreng premium Rp10.000 per liter, gula pasir 1 kilogram Rp10.000, cabai rawit Rp20.000 per kg, ayam ras Rp20.000 per kg, serta bawang merah.

    Sumber : Antara

  • Disperindag Banten telusuri penyebab lonjakan harga cabai rawit

    Disperindag Banten telusuri penyebab lonjakan harga cabai rawit

    Ilustrasi – Pedagang sayur mengambil cabai rawit saat melayani pembeli di Pasar Induk Rau, Serang, Banten. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

    Disperindag Banten telusuri penyebab lonjakan harga cabai rawit
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 06 Maret 2025 – 08:27 WIB

    Elshinta.com – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten tengah menelusuri penyebab harga cabai rawit merah yang melonjak dari Rp80.000 ke Rp120 ribu per kilogram di awal Ramadhan meski permintaan pasar relatif stabil. 

    “Kami masih menelusuri penyebab kenaikan ini, karena kalau kita lihat pasokan dari produsen sebenarnya normal, permintaan atau pembeli juga tidak tinggi,” ujar Kepala Disperindag Banten Babar Suharso di Kota Serang, Rabu.

    Babar mengatakan kenaikan harga tersebut perlu diintervensi, agar pedagang tidak menaikkan harga terlalu tinggi tanpa memperhitungkan permintaan.

    Selain cabai rawit merah, Babar menjelaskan harga daging sapi segar naik dari Rp130 ribu menjadi Rp140 ribu per kilogram.

    Ia juga menerangkan, lonjakan harga ini merupakan pola tahunan menjelang Ramadan dan Lebaran. 

    Kendati demikian, ia menegaskan kenaikan harga yang tidak wajar bisa berdampak pada daya beli masyarakat.

    “Tapi ya kita minta imbau ke para pedagang untuk jangan beri harga terlalu tinggi, kalau harga terlalu tinggi, pembeli jadi mengurangi belanja atau menunda pembelian. Ini yang perlu diperhatikan oleh pedagang,” ujar dia.

    Babar mengatakan untuk menekan kenaikan harga, pihaknya mengaku telah menyiapkan langkah antisipatif dengan menggandeng PT Agrobisnis Banten Mandiri (ABM) sebagai distributor dan BUMD Banten guna memastikan ketersediaan stok pangan dan kebutuhan pokok.

    Selain itu, sejumlah komoditas hortikultura seperti bawang, beras, dan cabai, dikatakan Babar kalau komoditas tersebut sudah mulai memasuki masa panen.

    “Untuk yang hortikultura seperti bawang dan cabai itu sudah masuk masa panen, sementara untuk beras juga stok kita dipastikan aman menjelang panen raya. Ya mudah-mudahan kalau pasokan tetap stabil, harga bisa kembali terkendali,” ujar Babar.

    Sumber : Antara

  • Harga Cabai Rawit di Pasar Induk Kramat Jati Tembus Rp70.000 per Kg

    Harga Cabai Rawit di Pasar Induk Kramat Jati Tembus Rp70.000 per Kg

    Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki hari keenam bulan suci Ramadan, harga cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) terpantau masih mahal jika dibandingkan dengan harga acuan penjualan (HAP).

    Pedagang cabai Guyub Rukun Pedagang Cabai PIKJ Guntur mengatakan harga cabai rawit merah dibanderol di kisaran Rp60.000–Rp70.000 per kilogram per hari ini, Kamis (6/3/2025).

    “Hari ini, 6 Maret 2025, harga cabai rawit merah di PIKJ Rp60.000–Rp70.000 per kilogram dan cabai merah keriting Rp25.000–Rp35.000 per kilogram,” kata Guntur kepada Bisnis, Kamis (6/3/2025).

    Untuk diketahui, HAP nasional untuk cabai rawit merah adalah di kisaran Rp40.000–Rp57.000 per kilogram. Ini artinya, harga cabai rawit merah di PIKJ masih mahal atau di atas HAP.

    Sementara itu, HAP nasional untuk cabai merah keriting adalah Rp37.000–Rp55.000 per kilogram. Dengan kata lain, harga cabai merah keriting di PIKJ terpantau berada di bawah HAP pada hari ini.

    Guntur pun mengakui harga aneka cabai di awal bulan Ramadan 2025 sempat melambung tinggi. Sebab, para petani tidak memetik cabai saat awal puasa, walhasil ketersediaan cabai di pasar sangat berkurang. Begitu pula di PIKJ.

    Dia mengungkap stok aneka cabai di PIKJ relatif sedikit, namun tetap dapat mencukupi permintaan pasar. Meski begitu, harganya masih lumayan tinggi sebab stok yang tidak melimpah.

    Adapun, Guntur memperkirakan harga cabai rawit merah akan mulai melandai dalam dua pekan ke depan. Namun, tetap di rentang Rp70.000–Rp85.000 per kilogram.

    “Harga cabai, khususnya cabai rawit merah, dua pekan ke depan akan melandai karena ada daerah sentra produksi yang mulai panen baru, tapi prediksi saya masih tetap di kisaran Rp70.000–Rp85.000 per kilogram,” ujarnya.

    Di sisi lain, dia menyebut PIKJ tidak terdampak banjir yang terjadi di wilayah DKI Jakarta. Hanya saja, pembeli menjadi berkurang.

    “PIKJ tidak kebanjiran, pasokan stabil biasa. Cuma pengunjung yang berkurang karena sebagian terdampak banjir,” bebernya.

    Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa produksi cabai secara keseluruhan dalam kondisi aman.

    Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Andi Muhammad Idil Fitri menyampaikan Kementan telah berkoordinasi dengan para Champion Cabai untuk memastikan distribusi berjalan lancar.

    “Kami sudah menugaskan Champion Cabai binaan untuk segera mendistribusikan pasokan ke pasar. Dengan langkah ini, pasokan akan kembali normal dan harga cabai melandai,” kata Idil dalam keterangan tertulis.

    Di samping itu, Idil menjelaskan hujan deras juga menjadi faktor yang menyebabkan petani menunda panen, sehingga hal ini sempat memengaruhi ketersediaan cabai di pasar.

    Namun demikian, Idil memastikan kondisi ini hanya sementara, dan saat ini pasokan sudah kembali normal, terutama di beberapa sentra produksi.

    “Di Magelang, harga lelang cabai rawit merah saat ini sudah turun ke Rp56.000 per kg. Begitu juga di Jawa Timur, pasokan kembali stabil dan harga menunjukkan penurunan yang signifikan,” pungkasnya.