Tanaman: Cabai

  • Tarif Listrik Jadi Biang Kerok Inflasi Maret 2025 – Page 3

    Tarif Listrik Jadi Biang Kerok Inflasi Maret 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi mencapai 1,65 persen pada Maret 2025 secara bulanan. Komoditas yang paling besar menyumbang inflasi yakni tarif listrik hingga bahan bakar rumah tangga.

    Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah menerangkan penyumbang inflasi terbesar datang dari kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga. Angka inflasi kelompok ini mencapai 8,45 persen dengan andil inflasi Maret 2026 sebesar 1,18 persen.

    “Kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan inflasi sebesr 8,45 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 1,18 persen,” kata Habibullah dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Selasa (8/4/2025).

    Dia mengatakan, dalam kelompok tersebut, tarif listrik menjadi satu komoditas yang memberikan andil inflasi paling besar. Adapun, pada Maret 2025 biaya listrik yang dibayarkan konsumen telah kembali normal usai diskon 50 persen untuk periode Januari-Februari 2025.

    Habibullah mencatat, selesaikan diskon tarif listrik itu menjadi faktor tingkat inflasi pada Maret 2025.

    “Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah tarif listrik yang memberikan andil inflasi sebesar 1,18 persen,” ungkapnya.

    Kelompok lainnya yang mencatatkan inflasi cukup besar asalah Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan inflasi 1,24 persen dan andil inflasi Maret 2025 sebesar 0,37 persen.

    “Komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi adalah bawang merah dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen, cabai rawit dengan andil inflasi 0,06 persen, emas perhiasan dengan andil inflasi 0,05 persen, dan daging ayam ras dengan andil inflasi 0,03 persen,” urainya.

     

  • Ekonomi Indonesia Inflasi 1,65 Persen pada Maret 2025 – Page 3

    Ekonomi Indonesia Inflasi 1,65 Persen pada Maret 2025 – Page 3

    Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48% secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,99 pada januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

    “Secara YoY, juga terjadi deflasi 0,09% dan secara tahun kalender mengalami deflasi sebesar 1,24%,” kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

    Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi 0,52%.

    “Karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi 0,67%,” ujarnya.

    Adapun komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi, karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak, seperti daging ayam ras yang harganya turun, sehingga memberikan andil deflasi 0,06%.

    “Bawang merah, dan cabai merah juga mengalami penurunan ahrga sepanjang bulan Februari, sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%,” ujarnya.

    Selain itu, terdapat komoditas-komoditas lain yang memberikan andil inflasi pada Februari 2025, antara lain kenaikan tarif air minum PAM memberikan andil inflasi sebesar 0,13%. Kemudian, masih naiknya emas dan perhiasan dan ada penyesuaian harga bensin. Hal itu berturut-turut memberikan andil inflasi sebesar 0,08% untuk emas perhiasan, dan 0,03% andil dari bensin.

     

  • Bapanas catat harga beli gabah petani capai Rp6.566 /kg

    Bapanas catat harga beli gabah petani capai Rp6.566 /kg

    Perum Bulog membeli gabah petani di Desa Sumber, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (21/3/2025). ANTARA/Harianto

    Bapanas catat harga beli gabah petani capai Rp6.566 /kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 07 April 2025 – 12:00 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat pembelian gabah kering panen (GKP) di tingkat petani secara nasional rata-rata mencapai Rp6.566 per kilogram (kg) atau lebih tinggi sedikit dari ketentuan harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan sebesar RpRp6.500 per kg.

    Berdasarkan data Panel Harga Bapanas, yang dilansir di Jakarta, Senin pukul 10.30 WIB, untuk harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan mencapai Rp7.696 per kg atau masih di bawah HPP yang telah ditetapkan yakni Rp8.000 per kg.

    Selanjutnya, Bapanas mencatat harga beras medium penggilingan mencapai Rp12.607 per kg dari HPP yang ditetapkan Rp12.000 per kg. Lalu, harga beras premium penggilingan mencapai Rp13.923 per kg. Namun, tidak dicantumkan HPP komoditas beras premium pada Panel Harga Bapanas tersebut.

    Kemudian, harga jagung pipilan kering di tingkat produsen mencapai Rp4.792 per kg, masih di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) atau harga acuan pembelian (HAP) yang telah ditetapkan yakni Rp5.500 per kg.

    Komoditas kedelai biji kering lokal di tingkat produsen di harga RpRp8.642 per kg, masih di bawah HPP yang telah ditetapkan yakni Rp10.775 per kg. Harga komoditas bawang merah di tingkat produsen mencapai Rp26.130 per kg dari HPP/HAP yang telah ditetapkan sebesar Rp25.000-Rp30.000 per kg.

    Selain itu, harga cabai merah keriting di tingkat produsen mencapai Rp32.621 per kg dari HAP Rp22.000-Rp29.600 per kg. Cabai merah besar di tingkat produsen di harga Rp32.308 per kg. Namun, tidak dicantumkan HAP komoditas tersebut pada Panel Harga Bapanas. Lalu, cabai rawit merah Rp56.255 per kg dari HAP Rp25.000-31.500 per kg.

    Bapanas juga mencatat harga sapi hidup di tingkat peternak mencapai Rp53.801 per kg dari HAP yang telah ditetapkan yakni Rp56.000-Rp58.000 per kg. Lalu, harga ayam ras pedaging hidup Rp22.148 per kg dari HAP yang ditetapkan Rp25.000 per kg. Sementara itu, harga telur ayam ras di tingkat produsen tercatat Rp24.577 per kg dari HPP yang ditetapkan Rp26.500 per kg.

    Selain itu, harga gula konsumsi di tingkat petani/pabrik gula mencapai Rp15.581 per kg dari HPP yang telah ditetapkan sebesar Rp14.500 per kg.

    Sumber : Antara

  • Tegas! Singapura Bakal Larang Iklan Mi Instan-Bumbu Dapur yang Tak Sehat

    Tegas! Singapura Bakal Larang Iklan Mi Instan-Bumbu Dapur yang Tak Sehat

    Jakarta

    Singapura melanjutkan strategi suksesnya untuk menekan peningkatan kasus penyakit tidak menular. Berkaca dari keberhasilan NutriGrade pada minuman dan gerai-gerai pangan siap saji, konsumsi gula harian berkurang dari 60 gram pada 2018 menjadi 56 gram pada 2022. Jumlahnya bisa jadi menurun jauh lebih signifikan pada satu tahun belakangan.

    Hal ini jelas berdampak pada penanganan kasus diabetes. Walhasil, cara yang sama akan diterapkan pada pembatasan konsumsi garam, hingga lemak jenuh. Kandungan yang memicu kolesterol hingga tekanan darah tinggi, bila dikonsumsi melampaui ambang batas harian. Kondisi-kondisi tersebut juga menjadi pengaruh besar seseorang terkena serangan jantung.

    Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung menyebut tren kasus serangan jantung relatif tinggi di Negeri Singa.

    Pada 2022, 36 warga Singapura didiagnosis infark miokard akut atau serangan jantung setiap hari.

    “Itu lebih dari satu orang setiap jam. Sepuluh tahun sebelumnya, jumlahnya 25 per hari,” kata Ong, dikutip dari Channel News Asia.

    Sebagai gambaran, berikut model atau kemungkinan penetapan NutriGrade untuk makanan tinggi garam dan lemak. Dari bumbu dapur hingga mi instan, seluruhnya dibagi berdasarkan abjad level A, B, C, dan D:

    Kecap asin:

    Level A: sodium lebih dari 1.200 mg/100g, gula lebih dari 21 g/100g
    Level B: sodium 1.200 sampai 1.600 mg/100g, gula lebih dari 21 g/100g
    Level C: sodium 1.600 sampai 2.100 mg/100g, gula 21 sampai 36 g/110g
    Level D: sodium lebih dari 2.100 mg/100g, gula 36 g/100g

    Saus cabai dan lain-lain:

    Level A: sodium lebih dari 1.200 mg/100g, gula lebih dari 21 g/100g
    Level B: sodium 1.200 sampai 1600 mg/100g, gula lebih dari 21 g/100g
    Level C: 1.600 sampai 2.100 mg/100g, gula 21 sampai 36 g/110g
    Level D: sodium lebih dari 2.100 mg/100g, gula 36 g/100g

    Mi instan:

    Level A: sodium lebih dari 1.400 mg/100g, saturated fat (lemak jenuh) lebih dari 8 g/100 g
    Level B: sodium 1.400 sampai 1.800 mg/100g, saturated fat lebih dari 8 g/100g
    Level C: sodium 1.800 ke 2.500 mg/100 g, saturated fat 8 ke 9 g/100gr
    Level D: sodium lebih dari 2.500 mg/100g, saturated fat lebih dari 9 gr.

    Iklan Bakal Dilarang

    Pemerintah Singapura tak main-main melarang iklan pangan siap saji yang termasuk level D. Karenanya, para industri diberikan waktu untuk melakukan reformulasi produknya agar bisa masuk kategori lebih sehat di level A atau B. Mengingat saat ini, 82 persen mi instan yang dijual di Singapura masuk pada makanan level C dan D.

    “Iklan untuk produk berlabel D akan dilarang,” kata Kementerian Kesehatan atau Ministry of Health (MOH) Singapura, dikutip dari CNA.

    (naf/kna)

  • 5 Oleh-oleh Khas Yogyakarta yang Wajib Dibawa Pulang Saat Libur Lebaran

    5 Oleh-oleh Khas Yogyakarta yang Wajib Dibawa Pulang Saat Libur Lebaran

    Yogyakarta, Beritasatu.com – Ada lima oleh-oleh khas Yogyakarta yang wajib dibawa pulang saat libur Lebaran, salah satunya bakpia Pathok.

    Libur Lebaran menjadi momen spesial untuk berwisata bersama keluarga, dan Yogyakarta kerap menjadi destinasi favorit para pelancong. Selain dikenal dengan budaya dan keindahan alamnya, kota ini juga kaya akan ragam oleh-oleh khas Yogyakarta yang menggoda.

    Rasanya kurang lengkap jika pulang tanpa membawa buah tangan dari Kota Gudeg ini.
    Berikut lima rekomendasi oleh-oleh khas Yogyakarta yang wajib Anda bawa pulang seusai menikmati libur Lebaran:

    1. Bakpia Pathok
    Makanan legendaris ini seolah menjadi ikon oleh-oleh dari Yogyakarta. Bakpia berbentuk bulat pipih ini memiliki isi yang bervariasi, mulai dari kacang hijau, keju, cokelat, hingga matcha. Salah satu yang paling terkenal adalah bakpia Pathok 25, tetapi kini banyak merek lain dengan kualitas dan rasa yang tak kalah enak.

    2. Gudeg Kaleng
    Jika ingin membawa pulang cita rasa autentik Yogyakarta, gudeg kaleng bisa jadi pilihan. Praktis dan tahan lama, gudeg ini cocok dibawa bepergian jauh. Biasanya dikemas lengkap dengan krecek dan sambal goreng, sehingga siap santap kapan saja.

    3. Geplak
    Geplak adalah camilan tradisional yang terbuat dari kelapa parut dan gula. Warna-warni cerahnya menarik perhatian, rasanya manis dan legit. Geplak bisa ditemukan di berbagai pusat oleh-oleh, terutama di kawasan Bantul.

    4. Cokelat Monggo
    Ingin oleh-oleh yang lebih modern tetapi tetap khas Yogyakarta, cokelat monggo adalah jawabannya. Terbuat dari biji kakao pilihan Indonesia, cokelat ini hadir dalam berbagai varian seperti dark chocolate, durian, hingga cabai. Dikemas dengan desain klasik ala Eropa, cocok sebagai buah tangan yang elegan.

    5. Kain Batik dan Kerajinan Tangan
    Selain makanan, batik Yogyakarta juga menjadi oleh-oleh yang tak lekang oleh waktu. Anda bisa memilih kain batik tulis, batik cap, atau produk turunan seperti baju daster, kaos, tas, dompet, hingga sandal. Sentra batik di kawasan Pasar Beringharjo, Malioboro, dan Kampung Batik Giriloyo bisa menjadi tujuan belanja menarik.

    Liburan ke kota budaya tak hanya menyenangkan, tetapi juga penuh kenangan karena bisa membawa pulang oleh-oleh khas Yogyakarta. Jadi, pastikan untuk menyisihkan waktu sejenak sebelum kembali ke kota asal untuk berbelanja buah tangan khas Jogja.

  • Libur Lebaran, Harga Cabai dan Bawang Berangsur Turun

    Libur Lebaran, Harga Cabai dan Bawang Berangsur Turun

    JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan harga cabai dan bawang berangsur stabil selama libur Lebaran 2025. Di wilayah sentra pasokan ke Jakarta, Cianjur, harga cabai mengalami penurunan drastis.

    Salah satu petani champion cabai asal Cianjur, Suhendar menyebut harga cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati turun menjadi Rp 30.000 per kilogram (kg), sedangkan cabai merah keriting hanya Rp 15.000 per kg.

    Padahal saat Ramadan hingga jelang Lebaran, harga cabai sempat menyentuh angka Rp 100.000 lebih per kilogramnya.

    “Pasar Induk Kramat Jati sepi pembeli, sehingga harga cabai anjlok,” ujar Hendar dalam keterangannya, Minggu, 6 April.

    Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan, Andi Muhammad Idil Fitri menjelaskan bahwa fluktuasi harga cabai ini lebih disebabkan oleh fenomena tahunan sebelum dan sesudah Lebaran.

    Selama libur panjang, aktivitas di lapak dan pasar sayur menurun karena banyak pedagang dan petani yang masih libur panen. Berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 4 April 2025, harga cabai rawit merah di tingkat produsen Rp 56.500 per kg, cabai merah keriting Rp 36.143 per kg, dan cabai merah besar Rp 50.000 per kg.

    “Penurunan aktivitas di lapak sayuran menyebabkan pasokan berkurang sementara. Namun, ini hanya bersifat sementara, dan pasokan akan segera normal setelah libur Lebaran usai,” ujar Idil.

    “Jika ada kenaikan harga, itu hanya bersifat sementara.  Insyaallah H+7 Lebaran atau setelah libur bersama berakhir, pasokan dan harga cabai akan kembali normal,” kata Idil.

    Kemudian, untuk harga bawang merah di pasar yang sama, kualitas super dipasarkan Rp 40.000-Rp 45.000 per kg sedangkan kualitas medium dijual Rp 35.000-Rp 38.000 per kg.

    Tadinya, bawang merah pada momen yang di pasaran juga mencapai Rp 100.000 per kg. Bawang yang masuk Jakarta dipasok dari Brebes, Indramayu, Kendal, dan Solok, Sumatera Barat.

    Idil memastikan pada April ini, produksi bawang merah siap konsumsi akan mencapai lebih dari 100.000 ton. “Pasokan April pascalebaran secara umum aman. Banyak panenan dari Indramayu, Pantura, Solok, dan Bandung Raya yang siap mengamankan pasokan nasional,” kata dia.

  • H+6 Lebaran, Harga Bahan Pokok di Pasar Kosambi Mulai Alami Penurunan

    H+6 Lebaran, Harga Bahan Pokok di Pasar Kosambi Mulai Alami Penurunan

    JABAR EKSPRES – Sepekan setelah Hari Raya Idulfitri, beberapa komoditi pangan di Kota Bandung mulai alami penurunan harga. Di Pasar Kosambi, cabai rawit merah dari yang sebelumnya Rp150.000 per kilogram, kini turun menjadi Rp130.000 per kg.

    “Sekarang mulai turun, sudah dua hari ini. Cabai rawit merah yang sebelumnya sempat Rp150.000 per kilo, sekarang sudah jadi Rp130.000,” ujar salah satu pedagang, Eddy di Pasar Kosambi, Jl. A Yani, Kota Bandung, Minggu (6/4/2025).

    Eddy menyebutkan, penurunan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis cabai saja. Cabai keriting merah dan cabai tanjung yang sebelumnya berkisar diharga Rp100.000 per kilo, kini menjadi Rp70.000 perkilo. Begitu pula dengan cabai rawit hijau yang kini turun menjadi Rp100.000 dari harga sebelumnya Rp120.000.

    Selain cabai, sejumlah sayuran penting lainnya juga menunjukkan tren serupa. Eddy menyebutkan kentang kini dijual Rp20.000 per kilogram dari sebelumnya Rp22.000.

    BACA JUGA:Pasca Lebaran, Harga Cabai Rawit Merah Sentuh Rp 140 ribu

    Selain itu, bahan pangan lain yakni wortel juga turun dari Rp24.000 menjadi Rp20.000, sementara tomat dan timun masing-masing turun dari Rp15.000 ke Rp12.000 per kilogram.

    Eddy berharap turunnya harga tersebut dapat membawa angin segar bagi para konsumen yang sempat mengeluhkan lonjakan harga selama bulan Ramadan hingga Lebaran.

    “Kalau wortel, timun, tomat, kentang, semua mulai turun juga. Memang nggak drastis banget, tapi beda seribu dua ribu itu lumayan buat pembeli,” ungkap Eddy.

    Disinggung terkait hal ini, Plt Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Ronny Ahmad Nurudin, membenarkan bahwa bahan pokok masyarakat sempat alami kenaikan di pasar Kota Bandung.

    Dirinya menyebut, kenaikan diakibatkan oleh kurangnya pasokan yang tak sebanding dengan permintaan pasar. Sehingga, terjadi fluktuasi harga di beberapa komoditas bahan pokok.

    BACA JUGA:H-1 Lebaran, Harga Daging Sapi dan Ayam di Kota Bandung Mulai Melonjak!

    “Memang sempat naik, karena kurang pasokan berkenaan dengan libur lebaran. Jadi ada keterlambatan pengiriman. Cuman kalau berbicara stok, Kota Bandung terbilang aman,” katanya.

  • Tahu Gimbal, Kuliner Khas Semarang Unik yang Menggugah Selera

    Tahu Gimbal, Kuliner Khas Semarang Unik yang Menggugah Selera

    Kemudian, gimbal udang yang telah digoreng hingga renyah ditata dengan indah di atas hidangan, sebelum akhirnya semuanya disiram dengan bumbu kacang yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan petis serta cabai sesuai selera.

    Beberapa penjual juga menambahkan taburan bawang goreng dan kerupuk sebagai pelengkap yang semakin menambah kelezatan tahu gimbal. Sebagai makanan khas Semarang, tahu gimbal sangat mudah ditemukan di berbagai sudut kota, mulai dari warung kaki lima hingga restoran yang menyajikan makanan tradisional.

    Hidangan ini tidak hanya disukai oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh wisatawan yang berkunjung ke Semarang dan ingin mencicipi kuliner khas daerah tersebut. Banyak pedagang yang menjajakan tahu gimbal di kawasan Simpang Lima, Taman KB, hingga daerah sekitar Kota Lama Semarang, tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh para pelancong maupun warga setempat.

    Setiap penjual biasanya memiliki ciri khas tersendiri dalam racikan bumbu dan cara penyajian, sehingga meskipun komponen dasarnya sama, setiap porsi tahu gimbal bisa memiliki cita rasa yang sedikit berbeda. Meskipun tahu gimbal terkenal sebagai makanan khas Semarang, hidangan ini juga mulai dikenal di berbagai daerah lain di Indonesia.

    Beberapa rumah makan yang menyajikan makanan Jawa bahkan memasukkan tahu gimbal ke dalam daftar menu mereka, karena banyak orang yang mulai mengenali dan menyukai rasa unik dari hidangan ini. Tidak sedikit pula orang yang mencoba membuat tahu gimbal sendiri di rumah dengan mencari resep yang tersedia secara luas di internet atau dari berbagai sumber kuliner tradisional.

    Meski demikian, menikmati tahu gimbal langsung di Semarang tetap menjadi pengalaman kuliner yang lebih autentik, karena selain bahan-bahan yang lebih segar, suasana khas kota Semarang juga menambah kenikmatan tersendiri saat menyantap hidangan ini.

    Sebagai hidangan yang memiliki keseimbangan antara rasa gurih, manis, pedas, dan segar, tahu gimbal menjadi salah satu makanan yang sangat layak untuk dicoba bagi pecinta kuliner khas Nusantara.

    Dari perpaduan tahu goreng yang lembut, lontong yang kenyal, kol yang segar, telur yang gurih, hingga gimbal udang yang renyah, semuanya bersatu dalam balutan bumbu kacang petis yang khas.

    Oleh karena itu, jika Anda berkunjung ke Semarang, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi tahu gimbal, salah satu kuliner khas yang mencerminkan kekayaan rasa dan budaya kuliner Indonesia.

     

    Penulis: Belvana Fasya Saad

     

  • 823 Pemudik Balik Gratis Berangkat dari Terminal Giwangan

    823 Pemudik Balik Gratis Berangkat dari Terminal Giwangan

    Yogyakarta , Beritasatu.com – Sebanyak 823 peserta program mudik balik gratis diberangkatkan dari Terminal Giwangan, Yogyakarta, menuju berbagai terminal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). 

    Program ini menjadi solusi nyata bagi masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, untuk kembali ke kota perantauan seusai merayakan Lebaran di kampung halaman.

    Mery Nurcahyani, salah satu peserta program mengaku sangat terbantu. Bersama keluarganya, ia bisa menghemat biaya perjalanan pulang-pergi dari Jakarta ke Wonosari, Gunungkidul, yang biasanya menghabiskan sekitar Rp 500.000 per orang.

    “Saya sangat senang karena program ini sangat membantu. Apalagi bisa dapat tiket pulang-pergi. Harapannya ke depan program mudik gratis ini terus ada, kuotanya ditambah, dan proses pendaftarannya lebih mudah,” ujar Mery saat ditemui di Terminal Giwangan, Sabtu (5/4/2025).

    Pelepasan peserta program mudik balik gratis ini dilakukan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi. Pemerintah berharap program dari Kementerian Perhubungan ini dapat meringankan beban masyarakat sekaligus menjamin perjalanan yang aman dan nyaman.

    “Hari ini kita melepas para pemudik yang akan kembali ke kota asalnya. Dari Terminal Giwangan, total ada sekitar 20 bus yang diberangkatkan,” ujar Menhub Dudy.

    Para peserta diberangkatkan menuju sejumlah terminal di wilayah Jabodetabek, seperti Pondok Cabe, Kampung Rambutan, Jatijajar, Kalideres, dan Pulo Gebang. Mereka berasal dari berbagai daerah di DIY dan Jawa Tengah, antara lain Gunungkidul, Purworejo, Magelang, dan Klaten.

    Secara nasional, program mudik balik gratis pada tahun ini menyiapkan kuota untuk 21.536 peserta, mencakup 31 kota tujuan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Sumatera. Untuk arus balik pada Sabtu ini, keberangkatan dilakukan serentak di sembilan kota, termasuk Yogyakarta, Surabaya, Solo, Semarang, Cirebon, dan Palembang.

    “Antusiasme masyarakat sangat tinggi, sudah mencapai lebih dari 95 persen. Namun untuk data akhir arus balik masih kami tunggu,” tambah Dudy.

    Ia menegaskan, program mudik gratis ini juga bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor, yang memiliki tingkat risiko kecelakaan lebih tinggi.

    “Ke depan, kami berharap layanan mudik gratis dapat terus ditingkatkan agar semakin banyak masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum,” jelasnya.

    Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi semua pihak dalam menyukseskan program ini. Ia menilai mudik gratis tak hanya meringankan beban ekonomi masyarakat, tetapi juga memberikan jaminan keselamatan selama perjalanan.

    “Dari hasil diskusi dengan para peserta, sebagian besar mereka adalah pekerja menengah ke bawah. Dengan adanya mudik balik gratis yang diberangkatkan dari Terminal Giwangan ini, perjalanan mereka jadi lebih tertib dan terukur, sehingga keselamatan pun lebih terjamin,” pungkas Hasto.

  • Harga Bahan Pokok di Boyolali Terjaga Stabil selama Lebaran

    Harga Bahan Pokok di Boyolali Terjaga Stabil selama Lebaran

    BOYOLALI – Harga bahan pokok di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terjaga stabil selama momentum Lebaran 2025 karena lancarnya pasokan. 

    Salah satu pedagang bahan pokok Partini mengatakan hampir seluruh jenis bahan pokok tidak mengalami kenaikan. 

    “Cuma telur ayam saja yang naik harga, dari Rp27.000/kg sebelum Lebaran sekarang menjadi Rp30.000/kg,” katanya di Boyolali, Jateng, Antara, Sabtu, 5 April. 

    Kenaikan terjadi secara bertahap. Meski demikian, kondisi tersebut tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk tetap membeli telur. 

    “Soalnya kan buat bikin opor, jadi kebutuhan telur ayam tetap tinggi,” katanya. 

    Meski demikian, sebagai pedagang sekaligus pengguna mengingat ia memiliki usaha katering, ia berharap agar harga telur ayam kembali turun. 

    “Kebetulan kalau setelah Lebaran begini pesanan untuk halal bihalal banyak. Kebanyakan ya menu daging ayam dan telur,” katanya. 

    Untuk daging ayam, dikatakannya, stabil di harga Rp37.000/kg. Beberapa komoditas pokok lain yang harganya juga relatif stabil, di antaranya beras premium Rp15.000/kg dan gula pasir Rp18.000/kg.

    Sedangkan beberapa komoditas yang stabil tinggi di antaranya cabai rawit merah Rp90.000/kg, cabai merah besar Rp70.000/kg, dan cabai keriting Rp70.000/kg.

    Selanjutnya, harga bawang merah Rp50.000/kg dan bawang putih Rp47.000/kg.

    Salah satu konsumen Purwani mengatakan senang karena harga tidak banyak mengalami kenaikan.

    “Saya juga cabai nggak beli, cukup panen dari kebun depan rumah. Jadi ya lumayan irit,” katanya.