Tanaman: Cabai

  • GRIB Jatim Komitmen Perangi Mafia, Fokus Pemberdayaan Anggota

    GRIB Jatim Komitmen Perangi Mafia, Fokus Pemberdayaan Anggota

    Surabaya (beritajatim.com) – Gerakan masyarakat Indonesia Bersatu (Grib) Jawa Timur (Jatim) berkomitmen untuk menjadi organisasi yang terus melakukan perlawanan terhadap berbagai bentuk mafia.

    Agar komitmen itu bisa terjadi, Grib Jatim memastikan anggotanya sudah sejahtera dengan cara pemberdayaan hasil karya antar anggota di berbagai daerah.

    Pembina GRIB Jaya Jatim drg David Andreas mengatakan, dengan pemberdayaan ekonomi anggota diharapkan nantinya anggota grib bisa berdikari dan mandiri. Tidak berharap dengan pekerjaan dari yang lain.

    “Dengan pemberdayaan ekonomi anggota yang kuat kami berharap para anggota Gak berharap belas kasihan orang, berharap kerjaan dari orang. Kita bisa sendiri sehingga kita bisa merdeka menentukan pandangan organisasi untuk melawan para mafia,” kata David saat acara Halal Bihalal DPC Grib Jatim.

    David menjelaskan, saat ini pengurus Grib Jatim sedang mengupayakan untuk ada usaha mandiri di tiap kepengurusan Grib Kabupaten/Kota. Pengurus Grib Kabupaten/Kota diharapkan bisa menggali potensi-potensi daerahnya.

    “Paling tidak, ada hasil apa di sana, terutama di pertanian kita saling tukar, misalnya cabe ada di mana. Kota Surabaya ini kan juga tidak ada hasil bumi tapi di Surabaya ada hubungan khusus dengan di Timor Leste di NTT akhirnya kita bisa berdagang pala cengkeh, bahkan bisa ekspor sudah. Itu ada penghasilan tambahan untuk anggota,” tutur David.

    Dengan strategi pemberdayaan ekonomi anggota seperti itu, David memastikan Grib Jaya Jatim akan diisi oleh pengusaha-pengusaha yang bisa memberikan dampak positif ke masyarakat luas dan bebas dari Debt Collector (DC) serta Preman.

    “Saya tegaskan Grib Jaya di Jatim, no preman, saya enggak mau. di sini pengusaha semua,  selama ini menolong” orang banyak yg gratis. Darimana uangnya, tentu dari kita sendiri,” tegas David.

    Sementara itu, Ketua Umum DPD GRIB Jaya Achmad Miftahul Ulum mengatakan, dalam waktu dekat DPD Grib Jatim akan melakukan pelantikan dan deklarasi serentak di berbagai DPC Kabupaten/Kota.

    “Rencananya, kalau tidak ada kejadian luar biasa, kita akan deklarasi serentak. Saat ini, sudah ada 25 DPC di seluruh Jatim,” sebut Ulum.

    Dari seluruh kota/kabupaten di Jawa Timur, kepengurusan Grib Jaya belum memasuki 13 kota/kabupaten. Hal ini terjadi karena ormas ini sangat selektif untuk memilih setiap calon ketua DPC.

    “Kami tidak sembarangan memilih. Kami prioritaskan yang punya duit, dan tidak sedikit. Karena untuk mengurus GRIB Jaya itu butuh dana besar. Kalau Cuma 100-200 juta saja tidak cukup. Karena itu, kami benar-benar memilih orang yang tepat untuk posisi ini,” ujar Ulum.

    Ulum pun berharap, sebelum deklarasi dilakukan, ada beberapa daerah yang belum memiliki kepengurusan setingkat DPC segera terbentuk. Sehingga GRIB Jaya Jatim akan terus maju dan berkembang. (ang/ted)

  • Telur ayam ras Rp28.692/kg, cabai rawit Rp84.751/kg

    Telur ayam ras Rp28.692/kg, cabai rawit Rp84.751/kg

    Ilustrasi – Pedagang menyortir telur ayam ras untuk pembeli di Pasar baru, Indramayu, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

    Bapanas: Telur ayam ras Rp28.692/kg, cabai rawit Rp84.751/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 13 April 2025 – 09:23 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga telur ayam ras di tingkat konsumen mencapai Rp28.692 per kilogram (kg) dibandingkan hari sebelumnya Rp29.100 per kg, sedangkan cabai rawit merah naik menjadi Rp84.751 per kg dari sebelumnya Rp80.170 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Minggu pukul 08.30 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp15.303 per kg naik tipis dari sebelumnya di harga Rp15.551 per kg. Sedangkan harga beras medium di harga Rp13.426 per kg turun tipis dari hari sebelumnya Rp13.690 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog di harga Rp12.519 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp12.612 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak di harga Rp5.694 per kg turun dari hari sebelumnya tercatat Rp6.091 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.704 per kg naik tipis dari sebelumnya tercatat Rp10.667 kg. Berikutnya komoditas bawang merah di harga Rp43.346 per kg turun dari sebelumnya Rp45.266 per kg, bawang putih bonggol di harga Rp43.609 per kg turun dari hari sebelumnya tercatat Rp44.936 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp55.575 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp56.972 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp48.251 per kg turun dari hari sebelumnya tercatat Rp51.913 per kg. Bapanas juga mencatat komoditas daging sapi murni di harga Rp136.433 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp136.472 per kg. Kemudian daging ayam ras Rp35.476 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp35.917 per kg.

    Lalu komoditas gula konsumsi di harga Rp18.370 per kg turun tipis dari sebelumnya tercatat Rp18.537 per kg. Kemudian, harga minyak goreng kemasan di harga Rp20.086 per liter turun dari hari sebelumnya tercatat Rp20.637 per liter; minyak goreng curah di harga Rp17.485 per liter turun dari sebelumnya tercatat Rp17.958 per liter; Minyakita di harga Rp17.368 per liter turun dari sebelumnya di level Rp17.638 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah di harga Rp9.580 per kg atau turun dari sebelumnya tercatat Rp9.807 per kg; lalu tepung terigu kemasan di harga Rp12.585 per kg atau turun dari sebelumnya tercatat Rp12.940 per kg.

    Berikutnya, komoditas ikan kembung di harga Rp41.502 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp41.764 per kg; ikan tongkol di harga Rp34.622 per kg turun dari sebelumnya Rp34.656 per kg; lalu ikan bandeng di harga Rp33.470 per kg turun dari sebelumnya Rp34.731 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.504 per kg turun dari hari harga sebelumnya tercatat Rp11.715 per kg. Sementara itu, daging kerbau beku impor di harga Rp106.533 per kg turun dari sebelumnya Rp107.000 per kg; lalu daging kerbau segar lokal di harga Rp120.000 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp140.972 per kg.

    Sumber : Antara

  • Harga Pangan Hari Ini 13 April: Cabai Rawit Merah Naik Gila-gilaan

    Harga Pangan Hari Ini 13 April: Cabai Rawit Merah Naik Gila-gilaan

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, hingga minyak goreng Minyakita secara nasional masih merangkak naik pada akhir pekan ini. Namun, harga pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti daging sapi, daging ayam ras, serta telur ayam mulai melandai.

    Melansir Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (13/4/2025) pukul 09.00 WIB, harga rata-rata cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp82.292 per kilogram di tingkat konsumen.

    Padahal, semestinya harga acuan penjualan (HAP) nasional cabai rawit merah adalah di kisaran Rp40.000–Rp57.000 per kilogram di tingkat konsumen.

    Adapun, harga cabai rawit merah termahal mencapai Rp141.667 per kilogram di Papua Tengah, sedangkan harga termurah dibanderol Rp52.500 per kilogram di Sulawesi Barat.

    Sementara itu, harga rata-rata cabai merah keriting juga terpantau sedikit melampaui harga acuan penjualan (HAP) Rp37.000–Rp55.000 per kilogram. Rata-rata harganya adalah Rp56.574 per kilogram. Untuk harga rata-rata cabai merah besar di tingkat konsumen dibanderol Rp48.736 per kilogram.

    Kenaikan harga pangan juga terjadi bawang merah dengan harga rata-ratanya dibanderol Rp43.536 per kilogram. Untuk diketahui, HAP nasional bawang merah di tingkat konsumen adalah Rp36.000–Rp41.500 per kilogram.

    Di sisi lain, harga rata-rata bawang putih bonggol secara nasional adalah Rp43.868 per kilogram. Harganya juga melampaui HAP nasional yang semestinya di rentang Rp38.000–Rp40.000 per kilogram.

    Jika menengok pangan lainnya, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen secara nasional mencapai Rp15.435 per kilogram, sedangkan harga eceran tertinggi (HET) adalah Rpp14.900 per kilogram.

    Di sisi lain, harga rata-rata beras medium juga naik secara nasional menjadi Rp13.569 per kilogram, sedangkan HET nasional adalah Rp12.500 per kilogram. Untuk harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog di tingkat konsumen dibanderol Rp12.585 per kilogram.

    Harga rata-rata minyak goreng kemasan sederhana merek Minyakita masih melampaui HET Rp15.700 per liter. Terpantau, harga rata-rata Minyakita dibanderol Rp17.446 per liter di tingkat konsumen secara nasional. Harga Minyakita termahal tembus Rp19.000 per liter di Maluku dan terendah Rp15.500 per liter di Papua Barat Daya.

    Di sisi lain, harga rata-rata untuk minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing dibanderol Rp20.304 per liter dan Rp17.612 per liter di tingkat konsumen.

    Kemudian, harga rata-rata gula konsumsi adalah Rp18.418 per kilogram dan garam konsumsi seharga Rp11.492 per kilogram. Lalu, harga rata-rata tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing dibanderol Rp12.632 per kilogram dan Rp9.586 per kilogram.

    Untuk harga pangan yang bersumber protein hewani seperti daging sapi murni di tingkat konsumen mulai melandai. Harga rata-rata daging sapi murni dibanderol Rp137.035 per kilogram. Harganya berada di bawah HAP nasional di level Rp140.000 per kilogram.

    Kendati demikian, daging sapi murni termahal mencapai ke harga Rp170.000 per kilogram di Kalimantan Selatan, sedangkan harga daging sapi murni terendah dipatok Rp96.000 per kilogram di Maluku.

    Lebih lanjut, harga daging ayam ras secara rata-rata nasional dibanderol Rp35.634 per kilogram, atau berada di HAP nasional Rp40.000. Sementara itu, harga rata-rata telur ayam ras sedikit di bawah HAP nasional Rp30.000 per kilogram, atau dibanderol Rp29.006 per kilogram secara nasional.

    Untuk ikan, harga rata-rata ikan kembung mencapai Rp41.970 per kilogram, ikan tongkol Rp34.252 per kilogram, sedangkan ikan bandeng seharga Rp33.002 per kilogram.

    Selanjutnya, harga rata-rata daging kerbau segar lokal secara nasional adalah Rp137.500 per kilogram, sedangkan harga daging impor kerbau beku Rp06.433 per kilogram.

     Terakhir, harga rata-rata jagung pakan tingkat peternak adalah Rp5.850 per kilogram dan harga rata-rata kedelai biji kering impor secara nasional adalah Rp10.659 per kilogram.

  • Bapanas: Telur ayam ras Rp28.692/kg, cabai rawit Rp84.751/kg

    Bapanas: Telur ayam ras Rp28.692/kg, cabai rawit Rp84.751/kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga telur ayam ras di tingkat konsumen mencapai Rp28.692 per kilogram (kg) dibandingkan hari sebelumnya Rp29.100 per kg, sedangkan cabai rawit merah naik menjadi Rp84.751 per kg dari sebelumnya Rp80.170 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Minggu pukul 08.30 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium di harga Rp15.303 per kg naik tipis dari sebelumnya di harga Rp15.551 per kg.

    Sedangkan harga beras medium di harga Rp13.426 per kg turun tipis dari hari sebelumnya Rp13.690 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog di harga Rp12.519 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp12.612 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak di harga Rp5.694 per kg turun dari hari sebelumnya tercatat Rp6.091 per kg; kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.704 per kg naik tipis dari sebelumnya tercatat Rp10.667 kg.

    Berikutnya komoditas bawang merah di harga Rp43.346 per kg turun dari sebelumnya Rp45.266 per kg, bawang putih bonggol di harga Rp43.609 per kg turun dari hari sebelumnya tercatat Rp44.936 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp55.575 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp56.972 per kg; lalu cabai merah besar di harga Rp48.251 per kg turun dari hari sebelumnya tercatat Rp51.913 per kg.

    Bapanas juga mencatat komoditas daging sapi murni di harga Rp136.433 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp136.472 per kg. Kemudian daging ayam ras Rp35.476 per kg turun tipis dari sebelumnya Rp35.917 per kg.

    Lalu komoditas gula konsumsi di harga Rp18.370 per kg turun tipis dari sebelumnya tercatat Rp18.537 per kg.

    Kemudian, harga minyak goreng kemasan di harga Rp20.086 per liter turun dari hari sebelumnya tercatat Rp20.637 per liter; minyak goreng curah di harga Rp17.485 per liter turun dari sebelumnya tercatat Rp17.958 per liter; Minyakita di harga Rp17.368 per liter turun dari sebelumnya di level Rp17.638 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah di harga Rp9.580 per kg atau turun dari sebelumnya tercatat Rp9.807 per kg; lalu tepung terigu kemasan di harga Rp12.585 per kg atau turun dari sebelumnya tercatat Rp12.940 per kg.

    Berikutnya, komoditas ikan kembung di harga Rp41.502 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp41.764 per kg; ikan tongkol di harga Rp34.622 per kg turun dari sebelumnya Rp34.656 per kg; lalu ikan bandeng di harga Rp33.470 per kg turun dari sebelumnya Rp34.731 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp11.504 per kg turun dari hari harga sebelumnya tercatat Rp11.715 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku impor di harga Rp106.533 per kg turun dari sebelumnya Rp107.000 per kg; lalu daging kerbau segar lokal di harga Rp120.000 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp140.972 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Evolusi Sambal Jahe Jadi Pecak ala Masyarakat Betawi

    Evolusi Sambal Jahe Jadi Pecak ala Masyarakat Betawi

    Liputan6.com, Yogyakarta – Sambal telah menjadi pelengkap bagi beragam hidangan khas Nusantara, termasuk bagi sebagian besar masyarakat Betawi. Meski identik dengan rasa pedas, tetapi tidak semua sambal menggunakan cabai. Salah satunya adalah sambal jahe khas Betawi yang merupakan cikal bakal kuliner pecak khas Betawi.

    Mengutip dari Seni & Budaya Betawi, dalam Kuliner Cita Rasa Pedas Gigitan Nikmat yang Selalu Memikat (2019) tertulis bahwa cita rasa pedas digunakan sebagai penanda munculnya era sambal. Pada era yang berlangsung setelah 1600 M itu, bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, dan bangsa lainnya datang ke Indonesia untuk berburu rempah.

    Sebenarnya sejak abad ke-13, cita rasa pedas dan kata sambal sudah dikenal di Indonesia. Namun, saat itu belum diketahui secara pasti bagaimana cita rasa pedas itu tercipta.

    Pada era selanjutnya, bangsa Eropa yang datang ke Indonesia juga telah mengenal sambal. Sambal kerap menjadi pelengkap hidangan Indonesia, seperti rijstaffel yang dikenal oleh bangsa Belanda.

    Seiring berjalannya waktu, sambal semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Hampir di setiap penjuru Nusantara terdapat tanaman cabai, termasuk cabai rawit, cabai merah, cabai keriting, dan cabai hijau yang kerap digunakan sebagai bahan pembuatan sambal.

    Dalam Eten en drinken in het Oude Java (makanan dan minuman pada masa Jawa Kuno, 2005), ahli arkeologi Jawa Kuno dari Leiden University Prof. H.I.R. Hinzler mengatakan bahwa masa Jawa Kuno (sebelum 1600) adalah masa yang merujuk pada era pra-sambal. Hal ini ditandai dengan hadirnya makanan yang didominasi warna kuning yang dihasilkan dari efek kunyit.

    Pada masa ini, sensasi pedas pada makanan diperoleh dari bagian rimpang tanaman jahe. Selainmemberi cita rasa pedas, jahe juga memberikan efek hangat.

    Jauh sebelum cabai dari Amerika Selatan masuk ke Indonesia, orang Indonesia telah memanfaatkan jahe sebagai pemberi rasa pedas. Cara ini banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa.

    Hal ini juga tertulis dalam naskah sastra kuno dari Jawa Timur, Kakawin Bhomantaka (atau Bhomakawya). Terdapat jenis sambal bernama sambal jahe. Sambal jahe menggunakan bahan berupa bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan jahe.

    Konon, jahe berasal dari China dan Asia Selatan (India). Kemudian, jahe banyak ditanam dan akhirnya menyebar ke Indonesia. Bagian jahe yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian rimpangnya.

    Kehadiran sambal jahe di Pulau Jawa lambat laun mulai tersebar ke Betawi. Sambal jahe di Betawi kemudian bertransformasi menjadi bumbu pecak, baik itu pecak ikan mas, gurame, pecak tembang, maupum pecak lele.

    Meski berakar dari sambal jahe, pecak tetap menggunakan cabai sebagai tambahan cita rasa pedas. Bumbu pecak umumnya menggunakan bahan berupa jeruk nipis, kencur, jahe, bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah.

    Penulis: Resla

  • Olahan Pakis Khas Gorontalo, Kuliner Sehat dari Alam yang Dilirik Wisatawan

    Olahan Pakis Khas Gorontalo, Kuliner Sehat dari Alam yang Dilirik Wisatawan

    Liputan6.com, Gorontalo – Sayur pakis atau dikenal sebagai paku-pakuan liar, kini menjadi salah satu kuliner tradisional yang banyak diburu pecinta makanan sehat di Gorontalo.

    Tanaman pakis yang kaya serat dan nutrisi ini, tumbuh subur di kawasan hutan dan tepian sungai di pedesaan. Hal ini menjadikannya sajian khas yang mudah dijumpai terutama saat musim hujan.

    Di daerah yang dijuluki Serambi Madinah, olahan sayur pakis cukup beragam, mulai dari tumis pakis, gulai pakis bersantan, hingga campuran dalam sup tradisional.

    Hidangan ini tak hanya digemari oleh warga lokal, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang mencicipi kuliner khas Gorontalo.

    “Sayur pakis itu segar sekali, apalagi dimasak tumis bawang putih dan cabai, rasanya khas,” ujar Rina, wisatawan asal Makassar yang mengaku baru pertama kali mencicipinya saat berkunjung ke Desa Dulupi, Kabupaten Boalemo, Gorontalo.

    Warga setempat pun mengakui bahwa pakis sangat mudah ditemukan, terutama di wilayah perbukitan dan sepanjang aliran sungai yang masih alami. Bahkan, sebagian warga di desa menjadikannya sebagai sumber penghasilan musiman.

    “Kalau musim hujan begini, pakis banyak sekali. Tinggal petik di kebun belakang atau pinggir sungai,” kata Harun, warga Desa Taludaa, Kabupaten Bone Bolango.

    Menurutnya, pakis menjadi sayur harian keluarga dan juga dijual di pasar tradisional. Namun demikian, pada musim kemarau tanaman pakis cenderung sulit didapat.

    Kemarau menyebabkan habitat alami pakis menjadi kering dan tidak layak tumbuh. Karena itu, warga biasanya memanfaatkan musim hujan untuk memanen dalam jumlah lebih banyak.

    Para pegiat kuliner lokal mendorong agar sayur pakis dilestarikan dan dipromosikan secara luas sebagai bagian dari kekayaan kuliner Nusantara.

    “Bagaimana pakis ini dibudidayakan secara organik, pakis juga memiliki nilai gizi tinggi yang baik untuk kesehatan, jadi bisa untuk dibudidayakan,” kata Husain pegiat kuliner Gorontalo.

    Sekolah Alam MTs Pakis, Alternatif untuk Anak-anak di Lereng Gunung Slamet

  • 3 Bahan Makanan Aneh yang Hanya Ada di Indonesia

    3 Bahan Makanan Aneh yang Hanya Ada di Indonesia

    Liputan6.com, Yogyakarta – Nusantara menyimpan kekayaan kuliner unik yang menantang batas normalitas. Bahan-bahan makanan ini kerap dianggap aneh atau bahkan hama justru diolah menjadi hidangan yang layak pangan.

    Tradisi lokal mengajarkan bahwa kreativitas dan kearifan ekologis bisa mengubah yang terabaikan menjadi sajian istimewa. Mengutip dari berbagai sumber, berikut tiga bahan makanan aneh yang hanya ada di Indonesia:

    1. Keong Sawah

    Keong sawah (pila ampullacea), yang sering dianggap hama perusak tanaman padi di Jawa Barat, ternyata menyimpan potensi sebagai sumber protein. Di kalangan petani, hewan ini dikenal sebagai pengganggu karena memakan tunas padi muda, sehingga kerap dibasmi dengan pestisida.

    Akan tetapi, masyarakat Sunda sejak lama telah mengolahnya menjadi hidangan, seperti sate keong, sambal tutut, atau sup berkuah santan. Hidangan ini juga rendah kolesterol, dan mudah ditemui di warung tradisional.

    2. Bambu Muda

    Bambu muda (disebut piong dalam bahasa Toraja) adalah salah satu kuliner unik masyarakat Toraja yang mengolah tunas bambu mentah menjadi hidangan segar layaknya salad. Berbeda dengan daerah lain yang biasanya memasak bambu untuk menghilangkan rasa pahit, masyarakat Toraja memanen tunas bambu muda langsung dari hutan, lalu mengupas dan memotongnya tipis-tipis untuk disajikan mentah.

    Bambu ini dicampur dengan bumbu sederhana seperti garam, cabai, jeruk nipis, dan kadang dicampur daun kemangi atau kemangi hutan. Hal ini menciptakan cita rasa segar, renyah, dan sedikit pedas.

    3. Jangkrik Goreng

    Jangkrik goreng, camilan tradisional Jawa yang kerap dianggap eksotis, ternyata menyimpan nilai gizi tinggi sebagai sumber protein alternatif. Di pedesaan, jangkrik (biasanya spesies gryllus bimaculatus) sejak dulu ditangkap dari sawah dan dipelihara.

    Akan tetapi, jangkrik juga bisa dijadikan camilan yang digoreng kering dengan bumbu bawang, cabai, dan jeruk limau. Rasanya gurih renyah, mirip udang kecil.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Anggota DPD: Hortikultura berpeluang dikembangkan di Alahan Panjang

    Anggota DPD: Hortikultura berpeluang dikembangkan di Alahan Panjang

    Solok (ANTARA) – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Sumatera Barat Irman Gusman menyebut saat ini tanaman hortikultura memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di Nagari (Desa) Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.

    “Kita melihat saat ini Alahan Panjang memiliki lahan yang subur dan berpeluang besar untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman hortikultura,” kata Irman saat mengunjungi ladang kentang Kelompok Tani Sang Surya Pondok Pesantren M Natsir, di Alahan Panjang, Jumat.

    Oleh karena itu, ia mengajak kelompok tani di daerah setempat untuk mampu melihat peluang yang ada serta mengelola manajemen kelompok tani dengan baik.

    “Jika kepengurusannya jelas, manajemen terkelola dengan baik. Insya Allah ke depan kelompok tani ini juga akan maju dan berkembang, dan mampu meningkatkan perekonomian anggotanya,” kata dia.

    Ia juga mengatakan bahwa kelompok tani bisa mengajukan permohonan bantuan sesuai dengan kebutuhan proposal yang diajukan.

    Selain terkenal sebagai penghasil bawang merah terbesar di Sumatera Barat, Alahan Panjang juga menghasilkan berbagai jenis tanaman hortikultura seperti cabai, kentang, kubis, wortel, tomat, dan masih banyak lagi tanaman lainnya yang mampu meningkatkan perekonomian petani setempat.

    Sementara itu, Pembina Kelompok Tani Sang Surya Pondok Pesantren M Natsir Darman mengapresiasi kehadiran anggota DPD RI Irman Gusman dalam rangka melihat perkembangan ladang anggota kelompok tani tersebut.

    Ia berharap kehadiran Irman tersebut dapat memberikan semangat baru bagi anggota Kelompok Tani Sang Surya yang merupakan para pembina asrama pondok pesantren.

    Darman yang juga merupakan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Solok tersebut menjelaskan anggota Kelompok Tani Sang Surya merupakan perkumpulan dari para pembina pondok pesantren dan jamaah Masjid Nurul Iman di daerah setempat.

    Terbentuknya Kelompok Tani Sang Surya ini berawal dari inisiatif para Pembina Pondok Pesantren M Natsir dan jamaah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi bagi pembina asrama maupun jamaah masjid.

    “Alhamdulillah, kelompok tani ini juga bekerja sama dengan Muhammadiyah sebagai pemberi modal dalam mengelola lahan kelompok tani,” kata dia.

    Ia juga mengatakan saat ini Kelompok Tani Sang Surya tersebut telah memanen kentang sekitar 1,2 ton yang ditanam di lahan seluas 1,5 hektare.

    Pewarta: Rahmatul Laila
    Editor: Bambang Sutopo Hadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ekonom: Kegiatan ekonomi desa buat Kopdes Merah Putih berkelanjutan

    Ekonom: Kegiatan ekonomi desa buat Kopdes Merah Putih berkelanjutan

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan kegiatan ekonomi harus menjadi basis utama dari Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih agar program ini bisa menjadi program yang berkelanjutan.

    “Basisnya itu harus ada kegiatan ekonominya dulu. Karena menurut saya akan lebih organik dan lebih sustainable kalau ada kegiatannya (perekonomian desa),” kata Hendri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Menurut dia, Kopdes Merah Putih yang berkelanjutan ini nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu langkah untuk memperkuat ekonomi lokal di tengah tantangan dunia yang kian kompleks.

    “Menghidupkan koperasi adalah sesuatu yang sangat mulia karena penting untuk mendorong ekonomi yang lebih inklusif. Namun, basis utamanya adalah ada kegiatan ekonomi terlebih dahulu yang kemudian berhimpun di dalam koperasi, bukan sebaliknya,” ujar Hendri.

    Ia mencontohkan, misalnya satu desa memiliki kegiatan ekonomi yang kuat di sektor pertanian. Maka yang perlu didorong adalah pembuatan koperasi produksi atau produsen.

    “Jadi, misalnya di daerah situ banyak sekali petani cabai misalnya. Maka, di situ akan dibuat Kopdes Merah Putih yang kegiatan utamanya adalah (produksi) cabai. Nah, jadi kan anggotanya bisa petani cabai, bisa pedagang cabai, bisa mereka yang mendistribusikan cabai,” jelas Hendri.

    “Lalu, nantinya koperasi ini akan bisa berkembang untuk membuat bisnis hilirisasi dari cabai tadi dengan memiliki manajemen yang bagus,” ujar dia menambahkan.

    Lebih lanjut, Hendri mengatakan dengan kegiatan ekonomi desa yang sudah jelas dan dipadukan dengan tata kelola yang baik, diharapkan Kopdes Merah Putih bisa membentuk sebuah ekosistem yang sehat dan inklusif.

    “Sehingga tidak hanya sekadar membentuk koperasi saja, tapi koperasi dengan kegiatan ekonomi yang sustainable, memberikan manfaat, dan koperasi bergerak dengan stimulus pemerintah,” kata Hendri.

    “Lalu, percepatan pembentukannya ditambah lagi sehingga ada anggota yang bisa masuk lagi ke situ. Anak muda bisa jadi anggota yang nantinya akan bisa membantu bikin platformnya, dan lainnya. Itu akan ada ekosistem yang terbentuk di situ, berhimpun di dalam koperasi,” imbuhnya.

    Sementara itu, akselerasi pembentukan 80 ribu Kopdes Merah Putih telah diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2025 Tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.

    Pembentukan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sendiri ditargetkan selesai akhir Juni 2025.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI Ungkap Penyebab Indeks Harga Konsumen di Maret Alami Inflasi

    BI Ungkap Penyebab Indeks Harga Konsumen di Maret Alami Inflasi

    Jakarta

    Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 mengalami inflasi dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, IHK Maret 2025 tercatat inflasi sebesar 1,65% (mtm), sehingga secara tahunan IHK mengalami inflasi sebesar 1,03% (yoy).

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan Bank Indonesia (BI) bakal menjaga stabilitas harga dan mempererat sinergi pengendalian inflasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

    “Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2025,” katanya dikutip dari laman resmi BI, Kamis (10/4/2025).

    Ramdan mengatakan, inflasi inti tetap terjaga rendah pada Maret 2025 sebesar 0,24% (mtm). Kondisi ini relatif stabil dari realisasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,25% (mtm).

    Ia mengatakan, perkembangan inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas global dan kenaikan permintaan periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri, di tengah ekspektasi inflasi yang terjaga.

    “Realisasi inflasi inti pada Maret 2025 disumbang terutama oleh inflasi komoditas emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti Maret 2025 tercatat sebesar 2,48% (yoy), stabil dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,48% (yoy),” katanya.

    Sementara, untuk kelompok volatile food mengalami inflasi pada Maret 2025 sebesar 1,96% (mtm), lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,93% (mtm).

    Ia mengatakan inflasi kelompok volatile food disumbang terutama oleh komoditas bawang merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. Kemudian adanya peningkatan harga bawang merah dan cabai rawit dipengaruhi oleh keterbatasan produksi akibat gangguan cuaca. Sementara itu, meningkatnya harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan permintaan selama periode HBKN Idulfitri.

    Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,37% (yoy), menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,56% (yoy).

    “Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” katanya.

    Lebih lanjut, Ramdan mengatakan, kelompok administered prices mengalami inflasi pada Maret 2025 juga mengalami inflasi sebesar 6,53% (mtm), meningkat dari realisasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 2,65% (mtm).

    Peningkatan inflasi kelompok administered prices disumbang oleh komoditas tarif listrik, seiring berakhirnya implementasi kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50% kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik sampai dengan daya 2.200 VA.

    Ramdan mengatakan, inflasi administered prices yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas angkutan udara seiring dengan implementasi diskon harga tiket penerbangan berjadwal domestik kelas ekonomi selama periode HBKN Idulfitri.

    “Secara tahunan, kelompok administered prices tercatat deflasi sebesar 3,16% (yoy), tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya sebesar 9,02% (yoy),” katanya.

    (rrd/rrd)