Tanaman: Cabai

  • Mendagri dan Mentan Tinjau Pasar Palimo Palembang, Pastikan Distribusi Beras SPHP Lancar dan Terjangkau

    Mendagri dan Mentan Tinjau Pasar Palimo Palembang, Pastikan Distribusi Beras SPHP Lancar dan Terjangkau

    Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, Mendagri menekankan, jika Perum Bulog akan terus menyalurkan beras SPHP ke berbagai daerah, termasuk Kota Palembang. Dari hasil tinjauan diketahui bahwa distribusi berlangsung lancar dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik, sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat.

    “Jadi dengan adanya beras SPHP, makin gencar dilakukan oleh Bulog, atas perintah Bapak Presiden, Pak Mentan, kita harapkan beras di beberapa daerah yang agak sedikit naik itu makin turun. Sementara daerah yang sudah turun, cukup banyak, ini juga akan stabil,” ujarnya.

    Selain beras, Mendagri juga menyoroti komoditas pangan lain, khususnya cabai. Karena Kota Palembang bukan daerah penghasil utama cabai, ia mendorong pemerintah daerah (Pemda) menggalakkan gerakan tanam cabai agar tidak bergantung pada pasokan dari luar. Menurutnya, setiap orang sebenarnya mampu memproduksi cabai, baik di pekarangan maupun melalui metode alternatif seperti hidroponik.

    “Bisa sebetulnya memproduksi cabai di daerah masing-masing. Kalau daerahnya kering, ya bisa melalui hidroponik, gerakan-gerakan masyarakat tanam cabai, pekarangan, pot, sebetulnya gampang. Tapi bukan berarti pemerintah tidak tanggung jawab lho, tetap dilakukan [intervensi],” ucapnya.

  • Tinjau Pasar di Palembang, Mendagri Pastikan Distribusi SPHP Lancar

    Tinjau Pasar di Palembang, Mendagri Pastikan Distribusi SPHP Lancar

    Jakarta

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian memastikan pasokan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Kota Palembang, Sumatera Selatan, terdistribusi dengan baik. Selain itu, beras SPHP juga dipastikan dapat diperoleh masyarakat dengan harga terjangkau.

    Hal itu ia sampaikan saat meninjau ketersediaan dan harga pangan bersama Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman di Pasar Palimo, Kota Palembang.

    “Jadi dengan adanya beras SPHP, makin gencar dilakukan oleh Bulog, atas perintah Bapak Presiden, Pak Mentan, kita harapkan beras di beberapa daerah yang agak sedikit naik itu makin turun. Sementara daerah yang sudah turun, cukup banyak, ini juga akan stabil,” ujar Tito dalam keterangannya, Jumat (5/9/2025).

    Tito menjelaskan bahwa kunjungan tersebut dilakukan secara spontan. Ia ingin memantau kondisi lapangan secara langsung tanpa persiapan khusus, sehingga bisa memperoleh gambaran nyata dari situasi yang ada.

    “Kita ini spontan datang ya. Tidak kita rencanakan mau datang ke sini, tidak. Kita spontan, random saja. Jadi apa adanya,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa Perum Bulog terus menyalurkan beras SPHP ke berbagai daerah, termasuk Kota Palembang. Dari hasil tinjauan, diketahui bahwa distribusi berlangsung lancar dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik, sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat.

    “Bisa sebetulnya memproduksi cabai di daerah masing-masing. Kalau daerahnya kering, ya bisa melalui hidroponik, gerakan-gerakan masyarakat tanam cabai, pekarangan, pot, sebetulnya gampang. Tapi bukan berarti pemerintah tidak tanggung jawab lho, tetap dilakukan (intervensi),” ucapnya.

    Dalam kesempatan itu, Tito menyinggung kondisi inflasi nasional yang menunjukkan tren positif. Secara month-to-month, Indonesia pada Agustus 2025 justru mengalami deflasi sebesar 0,08 persen.

    “Harga pangan yang lain, harga-harga lain relatif stabil. Memang yang kami, dengan Bapak Mentan, Kabulog fokus yaitu adalah masalah beras, karena beras ini kan komoditas rakyat,” pungkasnya.

    (prf/ega)

  • Berebut Berkah Gunungan Grebeg Maulud Keraton Solo Saat Puncak Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

    Berebut Berkah Gunungan Grebeg Maulud Keraton Solo Saat Puncak Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

    Sementara itu, Penghulu Tafsir Anom Keraton Solo Kanjeng Raden Tumenggung Muh Muhtarom menjelaskan bahwa gunungan dalam tradisi Grebeg Maulud melambangkan kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dari peran laki-laki dan perempuan.

    Menurutnya, gunungan jalwr merepresentasikan laki-laki dengan isian sayur-sayuran mentah seperti kacang panjang, terong, wortel, cabai, dan bahan pangan lainnya.

    Sementara itu, gunungan estri atau perempuan berisi makanan siap saji, yang melambangkan peran istri dalam menerima dan mengolah hasil dari suami untuk kebutuhan keluarga.

    “Makna Grebeg Maulud sendiri sebenarnya merupakan bentuk syukurnya keraton terhadap lahirnya Nabi Muhammad SAW. Makanya gunungan ini ditempatkan pada tanggal 12 Rabiulawal. Jadi puncaknya di tanggal 12,” kata Muhtarom yang juga Ketua Takmir Masjid Agung Solo.

    Ia menambahkan pesan dari tradisi ini diharapkan dapat dipahami dan diresapi oleh masyarakat.

    “Harapan kita dengan Grebeg Maulud ini masyarakat mampu mengambil makna dari simbol-simbol yang ada. Harapan kita masyarakat menjadi tenteram, damai. Negara kita juga akan tenteram dan damai,” jelas dia.

  • Mendagri minta Pemda stablikan harga pangan untuk kendalikan inflasi

    Mendagri minta Pemda stablikan harga pangan untuk kendalikan inflasi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menginstruksikan kepada seluruh pemerintah daerah (Pemda) untuk menjaga stabilitas harga pangan guna menekan laju inflasi agar tidak melebihi angka 3,5 persen.

    “Kalau harga pangan terjangkau, inflasi akan turun,” kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Jumat

    Instruksi tersebut disampaikan Tito dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Harga Beras di 214 Daerah, yang dihadiri oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala Bulog Mayjen TNI (Purn) Ahmad Rizal Ramdhani, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, serta seluruh jajaran pejabat daerah di Indonesia.

    Tito menjelaskan, tingkat inflasi tahunan dari Agustus 2024 hingga Agustus 2025 tercatat sebesar 2,31 persen sementara dari Juli hingga Agustus 2025 menunjukkan tren penurunan, yaitu sebesar -0,08 persen atau deflasi.

    Untuk menjaga stabilitas harga beras, Tito meminta kepala daerah mengintensifkan operasi pasar minimal dua minggu sekali. Operasi ini dilakukan melalui penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang didistribusikan oleh Bulog dari stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

    Program penyaluran beras SPHP untuk periode Juli hingga Desember 2025 direncanakan mencapai 1,3 juta ton.

    Harga beras SPHP ditetapkan berdasarkan tiga zona wilayah:

    Zona 1: Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, dan NTB — Rp12.500/kg

    Zona 2: Sumatera, NTT, dan Kalimantan — Rp13.100/kg

    Zona 3: Maluku dan Papua — Rp13.500/kg

    Tito juga meminta agar beras SPHP diprioritaskan untuk masyarakat miskin, terutama di 214 daerah yang masih mengalami kenaikan harga beras. Ia mendorong pemerintah daerah segera berkoordinasi dengan Bulog untuk menyalurkan beras melalui skema kontinjensi, yaitu pembayaran dilakukan setelah beras terjual di masyarakat.

    “Kalau bisa, beras SPHP ini ditujukan untuk rakyat miskin. Ini bisa menjadi pendingin bagi daerah yang masih panas karena demonstrasi kemarin,” ujarnya.

    Tito menyampaikan bahwa upaya penyaluran beras SPHP mulai menunjukkan hasil positif. Pada minggu keempat Agustus, harga beras menurun di 58 kabupaten/kota.

    Namun, ia tetap mengingatkan Pemda untuk waspada terhadap komoditas pangan lain yang harganya masih tinggi, seperti, cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Tasrief Tarmizi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga cabai rawit merah di Jakarta turun jadi Rp40 ribu per kg

    Harga cabai rawit merah di Jakarta turun jadi Rp40 ribu per kg

    Jakarta (ANTARA) – Harga rata-rata sejumlah komoditas strategis di DKI Jakarta pada Jumat (5/9) pagi mengalami penurunan, salah satunya cabai rawit merah yang turun menjadi Rp40.000 per kilogram (kg).

    Berdasarkan data infopangan.jakarta.go.id pukul 08.00 WIB, cabai merah keriting juga turun menjadi Rp45.000 per kg, cabai merah besar turun menjadi Rp50.000 per kg, dan cabai rawit hijau turun menjadi Rp42.500 per kg.

    Di sisi lain, harga bawang merah justru naik menjadi Rp50.000 per kg, sementara bawang putih menjadi Rp37.500 per kg.

    Untuk komoditas beras, sebagian besar jenis mengalami penurunan, antara lain Beras IR.I (IR64) turun menjadi Rp14.250 per kg, IR.II (Ramos) turun menjadi Rp13.750 per kg, dan IR.III turun menjadi Rp12.900 per kg.

    Namun, beberapa jenis beras tercatat naik, seperti Muncul I naik menjadi Rp15.150 per kg dan IR 42 (Pera) naik menjadi Rp16.000 per kg.

    Sementara itu, harga ayam broiler (ras) turun menjadi Rp38.500 per kg, telur ayam ras turun menjadi Rp28.000 per kg, dan daging kambing turun menjadi Rp145.000 per kg. Sebaliknya, daging sapi has (paha belakang) naik menjadi Rp145.000 per kg.

    Harga pangan pokok lainnya, seperti minyak goreng turun menjadi Rp19.500 per kg, sedangkan gula pasir naik menjadi Rp18.500 per kg.

    Pewarta: Aria Ananda
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kata Dokter Pencernaan soal ‘Darurat Seblak’, Bisa Picu Radang Lambung?

    Kata Dokter Pencernaan soal ‘Darurat Seblak’, Bisa Picu Radang Lambung?

    Jakarta

    Seorang dokter umum di Bandung Barat, dr Mariska Haris, baru-baru ini membagikan kisahnya yang menjadi viral di media sosial. Ia menangani seorang pasien perempuan berusia 21 tahun yang didiagnosis mengalami gastritis erosif atau peradangan pada lambung.

    Pasien tersebut datang dengan keluhan demam, batuk, mual, muntah, sakit perut, serta kehilangan nafsu makan selama sekitar satu minggu terakhir. Kondisinya bahkan sempat memburuk hingga ia tidak bisa bangun dari tempat tidur karena tubuhnya sangat lemas.

    Menurut dr Mariska, pasien memang memiliki pola makan yang kurang baik. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa pasien terbiasa mengonsumsi seblak setiap hari, bahkan bisa hingga dua kali dalam sehari. Sebaliknya, untuk makanan pokok seperti nasi, pasien hanya makan sekali sehari, dan terkadang tidak makan sama sekali jika tidak berselera.

    “Sebelumnya sudah ke bidan biasa di kampung kan gitu, tapi nggak sembuh ya karena nggak makan. Bahkan 1 hari sebelum ke saya dia sampai nggak bangun dari tempat tidur saking lemas, nggak makan. Ortunya bilang, sehat aja jarang makan,” ucap dr Mariska, saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8/2025).

    “Alhamdulilah diobservasi di saya 14 jam, sudah sehat bisa makan dan sudah pulang,” lanjutnya.

    dr Mariska menjelaskan risiko dari seblak umumnya berasal dari bahan olahan beku, termasuk kerupuk. Karena itu, ia menyarankan agar topping seblak diganti dengan bahan yang lebih segar, seperti udang, seafood, atau sayuran. Ia juga mengingatkan agar penggunaan sambal tidak berlebihan.

    Begitu juga mengonsumsi seblak sebaiknya jangan berlebihan dan porsinya harus dibatasi. Ia juga menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi yang lengkap dan gizi seimbang setiap hari.

    “Paling seblak boleh lah satu minggu sekali atau dua kali saja, dan tentu saja makan nasi tetap yang utama,” jelasnya.

    Senada, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, menjelaskan pada dasarnya seblak terbuat dari kerupuk basah yang dimasak dengan berbagai bumbu, terutama kencur dan cabai. Terkadang, seblak juga ditambahkan bakso, sosis, maupun ceker ayam.

    Menurut dr Aru, seblak umumnya tak sehat lantaran mengandung tinggi kalori, lemak, dan garam.

    “Sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, hipertensi, kolesterol dan gangguan pencernaan,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8).

    Pada bumbu yang terlalu pedas dan berminyak, lanjut dr Aru, dapat mengiritasi lambung dan memicu sakit maag.

    Terkait gastritis erosif, dr Aru menjelaskan kondisi ini terjadi akibat peradangan lapisan lambung yang menyebabkan pengikisan (erosi) pada mukosa lambung.

    “Penyebabnya banyak mulai dari makanan, obat-obatan, stres, zat kimia dan lain-lain,” lanjutnya.

    “Makan seblak yang berlebihan apalagi disertai dengan kondisi bumbu yg terlalu pedas atau saat makan kondisi dinding lambung sedang dalam keadaan tidak baik-baik, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif dapat terjadi,” lanjutnya lagi.

    Meskipun demikian dr Aru mengatakan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti endoskopi saluran cerna untuk melihat ada tidaknya gastritis erosifa dan pemeriksaan bakteri H.pylori untuk menentukan penyebabnya.

    “Pola hidup yg baik termasuk pola makan dapat mencegah terjadinya gangguan saluran cerna termasuk gastritis erosif. Sebaiknya hindari makanan yg terlalu pedas, mengandung zat aditif seperti pengawet/pewarna/penyedap rasa, processed food,” lanjutnya.

    “Hindari juga stres berlebihan, kurang istirahat, rokok, alkohol & minuman bersoda,” imbuhnya lagi.

    dr Aru juga mengingatkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi seblak. Pasalnya, kebiasaan makan seblak secara berlebihan, terutama dengan bumbu yang terlalu pedas, bisa meningkatkan risiko gangguan pada lambung.

    “Apalagi jika dikonsumsi saat kondisi dinding lambung sedang tidak sehat, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif atau peradangan pada lambung bisa semakin besar,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Seblak Disebut Jadi Penyebab Anemia di Karawang, Benarkah?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/up)

    Darurat Seblak

    4 Konten

    Sudah banyak yang bilang, seblak bukan makanan yang kaya nutrisi. Tapi kalau mengaitkannya dengan risiko kesehatan yang lebih serius seperti malnutrisi, too much nggak sih? Ternyata nggak juga lho.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Harga Pangan Hari Ini 3 September: Harga Beras, Telur & Minyakita Naik

    Harga Pangan Hari Ini 3 September: Harga Beras, Telur & Minyakita Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga beras, telur ayam, hingga Minyakita terpantau melampaui Harga Acuan Pembelian (HAP) maupun Harga Eceran Tertinggi (HET) pada hari ini, Rabu (3/9/2025).

    Badan Pangan Nasional melalui panel harga pangan per pukul 07.30 WIB, melaporkan bahwa rata-rata nasional harga beras premium di angka Rp16.360 per kilogram atau lebih tinggi Rp1.460 dari HET Nasional yang senilai Rp14.900/kg.  

    Begitu pula harganya di masing-masing zona, yakni zona 1 senilai Rp15.520/kg atau lebih tinggi Rp620/kg dari HET, zona 2 senilai Rp16.637/kg atau lebih tinggi Rp837/kg, dan zona 3 senilai Rp18.688/kg atau lebih tinggi Rp2.888/kg.  

    Harga rata-rata nasional beras medium juga tercatat melampaui HET, dari yang maksimal Rp13.500/kg menjadi Rp13.890/kg. Sementara beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) berada sedikit di atas HET yang senilai Rp12.500/kg, yakni Rp12.571/kg. 

    Harga bawang merah, bawang putih, dan sejumlah jenis cabai terpantau masih dalam rentang HAP. Di mana harga bawang putih bonggol dijual dengan harga Rp34.635/kg, bahkan di bawah HAP Nasional sejumlah Rp38.000—Rp40.000/kg. Kemudian bawang merah dijual dengan harga Rp41.321/kg, hampir menyentuh batas atas HAP yang senilai Rp41.500/kg. 

    Sementara itu, harga cabai merah keriting tercatat senilai Rp37.579/kg (HAP Rp37.000—Rp55.000/kg). Harga cabai merah besar senilai Rp32.979/kg, dan cabai rawit merah dijual dengan harga Rp41.817/kg (HAP Rp40.000—Rp57.000/kg). 

    Komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras masing-masing dijual pada pagi ini dengan harga Rp30.244/kg (HAP Rp30.000/kg) dan Rp35.647/kg (HAP Rp40.000/kg). 

    Saat ini harga minyak goreng kemasan dijual dengan rata-rata harga nasional Rp20.655/liter, harga minyak goreng curah telah menyentuh Rp17.065/liter atau 8,69% lebih tinggi dari HET Rp15.700/liter.  

    Bahkan Minyakita, dengan HET yang sama dengan curah, harganya telah menembus Rp17.615/liter atau lebih tinggi 12,20%. 

    Adapun harga komoditas yang menjadi sumber protein hewani, yakni ikan kembung dijual dengan harga Rp42.948/kg, ikan bandeng seharga Rp35.962/kg, dan ikan tongkol dijual dengan harga Rp36.313/kg. 

    Sementara itu, harga daging sapi murni dijual dengan harga Rp131.847/kg, daging kerbau segar lokal dapat dibeli dengan harga Rp146.667/kg. 

    Kemudian harga kedelai biji kering impor seharga Rp10.401/kg (HAP Rp12.000/kg). Harga jagung di tingkat peternak senilai Rp6.398/kg. Sementara harga gula konsumsi melampaui HAP Nasional yang senilai Rpp17.500/kg, yakni dijual dengan harga Rp18.030/kg. Serta harga garam konsumsi senilai Rp11.122/kg. 

  • Demo 4 Hari, Kemendag: Distribusi Beras Cs Sedikit Terganggu

    Demo 4 Hari, Kemendag: Distribusi Beras Cs Sedikit Terganggu

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut aksi unjuk rasa yang terjadi pada pekan lalu berdampak pada jalur pendistribusian kebutuhan pokok, seperti beras, telur, hingga minyak goreng ke konsumen.

    Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Iqbal Shoffan Shofwan mengatakan demonstrasi yang terjadi beberapa terakhir berdampak sedikit pada gangguan dalam distribusi kebutuhan pokok masyarakat.

    Namun, dia menuturkan bahwa pemerintah melalui Kemendag akan menjembatani antara pemasok dengan peritel untuk menjaga koordinasi logistik, harga, atau ketersediaan barang.

    “Tentu [demonstrasi] ada dampaknya sedikit terkait dengan pendistribusian tapi tidak begitu signifikan. Namun demikian, oleh karena itu, kayaknya besok atau lusa ya. Besok atau lusa kami juga akan mengundang para semua pemasok dan mempertemukannya dengan ritel modern,” kata Iqbal saat ditemui di Gedung Graha Mandiri, Jakarta, Senin (1/9/2025).

    Nantinya, Iqbal menuturkan bahwa Kemendag akan mengundang para pemasok, terutama beras, untuk membahas pendistribusian bahan pokok.

    Di samping itu, dia menambahkan, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) juga akan memaksimalkan sejumlah aspek keamanan, terutama di pusat perbelanjaan.

    “APPBI juga mengharapkan memaksimalkan aspek-aspek keamanan, terutamanya di pusat perbelanjaan dan kita setuju. Nggak hanya di pusat perbelanjaan. Kan memang sudah tugasnya pemerintah untuk memastikan keamanan secara besar,” tuturnya.

    Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan aksi unjuk rasa menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang maupun pembeli, bahkan enggan untuk beraktivitas ke pasar seperti biasa.

    “Beberapa hari terakhir ini penurunan daya belinya terasa sekali karena dampak banyaknya aksi yang membuat banyak pedagang kita, pembeli kita banyak yang nggak ke pasar,” ujar Mansuri kepada Bisnis, Senin (1/9/2025).

    Mansuri menuturkan beberapa pedagang pasar mengalami penurunan penjualan. Berdasarkan informasi yang dia terima, sejumlah pedagang mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan, imbas demo yang terjadi di sekitar area pasar, sehingga membuat masyarakat enggan keluar rumah.

    “Ada beberapa pedagang yang mengalami penurunan penjualan, informasi di lapangan akibat dampak dari demo, banyak warga atau pembeli yang was-was keluar untuk sekadar belanja ke pasar, dampaknya daya beli di pasar menurun,” ungkapnya.

    Di sisi lain, Mansuri menyampaikan sejumlah harga komoditas pangan masih mengalami kenaikan, termasuk beras premium, minyak curah, cabai merah keriting, hingga garam krosok/kasar.

    Sementara itu, lanjut dia, harga gula, cabai rawit, dan bawang putih berada di level stabil. Sedangkan harga bawang merah turun dari Rp60.000 menjadi Rp40.000 per kilogram.

    Untuk diketahui, aksi demonstrasi di Jakarta pecah pada Kamis, 28 Agustus 2025, menyusul polemik terkait tunjangan DPR. Unjuk rasa tersebut berlangsung di sekitar kompleks DPR/MPR, namun situasi memanas dan berujung ricuh hingga menyebabkan korban jiwa.

    Kejadian ini memicu gelombang aksi lanjutan keesokan harinya, Jumat (29/8/2025), dengan tuntutan yang semakin meluas. Massa aksi tidak hanya menyoroti isu tunjangan, melainkan juga menuntut pertanggungjawaban Polri atas tewasnya seorang warga sipil.

    Pada Jumat malam, ketegangan meningkat di berbagai titik, menyebabkan sejumlah fasilitas umum seperti halte hingga gerbang tol dibakar. Aksi masih berlanjut pada Sabtu (30/8/2025) hingga terjadi penjarahan yang menyasar rumah-rumah milik anggota DPR serta menteri dalam Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang dilakukan oleh kelompok massa tidak dikenal.

  • Jakarta alami deflasi 0,05 persen pada Agustus 2025

    Jakarta alami deflasi 0,05 persen pada Agustus 2025

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat deflasi 0,05 persen secara bulanan pada Agustus 2025, yang tercermin dari penurunan indeks harga konsumen dari 107,40 pada Juli 2025 menjadi 107,35 pada Agustus tahun ini.

    Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin di Jakarta, Senin, mengatakan kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar, yakni makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,14 persen.

    Selain itu, kelompok pakaian dan alas kaki juga turut mendorong deflasi DKI Jakarta pada Agustus 2025 dengan andil 0,01 persen.

    Selanjutnya, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Agustus tahun ini juga memberikan andil deflasi meskipun tergolong sangat kecil, yaitu kurang dari 0,01 persen.

    Sementara itu, berdasarkan komoditasnya, deflasi bulan Agustus 2025 utamanya didorong deflasi komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

    Menurut Hasanudin, komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tomat, cabai rawit, cabai merah, bawang putih dan daging ayam ras.

    Selain itu, terdapat pula komoditas dari kelompok transportasi yang memberikan andil deflasi cukup signifikan, yaitu bensin.

    Meski demikian, bensin tidak menyebabkan deflasi pada kelompok transportasi karena terdapat komoditas lain, seperti tarif jalan tol, angkutan laut dan angkutan kereta api yang mengalami inflasi sehingga meredam laju deflasi bensin pada kelompok tersebut.

    “Berakhirnya diskon tarif tol, angkutan laut dan kereta api menyebabkan komoditas tersebut mengalami inflasi pada Agustus 2025,” kata Hasanudin.

    Sementara itu, secara tahunan, DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 2,16 persen pada Agustus 2025.

    Inflasi tahunan terjadi karena peningkatan harga komoditas yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga sejumlah kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,52 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,85 persen; serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,38 persen.

    Kemudian, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,01 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,24 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,59 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,78 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,30 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 8,35 persen.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga Pangan Hari Ini 1 September: Beras Premium Mahal, Minyakita Melonjak

    Harga Pangan Hari Ini 1 September: Beras Premium Mahal, Minyakita Melonjak

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata beras medium di tingkat konsumen berangsur turun di semua zonasi, baik zona 1, zona 2, maupun zona 3. Di sisi lain, harga rata-rata beras premium masih melampaui harga eceran tertinggi (HET) pada Senin (1/9/2025).

    Berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 07.50 WIB, harga rata-rata beras medium secara nasional dibanderol Rp13.459 per kilogram di tingkat konsumen, atau turun 0,3% dari HET nasional yang ditetapkan sebesar Rp13.500 per kilogram.

    Adapun, penurunan harga beras medium terjadi di semua zonasi, yakni zona 1 sebesar Rp13.228 per kilogram, zona 2 senilai Rp13.646 per kilogram, dan zona 3 senilai Rp14.458 per kilogram.

    Untuk diketahui, kini pemerintah menetapkan HET beras medium di zona 1 sebesar Rp13.500 per kilogram, zona 2 senilai Rp14.000 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp15.500 per kilogram.

    Sementara itu, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen Rp15.804 per kilogram secara nasional. Harganya naik 6,07% dari HET nasional beras premium sebesar Rp14.900 per kilogram.

    Kendati begitu, harga beras premium di zona 1 dan zona 2 terpantau berada di bawah HET, masing-masing dibanderol Rp15.274 per kilogram dan Rp16.122 per kilogram. Namun, harga beras premium di zona 3 justru melambung dan mencapai Rp17.722 per kilogram.

    Adapun, HET beras premium di zona 1 adalah Rp14.900 per kilogram, zona 2 senilai Rp15.400 per kilogram, dan zona 3 adalah Rp15.800 per kilogram.

    Senada, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog dibanderol Rp12.503 per kilogram di tingkat konsumen secara nasional. Asal tahu saja, HET beras SPHP secara nasional adalah Rp12.500 per kilogram.

    Untuk komoditas pangan lainnya, seperti cabai rawit merah di tingkat konsumen dibanderol Rp40.125 per kilogram secara nasional, atau stabil di dalam rentang harga acuan penjualan (HAP) nasional Rp40.000–Rp57.000 per kilogram.

    Sama halnya dengan harga rata-rata cabai merah keriting yang juga stabil di level Rp39.213 per kilogram, atau berada di dalam rentang HAP Rp37.000–Rp55.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga rata-rata cabai merah besar secara nasional dibanderol Rp32.800 per kilogram di tingkat konsumen.

    Untuk harga rata-rata jagung pakan tingkat peternak dipatok Rp6.419 per kilogram atau melonjak 10,67% dari HAP nasional di level Rp5.800 per kilogram. Lalu, harga rata-rata kedelai biji kering impor di tingkat konsumen turun 13,42% dari HAP nasional Rp12.000 per kilogram dan dibanderol Rp10.390 per kilogram.

    Lebih lanjut, harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen merangkak ke level Rp42.133 per kilogram. Secara nasional, harganya naik tipis 1,53% dari batas atas nasional Rp41.500 per kilogram.

    Untuk harga rata-rata bawang putih bonggol berada di bawah HAP nasional Rp40.000 per kilogram, yakni mencapai Rp36.807 per kilogram.

    Beralih ke komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani, seperti daging ayam ras dibanderol Rp34.962 per kilogram secara rata-rata nasional atau berada di bawah HAP nasional Rp40.000 per kilogram.

    Begitu pula dengan harga rata-rata telur ayam ras yang turun tipis 1,41% dari HAP nasional Rp30.000 per kilogram, atau dibanderol Rp29.576 per kilogram di tingkat konsumen.

    Harga rata-rata ikan kembung dibanderol Rp41.250 per kilogram, ikan tongkol senilai Rp33.221 per kilogram, dan ikan bandeng adalah Rp34.908 per kilogram.

    Berikutnya, harga rata-rata daging sapi murni mencapai Rp132.540 per kilogram, atau berada di bawah HAP nasional Rp140.000 per kilogram. Untuk harga rata-rata daging kerbau segar lokal dan daging kerbau beku impor masing-masing Rp135.500 per kilogram dan Rp102.143 per kilogram.

    Panel Harga juga menunjukkan, harga rata-rata minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah masing-masing dibanderol Rp20.381 per liter dan Rp16.962 per liter secara nasional di tingkat konsumen.

    Sementara itu, harga rata-rata nasional Minyakita masih melampaui HET Rp15.700 per liter atau naik 9,35% menjadi Rp17.168 per liter.

    Masih di tingkat konsumen, harga rata-rata gula konsumsi dan garam konsumsi masing-masing adalah Rp18.161 per kilogram dan Rp11.178 per kilogram. Serta, harga rata-rata tepung terigu kemasan dan tepung terigu curah masing-masing adalah Rp12.777 per kilogram dan Rp9.702 per kilogram.