Tanaman: Cabai

  • Ratusan Warga Ngawi Rela Berdesakan di Pasar Murah, Harga Cabai Tembus Rp105 Ribu di Pasaran

    Ratusan Warga Ngawi Rela Berdesakan di Pasar Murah, Harga Cabai Tembus Rp105 Ribu di Pasaran

    Ngawi (beritajatim.com) – Ratusan warga memadati kawasan Alun-alun Ngawi, Jawa Timur, pada Kamis (11/12/2025) pagi, demi berburu kebutuhan pokok dengan harga miring dalam gelaran pasar murah. Antrean panjang yang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga ini berlangsung padat, bahkan sempat terjadi aksi saling berhimpitan demi mendapatkan nomor antrean.

    Kepadatan ini dipicu oleh lonjakan harga pangan yang signifikan di pasar tradisional menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Warga rela berdesakan untuk membeli komoditas vital seperti minyak goreng, gula pasir, telur, daging ayam, hingga cabai yang selisih harganya cukup jauh dibanding harga pasaran.

    Salah satu komoditas yang paling dicari adalah minyak goreng merek Minyakita yang dijual Rp16.000 per kilogram, lebih hemat sekitar Rp2.500 dibanding harga pasar. Selain itu, gula pasir yang di pasar umum tembus Rp16.500 per kilogram, di lokasi ini hanya dibanderol Rp15.000.

    “Sampai terjepit mas, beli gula kan lebih murah dibanding di pasar,” ujar Ratna Windyasari, salah satu warga yang ikut dalam antrean padat tersebut.

    Hal senada diungkapkan Wahyu, warga lain yang tetap bertahan di tengah kerumunan demi menekan pengeluaran belanja dapur. “Ya berebut beli gula, alhamdulillah lebih murah, tapi ya terjepit-jepit,” ujarnya.

    Lonjakan harga paling ekstrem terjadi pada komoditas bumbu dapur. Cabai rawit yang di pasar tradisional meroket hingga Rp105.000 per kilogram, di pasar murah ini dijual seharga Rp81.000. Begitu pula dengan cabai merah keriting yang dijual Rp60.000 per kilogram, terpaut Rp20.000 dari harga pasar yang mencapai Rp80.000.

    Dampak kenaikan harga ini tidak hanya memukul konsumen rumah tangga, tetapi juga pelaku usaha kecil. Pemilik warung makan mengaku kesulitan mengatur biaya produksi akibat mahalnya bahan baku, terutama sayuran.

    “Semua mahal mas, warung jadi sepi. Kita kurangi porsi biar tetap dapat untung. Sayuran semua naik harganya,” keluh Puji Lestari, seorang pemilik warung makan di Ngawi.

    Selain cabai dan minyak, pasar murah yang digelar pemerintah daerah ini juga menyediakan komoditas lain dengan harga bersubsidi untuk meredam gejolak inflasi daerah. Bawang merah dijual Rp50.000 per kilogram (pasar: Rp60.000), ayam potong Rp34.000 per kilogram (pasar: Rp40.000), dan beras medium kemasan 5 kg seharga Rp62.500 (pasar: Rp70.000). [fiq/beq]

  • Harga Cabai di Semarang Rp 90.000 per Kilogram, Pemkot Sebut Rantai Pasok Jadi Penyebab
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 Desember 2025

    Harga Cabai di Semarang Rp 90.000 per Kilogram, Pemkot Sebut Rantai Pasok Jadi Penyebab Regional 11 Desember 2025

    Harga Cabai di Semarang Rp 90.000 per Kilogram, Pemkot Sebut Rantai Pasok Jadi Penyebab
    Tim Redaksi

    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Warga di Kota Semarang, Jawa Tengah, mengeluhkan harga cabai yang makin tinggi jelang Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
    Beberapa hari yang lalu,
    harga cabai
    rawit di Kota
    Semarang
    naik menjadi Rp 90.000 per kilogram. Seorang warga juga mengatakan, membeli cabai Rp 5.000 hanya mendapat 6 biji.
    Pemkot menyebut, hal ini disebabkan karena
    rantai pasok barang
    yang panjang, lebih dari tiga kali.
    Kepala Dinas Ketahanan Pangan
    Kota Semarang
    , Endang Sarwiningsih, telah menggerakkan satgas pangan.
    “Untuk pantau harga dan ketersediaan barang,” kata Endang saat dikonfirmasi, Kamis (11/12/2025).
    Menurutnya, harga cabai yang di atas Rp 80.000 per kilogram itu tidak diambil langsung dari petani, melainkan melalui sub penjual yang lain.
    “Kalau sampai Rp 80.000 berarti dia dapat barang dengan rantai pasokan barang lebih dari 3 kali, maka harganya jadi mahal,” ujarnya.
    Pemerintah Kota Semarang juga telah menyiapkan
    mobil pangan
    dengan nama Pak Rahman dan Kampling Semar untuk menekan harga komoditas yang mahal.
    “Mobil pangan ada 8 yang keliling secara terjadwal,” ungkap Endang.
    Naiknya harga cabai membuat ibu rumah tangga di Kota Semarang kelimpungan.
    Mereka terpaksa mengurangi jumlah barang yang dibeli.
    “Beli Rp 5.000 hanya dapat 6 lonjor cabai,” kata salah satu warga Ngaliyan, Wulandari, saat dikonfirmasi, Rabu (10/12/2025).
    Menurutnya, harga cabai sudah mulai naik sejak satu minggu yang lalu. “Sekarang kalau beli cabai tak berani banyak-banyak,” ucapnya.
    Untuk membuat sambal, dia memilih memperbanyak tomat meski rasanya tak sepedas biasanya.
    “Sudah terbiasa lalapan dengan cabai. Mau bagaimana lagi,” ungkap Wulandari.
    Hal serupa juga disampaikan Risma, warga Ngaliyan lainnya.
    Ia mengatakan, kenaikan harga cabai membuatnya harus mengurangi belanja bumbu dapur.
    “Kalau harga makin naik begini, mau enggak mau saya kurangi cabainya. Rasa masakan jadi beda,” ujarnya.
    Pedagang sayur keliling di Perumahan Palir Semarang, Retno, tak membantah bahwa harga cabai saat ini naik cukup tinggi. “Untuk cabai rawit Rp 100.000 per kilogram,” ujarnya.
    Menurutnya, harga cabai sudah naik sejak dari petani.
    Untuk itu, dia terpaksa ikut menaikkan harga agar tidak rugi meski banyak diprotes pelanggan. “Serba salah sekarang. Naik semua, kalau tak dinaikkan rugi, tapi banyak diprotes pembeli,” keluhnya.
    Sementara itu, pedagang Pasar Mijen Semarang, Salsa, mengatakan bahwa kenaikan harga cabai sudah terjadi sejak seminggu yang lalu.
    “Cabai rawit tadinya Rp 40.000, sekarang naik jadi Rp 80.000 per kilogram,” katanya saat ditemui di lokasi.
    Dia tak mengetahui secara pasti penyebab harga cabai menjadi mahal. Pasalnya, harga cabai sudah naik sejak dari petani. “Saya tak tahu. Pada naik semua,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Harga Pangan Hari Ini 11 Desember: Harga Beras Turun, Cabai Rawit Naik

    Harga Pangan Hari Ini 11 Desember: Harga Beras Turun, Cabai Rawit Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan harga pangan secara rata-rata nasional di Indonesia terpantau beragam pada Rabu (11/12/2025) hari ini dibandingkan dengan hari sebelumnya.

    Berdasarkan laman panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 07.25 WIB, harga rata-rata beras premium di Tanah Air turun 1,53% menjadi Rp15.273 per kilogram dibandingkan kemarin.

    Harga beras medium juga turun 2,87% ke Rp13.119 per kilogram, sedangkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Perum Bulog lebih murah 0,95% ke Rp12.330 per kilogram.

    Komoditas lainnya seperti jagung peternak turun 5,31% ke Rp6.530 per kilogram, serta kedelai biji kering impor turun 1,72% menjadi Rp10.604 per kilogram. Sementara itu, bawang merah turun 5,66% ke Rp45.526 per kilogram, sedangkan bawang putih bonggol juga lebih murah 4,68% ke Rp35.860 per kilogram.

    Harga aneka cabai bergerak beragam. Cabai merah keriting turun 3,55% ke Rp60.492 per kilogram, cabai merah besar turun 10,11% ke Rp50.023 per kilogram, dan cabai rawit merah naik 0,52% menjadi Rp73.714 per kilogram.

    Sementara itu, harga daging sapi murni turun 3,10% menjadi Rp130.644 per kilogram. Harga daging ayam ras turun 0,29% ke Rp39.671 per kilogram, sedangkan harga telur ayam ras turun 0,02% menjadi Rp31.224 per kilogram.

    Lebih lanjut, gula konsumsi terpantau turun 1,42% ke Rp17.786 per kilogram, garam konsumsi naik 0,57% ke Rp11.505 per kilogram, tepung terigu curah turun 2,40% ke Rp9.474 dan tepung terigu kemasan turun 4,83% ke Rp12.300.

    Untuk minyak goreng, harga kemasan dan curah masing-masing turun 2,25% dan turun 6,12% menjadi Rp20.475 dan Rp16.556 per liter. Sementara itu, Minyakita turun 3,85% menjadi Rp16.881 per liter.

    Perubahan harga juga terjadi pada daging kerbau segar lokal yang turun 0,60% ke Rp140.000 per kilogram, serta daging kerbau beku impor yang turun 10,30% ke Rp96.250 per kilogram.

    Adapun, harga komoditas ikan bergerak turun. Ikan kembung turun 5,12% ke Rp41.035 per kilogram, ikan tongkol turun 2,02% ke Rp34.903 per kilogram, sedangkan ikan bandeng turun 4,71% menjadi Rp34.000 per kilogram.

  • OPINI: Kaji Ulang PTKP

    OPINI: Kaji Ulang PTKP

    Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi ekonomi Indonesia saat ini memang bergerak ke arah perbaikan dan pemulihan. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

    Bahkan, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan IV/2025 akan mencapai 5,7%. Situasi tersebut karena perekonomian sudah berada dalam tren pemulihan dari tren perlambatan yang terjadi pada triwulan III/2025. Bergeraknya perekonomian disebabkan Menkeu dengan persetujuan Presiden menggelontorkan uang Rp200 triliun, sehingga membaiknya pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan momentum pertumbuhan ekonomi baru. Namun, kondisi inflasi dan kesulitan masih terus mengikuti kehidupan rakyat banyak.

    Menurut survei Voice of the Consumer 2025, survei ini mengumpulkan wawasan dari 21.075 konsumen di 28 negara dan wilayah, termasuk Indonesia, dan mengungkap bahwa konsumen ingin membeli makanan yang selaras dengan nilai-nilai mereka terkait kesehatan, kenyamanan, dan keberlanjutan. Dalam survei tersebut menunjukkan bahwa 50% konsumen Indonesia makin khawatir terhadap ketidakstabilan ekonomi dan meningkatnya biaya hidup, yang mendorong mereka untuk membeli lebih sedikit dan memilih alternatif yang lebih murah.

    Isu krisis biaya hidup bukan lagi sekadar topik ekonomi, melainkan masuk dalam persoalan sosial. Kenaikan harga bahan pokok, seperti beras, minyak goreng, telur, dan cabai telah menekan daya beli masyarakat kelas bawah dan menengah yang semuanya berasal dari pekerja atau karyawan, di mana kenaikan penghasilan (gaji) mereka tidak sebanding dengan kenaikan harga barang, atau kenaikan penghasilan tidak sebanding dengan kenaikan investasi.

    Penulis teringat dengan teori Thomas Piketty ekonom asal Perancis dalam bukunya Capital in The Twenty First Century yang menjelaskan ketimpangan ekonomi terjadi karena adanya fenomena r>g, atau imbal hasil investasi kapital selalu lebih besar dibanding-kan pertumbuhan ekonomi. Keadaan inilah yang menyebabkan orang kaya pemilik modal terus bertambah kaya, sedangkan masyarakat biasa tanpa modal, hidupnya akan makin sulit. Situasi ini memang terjadi demikian, misalnya maksimal gaji karyawan naik dikisaran 5%—10% per tahun, itu pun jika perusahaan dalam kondisi sedang baik-baik saja, jika tidak, maka gaji akan tetap, jika diambil secara rata-rata kenaikan UMP (Upah Minimum Provinsi) berkisar 6,5%, sedangkan laba perusahaan menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba bersih agregat emiten (perusahaan tercatat di bursa) mengalami kenaikan rata-rata 21,20% pada semester I/2025.

    Dari data di atas terdapat jurang yang lebar antara tingkat pendapatan masyarakat dan pertumbuhan penambahan investasi. Situasi ini yang memperlemah daya beli masyakat, sehingga perekonomian menjadi terganggu.

    BEBAN PAJAK

    Memang ada banyak variable yang dapat memengaruhi lemahnya daya beli masyarakat, tetapi salah satu variabel yang penting adalah beban pajak. Bicara soal kelas pekerja dan karyawan pastinya berhubungan dengan pajak penghasilan dari wajib pajak penghasilan orang pribadi yang disingkat menjadi PPh WP OP dan PPh pasal 21.

    Dalam perhitungan PPh WP OP dan PPh pasal 21 ada yang dinamakan PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), hal ini berfungsi untuk menjadi pengurang penghasilan yang dikenakan pajak. Selain itu, PTKP berfungsi sebagai ambang batas penghasilan minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.

    Dengan tidak memajaki penghasilan di bawah ambang batas ini, sistem pajak menjadi lebih adil, memastikan bahwa individu atau keluarga berpenghasilan rendah tidak terbebani kewajiban pajak yang dapat mengganggu kemampuan mereka memenuhi kebutuhan pokok. Logika ekonomi berkesimpulan bahwa PTKP mendongkrak daya beli masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah. Hal ini dapat mendorong konsumsi domestik dan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.

    Saat ini, besaran PTKP untuk WP sendiri (TK/0) 54 juta per tahun atau Rp4,5 juta per bulan. Tambahan Wajib Pajak Kawin Rp4,5 juta per tahun, dan tam-bahan setiap tanggungan Rp4,5 juta per bulan. Tarif PTKP yang digunakan ini sudah terjadi sejak 2016. Berdasarkan data Bank Indonesia, perincian inflasi (2016—2024) berturut-turut 3,03%, 3,61%, 3,12%, 2,72%, 1,68%, 1,87%, 5,51%, 2,61%, dan 1,57%. Angka inflasi tersebut jika dijumlahkan didapati angka inflasi 25,72% (selama 10 tahun), sehingga PTKP tersebut kemungkinan sudah tidak relevan untuk digunakan dan perlu dibuat kajian khusus yang mendalam, sehingga meringankan masyarakat dalam membayar pajak.

    Beban pajak ringan akan menciptakan stimulus daya beli masyarakat yang secara otomatis akan mem-buat perkonomian ikut bergerak naik.

    Namun, diperlukan kajian yang cermat dan komprehensif sebelum menaikkan PTKP mengingat pembiayaan negara kita yang besar. Tahun 2025 saja, APBN kita untuk pembiayaan negara sebesar Rp3.527 trilun, dan sekitar 82,1% dibiayai dari sektor pajak. Konstibusi pajak penghasilan dari orang pribadi sekitar 15,7 % dari total penerimaan pajak.

    Sesuatu cukup signifikan hasil dari pajak penghasilan orang pribadi. Jika perhitungan meleset, maka akan menekan penerimaan negara secara signifikan, maka diperlukan subtitusi dari penerimaan negara yang lain dan tentunya diperlukan kajian mendalam agar tidak keliru dalam membuat kebijakan yang krusial ini.

  • Mensos Ingatkan Pedagang Bahan Pokok: Tak Pantas Situasi Seperti Ini Menaikkan Harga

    Mensos Ingatkan Pedagang Bahan Pokok: Tak Pantas Situasi Seperti Ini Menaikkan Harga

    Mensos Ingatkan Pedagang Bahan Pokok: Tak Pantas Situasi Seperti Ini Menaikkan Harga
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menegaskan, menaikkan harga bahan-bahan pokok di Provinsi Aceh setelah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor sangat tidak pantas dilakukan.
    “Sungguh tidak pantas ya dalam situasi yang seperti ini kita menaikkan harga. Di tengah-tengah orang yang lagi berduka,” kata Saifullah saat ditemui di Kantor Kemensos, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2025).
    Saifullah mengatakan, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem juga telah berpesan kepada para pemilik toko agar tidak menaikkan harga di saat situasi tengah berduka.
    Mensos yang karib dipanggil Gus Ipul ini menuturkan bahwa masyarakat semestinya harus saling tolong-menolong saat sedang diterpa musibah.
    “Pak Mualem juga mengatakan kalau ingkar, kalau ada yang melanggar berarti pada akan ditindak. Jadi ini dalam situasi gini kita sepatutnya untuk tolong-menolong,” kata dia.
    Gus Ipul pun memastikan pemerintah akan terus mempercepat penyaluran bantuan kepada warga terdampak seiring harga bahan-bahan pokok yang mulai melonjak.
    “Kalau percepatan dilakukan oleh semuanya ya. Yang dilakukan percepatan oleh semuanya termasuk Kementerian Sosial kemarin sudah bisa masuk bantuannya ke Bener Meriah dan Aceh Tengah,” ujar Gus Ipul.
    Gus Ipul menyampaikan bahwa saat ini semua pihak berjibaku membantu menyalurkan bantuan logistik bagi para korban.
    “Semuanya, bukan dari kami saja dari banyak pihak. Semua berusaha untuk bisa mengirim bantuan menjangkau yang mungkin malah belum mendapatkan bantuan itu,” ucap dia.
    Adapun hingga Selasa (9/12/2025), warga Desa Alur Mentawak, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, masih berada dalam kondisi terisolasi.
    Salah seorang warga, Syahfitri (22), mengatakan akses utama desa tertimbun material longsor.
    Keterisolasian membuat harga bahan pokok melambung tinggi.
    Menurut Syahfitri, BBM dijual Rp 40.000 per liter, telur Rp 100.000 per papan, dan cabai mencapai Rp 250.000 per kilogram.
    Ia berharap pemerintah segera membuka kembali akses jalan agar distribusi pangan dapat kembali normal.
    “Sekarang keluarga kami ungsikan ke Lhokseumawe. Karena sangat sulit kebutuhan bahan pangan di sana,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Harga Bawang dan Cabai Melonjak, Mendag Sebut Pasokan Aman

    Harga Bawang dan Cabai Melonjak, Mendag Sebut Pasokan Aman

    Jakarta, Beritasatu.com — Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan harga bawang merah serta cabai di sejumlah daerah saat ini tercatat melampaui harga acuan pemerintah (HAP). Meski demikian, ia menekankan bahwa pasokan nasional kedua komoditas tersebut masih aman.

    “Harga rata-rata nasional bawang merah Rp 47.600 per kilogram, sedangkan harga acuan Rp 41.500. Tapi tadi disampaikan (saat rapat) sebenarnya bawang merah itu surplus,” ujar Budi di Kementerian Perdagangan, Senin (8/12/2025), dilansir dari Antara.

    Menurut Budi, kenaikan harga di tingkat nasional dipengaruhi oleh variasi harga antarwilayah, termasuk Papua yang secara konsisten mencatat harga lebih tinggi sehingga mengerek rata-rata nasional.

    Untuk cabai merah dan cabai rawit, Budi menegaskan laporan asosiasi produsen menunjukkan bahwa produksi tidak bermasalah. Namun, kondisi cuaca yang kurang bersahabat membuat proses panen menjadi tidak optimal.

    “Cabai itu tidak kekurangan produksi. Cuma kemarin karena cuacanya tidak bagus, memanennya saja. Memanennya kan tidak bisa setiap saat. Jadi makanya tadi dicari solusinya bagaimana supaya bisa lebih efisien dalam memanennya,” tuturnya.

    Pemerintah, kata Budi, saat ini memfokuskan langkah pada penguatan distribusi dari daerah sentra produksi menuju wilayah konsumsi melalui koordinasi dengan Kementerian Perhubungan, pemerintah daerah, serta pelaku logistik.

    Dari sejumlah laporan pemerintah daerah yang hadir dalam rapat, termasuk Sumatera Utara, pasokan pangan pokok di wilayah yang tidak terdampak bencana dilaporkan tetap terkendali.

    “Kalau yang di luar bencana, tadi disampaikan pasokan cukup dan terkendali. Yang perlu dijaga jangan sampai distribusinya terlambat,” kata Budi.

    Adapun untuk wilayah yang terdampak bencana di Sumatera, pemerintah melakukan penanganan khusus melalui jalur bantuan mengingat sebagian infrastruktur jalan masih dalam proses pemulihan.

    “Kalau di daerah bencana itu kan memang yang kena bencana ditangani khusus dengan bantuan. Tapi di sekitarnya, yang tidak terjadi bencana, pasokan ada, terkendali,” jelasnya.

    Ia juga menyampaikan komoditas daging dan telur berada dalam kondisi surplus berdasarkan laporan asosiasi, sehingga kecil kemungkinan menjadi pemicu inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Budi menegaskan pemerintah akan terus memantau perkembangan harga bawang, cabai, dan komoditas pangan strategis lainnya. Ia meminta pemerintah daerah segera berkoordinasi jika terjadi lonjakan harga.

    “Kalau nanti ada lonjakan atau kekurangan pasokan, kita harus cepat komunikasi karena setelah Nataru ada Imlek dan puasa yang waktunya berdekatan,” ujarnya.

    Berdasarkan data Badan Pangan Nasional per Senin, harga cabai rawit merah naik 6,34% menjadi Rp 72.277 per kilogram, cabai merah keriting naik 1,58% menjadi Rp 61.454 per kilogram. Sementara itu, telur ayam ras naik 1,36% menjadi Rp 31.365 per kilogram dan beras medium naik 1,16% menjadi Rp 13.660 per kilogram. Di sisi lain, bawang merah turun 2,64% menjadi Rp 47.729 per kilogram, dan Minyakita turun 0,44% menjadi Rp 17.602 per liter.

  • Melawan Beton Kota Depok, Pakde Bowo Menanam Harapan di Lahan Tidur

    Melawan Beton Kota Depok, Pakde Bowo Menanam Harapan di Lahan Tidur

    Liputan6.com, Jakarta – Di tengah hiruk-pikuk Kota Depok yang kian padat dengan gedung-gedung tinggi, asap kendaraan, dan laju urbanisasi yang tak terbendung, ada sepetak lahan hijau yang tumbuh seperti oase. Di sepanjang Jalan Raya Juanda, tanaman cabai berbaris rapi, dipadu sayuran produktif yang seolah teguh melawan dominasi beton.

    Dari balik rimbun cabai itu, muncullah sosok Bowo Sungkowo Pujodimono, pria kelahiran 1963 yang akrab disapa Pakde Bowo. Dengan tangan kasarnya yang sudah akrab dengan tanah, ia menata kembali lahan yang dulu dibiarkan tidur, kumuh, dan dipenuhi semak belukar.

    “Saya tinggal kebetulan di Margonda. Waktu itu saya melihat kumuhnya Jalan Raya Juanda, dari rel kereta api sampai Jalan Raya Bogor,” kenang Pakde Bowo saat ditemui Jumat (5/12/2025). Di benaknya, ia masih jelas mengingat bagaimana kawasan itu dulu rawan begal karena sepi tak terurus.

    Lahan yang semula terbengkalai sepanjang pipa gas Pertamina, kini berubah menjadi ruang hijau produktif berkat dorongan tekad sesederhana “lingkungan harus diperbaiki.”

    “Ya Alhamdulillah, dengan niat karena lagi-lagi untuk lingkungan, ya bisa berjalan seperti ini,” ujarnya sambil menatap deretan tanaman yang tumbuh subur.

    Pada 2015, Pakde Bowo memberanikan diri menghadap Pertamina dan Kementerian PUPR untuk meminta izin mengelola jalur pipa gas dan lahan kosong sebagai area penghijauan. Gayung bersambut, izin pun diberikan.

    “Akhirnya di lahan Pertamina kami jadikan tempat para pedagang tanaman hias, sebagai awal langkah penghijauan di Jalan Raya Juanda,” tuturnya.

    Kini, hampir 40 persen pedagang tanaman hias di Kota Depok berjualan di sepanjang jalur itu, menata ruang hidup tanpa mengganggu jalan maupun pipa gas. Area yang dulu sepi dan rawan kriminal kini menjadi tempat mencari nafkah sekaligus ruang hijau kota.

    “Mereka berjualan tidak melanggar marka jalan, tidak mengganggu jalur pipa gas,” tegasnya.

     

    Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq membeberkan sejumlah temuan terkait bencana alam di Aceh, Sumatera Utara hingga Sumatera Barat. Pihaknya meyakini bukan hanya akibat alam, tapi terdapat faktor curah hujan yang sangat tinggi.

  • Harga Pangan Makin Mahal Jelang Nataru, Ikappi Soroti Minyakita di Atas HET

    Harga Pangan Makin Mahal Jelang Nataru, Ikappi Soroti Minyakita di Atas HET

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga sejumlah komoditas pangan mulai merangkak naik di berbagai pasar tradisional menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kenaikan terjadi pada beras premium, cabai, bawang, hingga minyak goreng Minyakita.

    Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan harga pangan yang meningkat kali ini mencakup berbagai komoditas penting.

    Reynaldi menuturkan per 3 Desember 2025, beras medium terpantau relatif stabil, namun beras premium masih berada di level tinggi sekitar Rp15.500–Rp15.600 per kilogram.

    Komoditas cabai juga menjadi salah satu kelompok yang paling mengalami lonjakan. Cabai merah keriting tercatat di harga Rp65.000 per kilogram, cabai rawit Rp69.000 per kilogram, dan cabai merah TW dibanderol Rp68.000 per kilogram.

    Reynaldi menilai lonjakan ini terjadi seiring semakin dekatnya momentum Nataru yang biasanya meningkatkan permintaan.

    “Cabai-cabaian ini mengalami lonjakan, tentu mengingat beberapa pekan lagi kita akan memasuki Natal dan Tahun Baru,” kata Reynaldi kepada Bisnis, dikutip Minggu (7/12/2025).

    Senada, bawang putih mulai bergerak ke kisaran Rp40.000 per kilogram dan bawang merah mencapai Rp49.000 per kilogram. Sementara itu, harga ayam masih stagnan di kisaran Rp40.000 per kilogram, sedangkan telur berada pada rentang Rp30.500–Rp31.000 per kilogram. Untuk gula pasir juga berada di kisaran Rp18.000 per kilogram.

    Namun, Reynaldi menyebut minyak goreng Minyakita masih menjadi sorotan lantaran harganya masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET). Adapun minyak goreng curah ikut bergerak naik ke level Rp19.000 per liter.

    “Minyakita ini yang menurut kami menjadi sorotan karena harganya masih di atas HET yang seharusnya Rp15.700 per liter sekarang di Rp17.850 per liter,” ujarnya.

    Menurutnya, belum turunnya harga minyak goreng Minyakita mengindikasikan adanya persoalan pada rantai tata niaga, baik dari sisi pasokan maupun regulasi yang berlaku.

    Ikappi pun mempertanyakan mengapa harga Minyakita masih di atas HET, padahal pemerintah telah merevisi aturan terkait. Menurutnya, ketersediaan minyak goreng nasional yang melimpah seharusnya menjadikan harga lebih stabil.

    Di sisi lain, Reynaldi menuturkan gangguan logistik di Sumatra menjadi tantangan tambahan dalam distribusi komoditas pangan.

    Adapun, Ikappi tengah memetakan sejumlah kabupaten/kota yang terdampak kerusakan infrastruktur seperti putusnya jembatan, sehingga jalur darat tidak dapat dilalui.

    Dia menuturkan, kondisi ini menghambat pasokan ke wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, kecuali untuk makanan jadi yang bisa dikirim melalui jalur udara. Imbasnya, distribusi kebutuhan pokok, terutama komoditas pangan segar, masih sulit menjangkau sejumlah pasar di daerah tersebut.

  • Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua Regional 6 Desember 2025

    Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua
    Tim Redaksi
    AGAM, KOMPAS.com
    – Di bawah terpal yang terbentang, ibu-ibu sedang duduk berkumpul agak sesak. Mereka membawa “senjata”-nya sembari bersenda gurau melepas lelah. Di tangan mereka, ada pisau, sodet, dan saringan penggorengan yang digenggam.
    Masing-masing mengambil tempatnya sendiri, duduk di sebuah bangku plastik kecil. Ada yang memotong wortel, membersihkan ikan, dan mengupas jengkol.
    Minyak goreng di wajan terlihat berkilau kekuningan. Di permukaannya, gelembung-gelembung kecil muncul pertanda siap untuk menggoreng ikan. Seorang ibu lainnya, lalu menyemplungkan ikan ke dalam wajan.
    Mereka berkumpul sebagai petugas
    dapur umum
    di SD 05 Kayu Pasak,
    Nagari Salareh Aia Induk
    , Palembayan, Agam, Sumatera Barat. Para ibu datang dengan satu semangat: solidaritas untuk korban bencana banjir bandang yang melanda kampungnya.
    Witra (42) adalah salah satu dari 10 orang petugas dapur umum. Witra tinggal di Jorong Kayu Pasak, lokasi air bah yang menyapu kampungnya. Ia berhasil selamat lantaran tinggal cukup jauh dari lokasi bencana.
    “Saya warga Kayu Pasak datang untuk membantu para korban, bantu masak makanan,” kata Witra saat ditemui
    Kompas.com
    , Sabtu (6/12/2025) siang.
    Witra dan teman-temannya sekampung datang untuk membantu memasak di dapur umum sehari setelah banjir bandang menyapu Jorong Kayu Pasak. Usia mereka beragam. Rata-rata di atas 35 tahun, dan bahkan ada yang sampai 60 tahun.
    Solidaritas memang di atas segalanya bagi Witra dan rekan-rekannya. Sebagian dari mereka bahkan mengalami kerugian ekonomi seperti hilangnya sawah dan kebun karena tertutup lumpur.
    Kondisi itu tak meruntuhkan niat baiknya. Mereka berjalan kaki dari rumahnya sekitar 10 menit setiap hari menuju dapur umum posko. Begitu tiba, mereka sudah tahu tugasnya masing-masing.
    “Kami membantu ya karena kasihan korban belum makan. Yang bantu juga enggak cukup, jadi ada dapur umum, kami bantu, lagian kami juga
    enggak
    kenapa-kenapa. Selagi sehat, kita bantu semua, bareng-bareng bantu,” tambah Witra.
    Mereka bekerja di dapur umum untuk menyiapkan makan siang. Namun, tak jarang mereka harus lembur untuk menyiapkan makan malam.
    “Kalau pagi sudah ada dari posko. Malam juga,” ujar Witra.
    Satu hari sejak bencana maut terjadi, Witra bersama warga sekampungnya sudah memasak berbagai hidangan. Ada ayam goreng, olahan telur, ikan goreng, pisang goreng, dan berbagai bahan makanan yang datang dari relawan.
    Lebih dari sepekan bencana melanda kampungnya, mereka berharap bantuan makanan bisa bervariasi. Bahan yang dibutuhkan di dapur umum seperti beras, cabai, sayur, minyak, air bersih, ikan, dan telur.
    “Jadi kan enggak selalu mi instan ya. Kasihan kan anak-anak. Kan mungkin dikasih makan mi terus,” ujar Witra. 
    Selain itu, peralatan makan juga dibutuhkan. Pasalnya, setiap hari makanan disediakan dengan cara dibungkus, bukan di piring.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PIHPS: Harga cabai rawit Rp72.700/kg, telur ayam Rp32.350/kg

    PIHPS: Harga cabai rawit Rp72.700/kg, telur ayam Rp32.350/kg

    Jakarta (ANTARA) – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat harga pangan komoditas cabai rawit merah mencapai Rp72.700 per kilogram (kg), sedangkan telur ayam ras Rp32.350 per kg.

    Berdasarkan data dari PIHPS yang dilansir di Jakarta, Sabtu, pukul 08.10 WIB, selain cabai rawit merah dan telur ayam ras, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang merah Rp49.250 per kg, lalu bawang putih di harga Rp39.700 per kg.

    Selain itu, beras kualitas bawah I di harga Rp14.350 per kg, beras kualitas bawah II Rp14.300 per kg. Sedangkan beras kualitas medium I Rp15.850 per kg, dan beras kualitas medium II di harga Rp15.700 per kg.

    Lalu, beras kualitas super I di harga Rp17.050 per kg, dan beras kualitas super II Rp16.600 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp58.100 per kg, cabai merah keriting Rp62.900 per kg, dan cabai rawit hijau Rp54.050 per kg.

    Kemudian, daging ayam ras di harga Rp40.550 per kg, daging sapi kualitas I Rp141.050 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp132.950 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.800 per kg, gula pasir lokal Rp18.100 per kg.

    Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.750 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp22.450 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp21.450 per liter.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.