Tanaman: Cabai

  • Mendagri Tito Minta Pemda Segera Kendalikan Harga Saat Inflasi Naik

    Mendagri Tito Minta Pemda Segera Kendalikan Harga Saat Inflasi Naik

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (pemda) yang inflasinya di atas rerata nasional untuk segera mengambil langkah konkret mengendalikan harga komoditas.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi nasional pada September 2025 tercatat sebesar 2,65% year on year (yoy). Meski angka itu relatif terkendali, Tito menegaskan kondisi di sejumlah daerah masih beragam dan perlu diwaspadai.

    “Yang di atas nasional tolong diatensi. Sementara yang terlalu rendah juga harus hati-hati,” ujar Tito dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (27/10/2025).

    Menurut dia, pemerintah menargetkan inflasi berada pada kisaran 2,5% ±1%. Angka ini dianggap ideal karena menyeimbangkan kepentingan konsumen dan produsen.

    Ia mengungkapkan, beberapa komoditas yang menjadi penyumbang kenaikan harga di berbagai daerah, antara lain cabai merah naik di 235 kabupaten/kota, telur ayam ras naik di 229 daerah, daging ayam ras naik di 190 daerah.

    Sementara itu, harga beras disebut relatif stabil, Tito tetap meminta pemda untuk memberikan atensi pada komoditas yang mengalami lonjakan harga. Ia juga mengimbau pemda agar segera meninjau data inflasi di wilayah masing-masing dan mengambil langkah pengendalian cepat.

    “Kalau tinggi, segera lakukan rapat koordinasi internal dengan stakeholder, distributor, Kadin, dan asosiasi pengusaha,” katanya.

    TIto menjelaskan dua aspek utama yang harus diperiksa pemda jika inflasi tinggi, yaitu kecukupan suplai dan kelancaran distribusi. Jika suplai cukup tetapi distribusi terhambat, ia meminta pemda memeriksa kemungkinan adanya praktik penimbunan komoditas, yang dapat memicu lonjakan harga.

    “Dapat untung boleh, tetapi jangan menahan barang untuk dijual ketika harga naik. Itu praktik nakal di lapangan,” tegasnya.

    Sebaliknya, jika suplai kurang, pemda disarankan bekerja sama dengan daerah penghasil yang mengalami surplus produksi, serta menggunakan belanja tidak terduga (BTT) untuk membantu biaya transportasi bahan pangan agar harga tetap stabil.

    Selain itu, Tito juga mendorong pemda menggalakkan gerakan tanam komoditas lokal yang mudah dibudidayakan. Ia mencontohkan langkah Pemkot Makassar yang memanfaatkan sistem hidroponik, serta Kota Surabaya yang mengoptimalkan lahan tidak produktif untuk menanam bahan pangan.

    Tito menegaskan, jika pemda tidak mampu mengendalikan inflasi secara optimal, pemerintah pusat akan turun tangan. Langkah intervensi tersebut akan melibatkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Bulog, Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan instansi terkait lainnya.

  • Mendagri: Segera kendalikan harga jika Inflasi di atas rerata nasional

    Mendagri: Segera kendalikan harga jika Inflasi di atas rerata nasional

    “Ini yang di atas nasional ini tolong diatensi. Sementara yang terlalu rendah sekali hati-hati,”

    Jakrta (ANTARA) – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (pemda) yang inflasinya di atas rerata nasional, segera bertindak mengendalikan harga komoditas.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), meski inflasi secara nasional terkendali di angka 2,65 persen secara year on year pada September 2025, kondisi di daerah masih bervariasi.

    “Ini yang di atas nasional ini tolong diatensi. Sementara yang terlalu rendah sekali hati-hati,” kata Tito pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin.

    Lebih lanjut, Mendagri menyebutkan, pemerintah menargetkan angka inflasi sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen. Angka itu dinilai stabil dalam menjaga kepentingan konsumen maupun produsen.

    Ia menyebutkan sejumlah komoditas pangan yang perlu menjadi atensi karena kenaikan harganya terjadi di banyak daerah. Hal itu seperti cabai merah yang naik di 235 kabupaten/kota. Kemudian telur ayam ras naik di 229 daerah dan daging ayam ras harganya naik di 190 daerah.

    Meskipun tak memungkiri banyak komoditas, seperti beras, yang harganya relatif terkendali, Mendagri tetap meminta Pemda dan para pemangku kepentingan untuk memberikan atensi terhadap beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga.

    Ia mengimbau Pemda agar melihat data kondisi inflasi di daerahnya masing-masing untuk melakukan langkah pengendalian.

    “Setelah itu lihat masuk enggak ke daerah (inflasi) tinggi atau tidak. Kalau tinggi segera melakukan rapat koordinasi internal dan dengan stakeholder, distributor, Kadin mungkin, asosiasi pengusaha,” ujarnya.

    Mendagri menjelaskan, ada dua aspek yang perlu dicek ketika Pemda mendapati inflasinya tinggi. Hal itu meliputi kecukupan suplai dan kelancaran distribusi komoditas.

    Apabila suplainya cukup, tapi distribusinya terkendala, Pemda perlu segera memeriksa potensi praktik penimbunan. Ia menegaskan, penimbunan komoditas yang membuat harganya menjadi mahal tidak dibenarkan dan merupakan tindak pidana.

    “Dapat untung boleh, tapi jangan ditahan, barang naik harganya, baru kemudian lepas, itu nakal-nakalnya di lapangan,” tegasnya.

    Namun, apabila suplainya kurang, Pemda perlu melakukan pemenuhan, misalnya bekerja sama dengan daerah penghasil atau yang mengalami surplus produksi. Kemudian daerah juga dapat memanfaatkan Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk menyubsidi transportasi angkutan bahan pangan, sehingga harganya sama dengan daerah yang surplus.

    Pemda juga dapat menggalakkan gerakan tanam untuk komoditas yang mudah diproduksi. Ia menyebutkan sejumlah daerah yang memanfaatkan berbagai potensi untuk mendukung gerakan tanam.

    Hal ini seperti yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar yang menggunakan medium hidroponik untuk mendukung gerakan tanam. Kemudian Kota Surabaya juga memanfaatkan lahan yang belum dimanfaatkan optimal untuk mendukung gerakan tanam.

    Di sisi lain, Mendagri mengatakan, pemerintah pusat juga akan mengintervensi pengendalian harga ketika daerah tidak mampu mengendalikan secara optimal. Langkah ini misalnya dengan melibatkan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Bulog, Badan Pangan Nasional (Bapanas), serta pihak terkait lainnya.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Hanya Nasi dan Sambal, Ketika Sang Anak Merengek Meminta Ayam

    Hanya Nasi dan Sambal, Ketika Sang Anak Merengek Meminta Ayam

    GELORA.CO – Di antara deretan kisah pilu perjuangan Melda Safitri yang diceraikan jelang sukses suami, terdapat satu momen yang paling mengiris hati, sebuah ingatan pahit di malam suci Ramadan.

    Kisah ini bukan sekadar tentang kekurangan harta, melainkan tentang ketidakmampuan seorang ibu memenuhi keinginan sederhana anaknya.

    Melda menceritakan, kesulitan ekonomi yang melilit keluarganya mencapai puncaknya menjelang Ramadan. Di saat tradisi mengharuskan keluarga memasak hidangan istimewa—terutama daging—untuk menyambut puasa, Melda harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan.

    “Itu kan biasanya satu hari belum menyambut Ramadan itu kan ada namanya masak-masak daging,” tutur Melda.

    Namun, alih-alih hidangan spesial, ia harus menyajikan makanan yang sangat sederhana. Pada malam sahur pertama, ketika keluarga lain bersantap dengan penuh sukacita, Melda dan anak-anaknya hanya bisa makan:

    “…ia dan anak-anak cuman makan nasi dengan sambal karena tidak ada bahan makanan lain.”

    Permintaan Polos yang Mengoyak Hati

    Kesedihan Melda semakin tak tertahankan ketika salah satu anaknya, yang masih polos, menyadari perbedaan hidangan sahur mereka dengan yang lain. Permintaan sederhana sang anak menjadi belati yang menusuk hati Melda.

    “Dan anak bilang, ‘Mak, ayam,’ katanya,” kenang Melda.

    Tidak bisa berbohong, Melda hanya bisa menenangkan anaknya dengan harapan palsu.

    “Nanti tunggu ayah pulang, ayah pulang, iya bawa ayam.”

    Momen ini menjadi lambang puncak keterpurukan mereka. Seorang ibu yang telah berjuang keras menjual cabai dan tidur di kaki lima, tidak bisa memberikan lauk pauk yang layak di momen suci. Perjuangan itu terasa sia-sia, tidak mampu melindungi anak-anaknya dari kesadaran pahit akan kemiskinan.

    Kisah Melda Safitri ini menegaskan bahwa penderitaan terberat dalam kemiskinan seringkali dirasakan bukan oleh diri sendiri, melainkan melalui permintaan tulus dari mata polos seorang anak yang mendambakan sepotong ayam di meja makan.

    Sebuah memori menyakitkan yang kini harus dibawa Melda sebagai pengingat betapa berharganya setiap rezeki yang ia perjuangkan.

  • 5 Fakta PLTP Mataloko Berbasis Geotermal dari Target, Progress hingga Dampak Sosial

    5 Fakta PLTP Mataloko Berbasis Geotermal dari Target, Progress hingga Dampak Sosial

    Bisnis.com, BAJAWA – Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Mataloko, Ngada, Flores, NTT memainkan peran penting untuk menopang kebutuhan listrik daratan Flores, NTT dan Ngada khususnya. Saat ini, 98% kebutuhan listrik di Kabupaten Ngada berasal dari PLTMG Rangko (20 MW) dan Maumere (40 MW).

    Dengan total kebutuhan listrik di Kabupaten Ngada sekitar 5 MW, kapasitas atau sumber listrik di Kabupaten Ngada yakni dari PLTMH Ogi dan PLTMH Waeroa masing-masing sekitar 100 kW dan 200 kW.

    Tak ayal pengembangan geotermal atau PLTP Mataloko yang berkapasitas 2×10 MW memainkan posisi penting untuk mendukung kemandirian energi di daratan Flores dan Ngada khususnya. Berikut 5 fakta menarik geotermal Mataloko atau PLTP Mataloko yang dihimpun Bisnis setelah mengunjungi lokasi.

    1. Dirintis Sejak 1999

    PLTP Mataloko pertama kali dirintis sejak 1999. Proses itu dimulai dengan pengeboran 7 sumur eksplorasi oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral (DJGSM). Konstruksi PLTP Mataloko kemudian dilakukan pada 2006 oleh PLN.

    4 tahun kemudian atau pada 2010, PLTP Mataloko beroperasi. Namun, kendala penurunan pressure uap 3,2 bar membuat PLTP ini dihentikan alias mati suri.

    PLN kemudian mendapatkan penugasan Pengusahaan Panas Bumi WKP Mataloko lewat KS Menteri ESDM No.5009 K/30/MEM/2016. Setelah kajian studi kelayakan, konsultasi publik dan urusan administrasi lainnya selesai, PLN kemudian mulai mengembangkan lagi PLTP Mataloko.

    Bobby Robson Sitorus, Manager Perizinan dan Komunikasi PLN UIP Nusa Tenggara mengatakan perseroan melanjutkan dari yang sebelumnya pada 2022 untuk pra-konstruksi.

    “Mulai dari perizinan-perizinan. Perizinan izin lingkungan, kemudian kesesuaian ruang, kemudian ada izin prinsip, kemudian ada kehutanan, dan lain-lain itu sudah tercapai semua di tahun 2021-2022,” ujarnya di Mataloko, Jumat (24/10/2025).

    2. Pembebasan Lahan dan Progress PLTP Mataloko

    Bobby melanjutkan perseroan juga telah menyelesaikan pengadaan tanah atau pembebasan lahan pada 2022 hingga 2024. Tahun ini, PLN mengerjakan pembangunan infrastruktur mulai dari jalan sepanjang 7 km, menyelesaikan 4 wellpad (A,B,C,D).

    “Nah total semua progres sampai saat ini, untuk yang pengadaan tanah sudah clear semua, sudah 100%, untuk perizinan 100%, untuk konstruksi infrastruktur tadi sudah tercapai sekitar 89%. Jadi makanya diperkirakan di akhir tahun kita sudah 100%, selanjutnya persiapan untuk pengeboran,” jelasnya.

    3. Target Operasi Komersial 2027

    Bobby melanjutkan PLN menargetkan Commercial Operation Date (COD) PLTP Mataloko atau operasi komersial pada 2027. Walau punya waktu terbatas, PLN optimistis dapat mencapai target itu.

    Pasalnya, kebutuhan listrik di Flores terus meningkat seiring dengan berkembangnya sejumlah daerah wisata.

    Dia merinci proses pengeboran memakan waktu sekitar 6-7 bulan untuk 1 wellpad sehingga butuh waktu 1 tahun untuk menyelesaikan 2 wellpad.

    “Ya mepet sekali memang. Sama pembangkit itu biasanya 15-18 bulan. Ya bisa 3 tahun, hampir 2,5 tahun plus minus,” jelasnya. 

    Kampung Adat Wogo, Ngada, Flores, NTT

    4. Kontribusi Bagi Masyarakat Sekitar

    Seiring dengan konstruksi geotermal Mataloko, PLN juga ikut andil dalam pembangunan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Infrastruktur jalan yang dibangun PLN dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar lokasi PLTP Mataloko.

    Emerensiana Wawo (60), Ketua Lingkungan di Desa Ulubelu mengatakan salah satu manfaat nyata yang kelihatan ialah akses ke kebun yang terbuka berkat jalan yang dibangun PLN.

    ”Jalan itu menghubungkan kebun dengan kebun, desa dengan desa yang memudahkan kami dalam pengangkutan hasil kebun,” jelas ibu dua anak itu.

    Pembangunan PLTP Mataloko, lanjutnya, juga membuat hasil kebunnya seperti sayur, cabai dan lainnya mempunyai nilai ekonomis karena dibeli oleh para pekerja.

    ”Tenaga kerja juga ambil dari masyarakat sekitar. Anak muda yang dulu duduk-duduk saja berkat proyek ini dapat kerja dan membantu ekonomi keluarga,” paparnya.

    Senada, Ketua Adat Kampung Wogo sekaligus Ketua Pokdarwis Yohanes Baghi mengapresiasi peran PLN untuk mendukung pengembangan Desa Adat Wogo sebagai salah satu destinasi wisata budaya di Kabupaten Ngada.

    Setelah menimbah aspirasi masyarakat, PLN melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) telah membantu Pengelolaan Kawasan Desa Wisata Adat Wogo dengan menyediakan ruang informasi dan literasi budaya, fasilitas MCK, 2 lapak usaha dan fasilitas pendukung lainnya.

    ”Selama program dipikirkan pemerintah itu baik, kami pasti mendukung. Kami sebagai kampung adat berharap PLN juga memperhatikan untuk melestarikan budaya,” jelasnya.

    5. Silang Pendapat Geotermal Mataloko

    PLTP Mataloko juga dibayangi silang pendapat. Dari pantauan lapangan, warga di Desa Ulubelu dan Desa Wogo, dua desa yang beririsan langsung dengan proyek berbasis energi baru terbarukan (EBT) ini berharap proyek PLTP Mataloko lekas selesai sehingga memberikan dampak nyata.

    Emerensiana, Ketua Lingkungan di Desa Ulubelu mengatakan pemerintah tentu ingin memajukan dan menyejahterakan warganya agar terjadi pemerataan pembangunan.

    ”Semoga ini tetap dijalankan dan lebih cepat lebih baik sehingga bisa mengurangi rumor negatif sekaligus bermanfaat bagi semua orang,” katanya.

    Di sisi lain, penolakan proyek geotermal Mataloko muncul dari kekhawatiran dampak negatif terhadap lingkungan dan ketersediaan air. Selain sejumlah LSM, salah satu yang gamblang menyerukan penolakan ialah gereja lokal dengan perhatian utama pada aspek lingkungan.

    PLN tidak menampik adanya penolakan itu dan terus berupaya menjalin komunikasi konstruktif. 

    ”Ada terkait water supply-nya. Kita mau pasang pipa itu masih dilarang, tapi kami lakukan sosialisasi dan juga telah berhitung dengan BWS [Balai Wilayah Sungai]. Kami akan berupaya untuk melakukan pendekatan hingga mendapat persetujuan,” kata Bobby.

  • Harga Pangan (25/10): Beras Premium dan Medium Turun, SPHP Merangkak Naik

    Harga Pangan (25/10): Beras Premium dan Medium Turun, SPHP Merangkak Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga rata-rata nasional beras premium dan beras medium komoditas pangan di level konsumen mengalami penurunan pada hari ini, Sabtu (25/10/2025). Sementara itu, beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) justru naik.

    Mengutip laman Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada pukul 9.50 WIB, harga beras premium tercatat turun tipis 0,80% menjadi Rp15.707 per kilogram (Kg), sedangkan beras medium turun 1,34% menjadi Rp13.662 per kg.

    Adapun beras SPHP justru mencatatkan tren kenaikan harga sebesar 0,02% dibandingkan hari sebelumnya menjadi Rp12.518 per kg.

    Tepung terigu kemasan tercatat turun 2,27% menjadi Rp12.752 per kg dan tepung terigu curah tercatat turun 1,30% menjadi Rp9.651 per kg. Aneka bumbu dapur seperti bawang merah tercatat turun 3,01% menjadi Rp38.143 per kg dan bawang putih bonggol turun 3,53% ke angka Rp35.854 per kg.

    Rerata harga nasional cabai merah keriting susut 4,29% menjadi Rp51.222 per kg, cabai merah besar turun 3,68% menjadi Rp45.155 per kg, dan cabai rawit merah turun 5,75% menjadi Rp37.564 per kg.

    Minyak goreng kemasan turun 1,26% menjadi Rp20.726 per kg, minyak goreng curah turun 1,39% menjadi Rp17.306 per kg, dan Minyakita turun 1,23% menjadi Rp17.345 per kg.

    Kemudian daging ayam ras turun 1,29% menjadi Rp37.421 per kg bersamaan dengan telur ayam ras yang turun 0,89% menjadi Rp30.436 per kg.

    Sumber pangan protein hewani lainnya seperti daging sapi murni juga tercatat turun 0,36% menjadi Rp134.775 per kg, daging kerbau beku (impor) turun 3,25% menjadi Rp102.553 per kg dan daging kerbau segar turun 1,01% menjadi Rp138.696 per kg.

    Ikan kembung naik 1,18% menjadi Rp42.104 per kg, ikan tongkol turun 0,65% menjadi Rp34.632 per kg, dan ikan bandeng turun 1,64% menjadi Rp34.579 per kg. Lalu gula konsumsi turun 0,83% menjadi Rp17.947 per kg dan garam konsumsi turun 0,60% menjadi Rp11.605 per kg.

  • Meland-1: Varietas Bawang Daun Unggul dari Wonosobo
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        24 Oktober 2025

    Meland-1: Varietas Bawang Daun Unggul dari Wonosobo Regional 24 Oktober 2025

    Meland-1: Varietas Bawang Daun Unggul dari Wonosobo
    Tim Redaksi
    WONOSOBO, KOMPAS.com
    – Kabupaten Wonosobo menunjukkan keseriusan dalam memperkuat pertanian.
    Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Wonosobo bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar uji keunggulan varietas bawang daun lokal Meland-1.
    Koordinator tim dari BRIN, Retno Pengestuti menjelaskan, bawang daun varietas Meland-1 merupakan hasil seleksi dari varietas lokal Wonosobo yang telah melalui proses karakterisasi dan pendaftaran di Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) pada akhir 2024.
    “Sebetulnya ada dua varietas yang kami daftarkan, yaitu Meland-1 dan BM-1. Namun untuk tahap uji keunggulan kali ini baru Meland-1 yang diagendakan,” jelas Retno dalam rilis resminya pada Jumat (24/10/2025).
    Uji keunggulan ini menggunakan tiga varietas pembanding yang sudah beredar di pasaran.
    Menurutnya, hingga kini masih sangat sedikit benih bawang daun yang memiliki izin pelepasan resmi dari Kementan. 
    Kepala UPT Balai Benih Pertanian Sariaji, Dwi Natali, mengungkapkan bahwa Wonosobo kini telah memiliki empat varietas lokal yang didaftarkan ke Kementan, terdiri dari dua varietas cabai dan dua varietas bawang daun.
    “Untuk tahun 2026, kami juga sudah mengagendakan kegiatan karakterisasi dan pendaftaran Cabai Garung serta Cabai Ngasinan,” katanya.
    Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya daerah untuk melestarikan plasma nutfah lokal sekaligus menciptakan kemandirian benih hortikultura di tingkat daerah.
    Melalui uji keunggulan ini, Pemerintah Kabupaten Wonosobo berharap Meland-1 dapat segera memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah pusat sebagai varietas unggul nasional.
    Kegiatan ini sekaligus menjadi langkah strategis Wonosobo dalam memperkuat posisinya sebagai sentra hortikultura unggulan di Jawa Tengah, serta wujud nyata menuju kemandirian benih lokal dan peningkatan daya saing pertanian daerah.
    “Kami ingin Wonosobo tidak hanya dikenal sebagai penghasil sayuran berkualitas, tetapi juga sebagai daerah inovatif yang mampu menciptakan benih unggul dari tangan sendiri,” tutup Dwi Natali.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Senangnya Warga Berburu Beras, Telur, hingga Daging di Pangan Murah Indramayu: Ingin Terus Ada…
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        24 Oktober 2025

    Senangnya Warga Berburu Beras, Telur, hingga Daging di Pangan Murah Indramayu: Ingin Terus Ada… Bandung 24 Oktober 2025

    Senangnya Warga Berburu Beras, Telur, hingga Daging di Pangan Murah Indramayu: Ingin Terus Ada…
    Tim Redaksi
    INDRAMAYU, KOMPAS.com
    – Pemerintah Kabupaten Indramayu menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di halaman Taman Bojongsari, Indramayu, Jumat (24/10/2025).
    Pantauan Kompas.com, GPM tersebut diserbu oleh masyarakat setempat sejak pukul 08.00 WIB.
    Warga membeli beras, minyak goreng, gula, telur, daging, dan bahan pokok lainnya dengan harga lebih murah.
    Bahkan, ada warga yang mengaku menyesal tidak datang sejak pagi karena tidak kebagian telur ayam.
    “Udah habis duluan, Mas, kata pedagangnya, kurang pagi ke sininya, jadinya beli telur bebek saja sekilo,” ujar Sarimi (50), warga Kelurahan Bojongsari di lokasi GPM.
    Sarimi menerangkan, satu kilo telur bebek ia beli cuma Rp 30 ribu.
    Selain telur bebek, Sarimi juga membeli satu kilogram daging sapi.
    “Ini daging satu kilo Rp 100 ribu, kalau di pasar mah, Mas, bisa sampai Rp 140 ribu,” terang dia.
    Warga Kelurahan Bojongsari lainnya, Iriani (46), mengaku sudah dua kali bolak-balik ke lokasi GPM hari ini.
    Pagi tadi ia membeli tiga kilogram telur ayam.
    Siang harinya, ia tampak memborong lima karung beras isi lima kilogram dari GPM tersebut.
    “Buat stok, soalnya saya jualan sarapan sih, Mas, jual nasi kuning, nasi lengko, bubur,” ujar dia.
    Iriani juga berencana membeli sayur dan rempah-rempah lainnya yang turut dijual dalam GPM tersebut.
    Ia pun berharap, GPM seperti ini tidak hanya sehari, tetapi bisa rutin terus digelar oleh pemerintah daerah karena sangat membantu masyarakat.
    “Ya pengennya terus-terusan ada, lumayan bisa
    ngirit
    . Harga telur saja tadi saya beli cuma Rp 28 ribu sekilo, coba kalau di pasar, sekarang harganya sudah Rp 31 ribu,” ujarnya.
    Selamet Hidayat, warga Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, juga turut berburu bahan pokok rumah.
    Ia mengaku, awalnya penasaran karena banyak orang berkumpul dan memutuskan berhenti untuk melihat-lihat.
    “Ini baru beli pisang, murah cuma Rp 5 ribu. Ke sini juga sebenarnya enggak sengaja, cuma kebetulan lewat, terus kenapa itu ada ramai-ramai, ternyata ada pasar murah,” ujarnya.
    Diketahui, GPM ini diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Indramayu.
    Ada banyak sekali komoditas yang disediakan dengan harga murah.
    Seperti beragam jenis beras mulai dari SPHP dengan harga Rp 57.500 per lima kilogram, beras medium Rp 60.000 per lima kilogram, beras premium Rp 65.000 per lima kilogram, beras organik Rp 20.000 per kilogram, dan beras sentra ramos Rp 72.500 per lima kilogram.
    Selain itu, dijual pula gula pasir Rp 16 ribu per kilogram, daging ayam Rp 35 ribu per kilogram, telur ayam Rp 28 ribu per kilogram, minyak goreng Rp 16 ribu per liter, daging sapi Rp 100 ribu per kilogram, aneka cabai Rp 5-10 ribu per pak, hingga aneka sayuran Rp 5-10 ribu per pak.
    “Kegiatan GPM ini dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan sekaligus dalam memperingati Hari Pangan Sedunia tahun 2025,” ujar salah seorang petugas DKPP Indramayu di lokasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dapur di Sekolah hingga Biodigester

    Dapur di Sekolah hingga Biodigester

    Jakarta

    Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkap sejumlah masukan yang disampaikan Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, usai meninjau langsung program Makan Bergizi Gratis (MBG) di kawasan Halim, Jakarta Timur hari ini. Dalam kunjungan tersebut, Janja memberikan sejumlah saran untuk MBG di Indonesia.

    “Mereka mensyaratkan bahwa produk yang ada, produk dari petani lokal harus diambil oleh dapur setempat. Jadi ada kewajiban dan itu ada di dalam perundang-undangan mereka,” kata Juru Bicara BGN Dian Fatwa kepada wartawan seusai kunjungan di SD Angkasa 05 Halim, Jakarta Timur, Jumat (24/10/2025).

    Dian menjelaskan, sejumlah SPPG daerah di Indonesia sudah mengambil bahan baku tertentu dari produksi lokal. Namun di daerah Halim, Jakarta Timur baru memulai untuk membangun sumber tersebut.

    “Nah saat ini untuk di daerah Halim, mereka sedang memulai untuk menanam jagung, cabai, dan pepaya. Tentu saja saat ini kontribusi dari petani lokal,” jelas dia.

    Dia juga sempat ditanya soal masalah itu oleh Janja. Dian pun menjawab bahwa infrastruktur produksi petani lokal untuk menopang program MBG masih dibangun perlahan.

    Selanjutnya, dia menyebut Janja menyarankan dapur untuk MBG dibangun di sekolah. Hal ini untuk memudahkan distribusi MBG kepada siswa.

    “Sebetulnya sempat menanyakan (dapur di sekolah) karena mereka melakukannya seperti itu. Nah kami akan melakukannya itu nanti di daerah terpencil, daerah 3T (tertinggal, terdepan, terpencil),” ungkapnya.

    “Karena apa? Untuk di urban area ini populasinya cukup besar. Dan itu kita harus melakukan secara masif, secara cepat untuk menghindari keamanan dari makanan itu sendiri,” ucap dia.

    Dalam kesempatan yang sama, Stafsus Menko Pangan Bidang Kebijakan Strategis Meizani Irmadhiany menambahkan, Janja menyarankan soal penggunaan potensi penerapan biodigester. Cara ini digunakan sebagai sumber energi terbarukan di dapur program MBG.

    “Biodigester untuk mengembangkan energi terbarukan. Untuk memasak. Jadi school meal program atau program makanan di sekolah ini. Juga bisa membangkitkan teknologi dan ekosistem baru,” ucap Meizani.

    (azh/azh)

  • Harga Bahan Pokok Masih Stabil, Pedagang Waspadai Kenaikan Saat Musim Hujan – Page 3

    Harga Bahan Pokok Masih Stabil, Pedagang Waspadai Kenaikan Saat Musim Hujan – Page 3

    Rina (38), seorang ibu rumah tangga mengaku sudah mulai berhati-hati dalam berbelanja. Ia mengatakan, meskipun harga saat ini masih stabil, dia tetap menyiapkan strategi agar tidak terlalu mempengaruhi jika harga bahan pokok naik.

    “Sekarang saya beli secukupnya saja. Biasanya beli setengah kilo bawang merah, sekarang seperempat dulu. Soalnya kalau nanti naik, mau enggak mau harus hemat,” ujar Rina sambil menimbang belanjaannya di pasar.

    Ia menambahkan, kondisi seperti ini sudah menjadi rutinitas setiap musim hujan.

    “Kalau sudah masuk musim penghujan, pasti cabai sama ikan yang duluan naik. Tapi mudah-mudahan pemerintah bisa membantu biar ngga melonjak tinggi,” harapnya.

    Rina juga berharap agar pasar tradisional tetap menjadi tempat belanja yang terjangkau bagi masyarakat. Kalau di pasar masih bisa nawar. Jadi meski naik, paling ngga bisa disesuaikan sama kantong, tambahnya.

     

  • Tangis Melda Safitri Pecah Dapat Uang Segepok dari Shella Saukia, Diminta Bikin Usaha Usai Dicerai Suami PPPK

    Tangis Melda Safitri Pecah Dapat Uang Segepok dari Shella Saukia, Diminta Bikin Usaha Usai Dicerai Suami PPPK

    GELORA.CO –   Tangis pecah Melda Safitri tak menyangka mendapat tumpukan uang dari Shella Saukia sosok dermawan asal Aceh.

    Diketakhui,  Melda Safitri atau biasa disapa Safitri kini jadi isu hangat usai dirinya diceraikan suami jelang pelantikan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Aceh Singkil.

    Nama Shella Sauki mendadak menjadi sorotan setelah membantu Melda Safitri yang diceraikan suami sebelum diangkat PPPK.

    Baca juga: Profil-Rekam Jejak Shella Saukia Beri Tumpukan Uang ke Safitri yang Dicerai Suami usai Dilantik PPPK

    Aksi spontan ini bikin netizen terenyuh dan ramai diperbincangkan.

    “Berbagai cara skenario Allah untuk mengangkat derajat seseorang…sehat dan murah rezeki orang baik hati,” tulis @cahkerjo289

    “Alhamdulillah terima kasih orang baik ,INSA Allah masih ad LG rejeki buat si ibu & anak’y .. Aamiin,” fajarbhontot_88.

    “Alhamdulillah ikut bahagia….banyak yg sayang….TENANG IBU DAN ANAK rencana ALLAH itu maha dahsyat….Trimakasih byk buat ORANG2 BAIK sudah memberikan REZEKI dan semoga BERKAH….Dan buat ibu KEEP STRONG Bersama ANAK2nya…..” tulis @yakuzabdg5

     

    Bakal Glow Up

    Rezeki nomplok Melda Safitri atau biasa disapa Safitri kini jadi isu hangat usai dirinya diceraikan suami jelang pelantikan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

    Pengusaha sekaligus crazy rich asal Aceh, Shella Saukia tidak hanya membantu memberikan modal usaha untuk Safitri, tetapi juga akan mempercantik penampilannya.

    Setelah masa sulitnya ditinggalkan suami, kini berbagai rezeki datang menuai berkah tidak terduga.

    Dalam unggahan di Instagram Story Shella Saukia pada Rabu, (22/10/2025), terlihat potret Fitri sebelum dan sesudah menikah mengalami perubahan yang drastis.

    Awalnya sebuah akun Instagram @mama_shakiel menuliskan pesan harapan menyebut Fitri layak mendapatkan perhatian lebih, salah satunya dari Shella Saukia.

    “Dicari kak Shell kamu kak, kamu mau di glow up kan, kalau kamu udah cantik, punya duit sendiri, bukan dia lagi seleramu, kak,” tulis akun tersebut.

    Shella Saukia pun membalas unggahan yang menandainya itu dengan sambutan baik.

    Selebgram asal Aceh ini memastikan akan membantu memberikan perawatan untuk mempercantik Safitri lagi setelah dihempas oleh suaminya.

    “Bismillah bisa glow up lagi ya kita kak,” tulis Shella dalam unggahannya yang menampilkan kolase foto Fitri sebelum dan sesudah menikah.

    Rencananya, Shella akan bertemu langsung dengan Safitri.

    Adapun tujuan Shella Saukia meminta Safitri menemuinya karena akan memberikan modal usaha.

    Bahkan Shella Saukia siap membiayai biaya transportasi dan penginapan kepada Safitri.

    Momen ini dibagikan Safitri lewat Facebook miliknya, yang memperlihatkan saat dirinya akan pergi bersama sang anak.

    Shella Saukia lewat story Instagram miliknya menunggu kedatangan Safitri.

    Ia pun berdoa agar Allah angkat derajat Safitri lewat darinya.

    Dapat Modal Usaha

    Melalui unggahan story instagramnya Shella Saukia melihat kisah Fitri ini ia teringat dengan kisah masa lalunya.

    “Aku ngeliat kakak ini persis melihat hidupku di masa lalu. Naik mobil L300 bawa anak bayi,” katanya dalam story Instagramnya @shellasaukiaofficial, Rabu (22/10/2025).

    Shella mengatakan tahu rasa sakit yang dirasakan Safitri.

    “Ya Allah, aku tau betapa sakitnya hidup kakak ini. Semoga Allah mudahkan, aku bisa ketemu dengan kakaknya. Bantu kakaknya sebisa aku,” ungkapnya.

    Shella juga meminta bantuan warganet agar bisa mendatangkan Fitri ke Banda Aceh, karena ia ingin memberikan sedikit rezeki untuk ibu dua anak itu.

    “Team kak Shell sudah mencoba hubungi kakaknya, aku kemungkinan gak bisa kesana karena perjalanan cukup jauh dan kak Shell besok harus pulang ke Jakarta. Boleh gak teman-teman dan keluarga yang meelihat story ini minta kakaknya ke banda aceh malam ini, saya siapkan hotel mobil dll, karena aku ada sedikit rezeki untuk modal kakaknya buka usaha di tempat orang tuanya, insyaallah bisa glow up lagi, berjaya & kaya raya. Semoga bisa ya,” tulis Shella Saukia.

    Melalui unggahan di facebooknya, Fitri berterima kasih, dan mengucapkan syukur. 

    “Allah maha adil. Allah tunjukkan jalan. Alhamdulillah,” tulisnya, Rabu, (22/10/2025).

    Tak hanya itu, Fitri juga menyambut baik dukungan dari warganet. 

    “Terima kasih teman-teman, atas bantuannya, semoga bisa membantu kami lebih baik,” ungkap Fitri. 

    Terbaru, melihat dari akun facebook Fitri, malam tadi Fitri berangkat ke Banda Aceh untuk menemui Shella Saukia.

    terpisah melihat dari story instagram Shella Saukia, ia juga mengatakan jika hari ini ia akan bertemu dengan Fitri.

    ‘Bismillah Hari ini kita ketemu sama Ka Safitri ya.. Alhamdulillah kk Safitri udah sampe di Banda Aceh,’ tulis Shella Saukia, Kamis (23/10/2025).

    Suami Didesak Agar Dipecat

    Seorang pria di Aceh Singkil yang dijadwalkan dilantik sebagai PPPK menceraikan istrinya sesaat sebelum pelantikan. 

    Aksi tersebut memicu kemarahan warga, yang kini mendesak agar ia dipecat

    Bahkanm, kini akun instagram Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon banjir komentar warganet yang meminta turun tangan tindak tegas kasus suami ceraikan istri jelang pelantikan dan penerimaan SK PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

    Seperti diketahui, Melda Safitri (33) diceraikan suami jelang pelantikan PPPK. Bahkan Safitri telah membelikan atribut korpri suami.

    Kini pantauan Tribun, akun Instagram Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon banjir komentar.

    Dalam postingan terakhirnya yang mengunggah potret bersama Wakil Bupati Aceh Singkil selepas Apel Gabungan Senin, 17 Februari 2025.

    Postingan itu pun sontak ramai diserbu warganet, bahkan tak sedikit yang meminta Bupati Aceh Singkil memecat suami yang ceraikan istri jelang pelantikan PPPK.

    Berikut komentatar warganet:

    “Pecat suami P3K yang ceraikan istri” tulis akun @ya**

    “Yth Bapak Bupati Aceh Singkil yang di rahmati Allah… Sebagai pemimpin yg memahami kode etik n landasan sebagai pegawai P3K, tolong Bapak perhatikan kericuhan mengenai perlakuan salah seorg P3K khusunya pada Satpol PP di Aceh Singkil kepada istri n anak2nya, hal ini sangat tidak mencerminkan nilai2 yg baik sbgai Pegawai P3K.. kami meminta Bapak untuk menghentikan pegawai tersebut, insya Allah kami yakin Bapak akan bertindak dengan bijak, terimakasih Bapak Bupati” tulis @kin**

    “Pecat cabut SK nya dari P3K yg ceraikan istrinya pak itu suami gak punya belas kasihan sama anak istri pak.. Pecat pak” tulis akun @ya**

    “Pak suami yang ceraikan istri stlah diangkat p3k telusuri dan pecat saja pak!” tulis @nas*

    Duduk Perkara

    Terkuak alasan pemicu awal Melda Safitri (33) diceraikan jelang suaminya pelantikan sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).

    Hal itu berawal karena pertengkaran kecil saat suami pulang dan tidak menemukan lauk di meja makan

    Kehidupan rumah tangga yang dijalani Melda Safitri (33), wanita asal Aceh Singkil penuh dengan lika-liku 

    Padahal diakui Saftri, suaminya itu jarang memberikan nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.

    “Hari itu tanggal 14 Agustus, dia pulang kerja, sudah sore, terus dia marah-marah gitu, tidak ada kawan nasi (lauk) di rumah. Karena bagaimana saya harus masak nasi atau kawan nasi sedangkan apa pun tidak ada di rumah,” ujar Fitri dengan suara bergetar, kepada Serambinews.com, Selasa (21/10/2025).

    Suami Fitri terus berlanjut marah dan mengeluarkan kata-kata kasar hingga dinilai melukai harga dirinya.

    Dengan perasaan penuh amarah, suami Fitri memilih pergi bersama rekannya hingga pulang larut malam.

    Amarah suami Fitri terus berlanjut hingga keesokan harinya.

    Merasa tidak dihargai, Fitri lantas membalas ucapan suami yang dinilai menyakitkan hatinya hingga terjadi ribut besar. 

    “Saya balas-lah repetan dia, kamu mau apa, kesalahanku apa, saya bilang. ‘Kamu kan tidak bawa belanja, tidak ada kasih (nafkah) apa-apa, jadi apa yang saya masak?’ Jadi dia memancing emosi saya terus, dipancing-dipancing sama dia, terus saya merepet sama dia. Setelah itu, saya pergi cuci piring karena capek ribut terus,” ungkapnya. 

    Pasalnya, sebagai seorang istri, Safitri sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melayani kebutuhan suami dan anak-anak ditengah keterbatasan ekonomi mereka.

    Saat Fitri mencuci piring, ternyata suaminya sudah membungkus baju lalu pergi ke rumah tetangga untuk meminjam sepeda motor.

    Saat kembali ke rumah, sang suami langsung mengucapkan talak cerai di hari itu juga.

    “Dia langsung bilang ke saya, kamu Fitri saya ceraikan 1, 2, 3 lalu dia pergi membawa bajunya,” ungkap Fitri.

    Tiga hari setelah peristiwa itu, tepat pada 18 Agustus, sang suami dilantik menjadi PPPK.

    Fitri menegaskan, suaminya menceraikan dirinya bukan semata karena pertengkaran rumah tangga, melainkan karena sang suami akan dilantik menjadi PPPK.

    “Dia ceraikan saya karena mau jabatan. Padahal kami dulu berjuang bersama. Saya sempat berharap, setelah dia dilantik jadi PPPK, bisa sedikit membantu perekonomian keluarga,” ujar Fitri.

    Selama menikah, Safitri ikut membantu mencari nafkah dengan berjualan sayur dan cabai di pasar.

    Hasil dari jualannya itu pun bahkan dibelikannya untuk keperluan dan atribut kopri suaminya menjelang akan dilantik sebagai PPPK.

    Namun, lanjutnya, harapan itu justru pupus.

    Setelah suami mendapat amanat menjadi PPPK, ia justru tega meninggalkan wanita yang telah menemaninya dari nol.

    “Begitu dikasih Allah rezeki, dia malah ceraikan saya. Kalau memang mau cerai, kenapa tidak dari dulu,” tuturnya dengan nada kecewa.

    Di tengah keterbatasan itu, cinta dan kesetiaan yang ia miliki justru tak cukup untuk mempertahankan rumah tangganya.

    Fitri diceraikan oleh suaminya menjelang pelantikan dan menerima SK PPPK pada Agustus 2025 lalu.

    PPPK merupakan aparatur sipil negara (ASN) yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu, sesuai  

    Padahal, Fitri mengaku telah mendampingi suaminya dari belum memiliki pekerjaan hingga akhirnya dilantik menjadi PPPK.

    Suami Melda Safitri tercatat sebagai PPPK anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

    Keduanya menikah pada tahun 2020.

    Ia dan suami juga telah dikaruniai dua orang anak masih kecil-kecil dari pernikahan mereka.

    Pulang ke Rumah Orang Tua

    Setelah ditalak suaminya, Fitri dan anak-anaknya kembali ke rumah orang tuanya di Kabupaten Aceh Selatan.

    Dua bulan pasca diceraikan secara lisan, hingga Oktober ini Fitri mengaku bertahan dari hasil jualan gorengan dan minuman seribu rupiah di depan rumahnya.

    Dari hasil tersebut dia juga mampu menghidupi kedua anaknya yang masih kecil.  

    Selama masa itu pula, Fitri dan suaminya telah melakukan mediasi disaksikan kedua orang tua dan pihak Kepala Desa, namun sang suami tetap bersikeras untuk menceraikannya. 

    “Bahkan katanya dia mau menceraikan saya sejak lama, tapi dulu posisi saya masih hamil dan saya baru tahu waktu mediasi,” ungkap Fitri.

    Kini Fitri mengaku sangat kecewa. Bahkan ia bersikeras tidak ingin kembali jika suatu waktu suaminya memintanya kembali.

    Fitri menegaskan bahwa dirinya tak berniat membuka aib rumah tangga. Ia hanya ingin menyuarakan bagaimana perjuangan seorang istri yang selama ini ikut berjuang membangun rumah tangga.

    “Saya tidak malu. Saya cuma ingin dihargai. Saya bukan istri yang minta lebih, saya cuma ingin dihormati sebagai perempuan yang sudah berjuang,” tuturnya.

    Ia mengaku sudah melapor ke sejumlah pihak terkait untuk mencari keadilan, namun hingga kini belum mendapat solusi.

    “Saya sudah ke sana kemari, tidak ada hasil. Cuma dipandang sebelah mata,” katanya.