Tanaman: Cabai

  • PMI Manufaktur RI Kembali Bergairah di Desember 2024, Capai Angka 51,2

    PMI Manufaktur RI Kembali Bergairah di Desember 2024, Capai Angka 51,2

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kinerja perekonomian RI tetap tangguh di awal tahun 2025. Dia menjelaskan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2024 berhasil rebound dan kembali mencatatkan level ekspansif di angka 51,2, setelah sebelumnya sempat berada di level kontraktif.

    Adapun peningkatan ini didorong oleh kenaikan pesanan baru, baik domestik maupun ekspor, serta peningkatan aktivitas pembelian bahan baku oleh perusahaan. Selain itu, tingkat inflasi Indonesia bulan Desember 2024 tetap terkendali dalam rentang target sasaran nasional 2,5%±1%.

    Inflasi Desember 2024 tercatat sebesar 1,57% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,61%. Airlangga menyebut tingkat inflasi yang terkendali dan PMI yang ekspansif menunjukkan dunia usaha tetap optimistis dengan kondisi perekonomian nasional ke depan. Hal ini juga tercermin dari outlook World Bank bulan Desember 2024 yang memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1% pada tahun 2024 dan 5,2% pada tahun 2025.

    “Kondisi ini sekaligus mencerminkan prospek positif sektor manufaktur, dengan banyak perusahaan yang bersiap menghadapi peningkatan permintaan di tahun 2025,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis (2/1/2025).

    Pemerintah, kata dia, terus berupaya meningkatkan sektor manufaktur nasional melalui penggunaan bahan baku lokal, pemberian insentif, perlindungan industri dalam negeri, dan kerja sama ekonomi di tingkat internasional. Pemerintah mendorong penggunaan bahan baku lokal dibanding impor bagi yang telah tersedia di dalam negeri untuk mengurangi beban biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar Rupiah, antara lain melalui akselerasi hilirisasi industri berbasis sumber daya alam.

    Sementara itu, pemberian insentif fiskal, kemudahan perizinan, peningkatan kualitas SDM, serta penguatan riset dan inovasi merupakan upaya lebih lanjut dari Pemerintah untuk mendorong industri nasional.

    “Pemerintah juga telah memberikan insentif PPN DTP untuk sektor otomotif dan menyediakan pembiayaan Industri Padat Karya diantaranya sektor pakaian jadi, tekstil, furnitur, kulit, barang dari kulit, alas kaki, mainan anak, serta makanan dan minuman untuk revitalisasi mesin guna meningkatkan produktivitas, dengan skema subsidi bunga,” jelasnya.

    Lebih jauh, Pemerintah terus berupaya memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk ekspor nasional melalui berbagai kerja sama perdagangan. Pemerintah saat ini tengah berupaya untuk bergabung di kesepakatan CP-TPP dan mempercepat perundingan Indonesia-EU CEPA untuk meningkatkan penetrasi produk ekspor nasional di Amerika Latin dan Uni Eropa.

    “Pemerintah juga mengakselerasi penerapan kebijakan perlindungan industri dalam negeri dari banjirnya produk impor melalui safeguards dan praktik impor yang tidak fair (dumping) melalui Anti Dumping,” ungkap Airlangga.

    Kendati demikian, Airlangga menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi. Salah satunya terkait kenaikan harga komoditas global seperti emas, kopi, dan minyak sawit mentah (CPO) yang memberikan tekanan pada biaya produksi dalam negeri. Fluktuasi harga minyak mentah global dan penguatan nilai tukar dolar AS juga menyebabkan kenaikan harga impor bahan baku.

    Terkait dengan capaian inflasi sepanjang tahun 2024, tidak terlepas dari berbagai faktor baik dari eksternal maupun domestik, serta keberhasilan kebijakan pengendalian inflasi yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Nasional. Dari eksternal fluktuasi harga komoditas global, seperti emas, kopi, CPO dan minyak mentah, mendorong kenaikan harga komoditas dalam negeri. Sementara dari dalam negeri, penyesuaian tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT), tingginya curah hujan serta momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjadi driver utama pergerakan inflasi.

    Inflasi komponen harga bergejolak (volatile food/VF) pada Desember 2024 tercatat sebesar 2,04% (mtm) dan 0,12% (yoy). Hal ini menunjukkan upaya Pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPIP dan TPID dalam pengendalian harga pangan tetap di bawah 5% sebagaimana hasil kesepakatan HLM TPIP 2024.

    Sementara itu, inflasi komponen harga diatur Pemerintah (administered price/AP) masih tetap stabil yakni 0,03% (mtm) dan 0,56% (yoy). Secara keseluruhan, inflasi ini masih terjaga dalam rentang target 2,5%±1% didukung kenaikan pada komponen inti yakni 0,17% (mtm) dan 2,26 (yoy).

    Inflasi VF secara tahunan mengalami penurunan, meskipun beberapa komoditas tetap mengalami peningkatan seperti beras, bawang merah, bawang putih dan daging ayam ras. Terjadi pergeseran puncak panen dari Maret 2023 menjadi April 2024 serta perkiraan luas panen yang menurun sebesar 1,54% pada 2024 telah menyebabkan kenaikan harga beras pada awal tahun 2024.

    Sementara harga bawang putih mengalami kenaikan didorong melonjaknya harga bawang putih di China yang merupakan negara impor utama. Di sisi lain, komoditas yang memberikan andil deflasi secara tahunan yaitu cabai merah dan cabai rawit.

    Komponen inti yang mencerminkan daya beli masyarakat mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm) atau 2,26% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan. Rata-rata harga emas tahun 2024 naik sebesar 22,88% dibandingkan rata rata tahun 2023 atau sebesar 0,35% (yoy).

    Harga emas global masih dapat berfluktuasi di tengah konflik geopolitik yang masih berlangsung. Selain itu, harga kopi juga mengalami peningkatan yakni 67,45% yang mengakibatkan kopi bubuk domestik juga meningkat sebesar 0,10% (yoy).

    Sementara itu, AP mengalami inflasi sebesar 0,03% (mtm) atau 0,56% (yoy). Terkendalinya inflasi AP dipengaruhi oleh tarif angkutan udara yang mengalami deflasi dengan andil sebesar 0,01% (mtm) karena Pemerintah menurunkan harga tiket pesawat selama 16 hari pada periode HBKN Natal dan Tahun Baru yaitu pada 19 Desember 2024 – 3 Januari 2025. Inflasi AP relatif terjaga sejalan dengan upaya Pemerintah menyediakan tiket pesawat yang terjangkau sehingga mobilitas masyarakat dapat meningkat pada periode libur Nataru.

    “Sinergi antara Pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPIP dan TPID telah berhasil menjaga stabilitas harga dan memberikan fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah juga akan terus memastikan pasokan pangan yang cukup, menjaga kestabilan harga, dan mendorong pemulihan sektor-sektor vital seperti industri manufaktur, konstruksi dan pertanian,” ujar Airlangga.

    (akn/ega)

  • Dinas TPH sebut Sulteng surplus cabai rawit 9.364 ton tahun 2024

    Dinas TPH sebut Sulteng surplus cabai rawit 9.364 ton tahun 2024

    Petani memanen tanaman cabai rawit di Desa Porame, Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (4/7/2023). (ANTARA/Basri Marzuki)

    Dinas TPH sebut Sulteng surplus cabai rawit 9.364 ton tahun 2024
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 02 Januari 2025 – 14:16 WIB

    Elshinta.com – Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan daerah itu mengalami surplus komoditas cabai rawit sebanyak 9.364 ton pada tahun 2024 dari jumlah produksi sebanyak 16.201 ton.

    “Kami mengapresiasi kinerja petani dalam menjaga stabilitas produksi bahan pangan sebagai kebutuhan dasar masyarakat,” kata Kepala Dinas TPH Sulteng Nelson Metubun di Palu, Kamis (2/1).

    Ia mengemukakan dari jumlah produksi 16.201 ton, rata-rata kebutuhan masyarakat terhadap komoditas cabai rawit kurang lebih 6.837 ton.

    Dibandingkan dengan produksi cabai rawit 2023 sebanyak 20.450 ton, produksi 2024 justru mengalami penurunan cukup signifikan, kondisi itu dipicu faktor cuaca.

    “Rata-rata konsumsi cabai rawit di Sulteng 2,19 kilogram per kapita dengan jumlah penduduk sekitar 3,1 juta jiwa lebih,” ujarnya.

    Ia mengatakan komoditas cabai merupakan salah satu penyumbang inflasi daerah dari sektor pertanian, karena minat masyarakat Sulteng terhadap cabai cukup tinggi.

    Sehingga pemda menyerukan masyarakat manfaatkan lahan pekarangan untuk menanam cabai lewat gerakan tanam dan panen cepat cabai, sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi.

    “Jumlah produksi tersebut masih berpotensi meningkat, karena masih ada petani belum melakukan panen,” ucap Nelson.

    Selain itu, komoditas cabai besar juga mengalami kelebihan produksi atau surplus sebanyak 6.940 ton dari jumlah produksi 9.165 ton, jumlah tersebut meningkat dibandingkan surplus 2023 hanya sekitar 6.500 ton dari jumlah produksi 8.712 ton.

    “Kami berharap pada tahun 2025 petani lebih meningkatkan produksi pertanian, hal itu tidak hanya menguntungkan daerah tetapi juga meningkatkan ekonomi petani,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • NTP Jagung di Jabar Alami Kenaikan Saat Sub Sektor Tanaman Pangan Turun

    NTP Jagung di Jabar Alami Kenaikan Saat Sub Sektor Tanaman Pangan Turun

    JABAR EKSPRES – Nilai Tukar Petani (NTP) jagung di Jawa Barat (Jabar) bertahan naik meski subsektor tanaman pangan secara umum turun di Desember 2024.

    Hal tersebut berdasarkan hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan, Kamis (2/1).

    Statistisi Ahli Madya BPS Jabar Ninik Anisah menguraikan, NTP Jabar pada Desember 2024 secara m-to-m ada di angka 111,71 atau naik 0,42 persen.

    BACA JUGA: Krisis Sampah Pasar Induk Gedebage, Pengelola Dinilai Abai

    “Kenaikan yang cukup tinggi ada di sub sektor hortikultura, tembus 5,10 persen,” cetusnya.

    Ninik melanjutkan, sub sektor lain yang ikut naik adalah Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) dengan kenaikan 0,19 persen dan perikanan dengan 0,67 persen.

    “Kalau komoditas penyumbang kenaikan itu seperti cabai merah, bawang merah, kol atau kubis,” jelasnya.

    BACA JUGA: Kejati Jabar: Status Terdakwa Dodi Rustandi Muller akan Gugur

    Sementara untuk sub sektor yang tengah menurun adalah Tanaman Pangan, sub sektor tersebut turun 0,35 persen. Namun demikian masih ada komoditas yang merangkak naik di sub sektor itu.

    “Tanaman pangan itu memang turun, tapi komoditas jagung masih bertahan. Naik 0,06 persen,” cetusnya.

    Ada beragam faktor naik turunya komoditas itu, misalnya dari sejumlah ongkos produksi yang dikeluarkan petani.

    BACA JUGA: Gelar Perkara Bocornya Soda Api Telah Selesai, Polisi Segera Umumkan Tersangka

    NTP sendiri dimaknai sebagai rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani, NTP bisa menjadi indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani.

    Namun dibanding nasional, NTP Jabar itu masih kalah. Di mana NTP nasional ada di angka 122,78 dengan kenaikan 1,23 persen dibanding pada periode bulan sebelumnya.

    BPS mencatat, kenaikan NTP tertinggi ada di Provinsi Sulawesi Tengah dengan 4,47 persen. Sementara penurunan NTP terdalam ada di Papua Barat dengan 1,13 persen.

    BACA JUGA: Badan Kehormatan DPRD Banjar Angkat Bicara Soal Pelanggaran Kode Etik

    Di pulau Jawa, kenaikan NTP tertinggi adalah Jawa Timur dengan 1,60 persen.

    Di sisi lain, BPS juga mencatat bahwa harga beras di Jabar pada Desember 2024 mengalami sedikit kenaikan, dari Rp 12.756 menjadi Rp 12.898.

  • Krisis Sampah Pasar Induk Gedebage, Pengelola Dinilai Abai

    Krisis Sampah Pasar Induk Gedebage, Pengelola Dinilai Abai

    JABAR EKSPRES – Gunungan sampah setinggi 3 meter di Pasar Induk Gedebage, Kota Bandung, telah menjadi pemandangan sehari-hari selama beberapa bulan terakhir.

    Tumpukan tersebut memicu bau menyengat, aliran cairan sampah (leachate) yang mencemari lingkungan, serta keresahan pedagang dan pengunjung pasar.

    Ketua Paguyuban Pasar Induk Gedebage, Agus, mengungkapkan bahwa kondisi ini sudah berlangsung selama tiga hingga empat bulan.

    Menurutnya, pihak paguyuban telah berulang kali meminta pertanggungjawaban pengelola pasar, namun hingga kini tidak ada solusi konkret.

    BACA JUGA: Berbulan-bulan Tidak Diangkut, Sampah Menggunung di TPS Pasar Induk Gedebage

    “Sebetulnya pihak kami sudah meminta pertanggungjawaban kepada pengelola. Ini kepentingan bersama,” ujar Agus saat ditemui Jabar Ekspres di ruang kerjanya, Kamis (2/1).

    Agus menjelaskan bahwa paguyuban telah mengambil langkah swadaya untuk menangani sampah pasar, termasuk mengangkut 20 kubik sampah per hari dari lapak pedagang.

    Namun, hanya sekitar 4 kubik yang berhasil diolah menggunakan mesin gibrik, sementara sisanya terus menumpuk.

    Meski begitu, paguyuban kerap menghadapi kendala keterbatasan dana operasional. Biaya pengangkutan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencapai Rp158 ribu per kubik, sementara pemasukan dari pedagang tidak mencukupi.

    BACA JUGA: Janji Selesai Akhir 2024, Proses Perampungan Revitalisasi Pasar Cihaurgeulis Masih Berkutat di Ranah Peradilan

    “Kalau kami tidak sanggup, ya seperti ini. Tapi selama ini pengelola apatis,” tambah Agus.

    Ia juga menyoroti absennya perjanjian kerja sama (PKS) antara pengelola pasar dengan DLH.

    Agus menilai, pengelola harus bertanggung jawab atas masalah ini karena sampah yang dihasilkan berasal dari aktivitas pasar.

    Menurut Agus, masalah sampah di Pasar Induk Gedebage mencerminkan buruknya koordinasi antara pengelola, pedagang, dan pemerintah.

    BACA JUGA: Jelang Tahun Baru 2025, Harga Cabai di Pasar Baleendah Alami Kenaikan!

    Ia berharap ada perhatian lebih besar dari pihak terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini.

    “Kami hanya bisa bertahan sebisanya. Jika ini terus dibiarkan, kondisi ini akan semakin parah,” pungkasnya.

  • Telur Ayam Ras dan Minyak Goreng Jadi Penyumbang Utama Inflasi Jateng Desember 2024

    Telur Ayam Ras dan Minyak Goreng Jadi Penyumbang Utama Inflasi Jateng Desember 2024

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Kenaikan harga telur ayam ras dan minyak goreng menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Tengah pada Desember 2024.

    Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat inflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,57 persen dan year to date (y-to-d) sebesar 1,67 persen pada bulan tersebut.

    Telur ayam ras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi dengan andil 0,11 persen, disusul cabai merah (0,08 persen), mobil (0,05 persen), cabai rawit (0,03 persen), dan minyak goreng (0,03 persen).

    Kepala BPS Provinsi Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, menyebut kenaikan harga komoditas seperti telur ayam, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng pada Desember merupakan tren selama lima tahun terakhir.

    “Telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng selalu naik di bulan Desember 2020-2024. Telur ayam ras, misalnya, meningkat karena permintaan tinggi menjelang Natal dan tahun baru,” jelas Endang, Kamis (2/1/2025).

    Sementara itu, inflasi pada cabai dipengaruhi oleh musim hujan yang menurunkan produksi, sedangkan harga minyak goreng meningkat akibat panjangnya rantai distribusi.

    Permintaan mobil baru juga berkontribusi pada inflasi karena tingginya pembelian menjelang akhir tahun.

    Namun, beberapa komoditas justru menyumbang deflasi, seperti tarif angkutan udara (-0,01 persen) dan daging ayam ras (-0,01 persen). Penurunan tarif tiket pesawat sebesar 10 persen selama periode Natal dan Tahun Baru menjadi penyebab utama deflasi pada angkutan udara.

    Inflasi year on year (y-on-y) di Jawa Tengah pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,67 persen, dengan Kota Tegal mencatat inflasi tertinggi sebesar 2,19 persen, sedangkan Kota Surakarta terendah dengan 1,50 persen.

    “Inflasi y-on-y di Jateng masih dalam rentang target nasional, yaitu 1 persen dengan deviasi 2,5 persen,” imbuh Endang.

    Kelompok pengeluaran yang berkontribusi terhadap inflasi y-on-y meliputi makanan, minuman, dan tembakau (2,13 persen); pendidikan (1,74 persen); dan perawatan pribadi serta jasa lainnya (5,59 persen).

    Sementara itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks sebesar 0,73 persen.

    BPS berharap koordinasi berbagai pihak mampu menjaga kestabilan harga, khususnya pada komoditas pangan dan kebutuhan pokok, guna menekan angka inflasi di bulan-bulan mendatang.

  • Inflasi 2024 Terendah sepanjang Sejarah, Ini Penjelasan BPS – Page 3

    Inflasi 2024 Terendah sepanjang Sejarah, Ini Penjelasan BPS – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun kalender (year to date) Desember 2024 sebesar 1,57% merupakan yang terendah dalam sejarah penghitungan inflasi yang dilakukan BPS.

    “Jadi, inflasi tahun kalender atau year to date Desember 2024 sebesar 1,57% adalah inflasi terendah selama ini atau sejak dilakukannya penghitungan inflasi oleh BPS,” kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/1/2025).

    Sebelumnya, kata Pudji, BPS pernah mencatat inflasi terendah pada 2020, yang mencapai 1,68%. Data ini mencerminkan adanya penurunan signifikan dalam laju inflasi yang terjadi pada tahun ini.

    “Terakhir BPS pernah mencatat inflasi tahun kalender yang juga rendah yaitu di tahun 2020 yaitu sebesar 1,68%,” ujarnya.

    Menurut Pudji Ismartini, rendahnya inflasi 2024 disebabkan oleh berbagai faktor, terutama stabilitas harga pangan pokok yang sempat melonjak pada 2022 dan 2023. Harga pangan yang kembali stabil menjadi faktor utama dalam menekan inflasi pada tahun ini.

    “Rendahnya inflasi 2024 ini disebabkan oleh sejumlah faktor, namun melandainya harga pangan pokok setelah sempat naik di tahun 2022 dan juga 2023 ini bisa dikatakan menjadi faktor utama,” jelasnya.

    Beberapa komoditas utama yang berperan dalam meredam inflasi tahun kalender pada Desember 2024 antara lain, Cabai Merah yang mengalami deflasi signifikan sebesar 46,53% dengan andil deflasi mencapai 0,27%. Penurunan harga cabai merah sangat berpengaruh pada penurunan angka inflasi.

    Kemudian, menyusul cabai merah, harga cabai rawit juga mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar 39,74%, dengan andil deflasi 0,18%.

    Selanjutnya, harga bensin mengalami deflasi sebesar 1,86%, yang memberikan andil deflasi sebesar 0,09%. Lalu, tarif angkutan udara mengalami penurunan sebesar 7,26%, memberikan andil deflasi sebesar 0,06%. Penurunan tarif ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengaruh permintaan dan penyesuaian tarif maskapai.

  • Kenaikan PPN 12% Berdampak ke Inflasi? Ini Penjelasan BPS – Page 3

    Kenaikan PPN 12% Berdampak ke Inflasi? Ini Penjelasan BPS – Page 3

    Adapun kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi Desember 2024 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 1,33%, memberikan andil inflasi sebesar 0,38%. Komoditas yang mendominasi kenaikan harga di kelompok ini adalah telur ayam ras dan cabai merah, masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06%.

    Komoditas lainnya yang turut memberikan andil inflasi dalam kelompok ini adalah ikan segar, cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng, yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,03%. Sementara itu, bawang putih, sawi hijau, daging ayam ras, dan beras turut berkontribusi dengan andil inflasi sebesar 0,01% per komoditas.

    Inflasi Desember 2024 juga dipengaruhi oleh komponen harga yang berbeda. Komponen inti, yang mencerminkan kecenderungan inflasi jangka panjang tanpa faktor sementara, mengalami inflasi sebesar 0,17%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,11%, dengan komoditas yang dominan seperti minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

     

  • Makanan-minuman jadi penyumbang terbesar inflasi Desember di Jakarta

    Makanan-minuman jadi penyumbang terbesar inflasi Desember di Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat bahwa makanan dan minuman serta tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Desember 2024 dari 11 kelompok pengeluaran sebesar 0,26 persen.

    “Untuk DKI Jakarta inflasi pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,37 persen,” kata Kepala BPS Provinsi Jakarta Nurul Hasanudin, di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, inflasi di DKI Jakarta pada Desember 2024 lebih rendah bila dibandingkan nasional di bulan yang sama yaitu 0,44 persen.

    Ia mengatakan bahwa dari 11 kelompok yang membentuk angka inflasi penyumbang terbesar pertama yaitu dari makanan, minuman dan tembakau andil 0,26 persen dengan inflasinya 1,33 persen.

    Ia menambahkan untuk penyumbang inflasi berikutnya yaitu terkait dengan kesehatan dengan inflasi 1,03 persen dengan andil cukup tinggi yakni 0,03 persen.

    Sementara lanjut Hasanudin bahwa jika dilihat dari komoditas, andil utama inflasi Desember yaitu cabai merah, dengan andil tertinggi sebesar 0,04 persen dan inflasi 21,16 persen.

    “Kondisi ini juga sama pada tingkat nasional, yakni cabai merah juga tercatat penyumbang inflasi,” katanya.

    Bukan hanya itu saja, inflasi di Jakarta kata Hasanudin, juga disumbang oleh telur ayam ras, beras bahan pokok, makanan masyarakat juga inflasi sebesar 0,03 persen, minyak goreng juga menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen.

    Ia menambahkan secara tahunan inflasi di Jakarta lebih rendah dibandingkan angka nasional. Angka inflasi “year-on-year” (YoY) tercatat sebesar 1,48 persen.

    “Sementara di nasional, tadi kita menyimak sama-sama berada pada level 1,57 persen,” katanya.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Inflasi 2024 Capai 1,57%, Rekor Terendah Sejak 1958!

    Inflasi 2024 Capai 1,57%, Rekor Terendah Sejak 1958!

    Jakarta

    Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut inflasi tahun kalender atau year to date (YtD) Desember 2024 sebesar 1,57% menjadi rekor terendah sejak dilakukannya perhitungan inflasi oleh BPS. Sebelumnya inflasi tahun kalender terendah pernah dicapai pada 2020 sebesar 1,68%.

    “Inflasi kalender atau year to date sebesar 1,57% adalah inflasi terendah selama ini sejak dilakukannya penghitungan inflasi oleh BPS. Terakhir BPS pernah mencatat tahun kalender yang juga rendah 2020 sebesar 1,68%,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Kantor BPS, Kamis (2/1/2025).

    Pudji mengungkapkan pertama kali BPS melakukan perhitungan inflasi pada 1958. Namun, saat itu inflasi masih terbatas hanya diukur di wilayah Jakarta saja.

    “Sekarang sudah berkembang, kita sudah menggunakan 150 kota di 38 provinsi,” tuturnya.

    Rendahnya inflasi tahun kalender Desember 2024 disebabkan oleh faktor. Namun melandainya harga pangan pokok setelah naik pada 2022-2023 disebut menjadi faktor utama.

    “Komoditas utama yg meredam inflasi year to date Desember 2024 yaitu cabai merah deflasi 46,53% dengan andil deflasi 0,27%, kemudian cabai rawit deflasi 39,74% dengan andil deflasi 0,18,%, bensin deflasi 1,86% andil deflasi 0,09%, tarif angkutan udara deflasi 7,26% deflasi 0,06%,” pungkasnya.

    BPS telah melaporkan pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44% atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,33 pada November menjadi 106,80 pada Desember 2024. Secara Tahunan terjadi inflasi sebesar 1,57% atau secara tahun kalender sebesar 1,57%.

    (ada/rrd)

  • Daftar Harga Bahan Pokok di Awal Tahun 2025

    Daftar Harga Bahan Pokok di Awal Tahun 2025

    Jakarta

    Awal tahun 2025 diwarnai dengan fluktuasi harga sejumlah bahan pokok. Kenaikan signifikan terjadi pada harga cabai yang mencapai Rp 140.000/kg. Kemudian harga ayam juga mengalami kenaikan. Sementara untuk harga beras dan daging sapi masih stabil.

    Kenaikan harga tersebut terjadi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan Pasar Palmerah pada Kamis (2/1/2025). Dari pantauan detikcom, harga cabai kini mengalami kenaikan hingga Rp 30.000/kg.

    Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, harga cabai rawit merah Rp 140.000/kg, dari harga sebelum pergantian tahun Rp 100.000/kg. Untuk cabai rawit hijau dibanderol Rp 80.000, dari sebelumnya Rp 50.000/kg, cabai merah keriting Rp 80.0000 dari sebelumnya Rp 50.000/kg.

    Kenaikan juga terjadi pada harga bawang merah dan bawang putih. Bawang putih kini dibanderol Rp 60.000/kg, dari harga sebelumnya Rp 55.000/kg. Dan bawang merah Rp 50.000/kg.

    Kenaikan juga terjadi di Pasar Palmerah, harga cabai rawit merah dibanderol Rp 110.000/kg, dari harga sebelumnya Rp 100.000/kg.Kemudian untuk cabai rawit ijo kini Rp 70.000/kg dari sebelumnya Rp 40.000/kg. Dan untuk cabai merah keriting Rp 60.000/kg. Sementara untuk bawang putih Rp 45.000/kg dan bawang merah Rp 42.000/kg.

    Untuk harga ayam di kedua pasar tersebut juga mengalami kenaikan harga di kisaran Rp 1.000/kg.

    Di Pasar Kebayoran Lama, harga ayam potong per kilogramnya dibanderol Rp 29.000 sampai Rp 30.000. Sementara di Pasar Palmerah Rp 30.000 sampai Rp 31.000/kg.

    Kemudian harga daging sapi di Pasar Kebayoran Lama dijual dengan harga Rp 120.000/kg. Untuk harga daging di Pasar Palmerah di jual dengan harga Rp 130.000.

    Untuk telur di kedua pasar tersebut masih menjual di atas harga Rp 30.000/kg. Di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan harga tertinggi untuk telur Rp 31.000/kg. Sementara di Pasar Palmerah Rp 32.000/kg.

    Hal yang sama juga terjadi di harga beras, kedua pasar tersebut menjual beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yakni Rp 12.000/kg. Harga ini masih berada di bawah Harga Eceran tertinggi yakni Rp 12.500/kg

    (kil/kil)