Tanaman: Cabai

  • Daging sapi Rp143.750/kg, cabai rawit Rp58.700/kg

    Daging sapi Rp143.750/kg, cabai rawit Rp58.700/kg

    Daging sapi yang dijual pedagang di Pasar Jaya Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (6/12/2024). ANTARA/Harianto

    Harga pangan Senin: Daging sapi Rp143.750/kg, cabai rawit Rp58.700/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 03 Februari 2025 – 13:06 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum, daging sapi kualitas I di harga Rp143.750 per kilogram, dan cabai rawit merah Rp58.700 per kg.

    Berdasarkan data dari PIHPS, dilansir di Jakarta, Senin, pukul 09.00 WIB, selain cabai rawit merah, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang merah di harga Rp37.750 per kg, bawang putih ukuran sedang di harga Rp44.000 per kg,

    Selain itu beras kualitas bawah I di harga Rp13.700 per kg; beras kualitas bawah II Rp13.400 per kg; beras kualitas medium I Rp15.400 per kg; beras kualitas medium II Rp15.000 pr kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp16.150 per kg; dan beras kualitas super II Rp15.600 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp45.900 per kg; cabai merah keriting Rp43.500 per kg; dan cabai rawit hijau Rp53.850 per kg.

    Kemudian, daging ayam ras segar Rp32.650 per kg; sedangkan daging sapi kualitas II Rp138.750 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp18.350 per kg; gula pasir lokal Rp18.300 per kg.

    Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.400 per kg, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp23.350 per kg; minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp19.950 per kg.

    Sedangkan, telur ayam ras segar di harga Rp29.250 per kg.

    Sumber : Antara

  • Menko Pangan Apresiasi Pengembangan Regenerasi Petani Muda Banyuwangi, Minta Tularkan ke Daerah Lain

    Menko Pangan Apresiasi Pengembangan Regenerasi Petani Muda Banyuwangi, Minta Tularkan ke Daerah Lain

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Aflahul Abidin

    TRIBUNJATIM.COM, BANYUWANGI – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengapresiasi program pengembangan regenerasi petani muda di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

    Menko yang akrab disapa Zulhas itu meminta agar Banyuwangi menularkan program tersebut ke daerah-daerah lain.

    “Saya apresiasi program ini, dan kami minta kepada ibu bupati agar ilmunya di-share kepada yang lain agar petani-petani muda tumbuh di banyak daerah,” ujar Zulhas, saat berdialog bersama para kelompok tani di Desa Gumuk, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Senin (3/2/2025).

    Kabupaten Banyuwangi memang memiliki banyak program yang mendukung munculnya petani-petani usia muda.

    Satu di antaranya program Jagoan Tani.

    Dalam program itu, pemkab mendampingi para muda-mudi untuk berwirausaha di sektor pertanian.

    Digagas sejak 2021, Jagoan Tani telah menelurkan ratusan petani milenial daerah.

    Mereka eksis mulai dari sisi hulu hingga hilir pertanian. Mulai dari terjun langsung menanam hingga memasarkan produk olahan.

    Menurut Zulhas, petani muda dibutuhkan untuk melanjutkan sektor pertanian.

    Apalagi, pertanian menjadi salah satu prioritas pemerintah Presiden RI Prabowo Subianto.

    Hubungan antara petani senior dan junior itu dianggap penting untuk saling berbagi ilmu.

    Petani muda memiliki banyak kelebihan. Salah satunya, mereka cakap memanfaatkan teknologi.

    “Ada yang nanamnya pakai mesin, memupuknya pakai drone, marketingnya pakai platform digital. Itu yang petani lama-lama tidak bisa. Itu yang perlu ditularkan,” sambung dia.

    “Ini sudah dikembangkan di Banyuwangi, mudah-mudahanan nanti bisa ditransfer ke daerah-daerah lain,” imbuh Menko.

    Di Banyuwangi telah berdiri Koperasi Petani Milenial Banyuwangi yang sebagian besar anggotanya merupakan alumnus program Jagoan Tani Banyuwangi.

    Ahmad Maulana, Ketua Koperasi Petani Milenial “Jenggirat Tangi Banyuwangi Nusantara” mengatakan, Pemkab Banyuwangi terus mendukung para anak muda yang memiliki passion di bidang pertanian, lewat program Jagoan Tani.

    “Koperasi ini kami bentuk berfokus untuk mendukung pemasaran produk-produk bidang pertanian yang dihasilkan oleh rekan-rekan alumni Jagoan Tani. Kami membantu pemasaran, baik secara online maupun offline. Saat ini anggota kami berjumlah 170 orang dan usianya rata-rata di bawah 40 tahun,” kata Ahmad Maulana.

    Sejumlah produk pertanian alumni anggota Jagoan Tani yang dipasarkan di antaranya susu, jamur, cabai dan buah naga.

    Juga ada produk olahan seperti sale buah naga, kripik buah naga dan sale pisang.

    Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, berterima kasih atas dukungan pemerintah pusat kepada Banyuwangi.

    “Bagi Banyuwangi sektor pertanian menjadi salah satu perhatian dan perlu dipikirkan regenerasinya. Salah satunya program pertanian untuk anak-anak muda, karena kami sadar mereka adalah tulang punggung pangan ke depan. Selain itu, pertanian juga termasuk penggerak utama ekonomi daerah,” kata Ipuk.

  • Mina Sarua, Minuman Tradisional Bima NTB yang Kaya Rempah

    Mina Sarua, Minuman Tradisional Bima NTB yang Kaya Rempah

    Liputan6.com, Jakarta – Mina Sarua adalah minuman tradisional Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menawarkan cita rasa unik. Minuman ini merupakan hasil perpaduan tape ketan, ampas ketan, serta berbagai rempah-rempah seperti jahe, kunyit, cabe jawa, merica, gula merah, dan kayu manis.

    Minuman ini bukan sekadar pelepas dahaga, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam bagi masyarakat Bima. Mina Sarua sering dikonsumsi dalam berbagai kesempatan, baik dalam acara keluarga, perayaan adat, maupun sebagai penghangat tubuh di malam hari.

    Selain itu, karena kandungan rempahnya yang beragam, minuman ini dipercaya memiliki berbagai manfaat kesehatan, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, memperlancar pencernaan, dan menghangatkan badan. Proses pembuatan Mina Sarua dimulai dengan fermentasi ketan untuk menghasilkan tape dan ampasnya, yang menjadi bahan dasar minuman ini.

    Tape ketan memberikan rasa manis alami serta aroma khas yang sedikit asam, sementara ampas ketan berperan dalam memberikan tekstur dan kepekatan pada minuman.

    Rempah-rempah seperti jahe dan kunyit menambahkan sensasi hangat yang khas, sedangkan cabe jawa dan merica memberikan sedikit rasa pedas yang menyengat. Gula merah berfungsi sebagai pemanis alami yang memperkaya rasa, sementara kayu manis memberikan aroma harum yang khas.

    Semua bahan ini kemudian direbus dalam air hingga menghasilkan ramuan yang memiliki keseimbangan rasa manis, pedas, dan hangat yang sangat khas. Sebagai minuman tradisional, Mina Sarua memiliki makna yang lebih dari sekadar minuman sehari-hari.

    Dalam budaya Bima, minuman ini sering disajikan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu atau dalam acara-acara adat tertentu. Keberadaannya juga erat kaitannya dengan filosofi hidup masyarakat setempat yang menjunjung tinggi kebersamaan dan nilai-nilai kearifan lokal.

    Tak jarang, Mina Sarua juga dikonsumsi oleh para petani atau nelayan sebelum mereka memulai aktivitas, karena dipercaya dapat memberikan energi dan menjaga stamina mereka saat bekerja.

     

    VIDEO KLARIFIKASI: Pria di Banyumas Ancam Robohkan Masjid Gara-gara Dilarang Berjamaah

  • Pemkot Cirebon fokus jaga stabilitas harga di kawasan rawan pangan

    Pemkot Cirebon fokus jaga stabilitas harga di kawasan rawan pangan

    Sumber foto: Yohanes Charles/elshinta.com.

    Pemkot Cirebon fokus jaga stabilitas harga di kawasan rawan pangan
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 03 Februari 2025 – 17:14 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kota Cirebon terus berupaya menjaga kestabilan harga pangan dan memastikan kebutuhan pokok warga dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau. Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon, Iing Daiman meninjau Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar di Lapangan Kebon Pelok, Kecamatan Harjamukti, Kamis (30/1). 

    Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Cirebon bekerja sama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).

    Dalam sambutannya,Iing mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung pelaksanaan GPM. 

    “GPM ini merupakan ikhtiar Pemda Kota Cirebon untuk memastikan bahwa kebutuhan pokok masyarakat dapat dipenuhi dengan harga yang terjangkau, sekaligus menjadi upaya kita dalam menjaga kestabilan inflasi,” ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Yohanes Charles, Senin (3/2). 

    Lebih lanjut, Iing menekankan pentingnya pengendalian inflasi meskipun tingkat inflasi di kota Cirebon relatif rendah. 

    “Kami tetap harus menjaga stabilitas harga dan memastikan bahwa masyarakat tidak terbebani dengan lonjakan harga bahan pokok, terutama menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri yang biasanya membutuhkan lebih banyak persiapan,” tambahnya.

    Selain itu, dalam kegiatan GPM kali ini juga disediakan paket bantuan ikan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, serta mendukung upaya menurunkan angka stunting di Kota Cirebon. 

    “Paket bantuan ikan ini menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan asupan gizi keluarga, khususnya bagi anak-anak agar tumbuh dengan sehat,” jelasnya.

    Kepala DKP3 Kota Cirebon, Elmi Masruroh menyampaikan bahwa di tahun 2025, GPM rencananya aka digelar secara rutin setiap bulan. 

    “Kami sudah merencanakan untuk mengadakan GPM kembali, terutama menjelang Ramadan dan Idul Fitri nanti. Kami berharap kegiatan ini dapat terus membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau,” ujarnya.

    Dalam kesempatan tersebut, sejumlah komoditas pangan yang dijual dengan harga lebih murah dibandingkan harga pasar, antara lain beras, telur, minyak goreng, cabe merah, cabe rawit, dan daging sapi. 

    Misalnya, cabe rawit dijual seharga Rp60.000 per kilogram, sementara di pasar harganya mencapai Rp70.000. Begitu juga dengan cabe merah, yang dijual di GPM seharga Rp50.000, sedangkan di pasar harganya sekitar Rp57.000 per kilogram.

    Daging sapi dijual dengan harga Rp110.000 per kilogram, lebih murah dibandingkan harga pasar yang mencapai Rp130.000. Sedangkan beras yang dijual oleh Bulog dengan Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dijual seharga Rp57.000 per lima kilogram. Telur dijual dengan harga Rp24.000 per kilogram, sementara di pasaran masih sekitar Rp26.000.

    Elmi juga menambahkan bahwa lokasi GPM kali ini dipilih dengan mempertimbangkan aksesibilitas bagi masyarakat di daerah rentan pangan, seperti Kelurahan Argasunya. 

    “Kami memilih Lapangan Kebon Pelok di Kalijaga sebagai titik strategis, agar lebih dekat dengan daerah yang membutuhkan perhatian khusus dalam pemenuhan pangan,” tutur Elmi.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Menko Pangan Minta Banyuwangi Tularkan Program Regenerasi Petani Muda ke Daerah Lain

    Menko Pangan Minta Banyuwangi Tularkan Program Regenerasi Petani Muda ke Daerah Lain

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengapresiasi program pengembangan regenerasi petani muda di Kabupaten Banyuwangi. Menko yang akrab disapa Zulhas itu meminta agar Banyuwangi menularkan program tersebut ke daerah-daerah lain.

    “Saya apresiasi program ini dan kami minta kepada Ibu Bupati agar ilmunya di-share kepada yang lain agar petani-petani muda tumbuh di banyak daerah,” ujar Zulhas, saat berdialog bersama para kelompok tani di Desa Gumuk, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Senin (3/2/2025).

    Kabupaten Banyuwangi memang memiliki banyak program yang mendukung munculnya petani-petani usia muda. Salah satunya, program Jagoan Tani. Dalam program itu, pemkab mendampingi para muda-mudi untuk berwirausaha di sektor pertanian.

    Digagas sejak 2021, Jagoan Tani telah menelurkan ratusan petani milenial daerah. Mereka eksis mulai dari sisi hulu hingga hilir pertanian. Mulai dari terjun langsung menanam hingga memasarkan produk olahan.

    Menurut Zulhas, petani muda dibutuhkan untuk melanjutkan sektor pertanian. Apalagi, pertanian menjadi salah satu prioritas pemerintah Presiden Prabowo Subianto.

    Hubungan antara petani senior dan junior itu dianggap penting untuk saling berbagi ilmu. Petani muda memiliki banyak kelebihan. Salah satunya, mereka cakap memanfaatkan teknologi.

    “Ada yang nanamnya pakai mesin, memupuknya pakai drone, marketingnya pakai platform digital. Itu yang petani lama-lama tidak bisa. Itu yang perlu ditularkan,” sambung dia.

    “Ini sudah dikembangkan di Banyuwangi, mudah-mudahan nanti bisa ditransfer ke daerah-daerah lain,” imbuh Menko.

    Di Banyuwangi telah berdiri Koperasi Petani Milenial Banyuwangi yang sebagian besar anggotanya merupakan alumnus program Jagoan Tani Banyuwangi. Ahmad Maulana, Ketua Koperasi Petani Milenial “Jenggirat Tangi Banyuwangi Nusantara” mengaku Pemkab Banyuwangi terus mendukung para anak muda yang memiliki passion di bidang pertanian, lewat program Jagoan Tani.

    “Koperasi ini kami bentuk berfokus untuk mendukung pemasaran produk-produk bidang pertanian yang dihasilkan oleh rekan-rekan alumni Jagoan Tani. Kami membantu pemasaran baik secara online maupun offline. Saat ini anggota kami berjumlah 170 orang dan usianya rata-rata di bawah 40 tahun,” kata Ahmad Maulana.

    Sejumlah produk pertanian alumni anggota Jagoan Tani yang dipasarkan di antaranya susu, jamur, cabai, dan buah naga. Juga ada produk olahan seperti sale buah naga, keripik buah naga, dan sale pisang.

    Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, berterima kasih atas dukungan pemerintah pusat kepada Banyuwangi.

    “Bagi Banyuwangi, sektor pertanian menjadi salah satu perhatian dan perlu dipikirkan regenerasinya. Salah satunya program pertanian untuk anak-anak muda, karena kami sadar mereka adalah tulang punggung pangan ke depan. Selain itu, pertanian juga termasuk penggerak utama ekonomi daerah,” kata Ipuk. [ian]

  • Inflasi Capai Titik Terendah karena Diskon Listrik, Kemenkeu: Jaga Daya Beli Masyarakat

    Inflasi Capai Titik Terendah karena Diskon Listrik, Kemenkeu: Jaga Daya Beli Masyarakat

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keuangan mengungkapkan kebijakan program diskon tarif listrik sebesar 50% mampu menekan inflasi tahunan, bahkan terjadi deflasi bulanan, di tengah kenaikan harga sejumlah komoditas pangan akibat musim hujan.

    Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan kebijakan diskon tarif listrik selama Januari dan Februari 2025 merupakan bagian dari program Pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi dan telah dirasakan oleh sebagian besar pengguna layanan.

    “Kebijakan ini berdampak positif bagi perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (3/2/2025).

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Januari 2025 turun menjadi 0,76% secara tahunan atau year on year/YoY (Desember 2024 sebesar 1,57%). Secara bulanan atau month to month/MtM, terjadi deflasi sebesar 0,76%.

    Berdasarkan komponen, tren penguatan inflasi inti terus berlanjut mencapai 2,36% (YoY). Febrio menuturkan bahwa penguatan tersebut mencerminkan permintaan yang masih tumbuh.

    Beberapa kelompok yang meningkat, antara lain, pakaian dan alas kaki, pendidikan, peralatan rumah tangga, perawatan pribadi, dan jasa lainnya. Musim hujan yang masih berlangsung juga mendorong naiknya beberapa harga pangan sehingga menyebabkan peningkatan inflasi harga bergejolak mencapai 3,07% (YoY).

    Beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga antara lain produk unggas, cabai rawit, dan ikan segar. Di sisi lain, komponen harga diatur Pemerintah tercatat mengalami deflasi 6,41% didorong oleh program diskon tarif listrik.

    Di sisi lain, normalisasi tarif transportasi pasca libur Nataru, seperti tarif kereta api dan angkutan udara, juga berdampak pada menurunnya inflasi kelompok jasa angkutan penumpang.

    Febrio menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya menjaga inflasi tetap terkendali guna mendukung terjaganya daya beli masyarakat, terutama menjamin akses pangan. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi pada rentang sasaran 1,5%—3,5% dengan dukungan koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP dan TPID.

    Pemerintah juga secara konsisten melakukan kebijakan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan, termasuk meningkatkan produksi dan memperkuat cadangan pangan guna mencapai ketahanan pangan. Terlebih, menjelang masa Ramadan dan Idulfitri yang akan jatuh pada Maret dan April 2025.

    “Dalam mempersiapkan Hari Besar Keagamaan Nasional [HBKN] Ramadan dan Idul Fitri, Pemerintah akan terus memitigasi risiko gejolak yang mungkin terjadi,” tutup Febrio.

    Adapun, diskon tarif listrik sebesar 50% untuk pelanggan dengan kapasitas sampai dengan 2.200 VA (kategori pelanggan R1) merupakan kebijakan atas kompensasi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

    Pemerintah pun mengalokasikan anggaran sekitar Rp10,8 triliun untuk memenuhi insentif yang menyasar 81,1 juta pelanggan R1 subsidi dan nonsubsidi selama Januari hingga Februari 2025.

  • BPS: Inflasi Jakarta Januari 2025 lebih rendah dibanding nasional

    BPS: Inflasi Jakarta Januari 2025 lebih rendah dibanding nasional

    Berdasarkan kelompok penyumbang utama inflasi secara tahunan pada Januari 2025 yakni makanan, minuman, dan tembakau dengan adil 0,68 persen

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyatakan inflasi tahunan (year on year) DKI Jakarta pada Januari 2025 tercatat sebesar 0,14 persen atau lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan secara nasional yakni 0,76 persen.

    “Inflasi tahun ke tahun DKI Jakarta tercatat sebesar 0,14 persen. Di nasional 0,76 persen. Artinya inflasi year on year (tahun ke tahun) ini lebih rendah (dibandingkan nasional),” kata Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin di Jakarta, Senin.

    Berdasarkan kelompok penyumbang utama inflasi secara tahunan pada Januari 2025 yakni makanan, minuman, dan tembakau dengan adil 0,68 persen, diikuti perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,54 persen), serta penyediaan makanan dan minuman atau restoran (0,25 persen).

    “Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau adalah beras,” tutur Hasanudin.

    Sementara itu, komoditas-komoditas yang memberikan andil inflasi tahunan Jakarta yakni emas perhiasan dengan andil 0,38 persen, lalu tarif angkutan udara (0,15 persen), beras (0,14 persen), serta cabai rawit dan kopi bubuk (0,07 persen).

    Sedangkan komoditas yang memberikan andil atau sumbangan deflasi tahunan Jakarta pada Januari antara lain tarif listrik (1,98 persen), bensin (0,05 persen), cabai merah (0,04 persen), tomat (0,03 persen), dan tarif kereta api (0,02 persen).

    “Cabai merah meskipun tinggi (harganya) tapi secara tahun ke tahun sebetulnya deflasi 0,04 persen, juga tomat deflasi 0,03 serta tarif kereta api deflasi 0,02,” ujar Hasanudin.

    Adapun angka inflasi tahunan pada Januari 2025 tercatat paling rendah dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada Januari 2025, tingkat inflasi tahunan DKI Jakarta sebesar 0,14 persen, sementara pada Januari 2024 tercatat sebesar 1,83 persen dan pada Januari 2023, sebesar 3,83 persen.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • BPS Ungkap Indonesia Alami Deflasi pada Januari 2025

    BPS Ungkap Indonesia Alami Deflasi pada Januari 2025

    Jakarta, FORTUNE – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa Indonesia mengalami Deflasi pada Januari 2025. Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,76 persen secara bulanan (month to month/MtM) sejak Desember 2024.

    “Pada Januari 2025 secara bulanan atau MtM dan tahun kalendar year to date (ytd) terjadi deflasi 0,76 persen atau terjadi penurunan IHK dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025,” kata Amalia dalam konferensi pers pada Senin (3/2).

    Deflasi bulanan ini terjadi di tengah berbagai kebijakan pemerintah, seperti pemberian diskon tarif listrik sebesar 50 persen untuk pelanggan PLN dengan daya hingga 2200 VA.

    Selain itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi, kenaikan harga eceran produk tembakau, serta curah hujan yang masuk dalam kategori menengah hingga di atas normal turut memengaruhi kondisi ini, yang berdampak pada produksi hortikultura di berbagai wilayah.

    Deflasi pada Januari 2025 ini menjadi catatan pertama dalam beberapa bulan terakhir, setelah deflasi bulanan terakhir pada September 2024. 

    “Pada Januari 25 angka bulanan (mtm) dan year to date (ytd) akan sama karena pembandingnya sama. Sementara itu, secara year on year (yoy), terjadi inflasi sebesar 0,76 persen,” ujarnya. 

    Menurut BPS, kelompok pengeluaran yang paling besar memberikan kontribusi terhadap deflasi bulanan adalah sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok ini mencatat deflasi sebesar 9,16 persen, yang memberikan kontribusi terhadap deflasi keseluruhan sebesar -1,44 persen.

    “Komoditas yang dominan menjadi pendorong deflasi kelompok ini adalah tarif listrik yang andilnya terhadap deflasi sebesar 1,47 persen,” kata Amalia.

    Selain tarif listrik, beberapa komoditas lain juga berkontribusi terhadap deflasi. Tomat, misalnya, memberikan andil deflasi sebesar 0,03 persen. Sedangkan komoditas lainnya seperti ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen.

    Meski demikian, terdapat pula beberapa komoditas yang justru memberikan andil terhadap inflasi.

    “Namun demikian ada komoditas yang memberikan andil inflasi, antara lain cabai merah dan cabai rawit yang andil inflasinya masing-masing adalah sebesar 0,19 persen dan 0,17 persen,” ujar Amalia.

    Selain cabai, beberapa komoditas lain yang mencatatkan kontribusi inflasi adalah ikan segar, minyak goreng, dan bensin, masing-masing dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.

    Dengan data tersebut, BPS menunjukkan bahwa dinamika harga di Indonesia pada awal 2025 dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun kondisi alam. Meskipun terdapat kenaikan harga pada beberapa komoditas, deflasi tetap terjadi berkat penurunan signifikan pada sektor energi, khususnya tarif listrik.
     

  • BPS Ungkap Januari 2025 Terjadi Deflasi 0,76 Persen

    BPS Ungkap Januari 2025 Terjadi Deflasi 0,76 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada Januari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,76%. Lalu inflasi tahun ke tahun sebesar 0,76% dan  secara tahun kalender terjadi deflasi sebesar 0,76%.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, pada Januari 2025 secara bulanan terjadi deflasi 0,76% atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,8 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025. Pada Januari 2025 inflasi bulanan dan year to date akan sama 0,76% karena perbandingannya sama yaitu di bulan Januari 2025.

    “Deflasi bulanan pada Januari 2025 merupakan deflasi pertama setelah deflasi pada September 2024,” ucap Amalia dalam konferensi pers di kantor BPS  pada Senin (3/2/2025).

    Apabila dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, maka kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi 9,16% dan memberikan andil deflasi 1,44%.

    “Komoditas yang dominan menjadi pendorong deflasi kelompok ini adalah tarif listrik yang andilnya terhadap deflasi sebesar 1,47%,” tutur Amalia.

    Selanjutnya kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,08% dan memberikan andil deflasi 0,01%. Sedangkan kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi 1,94% dan memberikan andil inflasi 0,56%.

    Komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain cabai merah dan cabai rawit yang andil inflasinya sebesar 0,19% dan 0,17%. Ikan segar, minyak goreng, dan bensin memberikan andil inflasi 0,03%.

    “Komoditas yang memberikan andil deflasi adalah tomat dengan deflasi 0,03%, serta timun, tarif kereta api, tarif angkutan udara dengan andil deflasi masing-masing 0,01%,” kata Amalia.

    Apabila dilihat berdasarkan komponen, maka deflasi pada Januari 2025 karena didorong oleh komponen harga diatur pemerintah. Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 7,38% dengan andil deflasi sebesar 1,44%.

    “Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen harga diatur pemerintah adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api,” kata Amalia.

    Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,3% dengan andil inflasi 0,2%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah minyak  goreng, emas perhiasan, biaya sewa rumah, kopi, bubuk, mobil, dan sepeda motor.

    Komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,95% dengan andil inflasi sebesar 0,48%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras

    Secara spasial dari 38 provinsi yang dipantau BPS tercatat 34 provinsi mengalami deflasi pada Januari 2025 dan empat provinsi mengalami inflasi. Untuk inflasi tertinggi terjadi di Kepulauan Riau (0,43%) dan deflasi terdalam terjadi di Papua Barat (2,29%). 

  • Makanan, Minuman, Hingga Rokok Cetak Kenaikan Inflasi Tertinggi 5 Tahun, BPS: Cabai Penyumbang Utama

    Makanan, Minuman, Hingga Rokok Cetak Kenaikan Inflasi Tertinggi 5 Tahun, BPS: Cabai Penyumbang Utama

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap sejumlah komoditas pangan masih mengalami kenaikan harga sehingga menjadi penyumbang inflasi pada awal Januari 2025.

    Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan sejumlah komoditas pangan yang dimaksud di antaranya cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng.

    “Penyumbang inflasi Januari 2025 pada kelompok ini adalah cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (3/2/2025).

    Data BPS menunjukkan ketiga komoditas itu masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,19%, 0,17%, dan 0,03% pada Januari 2025.

    Secara bulanan, Amalia menyampaikan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih mengalami lonjakan harga. Sektor ekonomi ini kembali mengalami inflasi sebesar 1,94% dengan andil sebesar 0,56% pada Januari 2025. BPS menyebut tingkat inflasi kelompok ini merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir.

    Secara umum, Amalia mengatakan bahwa setiap bulan Januari pada 2021–2024, tingkat inflasi kelompok ini biasanya selalu lebih rendah dibandingkan dengan bulan Desember.

    “Akan tetapi, tingkat inflasi kelompok ini pada Januari 2025 lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi Desember 2024,” ungkapnya.

    Lebih lanjut, Amalia juga menyampaikan bahwa jika dilihat menurut komponen secara bulanan (month-to-month/mtm), komponen bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,95% dengan andil inflasi sebesar 0,48%.

    Di sana, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen bergejolak antara lain cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.

    Jika dilihat secara tahunan (year-on-year/yoy), BPS mengungkap tekanan inflasi komponen inti meningkat dana memberi andil terbesar pada Januari 2025. Di mana, komoditas yang dominan memebrikan andil inflasi adalah cabai rawit, beras, ikan segar, telur ayam ras, dan daging ayam ras.

    Meski kelompok ekonomi makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi, secara keseluruhan IHK Januari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,76%. Kondisi deflasi atau penurunan harga ini terutama disumbang dari kebijakan penurunan tarif listrik sebesar 50%. Sedangkan inflasi year on year tercatat sebesar 0,76%.