Tanaman: Cabai

  • Hati-Hati, Konsumsi Seblak Berlebihan Bisa Picu Masalah Ginjal dan Pencernaan

    Hati-Hati, Konsumsi Seblak Berlebihan Bisa Picu Masalah Ginjal dan Pencernaan

    JAKARTA – Seblak termasuk camilan khas Indonesia yang banyak digemari, terutama di kalangan anak muda. Hidangan berbahan dasar kerupuk yang direbus ini biasanya disajikan dengan kuah pedas dan tambahan seperti telur, ayam, atau sosis.

    Meskipun lezat, konsumsi seblak secara rutin perlu diperhatikan karena dapat berdampak negatif pada kesehatan.

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Hermina Bitung, dr. Lingga Ramot Gumelar, SpPD, mengungkapkan bahwa konsumsi seblak secara rutin atau makanan lain yang mengandung penyedap rasa berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan ginjal.

    “Asupan garam dan gula yang dikonsumsi secara berlebihan bisa memicu penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes,” jelas dr. Lingga seperti dikutip ANTARA.

    Menyoroti tren di kalangan anak muda yang gemar mengonsumsi seblak dan minuman manis, dr. Lingga menegaskan bahwa kebiasaan tersebut berisiko meningkatkan angka kejadian hipertensi dan diabetes. Kedua penyakit ini menjadi pemicu utama gangguan ginjal kronis yang semakin banyak terjadi.

    Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021 Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, mencapai 19,5 juta orang. Angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta orang pada tahun 2045. Sementara itu, data dari Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia telah mencapai 34,1 persen.

    Dr. Lingga menjelaskan hipertensi dan diabetes menyebabkan ginjal bekerja lebih keras dalam menyaring racun dan limbah dari tubuh. Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa pengelolaan yang baik, risiko gagal ginjal akan semakin besar.

    Selain berdampak pada ginjal, konsumsi seblak yang tinggi akan garam, penyedap rasa, serta cabai juga dapat menimbulkan masalah pencernaan. Lambung menjadi organ pertama yang terdampak akibat konsumsi makanan pedas dan berbumbu tajam secara berlebihan, yang dapat menyebabkan iritasi lambung hingga peningkatan produksi asam lambung.

    “Mengonsumsi makanan pedas secara terus-menerus bisa menyebabkan iritasi lambung. Walaupun efeknya ke ginjal tidak langsung, gangguan pencernaan seperti asam lambung naik adalah masalah yang lebih dulu muncul,” tambahnya.

    Untuk menjaga kesehatan ginjal dan tubuh secara keseluruhan, dr. Lingga merekomendasikan agar masyarakat mulai membatasi konsumsi garam, gula, serta lemak berlebih. Selain itu, menjaga kecukupan asupan air putih dan rutin berolahraga sangat dianjurkan.

    “Jenis olahraga perlu disesuaikan dengan usia. Jika sudah di atas 40 tahun, pilih yang lebih ringan, seperti jalan santai atau senam. Untuk yang lebih muda, bisa melakukan olahraga seperti bulu tangkis, basket, atau sepak bola,” tutupnya.

  • Mantri KPH Perhutani Parengan Tuban Dibacok Warga

    Mantri KPH Perhutani Parengan Tuban Dibacok Warga

    Tuban (beritajatim.com) – Seorang warga nekat membacok mantri hutan KPH Perhutani Parengan di Desa Tluwe, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jumat (7/2/2025). Korban, Sudarman (50) asal Bojonegoro, sebelumnya menegur ibu pelaku, Heri Istono (48), agar tidak menggarap lahan persil di wilayah teritorial KPH Parengan.

    Teguran tersebut membuat Heri sakit hati dan langsung membacok Sudarman dengan sabit. Akibatnya, korban mengalami luka robek di bagian kening, tangan, dan punggung, serta saat ini sedang dirawat intensif di rumah sakit.

    Terduga pelaku saat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik. [foto: Diah Ayu/beritajatim.com]Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Dimas Robin Alexander, menjelaskan bahwa kejadian bermula saat ibu pelaku menanam cabai dan ditegur oleh korban selaku petugas mantri hutan. “Kejadian sekitar pukul 18.00 WIB kemarin. Saat kami menerima laporan, petugas langsung mendatangi lokasi dan mengamankan pelaku,” ujar AKP Dimas.

    Pelaku berhasil diamankan di dalam rumahnya oleh unit Jatanras beserta barang bukti senjata tajam berupa sabit. Di depan penyidik, Heri Istono mengungkapkan kekesalannya. “Ibu saya dilarang menggarap persil, alasannya mau ditanami pohon jati. Jadi saya bacok 3 kali, lalu saya lari,” tutup Heri. [ayu/but]

     

     

  • Rahasia Kelezatan Bebek Bumbu Hitam Khas Madura

    Rahasia Kelezatan Bebek Bumbu Hitam Khas Madura

    Liputan6.com, Madura – Pengolahan bebek bumbu hitam membutuhkan ketelatenan dan pemahaman tentang karakter rempah-rempah khas Madura. Hidangan yang berasal dari pulau garam ini menghadirkan perpaduan cita rasa gurih, sedikit pahit, dan aroma rempah yang menggugah selera.

    Mengutip dari berbagai sumber, proses pembuatan bebek bumbu hitam diawali dengan pemilihan bebek berkualitas. Daging bebek yang ideal berusia 2-3 bulan karena teksturnya masih empuk dan mudah menyerap bumbu.

    Sebelum diolah, daging bebek dibersihkan dan direbus dengan jahe serta daun salam untuk menghilangkan aroma amis. Bumbu hitam yang menjadi ciri khas masakan ini menggunakan kluwek sebagai bahan utama.

    Kluwek yang baik memiliki daging kehitaman dan tidak berbau tengik. Rempah-rempah pendukung meliputi bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, merica, jahe, lengkuas, dan daun jeruk.

    Teknik memasak menjadi kunci kesempurnaan hidangan ini. Bumbu dihaluskan kemudian ditumis hingga matang dan mengeluarkan minyak.

    Proses ini membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit dengan api sedang. Setelah itu, bumbu dimasak bersama daging bebek menggunakan api kecil selama kurang lebih 45 menit hingga meresap sempurna.

    Kaldu dari hasil rebusan bebek tidak dibuang, melainkan dimanfaatkan untuk menambah cita rasa masakan. Campuran kaldu dan minyak yang dihasilkan selama proses memasak menciptakan rasa yang khas pada bumbu hitam Madura.

    Penyajian bebek bumbu hitam Madura dilengkapi dengan srundeng kelapa dan sambal. Srundeng dibuat dari parutan kelapa yang disangrai bersama bumbu hingga kecokelatan dan kering.

    Sambal hijau yang terbuat dari cabai hijau segar juga menambah rasa pedas sesuai selera penikmat. Bebek bumbu hitam Madura menyimpan warisan teknik memasak tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Lonjakan Produksi Beras 52,32% pada Januari-Maret 2025, BPS: Harga Beras Turun

    Lonjakan Produksi Beras 52,32% pada Januari-Maret 2025, BPS: Harga Beras Turun

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lonjakan signifikan dalam produksi beras nasional pada periode Januari-Maret 2025. Potensi produksi beras diperkirakan mencapai 8,67 juta ton, meningkat tajam sebesar 52,32% dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton.

    Peningkatan ini seiring dengan meluasnya potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 2,83 juta hektare. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 970,33 ribu hektare atau 52,08% dibandingkan dengan luas panen pada Januari-Maret 2024 yang hanya mencapai 1,86 juta hektare.

    Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, juga menyampaikan informasi mengenai harga beras. Rata-rata harga beras di tingkat penggilingan pada Januari 2025 turun sebesar 4,30% dibandingkan tahun sebelumnya. 

    “Harga beras ini turun 4,30% secara tahunan atau year on year (yoy),” ungkapnya dalam sesi live streaming rilis BPS beberapa waktu lalu.

    Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan,  peningkatan produksi beras ini merupakan hasil dari upaya bersama berbagai pihak dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional. 

    “Peningkatan produksi ini tidak terlepas dari perbaikan infrastruktur irigasi, seperti pompanisasi, ketersediaan pupuk bersubsidi yang memadai, serta penerapan teknologi pertanian modern yang lebih efisien,” ujar Mentan Amran.

    Mentan Amran mengapresiasi pencapaian ini sebagai bukti nyata efektivitas berbagai program strategis yang dijalankan oleh Kementerian Pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional. 

    “Peningkatan produksi beras ini menunjukkan keberhasilan langkah-langkah strategis yang kami lakukan untuk mendorong produktivitas pertanian. Kami akan terus bekerja keras untuk memastikan ketersediaan pangan nasional tetap terjaga dengan baik,” tegasnya.

    Mentan Amran menegaskan, keberhasilan ini dicapai melalui implementasi berbagai program unggulan, seperti optimasi lahan rawa, pompanisasi, perluasan areal tanam, dan mekanisasi pertanian. 

    “Program-program ini terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas lahan dan efisiensi usaha tani, yang berdampak langsung pada peningkatan hasil panen dan ketersediaan beras nasional,” jelasnya.

    Salah satu program andalan yang berperan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian adalah pompanisasi. Program ini memfasilitasi penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan irigasi, khususnya di lahan tadah hujan dan daerah yang rawan kekeringan. 

    Ia mengatakan, dengan sistem pompanisasi, petani dapat mengairi lahan mereka secara lebih efektif, meningkatkan indeks pertanaman, dan memperpanjang masa tanam sepanjang tahun.

    “Kami optimistis dengan dukungan penuh dari Presiden Prabowo, berbagai pihak terkait dan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat mencapai swasembada pangan secepatnya dan menghentikan impor beras selamanya di masa mendatang,” tambah Mentan Amran.

    Mentan Amran berharap peningkatan produksi ini dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, terutama dalam menjaga stabilitas harga beras di pasar domestik dan meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.

    Selain itu, BPS juga mencatat nilai tukar petani (NTP) pada Januari 2025 mencapai 123,68, yang meningkat 0,73% dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 122,78. Komoditas yang mempengaruhi harga yang diterima petani nasional adalah cabai rawit, cabai merah, kakao, dan gabah.

  • Harga Pangan 7 Februari 2025: Minyakita Masih Melonjak

    Harga Pangan 7 Februari 2025: Minyakita Masih Melonjak

    Jakarta, FORTUNE – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat beberapa Harga Pangan meroket hari ini, Jumat (7/2) seperti Minyakita, minyak goreng curah, cabai rawit merah, bawang putih bonggol, sampai jagung tk peternak.

    Merujuk data dari panel harga di Bapanas hari ini sekitar pukul 11.56 WIB di tingkat konsumen secara nasional, Minyakita meroket harganya hingga 12,34 persen menjadi Rp17.638 per liter atau masih di atas harga eceran tertinggi (HET) nasional Rp15.700 per liter.

    Selain Minyakita, harga minyak goreng curah pun melambung tinggi sampai 13,32 persen menjadi Rp17.791 per liter. Lalu, minyak goreng kemasan di tingkat konsumen secara nasional tercatat seharga Rp20.388 per liter.

    Harga komoditas beras naik

    Komoditas beras premium juga harganya naik 4,15 persen menjadi Rp15.518 per kg atau masih di atas HET nasional Rp14.900 per kg. Selanjutnya, harga beras medium melonjak hingga 8,88 persen menjadi Rp13.610 per kg atau masih di atas HET nasional Rp12.500 per kg.

    Adapun harga beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog pun terpantau naik 0,23 persen menjadi Rp12.529 per kg atau masih di atas HET nasional Rp12.500 per kg. Sementara, tepung terigu kemasan di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp12.844 per kg.

    Kemudian, harga tepung terigu curah tercatat seharga Rp9.815 per kg. Sementara, gula konsumsi harganya naik sampai 4,42 persen menjadi Rp18.274 per kg dengan harga acuan pembelian (HAP) Indonesia non timur Rp17.500 per kg dan Indonesia timur Rp18.500 per kg.

    Harga daging sapi murni, daging ayam ras, dan telur ayam ras turun

    Lalu, harga garam halus beryodium tercatat sebesar Rp11.686 per kg. Di samping itu, komoditas daging sapi murni di tingkat konsumen secara nasional harganya turun 3,55 persen menjadi Rp135.029 per kg dengan HAP nasional Rp140 ribu per kg.

    Adapun harga daging ayam ras merosot hingga 10,08 persen menjadi Rp35.969 per kg dengan HAP nasional Rp40 ribu per kg. Telur ayam ras juga harganya terpantau turun 2,42 persen menjadi Rp29.273 per kg dengan HAP nasional Rp30 ribu per kg.

    Selanjutnya, komoditas ikan kembung di tingkat konsumen secara nasional tercatat sebesar Rp39.829 per kg. Lalu, harga ikan tongkol tercatat sebesar Rp32.811 per kg.

    Harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting naik

    Sementara, ikan bandeng tercatat seharga Rp33.404 per kg. Di samping itu, komoditas cabai rawit merah harganya meroket sampai 16,13 persen menjadi Rp66.196 per kg atau masih di atas HAP nasional yang berkisar Rp40.000–Rp57.000 per kg.

    Cabai merah keriting pun harganya naik 3,95 persen menjadi Rp57.172 per kg atau masih di atas HAP nasional yang berkisar Rp37.000-Rp55.000 per kg. Selanjutnya, harga cabai merah besar di tingkat konsumen secara nasional tercatat seharga Rp56.358 per kg.

    Sementara, komoditas bawang merah harganya merosot hingga 13,59 persen menjadi Rp35.860 per kg dengan HAP nasional  yang berkisar Rp36.500–Rp41.500 per kg. Sedangkan harga bawang puting bonggol melambung tinggi sampai 11,54 persen menjadi Rp42.387 per kg atau masih di atas HAP nasional Rp38 ribu per kg.

    Selain bawang merah, harga kedelai biji kering impor juga merosot hingga 13,03 persen menjadi Rp10.436 per kg dengan HAP nasional Rp12 ribu per kg. Sementara, harga jagung tk peternak meroket sampai 11,21 persen menjadi Rp6.450 per kg atau masih di atas HAP nasional Rp5.800 per kg.

  • Harga cabai rawit merah Rp55.000/kg, bawang merah Rp32.950/kg

    Harga cabai rawit merah Rp55.000/kg, bawang merah Rp32.950/kg

    Cabai rawit merah di jual di Pasar Klender, Jakarta Timur, Rabu (5/2/2025). ANTAR/Harianto

    PIHPS: Harga cabai rawit merah Rp55.000/kg, bawang merah Rp32.950/kg
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 07 Februari 2025 – 11:39 WIB

    Elshinta.com – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat sejumlah komoditas pangan secara umum antara lain  cabai rawit merah di harga Rp55.000 per kilogram, dan bawang merah Rp32.950 per kg. Berdasarkan data dari PIHPS, dilansir di Jakarta, Jumat, pukul 10.00 WIB, selain cabai rawit merah, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang putih di harga Rp43.100 per kg.

    Selain itu beras kualitas bawah I di harga Rp12.150 per kg; beras kualitas bawah II Rp12.500 per kg; beras kualitas medium I Rp14.150 per kg; beras kualitas medium II Rp13.450 pr kg. Lalu, beras kualitas super I di harga Rp15.150 per kg; dan beras kualitas super II Rp14.700 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp41.000 per kg; cabai merah keriting Rp42.700 per kg; dan cabai rawit hijau Rp36.000 per kg. Kemudian, daging ayam ras segar Rp27.850 per kg; sedangkan daging sapi kualitas I Rp127.200 per kg, daging sapi kualitas II di harga Rp122.300 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp18.150 per kg; gula pasir lokal Rp18.600 per kg. Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.900 per kg, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp21.800 per kg; minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp22.000 per kg.

    Sedangkan, telur ayam ras segar di harga Rp28.100 per kg.

    Sumber : Antara

  • Pendampingan TNI AD untuk ketahanan pangan di Gununghejo

    Pendampingan TNI AD untuk ketahanan pangan di Gununghejo

    , Kawasan di Desa Gununghejo, Purwakarta, Jawa Barat yang dijadikan lahan ketahanan pangan oleh TNI dan warga, Kamis (6/2/2025) (ANTARA/Walda Marison) Maruli menyadari program ini harus berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Karenanya, pelibatan rakyat setempat dalam mengelola hasil tani menjadi syarat utama baginya. TNI AD pun dalam proses pengembangan lahan selalu mendampingi para petani untuk mengelola perkebunan tersebut. Untuk memaksimalkan potensi para petani dalam mengelola lahan, Maruli akhirnya menggandeng pihak jala pendamping pertanian yakni Elevarm Direktur Utama Elevarm Bayu Syerli mengatakan pihaknya hadir bukan hanya sebagai pendamping tapi juga memberikan fasilitas yang terbaik bagi para petani seperti pupuk, bibit dan pelatihan tata cara bertani yang baik. Selama mendampingi pengelolaan lahan ini, Bayu melihat sudah banyak manfaat yang dirasakan warga sekitar.

    Pendampingan TNI AD untuk ketahanan pangan di Gununghejo
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 07 Februari 2025 – 07:19 WIB

    Elshinta.com – Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak dalam sebuah rapat pimpinan TNI mendapat perintah langsung dari Presiden Prabowo Subianto untuk ikut memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Penguatan ketahanan pangan itu dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan tidur untuk dijadikan perkebunan atau pun lumbung pangan.

    Pekerjaan tersebut dirasa cocok untuk TNI AD. Pasalnya dari seluruh institusi, TNI AD memiliki banyak kelebihan seperti personel yang banyak, armada yang layak untuk menempuh jarak jauh, hingga pengetahuan personel yang cukup baik dalam bercocok tanam. Sebenarnya, sebelum Prabowo memberikan perintah tersebut, Maruli dan anak buahnya sudah banyak mengerjakan lahan-lahan kosong menjadi perkebunan.

    Tidak hanya itu, Maruli yang dikenal sebagai “Jenderal Air” itu juga sudah banyak membuat titik air di seluruh Indonesia. Semenjak Maruli menjadi Pangdam Udayana pada 2020,  ada 3.600 titik air sudah tercipta dari tangan dinginnya. Titik air itu tentu berkesinambungan dengan program ketahanan pangan karena berfungsi untuk mengaliri lebih dari 46.000 hektare sawah yang ada di sejumlah daerah di  Indonesia.

    Kami berkesempatan untuk menengok salah satu lokasi yang dijadikan TNI AD sebagai kebun penghasil sayur dan buah buahan, awal Februari. Lahan tersebut berada di Desa Gununghejo, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, atau sekitar dua kilometer dari kantor Koramil 1903 Darangdan.

    Saat perjalanan tiba di tepi jalan pintu masuk ke lahan yang digarap tentara itu,  terlihat kondisi jalan yang penuh dengan tanah liat akibat hujan. Jalan di sana masih berupa  tanah merah yang  lunak ketika diinjak. Jalur berlumpur itu menghiasi perjalanan yang berjarak sekitar 100 meter menuju lahan ketahanan pangan. Setelah melewati kebun jagung dan jalur yang menanjak, barulah terlihat lahan yang dimaksud.

    Lahan tersebut berada tepat di bukit yang menghadap ke lembah pegunungan dengan pemandangan kota di tengahnya. Terlihat ada lahan-lahan yang sudah disekat rapi dan ditutupi oleh plastik berwarna putih. Plastik tersebut memiliki lubang berdiameter sekitar 2 cm untuk ditanami bibit.

    Beberapa petani lokal terlihat hilir mudik di tengah lahan dengan kaki telanjang yang berotot dan berlumuran tanah liat. Tidak hanya warga, terdapat pula anggota TNI sibuk memasukkan bibit cabai ke lahan yang sudah tertutup plastik itu. Kondisi lahan tani pun terbagi dalam beberapa bagian. Layaknya tangga, lahan ada yang di bagian atas, tengah, dan bawah bukit.

    Total lahan yang akan digunakan TNI AD dan masyarakat itu seluas 200 hektare. Danramil 1903 Darangdan Lettu Unang Sunaria mengatakan lahan tersebut awalnya milik PTPN. Setelah tidak diolah kembali sejak 2018, lahan yang semula kebun karet tersebut akhirnya diolah oleh TNI AD untuk kebutuhan pangan.

    Sejak Desember 2024, lahan tidur tersebut mulai digarap untuk dijadikan kawasan lahan pertanian dan kehutanan. Sejak saat itu pula TNI menggandeng 302 petani setempat untuk mengelola lahan tersebut. Para petani juga mendapatkan pelatihan dari anggota TNI tentang tata cara bertani yang baik dan efektif.

    Alhasil, lahan gersang perkebunan karet tersebut akhirnya berubah menjadi kebun sayur dan buah-buahan seperti saat ini. Tidak hanya lahan pertanian, perkebunan ini juga dilengkapi dengan delapan embung yang berfungsi untuk menampung air.

    Setiap embung  berukuran 12 m kali 15 m dan mempunyai kedalaman 4 m. Embung tersebut berfungsi untuk menampung air dan mengalirkannya ke seluruh lahan pertanian. Di kebun tersebut, TNI menanam beberapa buah-buahan seperti alpukat, lengkeng, mangga, durian, manggis, petai, dan sawo. Sedangkan untuk sayuran ada cabai, tomat, ceri, bawang merah.

    Menurut Unang, untuk sayuran diperkirakan akan panen satu tahun sekali sedangkan buah-buahan akan panen dua atau tiga tahun sekali.

    Sumber : Antara

  • Harga Pangan Hari Ini 7 Februari: Harga Gula & Minyak Goreng Kompak Naik

    Harga Pangan Hari Ini 7 Februari: Harga Gula & Minyak Goreng Kompak Naik

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah harga pangan nasional pada hari ini, Jumat (7/2/2025) mulai mengalami penurunan. Akan tetapi, harga gula dan minyak masih tinggi.

    Mengutip laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga gula pasir lokal masih naik 0,54% ke level Rp18.550 per kg.

    Kemudian harga gula pasir premium stagnan di harga Rp19.600 per kg, diikuti minyak goreng yang naik 0,23% menjadi Rp21.900 per kg dan minyak goreng bermerek 2 stagnan di level Rp20.800 per kg.

    Harga cabai rawit hijau menjadi komoditas terakhir yang mengalami kenaikan, terkerek 2,56% menjadi Rp62.050 per kg.

    Berbanding terbalik, harga rata-rata nasional cabai merah besar turun 0,08% menjadi Rp59.550 per kg, cabai merah keriting turun 1,41% menjadi Rp59.400 per kg dan cabai rawit merah turun 0,15% menjadi Rp68.450 per kg.

    Sementara itu, harga bawang merah ukuran sedang turun 3,6% menjadi Rp37.450 per kg dan bawang putih ukuran sedang turun 0,34% menjadi Rp44.500 per kg.

    Kemudian, harga beras kualitas bawah I dan beras kualitas bawah II stagnan masing-masing di harga Rp14.000 per kg dan Rp13.800 per kg.

    Harga beras kualitas medium I juga tidak mengalami kenaikan atau masih tetap di harga Rp15.30p per kg, beras kualitas medium II di harga Rp15.200, beras kualitas super I di harga Rp16.650 per kg dan beras kualitas super II di harga Rp16.200 per kg.

    Pangan sumber protein seperti daging ayam juga turun 2,4% menjadi Rp36.440 diikuti harga telur ayam yang juga turun 0,33% menjadi Rp29.950 per kg.

    Terakhir, daging sapi kualitas 1 turun 0 04% menjadi Rp138.600 dan daging sapi kualitas 2 turun 0,88% menjadi Rp128.850 per kg.

  • Melihat lahan ketahanan pangan karya Sang “Jenderal Air”

    Melihat lahan ketahanan pangan karya Sang “Jenderal Air”

    TNI AD pun dalam proses pengembangan lahan selalu mendampingi para petani untuk mengelola perkebunan tersebut

    Purwakarta (ANTARA) – Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak dalam sebuah rapat pimpinan TNI mendapat perintah langsung dari Presiden Prabowo Subianto untuk ikut memperkuat ketahanan pangan Indonesia.

    Penguatan ketahanan pangan itu dilakukan dengan cara memanfaatkan lahan tidur untuk dijadikan perkebunan atau pun lumbung pangan.

    Pekerjaan tersebut dirasa cocok untuk TNI AD. Pasalnya dari seluruh institusi, TNI AD memiliki banyak kelebihan seperti personel yang banyak, armada yang layak untuk menempuh jarak jauh, hingga pengetahuan personel yang cukup baik dalam bercocok tanam.

    Sebenarnya, sebelum Prabowo memberikan perintah tersebut, Maruli dan anak buahnya sudah banyak mengerjakan lahan-lahan kosong menjadi perkebunan.

    Tidak hanya itu, Maruli yang dikenal sebagai “Jenderal Air” itu juga sudah banyak membuat titik air di seluruh Indonesia.

    Semenjak Maruli menjadi Pangdam Udayana pada 2020, ada 3.600 titik air sudah tercipta dari tangan dinginnya.

    Titik air itu tentu berkesinambungan dengan program ketahanan pangan karena berfungsi untuk mengaliri lebih dari 46.000 hektare sawah yang ada di sejumlah daerah di Indonesia.

    ANTARA berkesempatan untuk menengok salah satu lokasi yang dijadikan TNI AD sebagai kebun penghasil sayur dan buah buahan, awal Februari.

    Lahan tersebut berada di Desa Gununghejo, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, atau sekitar dua kilometer dari kantor Koramil 1903 Darangdan.

    Saat perjalanan tiba di tepi jalan pintu masuk ke lahan yang digarap tentara itu, terlihat kondisi jalan yang penuh dengan tanah liat akibat hujan. Jalan di sana masih berupa tanah merah yang lunak ketika diinjak.

    Jalur berlumpur itu menghiasi perjalanan yang berjarak sekitar 100 meter menuju lahan ketahanan pangan. Setelah melewati kebun jagung dan jalur yang menanjak, barulah terlihat lahan yang dimaksud.

    Lahan tersebut berada tepat di bukit yang menghadap ke lembah pegunungan dengan pemandangan kota di tengahnya.

    Terlihat ada lahan-lahan yang sudah disekat rapi dan ditutupi oleh plastik berwarna putih. Plastik tersebut memiliki lubang berdiameter sekitar 2 cm untuk ditanami bibit.

    Beberapa petani lokal terlihat hilir mudik di tengah lahan dengan kaki telanjang yang berotot dan berlumuran tanah liat.

    Tidak hanya warga, terdapat pula anggota TNI sibuk memasukkan bibit cabai ke lahan yang sudah tertutup plastik itu.

    Kondisi lahan tani pun terbagi dalam beberapa bagian. Layaknya tangga, lahan ada yang di bagian atas, tengah, dan bawah bukit.

    Total lahan yang akan digunakan TNI AD dan masyarakat itu seluas 200 hektare.

    Danramil 1903 Darangdan Lettu Unang Sunaria mengatakan lahan tersebut awalnya milik PTPN. Setelah tidak diolah kembali sejak 2018, lahan yang semula kebun karet tersebut akhirnya diolah oleh TNI AD untuk kebutuhan pangan.

    Sejak Desember 2024, lahan tidur tersebut mulai digarap untuk dijadikan kawasan lahan pertanian dan kehutanan.

    Sejak saat itu pula TNI menggandeng 302 petani setempat untuk mengelola lahan tersebut. Para petani juga mendapatkan pelatihan dari anggota TNI tentang tata cara bertani yang baik dan efektif.

    Alhasil, lahan gersang perkebunan karet tersebut akhirnya berubah menjadi kebun sayur dan buah-buahan seperti saat ini.

    Tidak hanya lahan pertanian, perkebunan ini juga dilengkapi dengan delapan embung yang berfungsi untuk menampung air.

    Setiap embung berukuran 12 m kali 15 m dan mempunyai kedalaman 4 m. Embung tersebut berfungsi untuk menampung air dan mengalirkannya ke seluruh lahan pertanian.

    Di kebun tersebut, TNI menanam beberapa buah-buahan seperti alpukat, lengkeng, mangga, durian, manggis, petai, dan sawo. Sedangkan untuk sayuran ada cabai, tomat, ceri, bawang merah.

    Menurut Unang, untuk sayuran diperkirakan akan panen satu tahun sekali sedangkan buah-buahan akan panen dua atau tiga tahun sekali.

    ,Kawasan di Desa Gununghejo, Purwakarta, Jawa Barat yang dijadikan lahan ketahanan pangan oleh TNI dan warga, Kamis (6/2/2025) (ANTARA/Walda Marison)

    Maruli menyadari program ini harus berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Karenanya, pelibatan rakyat setempat dalam mengelola hasil tani menjadi syarat utama baginya.

    TNI AD pun dalam proses pengembangan lahan selalu mendampingi para petani untuk mengelola perkebunan tersebut.

    Untuk memaksimalkan potensi para petani dalam mengelola lahan, Maruli akhirnya menggandeng pihak jala pendamping pertanian yakni Elevarm

    Direktur Utama Elevarm Bayu Syerli mengatakan pihaknya hadir bukan hanya sebagai pendamping tapi juga memberikan fasilitas yang terbaik bagi para petani seperti pupuk, bibit dan pelatihan tata cara bertani yang baik.

    Selama mendampingi pengelolaan lahan ini, Bayu melihat sudah banyak manfaat yang dirasakan warga sekitar. Salah satunya yakni terbukanya lapangan pekerjaan bagi warga setempat.

    Setidaknya ada 302 petani yang terlibat dalam pengelolaan lahan itu. Belum lagi jika hasil panen mulai terlihat. Sudah pasti warga setempat butuh tambahan orang untuk mengelola gudang, stok pangan, pengemasan, hingga pendistribusian.

    Elevarm juga berperan untuk memastikan hasil tani berkualitas. Dengan pemilihan pestisida, lahan, bibit, dan metode penanaman yang tepat, diharapkan dapat menghasilkan hasil yang dapat bersaing di pasar nasional dan internasional.

    Yang paling terpenting, kata Bayu, bahan pangan tersebut dapat mendukung program makan bergizi gratis yang sedang digulirkan pemerintah.

    Tidak hanya saat proses pengolahan hasil tani, Bayu menjelaskan pihaknya juga berperan dalam mendampingi petani dalam mencari permodalan usaha dan penyaluran ke tengkulak dengan harga yang layak.

    Hal tersebut dilakukan agar para petani tidak merasa tertipu dengan oknum tengkulak yang sengaja mengatur harga sehingga tidak menguntungkan petani.

    Petani bersyukur

    Ketua Pokja Tani Asep D’ai mengaku bersyukur akan kehadiran program yang diprakarsasi TNI AD di daerahnya. Menurut Asep warga setempat jadi paham metode pertanian yang baik dan benar.

    “Alhamdulillah yg diarahkan oleh pak Jenderal Maruli sangat dimengerti oleh masyarakat dan itu yang didambakan selama bertahun-tahun. Kami butuh pembimbing dalam hal bagaimana tanaman ini tertata rapi,” kata Asep.

    Asep mengaku sebelumnya dia dan seluruh warga hanya menggunakan metode bertani yang sudah usang dan tidak efektif. Selama itu pula, dia dan seluruh warga akhirnya mendapatkan hasil tani yang tidak maksimal.

    Kini, pihaknya mendapatkan banyak pelajaran dari mulai tata cara bercocok tanam, pemilihan bibit, pemasaran hingga pencarian modal usaha.

    Bagi dirinya, mendapatkan ilmu bertani dan memperoleh hasil tani dari lahan sendiri sudahlah cukup. Dia berharap pemerintah tidak akan berhenti memberikan bantuan kepada petani dalam mengelola lahan-lahan tidur yang ada di wilayah.

    Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
    Copyright © ANTARA 2025

  • TNI AD ubah 200 hektare kebun karet menjadi lahan ketahanan pangan

    TNI AD ubah 200 hektare kebun karet menjadi lahan ketahanan pangan

    “Kemudian setelah pohon karet tersebut tebang dan lahan ini menjadi semak-semak,”

    Purwakarta (ANTARA) – TNI AD melalui jajaran Koramil 1903 Darangdan, Kodim Purwakarta mengubah 200 hektare lahan bekas kebuk karet menjadi lahan pertanian dan kehutanan (Argo Forestry) untuk program ketahanan pangan.

    Lahan yang mayoritas masih berbentuk tanah merah tersebut terletak di atas bukit di kawasan desa Gunung Hejo, Purwakarta, Jawa Barat.

    Danramil 1903 Darangdan Letu Kapten Unang Sunaria di Purwakarta, Kamis, mengatakan lahan tersebut merupakan hasil pengolahan TNI AD yang dibantu dengan masyarakat.

    Dia menjelaskan, lahan tersebut semula dikelola oleh PTPN pada 2017. Setelah PTPN tidak memperpanjang kontraknya, lahan tersebut kemudian diserahkan kepada warga.

    “Kemudian setelah pohon karet tersebut tebang dan lahan ini menjadi semak-semak,” kata Unang.

    Lahan pun, lanjut Unang, sempat ditanami warga beberapa kebutuhan pangan namun hasilnya tidak begitu maksimal.

    Setelah beberapa tahun tidak dimanfaatkan dengan maksimal, Kepala Staf TNI Jenderal TNI Maruli Simanjuntak pun langsung datang memanfaatkan lahan tersebut untuk kebutuhan program ketahanan pangan.

    Tidak lupa mantan Pangkostrad itu turut menggandeng petani setempat untuk terlibat dalam kegiatan pengolahan lahan.

    Dalam kurun waktu dua bulan sejak Desember 2024 hingga Februari 2025, lahan tersebut disulap menjadi perkebunan sayur dan buah buahan.

    “Kebun ini memiliki delapan embung. Kalau buah buahan ada alpukat, klengkeng, mangga, durian, manggis, pete, dan buah sawo. Kalau sayuran itu cabe, tomat, ceri, bawang merah,” kata Unang.

    Unang melanjutkan untuk sayuran diperkirakan akan panen satu tahun sekali sedangkan buah-buahan akan panen dua tiga tahun sekali.

    Unang memastikan, pihaknya akan melibatkan masyarakat sebanyak-banyaknya sehingga hasil tani dari lahan tersebut juga akan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025