Tanaman: Bawang merah

  • Airlangga Akui PMI Manufaktur Masih Kontraksi Akibat Daya Beli Lemah

    Airlangga Akui PMI Manufaktur Masih Kontraksi Akibat Daya Beli Lemah

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka suara terkait masih terkontraksinya Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia  pada Oktober 2024 di level 49,2. 

    Airlangga menyebutkan sektor manufaktur masih bertengger di bawah angka 50—yang menunjukkan kontraksi atau penurunan aktivitas—akibat kondisi daya beli masyarakat yang mempengaruhi permintaan. 

    “Kami melihat dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen,” ujarnya kepada media massa di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (1/11/2024). 

    Pasalnya, permintaan yang turun dari masyarakat membuat stok barang meningkat dan produksi barang baru menjadi turun. 

    Dirinya berharap kondisi daya beli masyarakat ini dapat segera pulih sehingga permintaan naik dan pabrik ataupun industri dapat terus melakukan produksi. 

    Airlangga menuturkan pemerintah terus mencapi potensi baik dari pasar domestik maupun pasar ekspor agar barang-barang tersebut dapat terserap. 

    “Kalau konsumsinya recover kita juga berharap industrinya juga bisa akan terdorong,” tuturnya. 

    Pernyataan Airlangga tersebut sejalan dengan informasi S&P Global terbaru bahwa operasional manufaktur Indonesia masih mengalami penurunan dari sisi produksi, permintaan baru, dan ketenagakerjaan. 

    Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan hal tersebut dikarenakan aktivitas pasar yang belum bergairah karena ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan klien waspada dan tidak bergerak.

    Kondisi pasar yang lesu membuat penumpukan pekerjaan baru turun karena perusahaan mampu menyelesaikan pekerjaan, sedangkan stok barang jadi meningkat. 

    Sementara dari data inflasi yang kerap dikaitkan dengan daya beli masyarakat, mulai mencatatkan terjadi inflasi setelah liam bulan mengalami deflasi bulanan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya inflasi sebesar 1,71% secara tahunan atau year on year (YoY) dan sebesar 0,08% secara bulanan atau month to month (MtM). 

    Di mana secara bulanan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil inflasi 0,06%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan.

    Sementara penyumbang utama inflasi Oktober 2024 secara tahunan adalah kelompok kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 0,67%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kopi bubuk, minyak goreng, dan bawang merah.

  • Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar pada Oktober 2024

    Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar pada Oktober 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Emas perhiasan menjadi komoditas utama yang mendorong inflasi pada Oktober 2024 sebesar 0,08%. Kenaikan harga emas perhiasan di dalam negeri mengikuti tren kenaikan harga emas di pasar internasional.

    Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A Widyasanti mengungkapkan, emas perhiasan termasuk dalam kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang turut menyumbang inflasi Oktober 2024 dengan andil sebesar 0,06%.

    “Komoditas emas perhiasan sebagai salah satu komoditas kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2024 dengan andil inflasi 0,06%,” kata Amalia dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Jumat (1/11/2024).

    Amalia memaparkan, pergerakan harga emas mencatat pola berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Secara historis, komoditas emas perhiasan mengalami deflasi lima kali pada 2022 serta tiga kali deflasi pada 2023. Namun, sejak September 2023, komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi hingga Oktober 2024.

    Kenaikan harga emas di pasar global didorong berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya permintaan sebagai aset aman di tengah gejolak pasar.

    Selain emas perhiasan, komoditas lainnya yang menyumbang inflasi pada Oktober 2024 adalah daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04%, bawang merah sebesar 0,03%, tomat 0,02%, serta nasi dengan lauk dan kopi bubuk masing-masing sebesar 0,02%.

    Sementara itu, minyak goreng, sigaret kretek mesin (SKM), dan telur ayam ras masing-masing memiliki andil sebesar 0,01% terhadap inflasi.

  • Tomat dan emas perhiasan sumbang inflasi tertinggi di NTB

    Tomat dan emas perhiasan sumbang inflasi tertinggi di NTB

    emas perhiasan menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan, komoditas tomat menyumbang inflasi hingga 0,17 persenMataram (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi bulan ke bulan di Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 0,09 persen pada Oktober 2024.

    Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin mengatakan pembentuk inflasi tertinggi adalah tomat dan emas perhiasan.

    “Sekarang harga emas lagi naik Rp1,5 juta per gram,” ujar Wahyudin di Mataram, Jumat.

    Harga emas Antam yang dipantau melalui laman Logam Mulia bertengger pada angka Rp1,45 juta per gram pada 1 Oktober 2024.

    Kemudian, harga emas bergerak naik mencapai Rp1,56 juta per gram pada 31 Oktober 2024. Itu adalah harga emas tertinggi dalam lima tahun terakhir.

    Sepanjang Oktober 2024, harga emas Antam telah naik sebesar 7,92 persen atau sekitar Rp115 ribu per gram.

    Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin menuturkan komoditas emas perhiasan menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan, komoditas tomat menyumbang inflasi hingga 0,17 persen.

    Musim pancaroba atau peralihan kemarau ke hujan membuat banyak tanaman tomat mati yang membuat pasokan menurun. Harga tomat di pasar tradisional, seperti Pasar Kebon Roek di Kota Mataram hari ini menembus harga Rp20 ribu per kilogram.

    Selain tomat dan emas perhiasan, komoditas yang juga menyumbang inflasi di Nusa Tenggara Barat adalah beras sebesar 0,06 persen, bawang merah 0,03 persen, dan sigaret kretek tangan 0,03 persen.

    Adapun komoditas yang memberikan andil terhadap deflasi adalah ikan layang atau ikan benggol sebesar 0,08 persen, udang basah 0,04 persen, ikan tongkol 0,04 persen, pisang 0,03 persen, dan cabai rawit 0,03 persen.

    Baca juga: BPS beri sinyal ekonomi daerah tumbuh melambat di NTB

    Baca juga: Pisang jadi penyumbang inflasi di NTB

    Baca juga: BPS: Impor NTB Agustus 2024 meningkat 59,28 persen

    Baca juga: Penjualan kapal dongkrak nilai ekspor non tambang di NTB

    Pewarta: Sugiharto Purnama
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Nilai Tukar Petani Naik jadi 120,70, Dipicu Kelapa Sawit dan Bawang Merah

    Nilai Tukar Petani Naik jadi 120,70, Dipicu Kelapa Sawit dan Bawang Merah

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap nilai tukar petani (NTP) pada Oktober 2024 naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun, pendorongnya adalah kelapa sawit hingga bawang merah.

    Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa NTP Oktober 2024 mengalami kenaikan sebesar 0,33% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 120,70.

    Amalia menjelaskan bahwa kenaikan NTP ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 0,38% menjadi 145,56. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani, yakni sebesar 0,04% menjadi 120,54.

    “Komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga yang diterima petani secara nasional adalah kelapa sawit, karet, bawang merah, dan tomat,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Jumat (1/11/2024).

    Sementara itu, untuk komoditas penyeimbang indeks harga bayar petani antara lain bawang merah, tomat, sigaret kretek mesin (SKM), dan daging ayam ras.

    Lebih lanjut, BPS merinci peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) yang naik 1,65% menjadi 156,32 pada Oktober 2024, dari sebelumnya di level 153,79.

    Amalia mengungkap bahwa kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik hingga 160%. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani turun 0,05%.

    Adapun, komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks harga petani pada subsektor NTPR adalah kelapa sawit, karet, dan kelapa.

    Di sisi lain, BPS menyampaikan penurunan NTP tedalam terjadi pada subsektor tanaman pangan (NTPP) yang turun tipis sebesar 0,46%. Subsektor ini turun dari 111,37 pada September 2024 menjadi 110,86 pada Oktober tahun ini.

    “Penurunan ini terjadi indeks harga yang diterima petani turun 0,38%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani naik 0,08%,” tuturnya.

    Sementara itu, komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga yang diterima petani pada sub sektor ini adalah gabah, jagung, dan ketela pohon.

  • BPS Jatim catat Nilai Tukar Petani pada Oktober turun 0,26 persen

    BPS Jatim catat Nilai Tukar Petani pada Oktober turun 0,26 persen

    Surabaya (ANTARA) – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Zulkipli menyatakan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2024 adalah sebesar 111,32 atau turun 0,26 persen dibandingkan September 2024.

    “NTP Oktober mencapai 111,32 atau turun 0,26 persen dibandingkan September 2024 yang sebesar 111,61,” katanya dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Jumat.

    Zulkipli menuturkan kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (lt) turun 0,02 persen yaitu 135,71 sementara indeks harga yang dibayarkan petani (lb) naik 0,24 persen yaitu 121,91.

    Turunnya harga yang diterima petani disebabkan turunnya harga komoditas jagung, tembakau, cabai merah, dan telur burung puyuh karena beberapa wilayah sudah mulai terjadi panen sehingga stok menjadi banyak.

    Sedangkan naiknya indeks harga bayar petani didorong oleh kenaikan harga komoditas bawang merah, tomat sayur, kacang panjang, dan cabai rawit.

    “Seperti tomat sayur itu harganya naik 4,32 persen sedangkan harga bawang merah naik lebih dari 10 persen,” ujar Zulkipli.

    NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani dan menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

    NTP juga merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga petani.

    Apabila dilihat dari subsektor, penurunan terdalam terjadi pada NTP Tanaman Pangan (NTPP) yaitu 1,03 persen atau 113,17 dari 114,35 sementara penurunan lain terjadi di NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) yaitu 0,28 persen atau 114,34 dari 114,66 serta NTP Peternakan (NTPT) yaitu 0,35 persen atau 103,67 dari 104,03.

    Baca juga: Pengertian nilai tukar petani dan cara menghitungnya

    Untuk subsektor lain yang mengalami kenaikan adalah NTP Hortikultura (NTPH) yaitu sebesar 3,73 persen dan NTP Perikanan (NTP-PI) 0,39 persen.

    Sementara itu, penurunan turut terjadi terhadap Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada September 2024 yaitu 0,10 persen dibandingkan September 2024.

    Baca juga: BPS catat Jatim alami inflasi 0,15 persen pada Oktober 2024

    Hal itu disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (lt) yaitu 0,02 persen atau 135,71 sedangkan indeks biaya produksi dan barang modal (BPPM) naik sebesar 0,08 persen atau 118,59.

    Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2024

  • Jakpus rutin cek pasar untuk pastikan harga pangan tetap aman

    Jakpus rutin cek pasar untuk pastikan harga pangan tetap aman

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Pusat rutin melakukan pengecekan ke pasar-pasar tradisional, swalayan dan pasar lokasi binaan di wilayah tersebut untuk memastikan harga pangan aman dan terkendali.

    “Kita rutin melakukan pengawasan pangan di pasar-pasar satu bulan sekali, semua kita cek mulai dari standar keamanan, stok dan juga harganya,” kata Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan
    (KPKP) Kota Administrasi Jakarta Pusat, Penty Yunesi Pudyastuti di Jakarta, Jumat.

    Penty menyebutkan, setiap melakukan pengawasan pangan pihaknya juga memonitor melalui Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) di wilayah ataupun penyuluh dan seksi terkait.

    Menurut Penty, ada beberapa pangan yang memiliki keadaan harga tidak tetap, bisa naik atau turun (fluktuasi). Seperti bawang merah, bawang putih, ayam, telur ayam, minyak goreng, cabai rawit merah, cabai merah keriting dan daging sapi.

    Naik-turunnya harga pangan, kata Penty, bisa disebabkan beberapa faktor. Antara lain permintaan yang lebih tinggi dibandingkan penawaran, beberapa momentum seperti saat bulan Ramadhan, akhir tahun ataupun faktor cuaca.

    Baca juga: Sudin KPKP Jakpus lakukan pengawasan pangan di pusat perbelanjaan

    Setiap minggunya, menurut dia, biasanya yang sering fluktuasi harga bahan pokok tersebut. “Kalau ga naik ya turun, atau bisa juga stabil, tapi semua harga pangan masih masuk kategori aman terkendali,” ujar Penty.

    Penty menyebutkan, harga bawang merah minggu ini berkisar Rp35 ribu per kilogram (kg), bawang putih bonggol Rp40 ribu, ayam ras Rp40 ribu, telur ayam Rp26 ribu per kg.

    Minyak goreng Rp17 ribu per liter (1 botol), cabai rawit merah Rp50 ribu per kg, cabai merah keriting Rp45 ribu dan daging sapi kisaran Rp130-140 ribu per kg.

    “Kalau telur dibandingkan minggu kemarin itu mengalami penurunan harga, dari Rp28 ribu per kg, jadi Rp26 ribu per kg,” katanya.

    Sudin KPKP Jakarta Pusat bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta dan Dinas Kesehatan atau Suku Dinas Kesehatan juga sudah melakukan pengawasan keamanan pangan terpadu di beberapa pasar yang ada di Jakarta Pusat pada Selasa (8/10).

    Kesimpulan dari hasil pengujian dan pemeriksaan bahan pangan usai diuji coba, yakni seluruh sampel layak dikonsumsi 100 persen.

    Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (pemda) untuk mewaspadai kenaikan harga lima komoditas pangan dengan mengecek langsung harga komoditas di daerah masing-masing.

    Adapun lima komoditas itu, yakni bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, jagung, dan minyak goreng. Langkah mengawasi komoditas tersebut menjadi bagian dari strategi pengendalian inflasi.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2024

  • Masih Menurun, Harga Cabai hingga Ikan Segar Sudah 7 Bulan Deflasi

    Masih Menurun, Harga Cabai hingga Ikan Segar Sudah 7 Bulan Deflasi

    Jakarta

    Indonesia akhirnya mengakhiri tren deflasi pada Oktober 2024 dengan mencatatkan inflasi sebesar 0,08% secara bulanan. Meski demikian, masih terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi dalam waktu yang cukup lama.

    Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, komponen harga bergejolak mengalami deflasi 0,11%. Komponen ini memberikan andil deflasi 0,01%.

    “Komponen harga bergejolak mengalami deflasi selama tujuh bulan berturut-turut namun tekanan deflasinya semakin berkurang pada Oktober ini.”

    Adapun komoditas yang dominan memberikan andil deflasi pada kelompok ini adalah cabai merah, cabai rawit, kentang, dan ikan segar.

    Jika sebuah harga barang mengalami deflasi, artinya harga barang tersebut mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. Deflasi pada harga barang biasanya menunjukkan bahwa harga barang tersebut lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, sehingga konsumen bisa membelinya dengan harga lebih murah dibandingkan sebelumnya.

    Kelompok transportasi juga mengalami deflasi 0,52% dengan andil deflasi 0,06%. Komoditas yang dominan mendorong deflasi pada kelompok ini adalah bensin dan tarif angkutan udara.

    “Komoditas bensin sudah terjadi dua bulan berturut-turut, sejalan dengan tren penurunan harga minyak pada global.” jelas Amalia.

    Deflasi sendiri masih terjadi pada 10 provinsi di Indonesia sepanjang Oktober 2024. Deflasi tertinggi disumbangkan oleh provinsi Maluku Utara.

    Sedangkan inflasi terjadi pada 28 Provinsi lainnya. Sebanyak 7 dari 9 komoditas utama pendorong inflasi pada Oktober 2024 disumbang oleh kelompok makanan minuman dan tembakau.

    Amalia menjelaskan, setelah mengalami deflasi sejak April 2024, kelompok makanan dan minuman kembali inflasi pada Oktober 2024 dan memberikan andil inflasi 0,03%.

    “Komoditas bawang merah dan telur ayam ras juga demikian, setelah beberapa sebelumnya deflasi.” katanya.

    Lihat Video: Harga Cabai Mahal, Petani di Lumajang Semringah

    (eds/eds)

  • Dari Emas hingga Kopi, Ini yang Bikin RI Akhirnya Inflasi Lagi

    Dari Emas hingga Kopi, Ini yang Bikin RI Akhirnya Inflasi Lagi

    Jakarta

    Inflasi Oktober yang dialami Indonesia akhirnya mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024. Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan Indonesia mengalami inflasi 0,08% sepanjang Oktober (mtm) atau 1,71% secara tahunan (yoy).

    Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar disumbang oleh perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi sebesar 0,94%. Kelompok ini memberikan andil inflasi 0,06%.

    “Komoditas yang memberikan andil inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi 0,06%.” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/11/2024).

    Komoditas lainnya yang memberikan andil inflasi antara lain daging ayam ras dengan andil inflasi 0,04%, bawang merah 0,03%, tomat dan nasi dengan lauk 0,02%, serta kopi bubuk, minyak goreng, cigaret kretek mesin, dan telur ayam ras masing-masing 0,01%.

    Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,22%. Komponen ini mengalami andil inflasi sebesar 0,14%.

    “Komoditas yang memberikan andil inflasi secara dominan pada komponen inti adalah emas perhiasan, nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng.” kata Amalia.

    Sementara komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,25%, dengan andil deflasi 0,05%. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bensin dan harga tiket pesawat.

    (eds/eds)

  • Inflasi Oktober Naik 0,08 Persen Akhiri Tren Deflasi sejak Mei 2024

    Inflasi Oktober Naik 0,08 Persen Akhiri Tren Deflasi sejak Mei 2024

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pada Oktober 2024 terjadi inflasi sebesar 0,08% secara bulanan atau kenaikan harga indeks konsumen dari 105,93 pada September menjadi 106,01 pada Oktober 2024.

    Sementara, secara year on year (yoy) atau tahunan, terjadi inflasi sebesar 1,71% dan year to date (ytd) sebesar 0,81%.

    “Inflasi pada Oktober 2024 mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024,” ucap Amalia A Widyasanti, Plt Kepala BPS dalam pemaparan data resmi statistik, Jumat (1/11/2024).

    Ia melanjutkan, kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar, yakni kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,94% dan memberikan andil inflasi 0,06%.

    Komoditas yang dominan pada kelompok ini, yakni emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,06%. Sementara itu, terdapat komoditas yang juga memberikan andil inflasi antara lain daging ayam ras dengan inflasi sebesar 0,04%, bawang merah 0,03%, tomat dan nasi dengan lauk 0,02%, kopi bubuk, minyak goreng, sigaret kretek mesin, dan telur ayam ras sebesar 0,01%.

    Inflasi bulan ke bulan berdasarkan komponen sebesar 0,08% didorong inflasi komponen inti. Komponen inti alami inflasi 0,22% dan memberikan andil 0,41%.

    “Komponen inti terdiri dari perhiasan emas, nasi dengan lauk, kopi bubuk dan minyak goreng,” ucap Amalia.

  • Akhiri Tren Deflasi, Indonesia Catat Inflasi 1,71% di Oktober 2024 – Page 3

    Akhiri Tren Deflasi, Indonesia Catat Inflasi 1,71% di Oktober 2024 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2024 terjadi inflasi sebesar 1,71 persen year on year dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,01.

    “Secara year on year terjadi inflasi sebesar 1,71 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 0,82 persen,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Jumat (1/11/2024).

    Amalia mengatakan, inflasi pada Oktober 2024 mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024 hingga September 2024. Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94 persen dan memberi andil inflasi 0,06 persen.

    BPS mencatat komoditas dominan yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang beri andil 0,06 persen. Sementara itu, ada komoditas lain yang memberikan andil inflasi, antara lain daging ayam ras dengan andil inflasi 0,04 persen, bawang merah andil inflasi 0,03 persen, tomat dan nasi dengan lauk dengan andil inflasi masing-masing 0,02 persen.

    Selanjutnya, kopi bubuk, minyak goreng, Sigaret Kretek Mesin dan beras memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.

    Lebih lanjut, Amalia menyebut bahwa inflasi bulanan ini didorong oleh inflasi komponen inti, yang mengalami inflasi sebesar 0,22 persen dengan andil inflasi sebesar 0,14 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng.

    Sementara komponen diatur Pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,25 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,05 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bensin dan tarif angkutan udara.

    Untuk komponen bergejolak juga mengalami deflasi sebesar 0,11 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan ikan segar.