Tanaman: Bawang merah

  • Harga pangan 3 November, bawang merah naik jadi Rp33.870 per kg

    Harga pangan 3 November, bawang merah naik jadi Rp33.870 per kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum naik per Minggu (3/11) pagi, bawang merah naik Rp2.100 menjadi Rp33.870 per kilogram (kg).
     

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 2,01 persen atau Rp310 menjadi Rp15.750 per kg.

    Begitu pun beras medium naik 2,30 persen atau Rp310 menjadi Rp13.790 per kg; sedangkan beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun 0,24 persen atau Rp30 menjadi Rp12.510 per kg.

    Berikutnya komoditas bawang merah naik hingga di angka 6,61 persen atau Rp2.100 menjadi Rp33.870 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 4,53 persen atau Rp1.810 menjadi Rp41.780 per kg.

    Sementara itu, harga komoditas cabai merah keriting turun 2 persen atau Rp570 menjadi Rp27.900 per kg; sedangkan cabai rawit merah naik 1,24 persen atau Rp500 menjadi Rp40.820 per kg.

    Selanjutnya, harga daging sapi murni turun 2,29 persen atau Rp3.100 menjadi Rp132.040 per kg; lalu daging ayam ras naik 2,06 persen atau Rp750 menjadi Rp37.180 per kg; begitu juga telur ayam ras naik 1,86 persen atau Rp530 menjadi Rp29.030 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 1,13 persen atau Rp120 menjadi Rp10.750 per kg; begitu pun gula konsumsi naik 0,33 persen atau Rp60 menjadi Rp18.010 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana naik 1,10 persen atau Rp200 menjadi Rp18.430 per kg; sedangkan minyak goreng curah turun 1,38 persen atau Rp230 menjadi Rp16.450 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 1,78 persen atau Rp180 menjadi Rp9.960 per kg; lalu tepung terigu non curah juga turun 0,08 persen atau Rp10 menjadi Rp13.090 per kg.

    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 3,69 persen atau Rp220 menjadi Rp6.180 per kg; lalu harga garam halus beryodium juga naik 2,09 persen atau Rp240 menjadi Rp11.750 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau turun 1,92 persen atau Rp710 menjadi Rp36.190 per kg; begitu pun ikan tongkol turun 3,30 persen atau Rp1.030 menjadi Rp30.180 per kg; lalu ikan bandeng juga turun hingga 5,22 persen atau Rp1.730 menjadi Rp31.410 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2024

  • BPK Bongkar Penyebab Kementan & Bapanas Sulit Wujudkan Ketahanan Pangan RI

    BPK Bongkar Penyebab Kementan & Bapanas Sulit Wujudkan Ketahanan Pangan RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkap adanya sederet permasalahan yang mengakibatkan terhambatnya Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dalam mewujudkan ketahanan pangan.

    Berdasarkan laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I/2024, hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan masih terdapat permasalahan signifikan yang mengakibatkan terhambatnya Kementan dan Bapanas untuk memenuhi ketersediaan dan keterjangkauan pangan yang efektif untuk mewujudkan ketahanan pangan tahun 2021 sampai dengan semester I/2023.

    Mengacu hasil pemeriksaan kinerja atas pemenuhan ketersediaan dan keterjangkauan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan mengungkap adanya 12 temuan yang memuat 15 permasalahan ketidakefektifan. Selain itu, BPK juga menemukan adanya satu permasalahan pemborosan.

    Adapun, sederet permasalahan yang dimaksud, antara lain pertama, perhitungan produksi dan kebutuhan komoditas pangan strategis yang dinilai belum sepenuhnya valid dan mutakhir.

    Permasalahan ini terlihat pada penyusunan prognosa neraca pangan strategis yang disusun oleh Bapanas yang dinilai belum sepenuhnya didasarkan pada data produksi dan kebutuhan yang valid dan mutakhir, serta belum sepenuhnya tersinkronisasi dengan Sistem Nasional Neraca Komoditas (SNANK).

    “Akibatnya, proyeksi Neraca Pangan Bapanas dan Neraca Komoditas untuk komoditas padi, jagung, kedelai, bawang, cabai, gula, daging lembu, daging unggas, dan telur unggas pada SNANK tidak bisa dijadikan alat ukur dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan nasional, termasuk kebijakan impor,” ungkap laporan BPK, seperti dikutip pada Sabtu (2/11/2024).

    Untuk itu, BPK telah merekomendasikan kepada kepala Bapanas agar berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Informasi Geospasial (BIG), Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan instansi lain yang terkait dengan data statistik pangan untuk pengintegrasian data yang berbasis digital dan mutakhir dari data kebutuhan, persediaan, produksi, dan distribusi serta impor pangan.

    Permasalahan kedua yang ditemukan BPK adalah sarana produksi pertanian berupa benih, bibit, pupuk, dan pakan yang belum mencukupi untuk memproduksi pangan strategis sesuai kebutuhan nasional.

    “Permasalahan tersebut di antaranya Kementan belum menganalisis kebutuhan minimal benih, bibit, pupuk, dan pakan untuk memproduksi pangan strategis,” ungkapnya.

    Selain itu, Kementan juga dinilai belum optimal memenuhi ketersediaan benih bersertifikat dan benih/bibit ternak berkualitas untuk mencukupi kebutuhan nasional. Imbasnya, Kementan belum dapat mencapai pemenuhan produksi jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, daging lembu, dan tebu untuk mencapai ketahanan pangan nasional.

    BPK pun telah merekomendasikan kepada menteri pertanian untuk mengoptimalkan analisis kebutuhan minimal atas benih bersertifikat dan pupuk. Ini dilakukan untuk dapat memproduksi komoditas pangan strategis sesuai kebutuhan nasional, serta melakukan upaya menjamin ketersediaan benih bersertifikat dan pupuk non subsidi.

    Di samping itu, BPK juga menemukan permasalahan terkait tata cara pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) dan harga acuan pembelian beras luar negeri belum diatur secara jelas.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan regulasi yang mengatur tata cara pengadaan cadangan pangan pemerintah (CPP), khususnya pengadaan CBP, baik yang diserap dari dalam negeri maupun pembelian dari luar negeri, belum disusun dan ditetapkan dengan Peraturan Bapanas.

    Pasalnya, BPK menyebut bahwa selama ini tata cara pengadaan CBP dilaksanakan oleh Perum Bulog. Selain itu, Bapanas juga belum menetapkan kriteria harga pembelian pemerintah atau harga acuan pembelian yang dapat dijadikan patokan bagi Perum Bulog dalam pembelian beras dari luar negeri.

    “Akibatnya, pengendalian atas pengadaan CPP, khususnya pengadaan beras dari luar negeri lemah,” imbuhnya.

  • RI Akhiri Deflasi 5 Bulan Beruntun, Pengusaha: Masa Transisi Dongkrak Daya Beli

    RI Akhiri Deflasi 5 Bulan Beruntun, Pengusaha: Masa Transisi Dongkrak Daya Beli

    Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai berakhirnya tren deflasi yang dialami Indonesia selama lima bulan berturut-turut sejalan dengan rampungnya masa transisi pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden ke-8 Prabowo Subianto.

    Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengakhiri tren deflasi selama lima bulan berturut-turut pada Oktober 2024. Adapun, inflasi bulanan Indonesia adalah 0,08% secara month-to-month (mtm).

    Ketua Umum Kadin Indonesia 2024–2029 Anindya Novyan Bakrie pun mengaku tidak terlalu kaget dengan berakhirnya tren deflasi lima beruntun ini. Menurutnya, selama deflasi terjadi lantaran adanya dua teori.

    Pertama, kata Anin, penurunan daya beli yang menyebabkan masyarakat pergerakan inflasi utama. Kedua, lanjut dia, masyarakat masih menunggu masa transisi pemerintahan baru Prabowo Subianto—Gibran Rakabuming Raka.

    “Selama beberapa bulan orang banyak wait and see. Tetapi setelah sudah ada kejelasan, orang lebih berani lagi berinvestasi dan menghasilkan daya beli yang naik, dan ini justru yang membuat inflasi mulai terlihat,” kata Anin saat ditemui seusai acara Kadin Indonesia bertajuk Diplomatic—Economic Reception Dinner di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (1/11/2024) malam.

    Namun, menurut Anin, selama pemerintah bisa mengendalikan inflasi, maka akan terjadi uang beredar di tengah masyarakat. Ini artinya, akan memicu gairah masyarakat untuk meningkatkan daya beli, selain menanamkan investasinya.

    Dengan begitu, Anin menyebut, program kerja yang diusung Presiden Prabowo bisa membuka peluang bagi masyarakat.

    “Dan ini juga mungkin boleh orang berantisipasi dengan program-program Pak Prabowo, yang intinya memberikan kesempatan masyarakat untuk dapat berkontribusi atau menjadi bagian dari perputaran ekonomi,” tuturnya.

    Sebelumnya, BPS mengungkap bahwa tren deflasi selama lima beruntun telah berakhir pada Oktober 2024. Bahkan, inflasi tahunan Indonesia pada Oktober 2024 juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Pada Oktober 2023, inflasi Indonesia berada di level 2,56% dan melandai ke level 1,71% pada periode yang sama 2024.

    Sementara itu, penyumbang utama inflasi Oktober 2024 secara bulanan adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil inflasi 0,06%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan.

    Secara historis, komoditas emas perhiasan mengalami deflasi lima kali pada 2022 serta deflasi tiga kali pada 2023. Sejak September 2023, komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi hingga Oktober 2024.

    Kemudian, secara tahunan, penyumbang utama inflasi Oktober 2024 berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 0,67%.

    Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah beras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kopi bubuk, minyak goreng, dan bawang merah.

  • Harga Pangan 2 November 2024: Telur Ayam dan Bawang Naik, Beras Turun

    Harga Pangan 2 November 2024: Telur Ayam dan Bawang Naik, Beras Turun

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, mayoritas komoditas pangan secara rata-rata nasional mengalami kenaikan harga di tingkat pedagang eceran.

    Komoditas itu diantaranya kedelai biji kering impor, bawang, produk unggas, gula, jagung, ikan, dan tepung terigu kemasan.

    Merujuk Panel Harga Bapanas, Sabtu (2/11/2024) pukul 09.08 WIB, harga kedelai biji kering impor menjadi Rp10.800 per kilogram atau naik 1,41% dibanding hari sebelumnya.

    Harga bawang merah bergerak ke level Rp31.830 per kilogram atau naik 1,34%, sementara bawang putih bonggol naik 0,12% menjadi Rp40.060 per kilogram.

    Kenaikan harga turut terjadi pada produk unggas. Bapanas merekam, harga daging ayam ras pagi ini naik 1,90% menjadi Rp36.980 per kilogram dan telur ayam ras naik signifikan 2,39% menjadi Rp29.150 per kilogram.

    Komoditas lainnya yakni gula konsumsi dan minyak goreng kemasan sederhana turut terkerek. Di tingkat pedagang eceran, harga gula konsumsi naik 0,50% menjadi Rp18.040 per kilogram dan minyak goreng kemasan sederhana naik 1,43% menjadi Rp18.500 per kilogram.

    Kemudian, harga jagung di tingkat peternakan tembus Rp6.000 per kilogram pagi ini, atau naik 1,52% dibanding hari sebelumnya. Harga tepung terigu naik 0,23% menjadi Rp13.120 per kilogram.

    Berbagai jenis ikan, seperti ikan kembung dan ikan tongkol juga tercatat naik. Bapanas melaporkan, harga ikan kembung naik 1,21% menjadi Rp37.500 per kilogram dan ikan tongkol naik 0,42% menjadi Rp31.210 per kilogram. 

    Sementara itu, sejumlah komoditas pangan pagi ini dilaporkan turun harga. Bapanas mencatat, harga berbagai jenis beras secara rata-rata nasional mengalami penurunan.

    Harga beras premium turun 0,26% menjadi Rp15.420 per kilogram dan beras medium turun 0,30% menjadi Rp13.500 per kilogram. Harga beras SPHP stabil di level Rp12.550 per kilogram.

    Selanjutnya, berbagai jenis cabai pagi ini tercatat turun. Cabai merah keriting turun signifikan 1,56% menjadi Rp28.450 per kilogram dan cabai rawit merah turun 0,54% menjadi Rp40.460 per kilogram.

    Harga daging sapi murni turun 0,57% menjadi Rp134.070 per kilogram, tepung terigu curah turun signifikan 2,17% menjadi Rp9.910 per kilogram, dan minyak goreng curah turun 0,18% menjadi Rp16.570 per kilogram.

    Harga ikan bandeng merosot 3,33% dibandingkan hari sebelumnya, menjadi Rp31.890 per kilogram dan garam halus beryodium turun 0,52% menjadi Rp11.540 per kilogram.

  • BPS: Inflasi Emas Sejalan dengan Perekonomian Dunia

    BPS: Inflasi Emas Sejalan dengan Perekonomian Dunia

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi pada Oktober 2024 mencapai 0,08%. Jika dilihat berdasarkan komoditas pendorongnya, emas memberikan andil cukup besar.

    “Komoditas yang dominan memberikan kontribusi pada kelompok ini adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,06%,” ucap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta,  Jumat (1/11/2024).

    Dia mengatakan, inflasi emas secara year on year (yoy) pada Oktober sebesar 35,82%. Pergerakan harga emas mengalami peningkatan dalam 1 tahun terakhir. 

    Jika melihat kondisi emas pada 2020 sampai 2024, harga emas tertinggi terjadi pada Agustus  2020. Perkembangan inflasi komoditas emas sejalan dengan perekonomian dunia.

    “Jadi ini langsung ditransmisikan dari perkembangan harga emas global. Secara cepat akan ditransmisikan ke dalam harga emas di pasar domestik mengingat harga emas di pasar domestik itu mengacu kepada harga emas internasional,” terang Amalia.

    Amalia mengatakan, kenaikan harga emas terjadi di pasar global karena dipengaruhi ketidakpastian geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina. Tekanan geopolitik ini membuat orang memilih emas sebagai instrumen investasi.

    “Selain itu, ada tren penurunan suku bunga The Fed, ini juga memacu para investor untuk beralih berinvestasi di komoditas emas,” tutur Amalia.

    Dia mengatakan, jika dikaji berdasarkan kelompok pengeluaran, andil terbesar adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 0,94% dan andil inflasi sebesar 0,06%. 

    Daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,04%, bawang merah dengan andil inflasi 0,03%, tomat dan lauk dengan andil inflasi 0,02%, serta kopi bubuk minyak goreng, dan telur ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,01%.  

  • Harga Pangan Hari Ini (2/11): Bawang dan Cabai Lebih Murah, Daging Ayam Naik

    Harga Pangan Hari Ini (2/11): Bawang dan Cabai Lebih Murah, Daging Ayam Naik

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah harga pangan terpantau mengalami penurunan pada hari ini, seperti bawang putih, bawang merah, sertai cabai. Namun, ada pula yang terkerek naik, seperti daging ayam.

    Berdasarkan data yang tersaji pada Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sabtu (2/11/2024) pukul 07.20 WIB, harga rata-rata beras premium turun 1,62% menjadi Rp15.210 per kilogram. Begitu pun dengan rata-rata beras medium yang turun harga menjadi Rp13.390 per kilogram atau turun 1,11%.

    Namun, beras SPHP Bulog terkerek 0,16% atau sebesar Rp20. Rata-rata harga beras SPHP dipatok menjadi Rp12.570 per kilogram.

    Penurunan harga juga terjadi pada komoditas bawang merah dan bawang putih bonggol. Kedua komoditas ini masing-masing turun menjadi Rp30.740 per kilogram dan Rp39.810 per kilogram.

    Harga komoditas pangan seperti cabai merah keriting juga turun 8,06% atau sebesar Rp2.330 menjadi Rp26.570 per kilogram. Sama halnya dengan cabai rawit merah melandai 5,19% atau turun Rp2.110 menjadi Rp38.570 per kilogram.

    Untuk harga pangan kedelai biji kering impor juga terpantau turun 2,07% atau sebesar Rp220 menjadi Rp10.430 per kilogram. Sementara, harga jagung pakan di tingkat peternak naik 7,61% atau sebesar Rp450 menjadi Rp6.360 per kilogram.

    Selanjutnya, harga daging sapi murni di pedagang eceran turun 3,70% atau sebesar Rp4.990 menjadi Rp129.850 per kilogram, sedangkan harga daging ayam ras justru naik Rp1.050 atau 2,89% menjadi Rp37.340 per kilogram.

    Selain daging ayam, harga rata-rata telur ayam ras di pedagang eceran juga naik 2,60% atau sebesar Rp740 menjadi Rp29.210 per kilogram.

    Harga minyak goreng kemasan sederhana naik 1,04% menjadi Rp18.430 per liter, sedangkan rata-rata minyak goreng curah turun 3,92% atau Rp650 ke harga Rp15.950 per liter.

    Di sisi lain, panel harga Bapanas menunjukkan harga rata-rata gula konsumsi di pedagang eceran naik 0,33% menjadi Rp18.010 per kilogram. Harga garam halus beryodium turun 1,98% menjadi Rp11.370 per kilogram.

    Lalu, harga rata-rata tepung terigu curah turun 1,48% menjadi Rp9.980 per kilogram. Sementara itu, tepung terigu kemasan (non-curah) terkerek tipis 0,84% menjadi Rp13.200 per kilogram.

    Beralih ke komoditas pangan yang bersumber dari protein hewani mengalami beragam harga. Untuk harga rata-rata ikan kembung bernilai Rp36.560 per kilogram, turun 1,32% atau sebesar Rp490.

    Adapun, harga rata-rata ikan bandeng juga turun 1,32% atau sebesar Rp600 menjadi Rp32.390 per kilogram. Namun, harga rata-rata ikan tongkol naik 1,74% menjadi Rp31.620 per kilogram.

  • BI: Inflasi Lampung stabil seiring terjaganya harga pangan

    BI: Inflasi Lampung stabil seiring terjaganya harga pangan

    Komoditas utama penyumbang inflasi tertinggi adalah bawang merah, tomat, daging ayam ras, cumi-cumi dan ikan nila.Bandarlampung (ANTARA) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menyatakan bahwa inflasi di daerah ini stabil seiring terjaganya harga pangan.

    “Secara tahunan, indeks harga konsumen di Provinsi Lampung pada Oktober 2024 mengalami inflasi 1,94 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,16 persen (yoy), namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,71 persen (yoy),” kata Kepala Perwakilan BI Lampung Junanto Herdiawan, dalam keterangannya, di Bandarlampung, Jumat.

    Ia menyebutkan dilihat dari sumbernya, inflasi terutama disebabkan oleh peningkatan harga komoditas kelompok makanan dan minuman.

    Komoditas utama penyumbang inflasi tertinggi adalah bawang merah, tomat, daging ayam ras, cumi-cumi dan ikan nila dengan andil masing-masing sebesar 0,11 persen; 0,07 persen; 0,04 persen; 0,02 persen; dan 0,02 persen.

    Menurutnya, peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh menipisnya pasokan menjelang masa panen di beberapa sentra produksi, seperti Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Pesawaran, serta sejalan dengan kenaikan harga bawang merah di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan daerah pemasok utama.

    Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Nasional (PIHPS), harga bawang merah di Provinsi Jawa Tengah pada bulan Oktober 2024 adalah sebesar Rp31.450/kg, lebih tinggi dibandingkan Rp26.250/kg pada bulan sebelumnya.

    Ia mengatakan lebih lanjut, peningkatan harga tomat disebabkan oleh penurunan pasokan seiring tidak optimalnya produksi akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif.

    “Peningkatan harga ayam ras disebabkan oleh pasokan yang terbatas pasca tingginya permintaan di bulan September, serta sejalan dengan kenaikan harga pakan ternak,” ujarnya pula.

    Hal tersebut terkonfirmasi dari harga jagung di tingkat peternak yang mengalami kenaikan pada Oktober 2024, yaitu menjadi Rp4.783/kg dari Rp4.661/kg pada bulan sebelumnya.

    Adapun peningkatan harga cumi-cumi dan ikan nila disebabkan oleh terbatasnya aktivitas penangkapan ikan akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif.

    Hal tersebut sejalan dengan prakiraan BMKG terkait peningkatan intensitas hujan menjelang triwulan IV-2024 dan Nilai Tukar Petani (NTP) sektor perikanan tangkap yang tumbuh 0,03 persen pada bulan Oktober 2024.

    Pada sisi lain, inflasi yang lebih tinggi pada Oktober 2024 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, terutama cabai merah, bensin dan ayam hidup dengan andil masing-masing sebesar -0,06 persen; -0,05 persen, dan -0,02 persen.

    “Penurunan cabai merah disebabkan oleh kenaikan pasokan pada periode musim panen di Jawa Timur yang merupakan pemasok utama untuk Provinsi Lampung. Selanjutnya, penurunan harga bensin sejalan dengan kebijakan penurunan harga BBM nonsubsidi untuk periode Oktober 2024. Adapun penurunan harga ayam hidup dipengaruhi oleh perlambatan permintaan di tengah pasokan yang terjaga,” kata Junanto lagi.
    Baca juga: BI Lampung sebut daya beli masyarakat Lampung tetap terjaga
    Baca juga: Inflasi Lampung di Oktober 2024 sebesar 1,94 persen

    Pewarta: Agus Wira Sukarta
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2024

  • Harga bawang merah naik menjadi Rp32.240 per kg pada 1 November

    Harga bawang merah naik menjadi Rp32.240 per kg pada 1 November

    Arsip foto – Bawang merah dijual pedagang di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (21/8/2024). ANTARA/Harianto

    Harga bawang merah naik menjadi Rp32.240 per kg pada 1 November
    Dalam Negeri   
    Calista Aziza   
    Jumat, 01 November 2024 – 11:39 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum naik per Jumat (1/11) pagi, bawang merah naik menjadi Rp32.240 per kilogram (kg).

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 09.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 0,39 persen atau Rp60 menjadi Rp15.500 per kg.

    Begitu pun beras medium naik 0,07 persen atau Rp10 menjadi Rp13.540 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik 0,08 persen atau Rp10 menjadi Rp12.560 per kg.

    Berikutnya komoditas bawang merah naik di angka 4,67 persen atau Rp1.380 menjadi Rp32.240 per kg; begitu pula bawang putih bonggol naik 1,70 persen atau Rp680 menjadi Rp40.580 per kg.

    Berikutnya, harga komoditas cabai merah keriting naik 2.09 persen atau Rp610 menjadi Rp29.810 per kg; lalu cabai rawit merah juga naik 0,90 persen atau Rp370 menjadi Rp41.620 per kg.

    Selanjutnya, harga daging sapi murni ikut turun 0,15 persen atau Rp200 menjadi Rp135.130 per kg; lalu daging ayam ras naik 0,03 persen atau Rp10 menjadi Rp36.330 per kg; begitu juga telur ayam ras naik 1,51 persen atau Rp430 menjadi Rp28.970 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 0,84 persen atau Rp90 menjadi Rp10.750 per kg; begitu pun gula konsumsi naik 0,89 persen atau Rp160 menjadi Rp18.080 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana naik 1,42 persen atau Rp260 menjadi Rp18.500 per kg; begitu pun minyak goreng curah naik 0,18 persen atau Rp30 menjadi Rp16.630 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 0,40 persen atau Rp40 menjadi Rp10.070 per kg; begitu pula tepung terigu non curah turun 1,07 persen atau Rp140 menjadi Rp12.980 per kg.

    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 0,84 persen atau Rp50 menjadi Rp6.030 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium turun 1,65 persen atau Rp190 menjadi Rp11.330 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik 2,32 persen atau Rp860 menjadi Rp37.880 per kg; sedangkan ikan tongkol turun 2,43 persen atau Rp760 menjadi Rp30.570 per kg; ikan bandeng juga turun 3,50 persen atau Rp1.160 menjadi Rp32.020 per kg.

    Sumber : Antara

  • BPS: Jateng alami inflasi 0,19 persen pada Oktober 2024

    BPS: Jateng alami inflasi 0,19 persen pada Oktober 2024

    Selain itu juga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,76 persen yang disebabkan harga emas perhiasanSemarang (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat tingkat inflasi di provinsi tersebut yang mencapai sebesar 0,19 persen (month to month) pada Oktober 2024, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 106,18.

    Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih, di Semarang, Jumat, menyampaikan bahwa penyumbang utama inflasi Oktober 2024 adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,46 persen, terutama karena kenaikan harga daging ayam ras dan bawang merah.

    “Selain itu juga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,76 persen yang disebabkan harga emas perhiasan. Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,38 persen,” katanya.

    Ia menyebutkan bahwa lima komoditas dengan andil inflasi secara bulanan terbesar di Jateng, yaitu daging ayam ras, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, bawang merah, dan kopi bubuk.

    Kenaikan harga lima komoditas itu terjadi di sembilan kota IHK, meliputi Cilacap, Purwokerto, Wonosobo, Wonogiri, Rembang, Kudus, Surakarta, Kota Tegal, dan Kota Semarang.

    Untuk komoditas daging ayam ras dengan andil terbesar inflasi terjadi di Purwokerto sebesar 0,09 persen, kenaikan bahan bakar rumah tangga dan bawang merah dengan andil inflasi terbesar di Wonogiri sebesar 0,08 dan 0,09 persen, serta emas perhiasan andil terbesar di Kota Semarang sebesar 0,06 persen.

    “Kopi bubuk berturut-turut selama hampir tiga bulan mengalami kenaikan dari 9 kota IHK, andil terbesar ada di Wonosobo, Kudus, dan Surakarta,” kata Endang.

    Sementara itu, Sekretaris Daerah Jateng Sumarno mengatakan bahwa tingkat inflasi bulanan Jateng pada Oktober sebesar 0,19 persen atau meningkat dibandingkan September 2024 sebesar 0,05 persen.

    Menurut dia, inflasi Jateng pada Oktober 2024 masih di bawah jangkauan yang ditetapkan, yakni 2,5 persen.

    “Yang menjadi penyebab inflasi Jateng masih dari makanan, minuman, juga sigaret. Mudah-mudahan dampak di lapangan atau terhadap masyarakat tidak terlalu signifikan,” katanya.

    Baca juga: BPS: Jateng alami deflasi 0,07 persen pada Agustus
    Baca juga: BPS: Inflasi Jateng selama Juni 2024 capai 2,22 persen

    Pewarta: Zuhdiar Laeis
    Editor: Ahmad Wijaya
    Copyright © ANTARA 2024

  • Jakarta Catat Inflasi 0,03% di Oktober 2024 – Page 3

    Jakarta Catat Inflasi 0,03% di Oktober 2024 – Page 3

    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi Oktober 2024. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Maluku.

    “Sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia menglamai inflasi, sedangkan 10 provinsi lainnya mengalami deflasi. Inflais tertinggi terjadi di Maluku yakni 0,65 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara 1,05 persen,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Jumat (1/11/2024).

    Untuk rinciannya, inflasi tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,65 persen, Nusa Tenggara Timur 0,26 persen, Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat sebesar 0,21 persen, Lampung inflasinya 0,20 persen, Jawa Tengah 0,19 persen, dan Kalimantan Utara sebesar 0,17 persen.

    Selanjutnya, untuk inflasi terendah terjadi diJawa Barat sebesar 0,02 persen, Bali 0,07 persen. Sementara, deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara 1,05 persen, Gorontalo 0,57 persen, Kepulauan Babel 0,18 persen, dan Kalimantan Timur 0,16 persen.

    Adapun BPS melaporkan data inflasi Indonesia pada Oktober sebesar 0,08 persen. Secara tahunan (year-on-year/yoy) terjadi inflasi 1,71 persen, dan secara tahun kalender (year to date) 0,82 persen.

    Amalia mengatakan, inflasi pada Oktober 2024 mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024 hingga September 2024. Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94 persen dan memberi andil inflasi 0,06 persen.

    BPS mencatat komoditas dominan yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang beri andil 0,06 persen. Sementara itu, ada komoditas lain yang memberikan andil inflasi, antara lain daging ayam ras dengan andil inflasi 0,04 persen, bawang merah andil inflasi 0,03 persen, tomat dan nasi dengan lauk dengan andil inflasi masing-masing 0,02 persen.

    Selanjutnya, kopi bubuk, minyak goreng, Sigaret Kretek Mesin dan beras memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.